PENDAHULUAN
Jenis cabai juga cukup bervariasi, beberapa jenis di bedakan berdasarkan ukuran,
bentuk, rasa pedasnya dan warna buahnya. Di Indonesia jenis cabai yang banyak
dibudidayakan antara lain cabai keriting, cabai besar, cabai rawit, dan cabai paprika
(Anonim, 2013).
Dalam budidaya cabai salah satu hal yang perlu diperhatikan untuk meningkatkan
produksi adalah pemilihan jenis cabai. Cabai mempunyai kelebihan tahan terhadap
kelembapan udara. Cabai memiliki beberapa manfaat selain dijadikan sebagai bahan
penyedap makanan, cabai juga bisa dimanfaatkan menjadi berbagai macam produk
olahan seperti saos cabai, sambel cabai, pasta cabai, bubuk cabai, cabai kering, dan
bumbu instant. Bahkan produk-produk tersebut sudah berhasil diekspor ke Singapura,
Hongkong, Saudi Arabia, Brunei Darussalam dan India.
Adapun tujuan dari praktikum Budidaya Tanaman Hortikultura jenis tanaman cabe
adalah untuk mengetahui budidaya tanaman cabe tersebut dalam proses pembibitan
hingga kepersemaian.
1
1.2 Landasan Teori
1.2.1 Sejarah Tanaman Cabai Merah.
Tahun 1490
Tanaman cabai merah (Capsicum sp) untuk pertama kali diketemukan oleh
petualang dunia bernama Christophorus Columbus. dihabitatnya di Amerika tropis. Saat
itu ekspedisi yang dipimpinnya mendarat di sebuah daerah berhawa panas yang semula
dikiranya sebagai salah satu daerah dari benua Asia. Cabai yang diketemukan Colombus,
memang merupakan tanaman asli Amerika selatan dari sinilah tanaman ini menyebar ke
Amerika tengah menuju Amerika serikat bagian selatan.Konon sejak tahun 7000 SM,
buah cabai sudah dimanfaatkan oleh suku Indian untuk keperluan masak-memasak
(bumbu). Menginjak pada 5200-3400 SM barulah mereka mulai membudidayakannya
dan disebarluaskan ke berbagai daerah lain di benua Amerika (Setiadi, 1999).
2
Akar cabai berambut, Bagian ujung akarnya hanya mampu menembus tanah
sampai kedalaman 25-30 cm.
4. Bunga cabai
Bunga cabai termasuk berkelamin dua, karena pada satu bunga terdapat kepala sari
dan kepala putik. Mahkota bunganya berwarna putih dan akan mengalami rontok bila
buah mulai terbentuk.
Karbohidarat
5,2 7,3 19,9 - 61,8 33
(g)
3
Vit C (mg) 84 18 71,2 - 50 10
b.d.d % 82 85 - 85
Rasa pedas pada buah cabai adalah karena.zat Capsaicine (C 18H27O3 N).
2. Curah Hujan
Suhu yang cocok untuk pertumbuhannya adalah siang hari 210C-280C, malam
hari 130C-160C, untuk kelembaban tanaman 80%.
4. Angin
Angin yang cocok untuk tanaman cabai adalah angin sepoi-sepoi, angin berfungsi
menyediakan gas CO2 yang dibutuhkannya.
b. Ketinggian Tempat
4
Ketinggian tempat untuk penanaman cabai adalah adalah dibawah 1400 m
dpl.Berarti cabai dapat ditanam pada dataran rendah sampai dataran tinggi
(1400 m dpl). Di daerah dataran tinggi tanaman cabai dapat tumbuh, tetapi tidak
mampu berproduksi secara maksimal
c. Tanah
Cabai sangat sesuai ditanam pada tanah yang datar dan beradaptasi dengan baik
mulai dari tanah berpasir hingga tanah liat dengan pH 6-7. Tanah yang gembur,
subur, dan banyak mengandung humus (bahan organik) tetapi tanah yang cocok
adalah tanah yang mengandung unsur-unsur pokok yaitu unsur N dan K, tanaman
cabai tidak suka dengan air yang menggenang.
5
BAB II
ISI
1. Tujuan Praktikum :
a) Sebagai syarat untuk memperoleh nilai praktikum pada mata kuliah budidaya
tanaman hortikultura.
b) Melatih mahasiswa/i untuk melakukan persemaian dan pembibitan cabai merah.
4. Prosedur Kerja
a. Persiapan naungan
Untuk membuat naungan dibutuhkan kayu dan paranet. Naungan akan dibuat sesuai
luas lahan yang akan dibuat pembibitan dan persemaian cabai. Adapun tujuan dari
naungan ini adalah untuk melindungi tanaman cabai dari paparan langsung cayaha
matahaari.
b. Persiapan media persemaian
Persiapan media persemaian dilakukan dengan mengisi polybag dengan tanah yang
subur dan gembur.
6
c. Persiapan benih
Benih yang akan ditanam terlebih dahulu direndam minimal 2 jam sebelum tanam.
Benih yang akan ditanam adalah benih yang tenggelam.
d. Penyemaian
Polybag yang sudah diisi tanah akan ditanami dengan bibit cabai dengan varietas
Lokal Medan dan varietas Lado F2. Usahakan benihnya tidak terlalu dalam ditanam
supaya tanaman mudah tumbuh kemudian disiram.
e. Pemeliharaan persemaian
Bumbungan untuk tanaman cabainya terbuat dari daun pisang, dibentuk bulat dengan
tinggi 10 cm dan lebar 5-6. Jumlah bumbungannya 20 per orang atau sesuaai kebutuhan
bibit.
Bumbungan diisi dengan tanah setelah itu cabut tanaman cabe dari polybag lalu
pindahkan kebumbungan, masing-masing perorangan mengambil bibit varietas Lokal
Medan dan varietas Lado F2. Setelah itu siram dengan sprayer.
h. Pemeliharaan bibit
Tanaman yang sudah dibumbungan dirawat dengan menyiram setiap hari, semprot
dengan pupuk hantu dan jika terserang hama dan penyakit lakukan penyemprotan
pestisida amistartop.
7
5. Hasil
Varietas Tinggi Jumlah Hama/penyakit
(cm) daun
Lokal 16,5 12 helai ulat
Medan
8
6. Pembahasan
Dalam budidaya cabai ada beberapa tahapan yang harus dilakukan diantaranya,
Persiapan naungan, Persiapan media persemaian, Persiapan benih, Penyemaian ,
Pemeliharaan persemaian, Persiapan bumbungan dan media pembibitan, pemindahan
bibit ke bumbungan, Pemeliharaan bibit.
Varietas yang ditanam ada dua yaitu varietas Lokal Medan dan varietas Lado F2.
Dari hasil tabel diatas menunjukkan bahwa pertumbuhan varietas Lokal Medan lebih
bagus jika dilihat dari timggi tanaman dan jumlah daun. Hama yang menyerang tanaman
cabai yaitu hama ulat. Ulat memakan batang dan daun, batang tanaman varietas Lokal
Medan hampir patah dan daunnya banyak yang gugur. Batang cabai varietas Lado F2
patah akibat dimakan ulat demikian juga daunnya habis dimakan ulat.
9
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpualan
Dari hasil praktikum yang sudah dilaksanakan dapat disimpulkan bahwa varietas
lokal medan ukurannya lebih tinggi daripada varietas Lado F2, jumlah daunnya juga
lebih banyak dari varietas Lokal Medan. Hama yang menyerang kedua tanaman
tersebut adalah ulat.
3.2 Saran
Seluruh peserta praktikum sebaiknya menyiram tanaman cabai setiap hari dan
memperhatikan setiap pertumbuhan dan perkembangan tanaman, supaya jika ada
hama dan gejala penyakit bisa diatasi dengan cepat sebelum tingkat kerusakan yang
disebabkan hama dan penyakit semakin parah.
10
DAFTAR PUSTAKA
Duriad, & Muhram. (2003). Pengenalan Penyakit Penting Pada Cabai Dan
Pengendalianya Berdasarkan Epidemologi Terapan. lembang, Bandung: Pusat
Penelitian dan Pengembangan Hortikultura.
Warsino, & Dhana. (2010). Peluang UUsaha Dan Budidaya Cabai. Jakarta: Gramedia.
11