Anda di halaman 1dari 17

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. KLASIFIKASI DAN BOTANI TANAMAN JAGUNG

Klasifikasi tanaman jagung

Jagung (Zea mays L) termasuk dalam keluarga rumput – rumputan. tanaman jagung (Zea mays L) dalam
sistematika ( Taksonomi ) tumbuhan, kedudukan tanaman jagung diklasifikasikan sebagai berikut

Kingdom :Plantae

Divisio :Spermatophyta

Sub Divisio :Angiospermae

Kelas :Monocotyledonae

Ordo :Graminae

Famili :Graminaeae

Genus :Zea

Spesies :Zea MaysL.

Tanaman jagung termasuk jenis tanaman semusim. Akar tanaman jagung dapat tumbuh dan
berkembang dengan baik pada kondisi tanah yang sesuai untuk pertumbuhan dan perkembangan
tanaman. Pada kondisi tanah yang subur dan gembur, jumlah akar tanaman jagung sangat banyak.
Sementara pada tanah yang kurang baik akar yang tumbuh jumlahnya terbatas. Batang tanaman jagung
bulat silindris, tidak ber lubang, dan beruas – ruas (berbuku – buku) sebanyak 8 – 20 ruas. Jumlah ruas
tersebut bergantung pada varietas yang ditanam dan umur tanaman

Tanaman jagung tingginya sangat bervariasi, tergantung pada jenis varietas yang ditanam dan kesuburan
tanah. Struktur daun tanaman jangung terdiri atas tangkai daun, lidah daun, dan telinga daun. Jumlah
daun setiap tanaman jagung bervariasi antara 8 – 48 helai, namun pada umumnya berkisar antara 18 -
12 helai tergantung pada varietas dan umur tanaman daun jagung berbentuk pita atau garis dengan
letak tulang daun di tengah- tengah daun sejajar dengan daun, berbulu halus,serta warnanya bervariasi.
Daun tanaman jagung dan keluar dari buku – buku batang. Daun terdri dari tiga bagian yaitu kelopak
daun, lidah daun dan helai daun. Kelopak daun umumnya membungkus batang.

Pada saat jagung berkecambah, akar yang berada dekat ujung biji yang menempel pada janggel,
kemudian memanjang dengan diikuti oleh akar-akar samping. Akar adventatif merupakan bentukan akar
lain yang tumbuh dari pangkal batang di atas permukaan tanah kemudian menembus dan masuk
kedalam tanah.
Botani tanaman jagung

Karakteristik Umum Jagung Manis

Jagung manis (Zea mays saccharata Sturt) termasuk famili graminae sub famili panicoidae. Jagung manis
termasuk tanaman monokotiledonus (Admaja, 2006). Berdasarkan tipe pembungaannya jagung manis
termasuk tanaman monoecius yang memiliki bunga yang terpisah pada satu tanaman. Berdasarkan tipe
penyerbukannya, jagung manis termasuk tanaman yang menyerbuk silang.

Jagung manis sulit dibedakan dengan jagung biasa. Perbedaannya terletak pada warna bunga jantan dan
bunga betina. Bunga jantan pada jagung manis berwarna putih sedangkan jagung biasa berwarna kuning
kecoklatan. Rambut pada jagung manis berwarna putih sedang jagung biasa berwarna kemerahan
(Admaja, 2006). Jagung manis siap dipanen ketika tanaman berumur antara 60–70 hari.

Morfologi tanaman jagung

Sistem perakaran tanaman jagung sangat bervariasi yaitu menyebar ke bawah dan ke samping dengan
panjang akar kurang lebih 2 m. Akar utama keluar dari pangkal batang berjumlah antara 20 sampai
dengan 30 buah, sedangkan akar lateral tumbuh dari akar utama dengan jumlah 20-25 buah. Dari akar
lateral tumbuh akar rambut dengan jumlah yang tidak terhitung. Fungsi akar pada tanaman jagung
digunakan untuk menghisap air dan garam-garam dari dalam tanah, sebagai penopang tegaknya
tanaman dan organ yang menghubungkan tanaman dengan tanah (Warisno, 1998).

Batang tanaman jagung terdiri dari ruas-ruas dengan jumlah ruas antara 8-21 ruas dengan rata-rata 14
ruas. Tinggi batang tanaman bagian luar merupakan jaringan kulit yang keras dan tipis, yang berfungsi
agar batang kuat dan kaku. Dengan diameter batang antara 3-4 cm. Pada setiap buku terdapat satu daun
dengan kelopak daunnya, di mana kelopak daunnya membungkus sebagian atau seluruh ruas batang
pada buku tersebut. ( yuliasma, 2015 )

Daun terdapat pada setiap batang yang terdiri dari tiga bagian yaitu kelopak daun, lidah daun, dan helai
daun. Letak atau posisi daun berselang-seling dalam dua barisan pada batang. Jumlah daun tanaman
jagung rata-rata 12-18 helai dalam tiap batang. Tanaman jagung yang berumur genjah memiliki jumlah
daun yang lebih sedikit dibandingkan dengan tanaman jagung yang berumur panjang. Fungsi daun bagi
tanaman jagung merupakan tempat terjadinya fotosintesis.

Tanaman jagung merupakan tanaman berumah satu (monoecious), bunga jantan dan bunga betina
terletak dalam satu tanaman. Bunga jantan terletak pada ujung tanaman dan bunga betina terletak pada
tongkol pada ketiak daun. Bunga jantan tersusun dalam bentuk malai, sedangkan bunga betina yang
bersatu dengan tongkol membentuk benang sari yang akan muncul keluar dari tongkol jika sudah siap
untuk dibuahi. Penyerbukan dihasilkan dengan bersatunya tepungsari pada rambut. Lebih kurang 95%
dari bakal biji terjadi karena perkawinan sendiri. Biji tersusun rapi pada tongkol. Pada setiap tanaman
jagung ada sebuah tongkol, kadang-kadang ada yang dua. Biji berkeping tunggal berderet pada tongkol.
Setiap tongkol terdiri atas 10-14 deret, sedang setiap tongkol terdiri kurang lebih 200-400 butir
Tanaman jagung mempunyai satu atau dua tongkol, tergantung varietas. Tongkol jagung diselimuti oleh
daun kelobot. Tongkol jagung yang terletak pada bagian atas umumnya lebih dahulu terbentuk dan lebih
besar dibanding yang terletak pada bagian bawah. Setiap tongkol terdiri atas 1016 baris biji yang
jumlahnya selalu genap. ( Syafruddin, 2013 )

2.2. BUDIDAYA TANAMAN JAGUNG

Syarat Tumbuh Tanaman Jagung

Curah hujan ideal sekitar 85-200 mm/bulan dan harus merata. Pada fase pembungaan dan pengisian biji
perlu mendapatkan cukup air. Sebaiknya ditanam awal musim hujan atau menjelang musim kemarau.
Membutuhkan sinar matahari, tanaman yang ternaungi, pertumbuhannya akan terhambat dan
memberikan hasil biji yang tidak optimal. Suhu optimum antara 230 C - 300 C. Jagung tidak memerlukan
persyaratan tanah khusus, namun tanah yang gembur, subur dan kaya humus akan berproduksi optimal.
pH tanah antara 5,6-7,5. Aerasi dan ketersediaan air baik, kemiringan tanah kurang dari 8 %. Daerah
dengan tingkat kemiringan lebih dari 8 %, sebaiknya dilakukan pembentukan teras dahulu. Ketinggian
antara 1000-1800 m dpl dengan ketinggian optimum antara 50-600 m dpl.

Syarat Benih

Benih sebaiknya bermutu tinggi baik genetik, fisik dan fisiologi (benih hibryda). Daya tumbuh benih lebih
dari 90%. Kebutuhan benih + 20-30 kg/ha. Sebelum benih ditanam, sebaiknya direndam dalam POC
NASA (dosis 2-4 cc/lt air semalam). ( iskandar, 2010)

Media Tanam

Jagung tidak memerlukan persyaratan tanah yang khusus. Agar supaya dapat tumbuh optimal tanah
harus gembur, subur dan kaya humus. Jenis tanah yang dapat ditanami jagung antara lain: andosol
(berasal dari gunung berapi), latosol, grumosol, tanah berpasir. Pada tanah-tanah dengan tekstur berat
(grumosol) masih dapat ditanami jagung dengan hasil yang baik dengan pengolahan tanah secara baik.
Sedangkan untuk tanah dengan tekstur lempung/liat (latosol) berdebu adalah yang terbaik untuk
pertumbuhannya.

Keasaman tanah erat hubungannya dengan ketersediaan unsur-unsur hara tanaman. Keasaman tanah
yang baik bagi pertumbuhan tanaman jagung adalah pH antara 5,6-7,5. Tanaman jagung membutuhkan
tanah dengan aerasi dan ketersediaan air dalam kondisi baik. Tanah dengan kemiringan kurang dari 8 %
dapat ditanami jagung, karena disana kemungkinan terjadinya erosi tanah sangat kecil. Sedangkan
daerah dengan tingkat kemiringan lebih dari 8%, sebaiknya dilakukan pembentukan teras dahulu.
Ketinggian Tempat Jagung dapat ditanam di Indonesia mulai dari dataran rendah sampai di daerah
pegunungan yang memiliki ketinggian antara 1000-1800 m dpl. Daerah dengan ketinggian antara 0-600
m dpl merupakan ketinggian yang optimum bagi pertumbuhan tanaman jagung. ( suriyadianti, 2010 )

Teknik Penanaman

Penentuan Pola Tanaman


Beberapa pola tanam yang biasa diterapkan :

a. Tumpang sari ( intercropping )

melakukan penanaman lebih dari 1 tanaman (umur sama atau berbeda). Contoh: tumpang sari sama
umur seperti jagung dan kedelai; tumpang sari beda umur seperti jagung, ketela pohon, padi gogo.

b. Tumpang gilir ( Multiple Cropping ),

dilakukan secara beruntun sepanjang tahun dengan mempertimbangkan faktor-faktor lain untuk
mendapat keuntungan maksimum. Contoh: jagung muda, padi gogo, kedelai, kacang tanah, dll.

c. Tanaman Bersisipan ( Relay Cropping ):

pola tanam dengan menyisipkan satu atau beberapa jenis tanaman selain tanaman pokok (dalam waktu
tanam yang bersamaan atau waktu yang berbeda). Contoh: jagung disisipkan kacang tanah, waktu
jagung menjelang panen disisipkan kacang panjang

d. Tanaman Campuran ( Mixed Cropping ) :

penanaman terdiri beberapa tanaman dan tumbuh tanpa diatur jarak tanam maupun larikannya, semua
tercampur jadi satu. Lahan efisien, tetapi riskan terhadap ancaman hama dan penyakit. Contoh: tanaman
campuran seperti jagung, kedelai, ubi kayu.

Lubang Tanam dan Cara Tanam

Lubang tanam ditugal, kedalaman 3-5 cm, dan tiap lubang hanya diisi 1 butir benih. Jarak tanam jagung
disesuaikan dengan umur panennya, semakin panjang umurnya jarak tanam semakin lebar. Jagung
berumur panen lebih 100 hari sejak penanaman, jarak tanamnya 40x100 cm (2 tanaman /lubang).
Jagung berumur panen 80-100 hari, jarak tanamnya 25x75 cm (1 tanaman/lubang). Panen <>E.
Pengelolaan Tanaman ( Arifni, 2010)

Penjarangan dan Penyulaman

Tanaman yang tumbuhnya paling tidak baik, dipotong dengan pisau atau gunting tajam tepat di atas
permukaan tanah. Pencabutan tanaman secara langsung tidak boleh dilakukan, karena akan melukai
akar tanaman lain yang akan dibiarkan tumbuh. Penyulaman bertujuan untuk mengganti benih yang
tidak tumbuh/mati, dilakukan 7-10 hari sesudah tanam (hst). Jumlah dan jenis benih serta perlakuan
dalam penyulaman sama dengan sewaktu penanaman.

Penyiangan
Penyiangan dilakukan 2 minggu sekali. Penyiangan pada tanaman jagung yang masih muda dapat dengan
tangan atau cangkul kecil, garpu dll. Penyiangan jangan sampai mengganggu perakaran tanaman yang
pada umur tersebut masih belum cukup kuat mencengkeram tanah maka dilakukan setelah tanaman
berumur 15 hari.

Pembumbunan

Pembumbunan dilakukan bersamaan dengan penyiangan untuk memperkokoh posisi batang agar
tanaman tidak mudah rebah dan menutup akar yang bermunculan di atas permukaan tanah karena
adanya aerasi. Dilakukan saat tanaman berumur 6 minggu, bersamaan dengan waktu pemupukan. Tanah
di sebelah kanan dan kiri barisan tanaman diuruk dengan cangkul, kemudian ditimbun di barisan
tanaman. Dengan cara ini akan terbentuk guludan yang memanjang. ( Azmi, 2010 )

2.3 TINJAUAN UMUM PUPUK

Pemakaian pupuk buatan (anorganik) yang berlebihan dan dilakukan secara terus menerus
menyebabkan kerusakaan sifat fisik tanah dan selanjutnya akan menurunkan produksi tanaman. Upaya
yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah ini adalah dengan menurunkan penggunaan pupuk
anorganik dan mensubstitusikannya dengan pupuk organik. Pupuk organik adalah pupuk yang sebagian
besar atau seluruhnya terdiri atas bahan organik yang berasal dari tanaman dan atau hewan yang telah
melalui proses rekayasa, dapat berbentuk padat atau cair yang digunakan mensuplai bahan organik
untuk memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologi tanah. Sebagai sumber hara tanaman, juga untuk
memperbaiki sifat fisik tanah. Pupuk organik ini tidak mengandung unsur hara dalam jumlah yang besar
namun penambahan bahan organik ke dalam tanah dapat menurunkan defisiensi Nitrogen pada
tanaman.

Pengaruh bahan organik terhadap sifat fisik tanah adalah terhadap peningkatan porositas tanah.
Penambahan bahan organik pada tanah kasar (berpasir) akan meningkatkan pori meso dan menurunkan
pori makro, dengan demikian akan meningkatkan kemampuan menahan air. ( jumet. 1990.)

Penggunaan pupuk kimia berkonsentrasi tinggi dan dengan dosis yang tinggi dalam kurun waktu
yang panjang menyebabkan ketimpangan hara lainnya dan menyebabkan merosotnya kandungan bahan
organik tanah.Jika lahan sawah dibudidayakan padi secara terus menerus tanpa penambahan bahan
organik tanah maka akan terjadi pengurasan hara tertentu seperti hara N,P,K dan terjadi defisiensi Zn
dan Cu. Dilaporkan sekitar 60 persen areal sawah di Jawa kandungan bahan organiknya kurang dari 1%,
sementara sistim pertanian bisa berkelanjutan jika kandungan bahan organik tanah lebih dari 2%

Untuk mempertahankan dan meningkatkan bahan organik tanah, diperlukan penambahan bahan
organik secara berangsur-angsur.Sumber bahan organik yang bisa digunakan adalah sisa dan kotoran
hewan (pupuk kandang ), sisa tanaman, pupuk hijau, sampah organik kota, limbah industri dan kompos.
Di Indonesia sejak tahun 1968 terjadi peningkatan tajam kebutuhan pupuk buatan. Pupuk buatan
yang berkonsentrasi tinggi dan tidak proporsional tersebut akan berdampak pada penyimpangan status
hara dalam tanah,sehingga memungkinkan terjadi kekurangan hara lainnya. Dewasa ini para petani
menggunakan urea dalam dosis tinggi secara terus menerus sementara tanaman tidak hanya mengambil
unsur N saja. Sehingga yang terjadi pengurusan hara lainnya . Padahal unsur pokok hara yang dibutuhkan
tanaman sebanyak 16 unsur.Oleh karena itu penambahan bahan organik akan membantu meningkatkan
hara dalam tanah yaitu hara makro seperti hara N,P,K dan S dan hara mikro seperti Mn, Bo, Fe dan Zn.
Bahan organik tersebut juga mampu memperbaiki aerasi tanah karena agregasinya meningkat yang
berakibat porositasnya meningkat, sehingga menjamin suply udara (O2) dalam tanah

Dengan melihat dampak penggunaan pupuk anorganik secara terus menerus dan pentingnya
penambahan bahan organik dalam budidaya jagung apakah kita beralih total kearah pertanian organik.
Tentu kita akan kesulitan mengingat apabila kebutuhan hara itu dicukupi dari pupuk organik saja maka
dibutuhkan jumlah pupuk organik yang cukup banyak, karena jumlah unsur hara yang dikandung dalam
bahan organik relatif rendah, sehingga kebutuhan hara secara utuh menjadi berkurang. Misalnya
kandungan hara N pupuk organik berkisar 1,5% - 2,5% tergantung jenis pupuk organiknya sementara
urea mengandung N sebesar 42 s/d 46%. Konsekuensinya penggunaan pupuk organik hampir 25 kali
lebih banyak dibandingkan dengan urea. Apabila kebutuhan hara hanya dicukupi dari pupuk organik saja
maka dibutuhkan jumlah pupuk organik yang sangat banyak secara kuantitas.Sementara jumlah pupuk
kandang terbatas mengingat jumlah pemilik ternak makin berkurang .Demikian juga harga pupuk
organik dalam jumlah banyak tidak mungkin dilakukan berdasarkan pertimbangan ekonomis. Oleh
karena itu selain pupuk organik, penggunaan pupuk anorganik masih dapat diperlukan untuk
memenuhi kebutuhan hara tanaman jagung. Praktek penggunaan variasi pupuk organik dengan pupuk
anorganik ini sering kita sebut sebagai pemupukan semiorganik. Penggunaan pupuk organik hanya dosis
tertentu saja misalnya 2 sampai dengan 3 ton per hektar sesuai kesanggupan atau ketersediaan pupuk
organik di lapangan dan kekurangan hara N,P dan K telah dicukupi dengan penambahan pupuk anorganik
tetapi dosisnya dikurangi misal urea menjadi hanya 175 kg/ha, SP-36 75 kg, dan KCL 40 kg/ha
tergantung jenis tanah dan jenis tanaman yang dibudidayakan

Menyadari dampak negatif penggunaan pupuk urea yang berlebihan dengan dosis yang tinggi
serta makin langkanya pupuk urea di pasaran akibat ulah spikulan maka sebaiknya kita melakukan
langkah bertahap untuk bertani secara organik dengan mulai melakukan pertanian semi organik agar
kesuburan tanah di negara kita dapat berkelanjutan sampai akhir jaman dengan memberi peran yang
sangat penting untuk menggunakan pupuk organik seperti pupuk kandang dalam budidaya tanaman .
Oleh karena itu telah dilakukan penelitian dengan judul “ Pengaruh pemupukan semiorganik dengan
berbagai sumber pupuk kandang terhadap serapan N, pertumbuhan dan hasil jagung(Zea Mays L).

Nitrogen dibutuhkan tanaman dalam jumlah yang besar, sehingga N menjadi faktor pembatas
pada tanah-tanah yang tidak dipupuk. Bentuknya berupa asam amino, amida dan amin yang berfungsi
sebagai kerangka (building blocks ) dan senyawa antara (intermediary Compounds), berupa protein,
klorofil, asam nukleat, protein/ensim pengatur reaksi biokimia. Nitrogen merupakan bagian utuh dari
struktur klorofil, warna hijau pucat atau kekuning-kuningan yang disebabkan oleh kekahatan N, sebagai
bahan dasar DNA atau RNA.
Nitrogen merupakan bagian pokok tanaman hidup. Nitrogen merupakan satuan fundamental
dalam protein, asam nukleat, khlorofil, dan senyawa organik lainnya. Protein merupakan penyusun
utama dari protoplasma. Fungsinya sebagai bahan vital berbagai enzim yang merupakan petunjuk
kepentingan sentral dalam seluruh proses metabolisme dalam tanaman. Nitrogen umumnya diserap
tanaman dalam bentuk ion NH4+ atau NO3- tergantung dari keadaan tanah, macam tanaman dan
stadia tumbuh. ( hartoyo 2008 )

2.4. ARTI PENTING PENGGUNAAN PUPUK ORGANIK DAN ANORGANIK

Bahan organik yang ditambahkan ke dalam tanah merupakan pupuk. Pupuk merupakan bahan
baik alami maupun buatan yang ditambahkan pada tanah, supaya kesuburan tanah dapat meningkat

Pupuk dapat dibedakan berdasarkan bahan asal, senyawa, fasa, cara penggunaan, reaksi fisiologi,
jumlah dan macam hara yang dikandungnya. Adapun jenis – jenis pupuk adalah sebagai berikut :

a. Berdasarkan asal :

1. Pupuk alam, merupakan pupuk yang terdapat di alam atau dibuat dengan bahan alam tanpa proses
yang berarti. Misalnya, pupuk kompos, pupuk kandang, pupuk guano, pupuk hijau, dan pupuk batuan P.

2. Pupuk buatan, merupakan pupuk yang dibuat oleh pabrik. Misalnya, TSP, urea, rustika, dan
nitrophoska. Pupuk ini dibuat oleh pabrik dengan mengubah sumber daya alam melalui proses fisika
atau proses kimia.

b. Berdasarkan senyawa :

1. Pupuk organik, merupakan pupuk yang berupa senyawa organik. Kebanyakan pupuk alam tergolong
pupuk organik, seperti pupuk kandang, pupuk kompos, dan pupuk guano. Pupuk alam tidak termasuk
pupuk organik, seperti rock phosphate, umumnya berasal dari batuan sejenis apatit [Ca3(PO4)2]

2. Pupuk anorganik atau mineral merupakan pupuk dari senyawa anorganik. Hampir semua pupuk
buatan tergolong pupuk anorganik.

c. Berdasarkan fasa :

1. Pupuk padat, merupakan kelarutan yang beragam, mulai yang mudah larut dalam air sampai yang
sukar larut.
2. Pupuk cair, merupakan pupuk yang dilarutkan dulu ke dalam air, umumnya pupuk ini disemprotkan ke
daun. Karena mengandung banyak hara, baik makro maupun mikro, harganya relatif mahal. Pupuk
amoniak cair merupakan pupuk cair yang kadar N-nya sangat tinggi sekitar 83%, penggunaannya dapat
diinjeksika lewat tanah.

d. Berdasarkan cara penggunaan :

1. Pupuk daun, merupakan pupuk yang cara pemupukan dilarutkan dalam air dan disemprotkan pada
permukaan daun.

2. Pupuk akar atau pupuk tanah, merupakan pupuk yang diberikan ke dalam tanah di sekitar agar diserap
oleh akar tanaman.

e. Berdasarkan reaksi fisiologi :

1. Pupuk yang mempunyai reaksi fisiologis masam, artinya bila pupuk diberikan ke dalam tanah,
menimbulkan kecenderungan tanah menjadi lebih masam (pH menjadi rendah). Misalnya, Za dan urea.

2. Pupuk yang mempunyai reaksi fisiologis basis, merupakan pupuk yang bila diberikan ke dalam tanah
menyebabkan pH tanah cenderung naik, misalnya pupuk chili saltpeter, calnitro, kalsium sianida.

f. Berdasarkan jumlah hara yang dikandung :

1. Pupuk yang hanya mengandung satu jenis hara tanaman saja. Misalnya, urea hanya mengandung hara
N, TSP hanya dipenting hara P saja (meskipun ada mengandung hara Ca) 2. Pupuk majemuk, merupakan
pupuk yang mengandung

2 atau lebih hara tanaman. Contoh : NPK, amophoska, dan nitrophoska.

g. Berdasarkan macam hara tanaman :

1. Pupuk makro, merupakan pupuk yang hanya mengandung hara makro saja. Contohnya NPK dan
nitrophoska.

2. Pupuk mikro, merupakan pupuk yang hanya mengandung hara mikro saja. Contohnya mikrovet,
mikroplek, metalik.

3. Pupuk campuran makro dan mikro, misalnya pupuk gandasil, bayfolan, rustika

Pupuk organik merupakan pupuk yang dibuat dari sisa panen, serbuk gergaji, kotoran hewan, limbah
rumah tangga, dan limbah industri. Komposisi hara dalam pupuk organik sangat tergantung dari
sumbernya. Menurut sumbernya, pupuk organik dapat diidentifikasi berasal dari pertanian dan non
pertanian. Dari pertanian, dapat berupa sisa panen dan kotoran ternak. Sedangkan dari non pertanian,
dapat berasal dari sampah organik kota, limbah industri, dan sebagainya.

Pupuk organik merupakan pupuk yang berasal dari sisa tanaman, hewan, atau manusia, seperti pupuk
kandang, pupuk hijau, dan kompos yang berbentuk cair maupun padat. Pupuk organik bersifat bulky
dengan kandungan hara makro dan mikro rendah sehingga diperlukan dalam jumlah banyak.
Keuntungan utama menggunkan pupuk organik adalah dapat dapat memperbaiki kesuburan kimia, fisik,
dan biologis tanah, selain sebagai sumber hara bagi tanamn

Saat ini, pembuatan pupuk organik hanya dilakukan dalam skala industri karena minimnya tenaga kerja
di pedesaan. Hanya sedikit petani yang dapat memproduksi kompos untuk memenuhi kebutuhannya.
Sebagian petani membeli kompos dari pabrik lokal maupun kompos impor. Pemakaian pupuk organik
semakin meningkat dari tahun ke tahun, sehingga diperlukan regulasi atau peraturan mengenai
persyaratan yang harus dipenuhi oleh pupuk organik agar memberikan manfaat maksimal bagi
pertumbuhan tanaman dan di sisi lain tetap menjaga kelestarian lingkungan. ( jamal. 1989 )

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

Jagung transgenik hibrida mampu menghasilkan produksi rata-rata 13 ton per ha dipengaruhi oleh nutrisi
tanaman yang diberikan. Ketika melakukan pemupukan aspek utama nutrisi tanaman penting untuk
memahami dan mengelola produksi jagung dan kaitannya dengan jumlah dari nutrisi mineral mengingat
bahwa perlu diperoleh selama musim tanam, disebut sebagai "total serapan hara," atau nutrisi yang
dibutuhkan untuk produksi, dan jumlah yang nutrisi yang terkandung dalam tanaman. Menurut Ross et
al (2013) dalam 50 tahun terakhir, jumlah N, P, dan K yang dibutuhkan untuk produksi dan jumlah nutrisi
yang diserap oleh tanaman memiliki hampir dua kali lipat di berbagai sistem manajemen yang
digunakan. Mobilitas nutrisi tanaman tidak seperti tanaman bahan kering, c nutrisi spesifik memiliki
mobilitas karakteristik yang memungkinkan mereka untuk dimanfaatkan dalam satu jaringan, maka
kemudian diangkut (remobilized) dan digunakan di organ lain. Bagi banyak nutrisi, termasuk N, P, S, dan
Zn, persentase yang besar dari total serapan disimpan dalam biji jagung pada saat pembentukan biji.
Fosfor, misalnya, akumulasi lebih dari satu-setengah dari total serapan setelah VT / R1 dan remobilized
sebagian di transfer pada daun dan tangkai jaringan. Penggunaan pupuk dioptimalkan pada fase
pembungaan dan pembentukan biji.

Pemupukan tanaman jagung memerlukan konsentrasi di atas level S 10 ppm untuk mencukupi
kebutuhan tanaman akan nutrisi yang digunakan selama fase pertumbuhan. Aplikasi pupuk dengan
unsur S telah ditemukan di percobaan tes tanah, memprediksi respons tanaman terhadap aplikasi S pada
tanah di Midwest USA. Pasokan unsur S pada tanaman tersedia terkait dengan lebih dari konsentrasi
SO4-S di atas 6-in. Berdasarkan uji kandungan tanah, dimana kondisi tanah kurang subur maka perlu
dilakukan pemupukan. Tanah organik materi memiliki hubungan agak lebih baik untuk menghasilkan
respon, tapi untuk alasan yang sama tidak jelas membedakan antara tanaman yang responsif dan non-
responsif. Hasil ini berhubungan dengan kombinasi kompleks lingkungan, tanah, dan faktor tanaman
yang menghasilkan kekurangan atau memadai terhadap ketersediaan unsur S. pengamatan visual yang
tersedia dari gejala defisiensi dapat menyebabkan memperbaiki penentuan respon S. Namun,
kekurangan unsur S tidak menunjukkan gejala defisiensi (John et al 2011).

Pengairan pada tanaman jagung melalui teknik pengairan sangat berpengaruh terhadap hasil gabah
jagung dari tiga perawatan irigasi tidak signifikan berbeda. Hasil ini menunjukkan bahwa kelembaban
tanah di lahan bisa habis sampai 50% sebelum irigasi diterapkan tanpa secara signifikan penurunan hasil
panen. Hal ini juga menunjukkan rata-rata aplikasi air musiman adalah 70, 106, dan 216 cm ha yang
diberikan. Demikian pula, pada tahun 2007, rata-rata aplikasi air musiman 40, 77, dan 123 cm per ha. Air
rendah aplikasi selama pertumbuhan vegetatif panggung untuk 0,5 pengobatan FC kontribusi untuk
tinggi tanaman lebih pendek dan diameter batang tetapi mengakibatkan tidak ada perbedaan yang
signifikan dalam hasil gabah dibandingkan dengan 0,7 FC dan stres air. Hasil ini menunjukkan bahwa
kelembaban tanah memungkinkan akan habis sampai 0,5 FC sebelum memulai irigasi secara signifikan
meningkatkan net kembali (tabel 1) dan kelembaban tanah mengelola untuk menangkap curah hujan
dapat membantu batas aplikasi irigasi. Studi di barat daya Nebraska menunjukkan tidak ada perbedaan
yang signifikan yield ketika lebih dari 30,5 cm (12 in) dari air irigasi yang diterapkan. Namun, penurunan
kelembaban tanah tidak secara signifikan mempengaruhi hasil produksi (Nelson, 2011).

Pemupukan tanaman jagung memerlukan konsentrasi di atas level S 10 ppm untuk mencukupi
kebutuhan tanaman akan nutrisi yang digunakan selama fase pertumbuhan. Aplikasi pupuk dengan
unsur S telah ditemukan di percobaan tes tanah, memprediksi respons tanaman terhadap aplikasi S pada
tanah di Midwest USA. Pasokan unsur S pada tanaman tersedia terkait dengan lebih dari konsentrasi
SO4-S di atas 6-in. Berdasarkan uji kandungan tanah, dimana kondisi tanah kurang subur maka perlu
dilakukan pemupukan. Berbagai jenis jagung yang ditanam di Indonesia berdsarkan umurnya menurut
Warisno (1998) adalah jenis jagung warangan, genjah kertas, abimanyu, dan jenis arjuna. Jenis jagung
berumur sedang antara lain jagung CP1, CP 2, dan hibrida IPB 4. Sedangkan jagung berumur panjang
antara lain jagung kania, bastar kuning, harapan, dan bima. Menurut bentuk bijinya jagung gigi kuda
yang dicirikan dengan lekukannya pada bagian atas. Lekukan ini dapat terjadi pada saat biji mengering
dan terjadi pengerasan lapisan tepung sehingga biji mengerut. Warna bijinya beranekaragam yaitu
merah, kuning, dan wara putih. Jagung manis atau sweeet corn merupakan jagung yang biasanya
dikonsumsi sebagai sayuran.

Kalimantan Barat merupakan suatu daerah yang dinilai berpotensi dalam pengembangan komoditas
jagung, mengingat masih luasnya lahan yang belum dimanfaatkan. Produksi jagung pada tahun 2008
mencapai 188,841 ton dengan luas panen 39.513 ha dan rata-rata produksi 47,79 kw/ha (Dinas
Pertanian Kalimantan Barat. 2008 dalam Agato dan Narsih, 2011) tanaman jagung mudah tumbuh
dikondisi tanah yang kurang subur, sehingga tidak terlalu sulit untuk pengembangan budidaya tanaman
tersebut. Jagung merupakan komoditas konsumsi nasiomal yang dibutuhkan dan berperan penting
dalam penyediaan dan keseimbangan bahan pangan di Indonesia.

Berbagai kendala yang dihadapi dalam budidaya tanaman jagung di lahan tegalan atau lahan kering, dan
perlu dilakukan pemenuhan unsur hara esensial bagi tanaman. Menurut Adisarwanto & Yustina dalam
Jemrish dkk, (2013) menyatakan bahwa nitrogen merupakan salah satu hara makro yang menjadi
pembatas utama produksi tanaman jagung di lahan kering. Sedangkan pemupukan nitrogen dosis 92
kg/ha menghasilkan produksi jagung 7,91 ton/ha. Salisburry & Ross (1995), fungsi nitrogen sangat
esensial sebagai bahan penyusun asam-asam amino, protein, dan klorofil yang penting dalam proses
fotosintesis dan penyusunan komponen inti sel yang menentukan kualitas dan kuantitas hasil jagung.
Pemupupukan sangat berpengaruh terhadap hasil produksi tanaman jagung.

Salah satu usaha yang dapat dilakukan untuk meningkatkan produksi tanaman jagung adalah dengan
memilih sistem pola tanam yang tepat. Sistem pola tanam dapat dilakukan dengan monokultur atau
polikultur. Penanaman secara monokultur dirasakan kurang menguntungkan karena mempunyai resiko
yang besar, baik dalam keseimbangan unsur hara yang tersedia. Sedangkan penanaman dengan tumpang
sari lebih memungkinkan untuk menambah nilai ekonomis ushatani. Menurut Marliah dkk, (2010)
Tumpangsari (intercropping) merupakan pola tanam polikultur yang sering digunakan dalam
pembudidayaan tanaman, termasuk tanaman jagung manis.

Jagung manis tergolong dalam tanaman monokotil artinya bahwa benang sari dan putik terletak pada
batang yang berbeda ttetapi pada satu tanaman yang sama. Berdsarkan tipe bunganya, jagung manis
yang berumah satu penyerbukannya adalah secara silang dan produksi tepung sari oleh bunga jantan
sangat banyak. Sehingga tersedia jutaan tepung sari untuk menyerbuki biji pada jagung manis.
Pertumbuhan dan perkembangan jagung manis paling baik pada musi kemarau. Tanaman jagung manis
dapat beradaptasi di kodisi iklim yang luas pada 58 derajat LU hingga 40 LS dengan rentang ketinggian
hingga 3000 mdpl. Kondisi temperatur ynag dikehendaki pada temperatur 21-22 0C. sedangkan untuk
pertumbuhan bibit suhu yang dikehendaki adalah 10-40 0C setelah berkecambah (Syukur dan Riflianto,
2013).

Benih merupakan salah satu faktor yang menentukan keberhasilan budidaya tanaman yang perannya
tidak dapat digantikan oleh faktor lain. Salah satu penyebab menurunnya produksi jagung diakibatkan
oleh kebiasaan petani dalam budidaya jagung menggunakan benih yang ditanam turun temurun
sehingga produksinya tidak optimal. Mutu benih yang berasal dari varitas unggul ditanam bermutu (asli,
murni, vigor, bersih dan sehat) mampu mendukung peningkatan produksi jagung. Disamping benih
unggul, penggunaan pupuk berimbang dan pengendalian hama terpadu juga menjadi faktor penting
dalam meningkatkan produksi maupun prduktivitas tanaman jagung. Sedangkan Pola tanam khususnya
tanaman pangan disuatu daerah sangat dipengaruhi oleh tipe iklim di daerah tersebut (Amin dan
Zaenaty, 2012).

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Taksonomi tanaman jagung


Tanaman jagung (Zea Mays L.) merupakan salah satu jenis tanaman pangan biji-bijian dari keluarga
rumput-rumputan. Tanaman ini merupakan salah satu tanaman pangan yang penting, selain gandum dan
padi. Tanaman jagung berasal dari Amerika yang tersebar ke Asia dan Afrika, melalui kegiatan bisnis
orang Eropa ke Amerika. Pada abad ke-16 orang portugal menyerbarluaskannya ke Asia termasuk
Indonesia. Jagung oleh orang Belanda dinamakan main dan oleh orang Inggris (Ki-Jin, 2000).

Secara umum, jagung memiliki kandungan gizi dan vitamin. Di antaranya kalori, protein, lemak,
karbohidrat, kalsium, dan mengandung banyak vitamin.

Kingdom : Plantae

Divisio : Spermatophyta

Subdivisi : Angiospermae

Kelas : Monocotiledon

Ordo : Poales

Famili : Poaceae

Genus : Zea

Spesies : Zea mays L (Sepriliyana, 2010).


Pembuatan bedengan dilakukan setelah tanah diolah. Bedengan dilengkapi dengan saluran
pembuangan air. Ukuran bedengan adalah lebar 1-1,2 meter. Panjang 3-5 meter, dan tinggi 15-20 cm
antara dua bedeng, dibuat parit untuk memasukkan dan mengalirkan air ke tempat penanaman
(Yudiwanti, 2010).

Benih yang akan digunakan sebaiknya bermutu tinggi, baik mutu genetik, fisik maupun fisiologinya.
Berasal dari varietas unggul (daya tumbuh besar, tidak tercampur benih lain, tidak mengandung kotoran,
tidak tercemar hama dan penyakit). Benih yang demikian dapat diperoleh bila menggunakan benih
bersertifikat (Sirait, 1989).

Pada waktu pengolahan lahan, keadaan tanah hendaknya tidak terlampau basah, tetapi cukup lembab
hingga mudah dikerjakan, sampai tanah cukup gembur. Tanah berpasir atau tanah ringan tidak banyak
memerlukan pengerjaan tanah. Pada tanah berat dengan kelebihan air, perlu dibuat (drainase)
pembuatan saluran dan pembubunan yang tepat dapat menghindarkan terjadinya genangan air
(Poehlman, 1959).

Morfologi tanman jagung

Akar.

Akar jagung tergolong akar serabut yang dapat mencapai kedalaman 8 m meskipun sebagian besar
berada pada kisaran 2 m. Pada tanaman yang sudah cukup dewasa muncul akar adventif dari buku-buku
batang bagian bawah yang membantu menyangga tegaknya tanaman (Burhanuddin, 2009).

Batang jagung

Batang jagung tegak dan mudah terlihat, sebagaimana sorgum dan tebu, namun tidak seperti padi atau
gandum. Terdapat mutan yang batangnya tidak tumbuh pesat sehingga tanaman berbentuk roset.
Batang beruas-ruas. Ruas terbungkus pelepah daun yang muncul dari buku. Batang jagung cukup kokoh
namun tidak banyak mengandung lignin (Irfan, 1999).

Daun.

Daun jagung adalah daun sempurna. Bentuknya memanjang. Antara pelepah dan helai daun terdapat
ligula. Tulang daun sejajar dengan ibu tulang daun. Permukaan daun ada yang licin dan ada yang
berambut. Stomata pada daun jagung berbentuk halter, yang khas dimiliki familia Poaceae. Setiap
stomata dikelilingi sel-sel epidermis berbentuk kipas. Struktur ini berperan penting dalam respon
tanaman menanggapi defisit air pada selsel daun (Puslitbangtan, 1993).

Bunga.

Jagung memiliki bunga jantandan bunga betina yang terpisah (diklin) dalam satu tanaman (monoecious).
Tiap kuntum bunga memiliki struktur khas bunga dari suku Poaceae, yang disebut floret. Pada jagung,
dua floret dibatasi oleh sepasang glumae (tunggal: gluma). Bunga jantan tumbuh di bagian puncak
tanaman, berupa karangan bunga (inflorescence). Serbuk sari berwarna kuning dan beraroma khas.
Bunga betina tersusun dalam tongkol (Sinuraya, 1989).

Tongkol.

Tongkol tumbuh dari buku, di antara batang dan pelepah daun. Pada umumnya, satu tanaman hanya
dapat menghasilkan satu tongkol produktif meskipun memiliki sejumlah bunga betina. Buah Jagung siap
panen Beberapa varietas unggul dapat menghasilkan lebih dari satu tongkol produktif, dan disebut
sebagai varietas prolifik. Bunga jantan jagung cenderung siap untuk penyerbukan 2-5 hari lebih dini
daripada bunga betinanya protandri (Soemadi, 2000).
Syarat tumbuh tanaman jagung

Iklim

Iklim sedang hingga daerah beriklim basah. Pada lahan tidak beririgasi, curah hujan ideal 85-200
mm/bulan dan harus merata. Sinar matahari cukup dan tidak ternaungi Suhu 21-340C, optimum 23-
270C. Perkecambahan benih memerlukan suhu ± 300C (Effendi, 1999).

Tanah

Tanah gembur, subur dan kaya humus. Jenis tanah: andosol, latosol, grumosol, dan tanah berpasir. Tanah
grumosol memerlukan pengolahan tanah yang baik. Tanah terbaik bertekstur lempung/liat berdebu. pH
tanah 5,6 – 7,5. Aerasi dan ketersediaan air dalam kondisi baik. Kemiringan ≤ 8%, lahan miring > 8%,
perlu di teras. Tinggi tempat 1.000-1800 m dpl, optimum 0-600 m dpl (Sukarsono, 2003).

Pelaksanaan praktikum

Jarak tanam

Pola tanam dapat digunakan sebagai landasan untuk meningkatkan produktivitas lahan. Hanya
saja dalam pengelolaannya diperlukan pemahan kaedah teoritis dan keterampilan yang baik tentang
semua faktor yang menentukan produktivitas lahan tersebut. Biasanya, pengelolaan lahan sempit untuk
mendapatkan hasil/pendapatan yang optimal maka pendekatan pertanian terpadu, ramah lingkungan,
dan semua hasil tanaman merupakan produk utama adalah pendekatan yang bijak (Sukarsono, 2000).

Dalam praktikum jarak tanam yang digunakan dengan ukuran 75cm x 25cm dan ukuran plot 2m x 2 m
Pola hubungan tanaman adalah hubungan yang dibentuk antar individu-individu tanaman pada lahan
yang telah ditanami. Pola hubungan tanaman bertujuan untuk mengatur agar semua individu tanaman
dapat memanfaatkan semua lingkungan tumbuhnya agar tumbuh optimal dan seragam, serta untuk
pertimbangan teknis lainnya.
Pemeliharaan tanaman

Penyiangan

Penyiangan dilakukan 2 minggu sekali. Penyiangan pada tanaman jagung yang masih muda dapat dengan
tangan atau cangkul kecil, garpu dll. Penyiangan jangan sampai mengganggu perakaran tanaman yang
pada umur tersebut masih belum cukup kuat mencengkeram tanah maka dilakukan setelah tanaman
berumur 15 hari (Sania, 1988).

Penyisipan

Tanaman yang tumbuhnya paling tidak baik, dipotong dengan pisau atau gunting tajam tepat di atas
permukaan tanah. Pencabutan tanaman secara langsung tidak boleh dilakukan, karena akan melukai
akar tanaman lain yang akan dibiarkan tumbuh. Penyulaman bertujuan untuk mengganti benih yang
tidak tumbuh/mati, dilakukan 7-10 hari sesudah tanam (hst). Jumlah dan jenis benih serta perlakuan
dalam penyulaman sama dengan sewaktu penanaman (Iskandar, 1988).

Penyiraman

Setelah benih ditanam, dilakukan penyiraman secukupnya, kecuali bila tanah telah lembab, tujuannya
menjaga agar tanaman tidak layu. Namun menjelang tanaman berbunga, air yang diperlukan lebih besar
sehingga perlu dialirkan air pada parit-parit di antara bumbunan tanaman jagung (Poehlman, 1959).

Pembumbunan
Pembumbunan dilakukan bersamaan dengan penyiangan untuk memperkokoh posisi batang agar
tanaman tidak mudah rebah dan menutup akar yang bermunculan di atas permukaan tanah karena
adanya aerasi. Dilakukan saat tanaman berumur 6 minggu, bersamaan dengan waktu pemupukan. Tanah
di sebelah kanan dan kiri barisan tanaman diuruk dengan cangkul, kemudian ditimbun di barisan
tanaman. Dengan cara ini akan terbentuk guludan yang memanjang (Anonimus, 2000).

Pemupukan

Dosis pupuk jagung yang digunakan dalam praktikum ini urea sebanyak 300 gr sp 36sebanyak 300 gr dan
KCLsebanyak 200 gr. Pemupukan ini di lakukan hanya satu kali, pada tanaman mengalami masa pegetatif.
Pupuk di berikan ketika tanaman jagung berumur 3-4 minggu setelah tanam (Effendi, 1999

Anda mungkin juga menyukai