Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Cabai merupakan tanaman perdu berkayu dari famili terong-terongan yang
memiliki nama ilmiah Capsicum sp. Cabai berasal dari benua Amerika tepatnya daerah
Peru dan menyebar ke negara-negara benua Amerika, Eropa dan Asia termasuk Negara
Indonesia.Cabai mengandung kapsaisin, dihidrokapsaisin, vitamin (A, C), damar, zat
warna kapsantin, karoten, kapsarubin, zeasantin, kriptosantin, clan lutein.Selain itu, juga
mengandung mineral, seperti zat besi, kalium, kalsium, fosfor, dan niasin.Zat aktif
kapsaisin berkhasiat sebagai stimulan.

            Jenis cabai juga cukup bervariasi, beberapa jenis di bedakan berdasarkan ukuran,
bentuk, rasa pedasnya dan warna buahnya. Di Indonesia jenis cabai yang banyak
dibudidayakan antara lain cabai keriting, cabai besar, cabai rawit, dan cabai paprika
(Anonim, 2013).

            Dalam budidaya cabai salah satu hal yang perlu diperhatikan untuk meningkatkan
produksi adalah pemilihan jenis cabai. Cabai mempunyai kelebihan tahan terhadap
kelembapan udara. Cabai memiliki beberapa manfaat selain dijadikan sebagai bahan
penyedap makanan, cabai juga bisa dimanfaatkan menjadi berbagai macam produk
olahan seperti saos cabai, sambel cabai, pasta cabai, bubuk cabai, cabai kering, dan
bumbu instant. Bahkan produk-produk tersebut sudah berhasil diekspor ke Singapura,
Hongkong, Saudi Arabia, Brunei Darussalam dan India.

Adapun tujuan dari praktikum Budidaya Tanaman Hortikultura jenis tanaman cabe
adalah untuk mengetahui budidaya tanaman cabe tersebut dalam proses pembibitan
hingga kepersemaian.

1
1.2 Landasan Teori
1.2.1 Sejarah Tanaman Cabai Merah.
Tahun 1490
Tanaman cabai merah (Capsicum sp) untuk pertama kali diketemukan oleh
petualang dunia bernama Christophorus Columbus. dihabitatnya di Amerika tropis. Saat
itu ekspedisi yang dipimpinnya mendarat di sebuah daerah berhawa panas yang semula
dikiranya sebagai salah satu daerah dari benua Asia. Cabai yang diketemukan Colombus,
memang merupakan tanaman asli Amerika selatan dari sinilah tanaman ini menyebar ke
Amerika tengah menuju Amerika serikat bagian selatan.Konon sejak tahun 7000 SM,
buah cabai sudah dimanfaatkan oleh suku Indian untuk keperluan masak-memasak
(bumbu). Menginjak pada 5200-3400 SM barulah mereka mulai membudidayakannya
dan disebarluaskan ke berbagai daerah lain di benua Amerika (Setiadi, 1999).

1.2.2   Klasifikasi dan Morfologi


Tanaman cabai merah (Capsicum annuum L.)
Kingdom  : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Solanales
Famili : Solanaceae
Genus : Capsicum (Tabin, 2010).
Tanaman cabai berbentuk perdu, berdiri tegak dan bertajuk lebar. Tanaman ini juga
mempunyai banyak cabang dan setiap cabang akan muncul bunga yang pada akhirnya
berkembang menjadi buah. Disebut cabai merah karena buahnya besar berwarna merah.
1. Batang cabai
Tumbuh tegak berwarna hijau tua dan berkayu. Pada ketinggian batang tertentu
akan membentuk percabangan seperti huruf “Y”.
2. Daun cabai
Daun cabai berbentuk lonjong yang berukuran panjang 8-12 cm, lebar 3-5 cm dan
di bagian pangkal dan ujung daun meruncing.Pada permukaan daun bagian atas berwarna
hijaun tua, sedang dibagian bawah berwarna hijau muda.  Panjang tangkai daunnnya
berkisar 2-4 cm yang melekat pada percabangan, sedangkan tulang daunnnya berbentuk
menyirip.
3. Akar cabai

2
Akar cabai berambut, Bagian ujung akarnya hanya mampu menembus tanah
sampai kedalaman 25-30 cm.
4. Bunga cabai
Bunga cabai termasuk berkelamin dua, karena pada satu bunga terdapat kepala sari
dan kepala putik. Mahkota bunganya berwarna putih dan akan mengalami rontok bila
buah mulai terbentuk.

5. Buah cabai merah


Buah Cabai biasanya muncul dari percabangan atau ketiak daun dengan posisi
buah menggantug.Berat cabai merah sangat bervariasi, yakni berkisar 5-25 gram.Buah
cabai yang masih muda berwarna hijau, berangsur-angsur berubah menjadi merah
menyala setelah buahnya tua.
Cabai merah seperti dikonsumsi dalam bentuk segar maupun olahan dan juga
mempunyai manfaat yang cukup, banyak antara lain sebagai pembuatan obat-obatan
dan sebagai kosmetika serta mengandung zat-zat yang dibutuhkan bagikesehatan tubuh
manusia. Kandungan zat tersebut seperti yang tertera dalam Tabel 2 berikut ini :

Tabel 1.1 Kandungan Gizi Cabai Merah

Kandungan Segar Kering

Cabai Cabai Cabai Cabai


Cabai Cabai
Hijau Merah Hijau Merah
Rawit Rawit
Besar Besar Besar Besar

Kalori (Kal) 23 31 103 - 311 -

Protein (g) 0,7 1 4,7 - 15,9 15

Lemak (g) 0,3 0,3 2,4 - 6,2 11

Karbohidarat
5,2 7,3 19,9 - 61,8 33
(g)

Kalsium (mg) 14 29 45 - 160 150

Fosfor (mg) 23 24 85 - 370 -

Besi (mg) 0,4 0,5 2,5 - 2,3 9

Vit A (Si) 260 470 11,050 - 576 1.000

Vit B1 (mg) 0,05 0,05 70 - 0,04 0,5

3
Vit C (mg) 84 18 71,2 - 50 10

Air (g) 93,4 90,9 85 - 10 8

b.d.d % 82 85 - 85

Sumber : Setiadi, 1999.

Rasa pedas pada buah cabai adalah karena.zat Capsaicine (C 18H27O3 N).

1.2.3 Syarat Tumbuh Tanaman Cabai

Syarat tumbuh tanaman cabai adalah sebagai berikut :


a. Iklim
Suhu yang ideal untuk budidaya cabai adalah 24-280 C. Pada suhu tertentu
seperti 150 C dan lebih dari 320 C akan menghasilkan buah cabai yang kurang baik.
Iklim yang dikehendaki untuk pertumbuhannya antara lain:
1. Sinar Matahari

Penyinaran yang dibutuhkan adalah penyinaran secara penuh.

2. Curah Hujan

Adapun curah hujan yang dikehendaki yaitu 800-2000 mm/tahun.

3. Suhu dan Kelembaban

Suhu yang cocok untuk pertumbuhannya adalah siang hari 210C-280C, malam
hari 130C-160C, untuk kelembaban tanaman 80%.

4. Angin

Angin yang cocok untuk tanaman cabai adalah angin sepoi-sepoi, angin berfungsi
menyediakan gas CO2 yang dibutuhkannya.

b. Ketinggian Tempat

4
Ketinggian tempat untuk penanaman cabai adalah adalah dibawah 1400 m
dpl.Berarti cabai dapat ditanam pada dataran rendah sampai dataran tinggi
(1400 m dpl). Di daerah dataran tinggi tanaman cabai dapat tumbuh, tetapi tidak
mampu berproduksi secara maksimal
c. Tanah

Cabai sangat sesuai ditanam pada tanah yang datar dan beradaptasi dengan baik
mulai dari tanah berpasir hingga tanah liat dengan pH 6-7. Tanah yang gembur,
subur, dan banyak mengandung humus (bahan organik) tetapi tanah yang cocok
adalah tanah yang mengandung unsur-unsur pokok yaitu unsur N dan K, tanaman
cabai tidak suka dengan air yang menggenang.

5
BAB II
ISI

1. Tujuan Praktikum :

a) Sebagai syarat untuk memperoleh nilai praktikum pada mata kuliah budidaya
tanaman hortikultura.
b) Melatih mahasiswa/i untuk melakukan persemaian dan pembibitan cabai merah.

2. Waktu dan Tempat :

Praktikum mata kuliah budidaya tanaman hortikultura dilakukan pada tanggal 09


Oktober 2019 sampai 30 November 2019.. Pelaksanaan praktikum ini bertempat di lahan
pertanian Fakultas Pertanian Universitas Jambi.

3. Alat dan bahan :


Alat :
- cangkul -kayu
- polybag -paranet
- papan nama -sprayer
-stapless
Bahan :
-Benih cabai varietas Local Medan dan varietas Lado F2
-Daun pisang
-Pupuk organik
-Pestisida (amistartop)

4. Prosedur Kerja
a. Persiapan naungan
Untuk membuat naungan dibutuhkan kayu dan paranet. Naungan akan dibuat sesuai
luas lahan yang akan dibuat pembibitan dan persemaian cabai. Adapun tujuan dari
naungan ini adalah untuk melindungi tanaman cabai dari paparan langsung cayaha
matahaari.
b. Persiapan media persemaian

Persiapan media persemaian dilakukan dengan mengisi polybag dengan tanah yang
subur dan gembur.

6
c. Persiapan benih

Benih yang akan ditanam terlebih dahulu direndam minimal 2 jam sebelum tanam.
Benih yang akan ditanam adalah benih yang tenggelam.

d. Penyemaian

Polybag yang sudah diisi tanah akan ditanami dengan bibit cabai dengan varietas
Lokal Medan dan varietas Lado F2. Usahakan benihnya tidak terlalu dalam ditanam
supaya tanaman mudah tumbuh kemudian disiram.

e. Pemeliharaan persemaian

Dalam pemeliharaan persemaian perlu dilakukan penyiraman setiap hari. Penyiraman


dilakukan dengan menggunakan sprayer.

f. Persiapan bumbungan dan media pembibitan

Bumbungan untuk tanaman cabainya terbuat dari daun pisang, dibentuk bulat dengan
tinggi 10 cm dan lebar 5-6. Jumlah bumbungannya 20 per orang atau sesuaai kebutuhan
bibit.

g. pemindahan bibit ke bumbungan

Bumbungan diisi dengan tanah setelah itu cabut tanaman cabe dari polybag lalu
pindahkan kebumbungan, masing-masing perorangan mengambil bibit varietas Lokal
Medan dan varietas Lado F2. Setelah itu siram dengan sprayer.

h. Pemeliharaan bibit

Tanaman yang sudah dibumbungan dirawat dengan menyiram setiap hari, semprot
dengan pupuk hantu dan jika terserang hama dan penyakit lakukan penyemprotan
pestisida amistartop.

7
5. Hasil
Varietas Tinggi Jumlah Hama/penyakit
(cm) daun
Lokal 16,5 12 helai ulat
Medan

Lado F2 5 cm 2 helai ulat

8
6. Pembahasan

Dalam budidaya cabai ada beberapa tahapan yang harus dilakukan diantaranya,
Persiapan naungan, Persiapan media persemaian, Persiapan benih, Penyemaian ,
Pemeliharaan persemaian, Persiapan bumbungan dan media pembibitan, pemindahan
bibit ke bumbungan, Pemeliharaan bibit.

Varietas yang ditanam ada dua yaitu varietas Lokal Medan dan varietas Lado F2.
Dari hasil tabel diatas menunjukkan bahwa pertumbuhan varietas Lokal Medan lebih
bagus jika dilihat dari timggi tanaman dan jumlah daun. Hama yang menyerang tanaman
cabai yaitu hama ulat. Ulat memakan batang dan daun, batang tanaman varietas Lokal
Medan hampir patah dan daunnya banyak yang gugur. Batang cabai varietas Lado F2
patah akibat dimakan ulat demikian juga daunnya habis dimakan ulat.

9
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpualan

Dari hasil praktikum yang sudah dilaksanakan dapat disimpulkan bahwa varietas
lokal medan ukurannya lebih tinggi daripada varietas Lado F2, jumlah daunnya juga
lebih banyak dari varietas Lokal Medan. Hama yang menyerang kedua tanaman
tersebut adalah ulat.

3.2 Saran

Seluruh peserta praktikum sebaiknya menyiram tanaman cabai setiap hari dan
memperhatikan setiap pertumbuhan dan perkembangan tanaman, supaya jika ada
hama dan gejala penyakit bisa diatasi dengan cepat sebelum tingkat kerusakan yang
disebabkan hama dan penyakit semakin parah.

10
DAFTAR PUSTAKA

Duriad, & Muhram. (2003). Pengenalan Penyakit Penting Pada Cabai Dan
Pengendalianya Berdasarkan Epidemologi Terapan. lembang, Bandung: Pusat
Penelitian dan Pengembangan Hortikultura.

Martoredjo. (2009). Ilmu Penyakit Pasca Panen. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Pracaya. (1993). Budidaya Tanaman Lombok. Yogyakarta: Kasinus.

Prajanata, F. (2008). Agribisnis Cabai Hibrida. Jakarta: Penebar Swadaya.

Rukmana, R. (1994). Budidaya Cabai Hibrida Sistem Mulsa Plastik. Yogyakarta:


PenebarSwadaya.

Santika, A. (2008). Agribisnis Cabai. Jakarta: Penebar swadaya.

Setiadi. (2006). Jenis Dan BudidayaCabai Keriting. Jakarta: Penebar Swadaya.

Taniwiryono, D. I. (2008). Pupuk Kimia Buatan, Pupuk Organik,Pupuk Hayati.


jakarta: Balai Penelitian Bioteknologi.

Tjahjadi, N. (1991). Bertanam Cabai. Yogyakarta: Kasinus.

Warsino, & Dhana. (2010). Peluang UUsaha Dan Budidaya Cabai. Jakarta: Gramedia.

11

Anda mungkin juga menyukai