Anda di halaman 1dari 17

MAP (MODIFIED ATMOSPHERE PACKAGING)

PRODUK PERIKANAN
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Terstruktur Semester Ganjil
Matakuliah Teknologi Pengemasan
Dosen : Dr. Ir. Bambang Budi S., MS
oleh:

Nia Karomatul Aulia (155080300111030)


Faizatus Sholihah (155080300111031)
Oryza Adhitya Wardhana (155080300111038)
Arif Yusuf Julionarta (155080300111039)
Arief Pandu Wahyuadi (155080300111043)
Avivatunnisa (155080300111052)
Janet Bela Nor Malita (155080300111053)
Aulia Khumairoh (155080300111057)
Wahyu Imam Ramadhan (155080301111011)
Linda Mardiyana Muslimah (155080301111024)

Kelas T04

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI HASIL PERIKANAN


JURUSAN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2017
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji dan syukur penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT


yang telah memberi rahmat, karunia, serta kasih sayang terbesar-Nya sehingga
penyusun dapat menyelesaikan makalah yang berjudul MAP dari produk
perikanan.
Penyusunan makalah ini dimaksudkan untuk memenuhi penilaian tugas
terstruktur mata kuliah Teknologi Pengemasan pada semester ganjil tahun 2017.
Selain itu sebagai upaya untuk meningkatkan kemampuan dan memotivasi
mahasiswa dalam memahami MAP dari produk perikanan.
Penyusun menyadari bahwa masih terdapat banyak kekurangan dalam
penyusunan makalah ini. Oleh karena itu penyusun dengan tangan terbuka
menerima saran dan kritik dari pembaca sekalian demi memperbaiki penulisan
lain di kemudian hari.
Akhirnya semoga makalah ini dapat mendatangkan manfaat bagi semua
pihak.
Sekian dan terimakasih.

Malang, 25 Oktober 2017

Penyusun

i
DAFTAR ISI

halaman
KATA PENGANTAR......................................................................................i
DAFTAR ISI...................................................................................................ii
Bab I Pendahuluan......................................................................................1
1.1 Latar Belakang....................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..............................................................................2
1.3 Tujuan.................................................................................................2
Bab II Pembahasan......................................................................................3
2.1 Pengertian Kemasan dan Pengemasan..............................................3
2.2 Sejarah Perkembangan Kemasan Kertas...........................................4
2.3 Bahan Baku Pembuatan Kertas..........................................................6
2.4 Sifat Fisika dan Kimia Kertas...............................................................9
2.5 Jenis-Jenis Kemasan Kertas...............................................................10
2.6 Proses Pembuatan Kemasan Kertas..................................................19
2.7 Kelebihan dan Kekurangan Penggunaan Kemasan Kertas.................25
2.8 Pengolahan Kertas Setelah Penggunaan............................................25
2.9 Kerusakan Mikrobiologi Akibat Kemasan Kertas.................................26
Bab III Penutup.............................................................................................28
3.1 Kesimpulan.........................................................................................28
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................29

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Ikan sangat rentan terhadap kerusakan akibat pertumbuhan mikroba paska
kematian dan kinerja biokimia yang terdapat dalam tubuh ikan. Hal ini disebabkan
karena daging ikan merupakan substrat yang baik bagi pertumbuhan mikroba.
Daging ikan menyediakan sumber zat makanan makromolekul dan mikromolekul
yang secara langsung dapat digunakan mikroba. Efek dari aktivitas mikroba pada
protein ikan adalah off-flavor dan off-odor. Glikogen dalam tubuh ikan diubah
menjadi asam laktat akibat bekerjanya autolysis. Secara komersial, hal ini menjadi
suatu tantangan bagi transportasi dan pemasaran ikan (Regenstein 2006 dalam
Sianipar, 2010).
Belakangan ini telah berkembang suatu fenomena permintaan terhadap
produk makanan yang didinginkan dengan umur simpan yang lebih panjang.
Konsumen lebih memilih produk yang segar, mudah untuk dikonsumsi dan tidak
menggunakan bahan tambahan pangan. Hal ini telah mendorong pertumbuhan
teknologi alternatif untuk pengemasan bahan pangan, distribusi dan penyimpanan,
yaitu modified atmosphere packaging (MAP), yang menghasilkan produk yang
mempunyai umur simpan yang lebih panjang dan kualitas yang lebih baik
(Sivertsvik et al. 2002)
Pengemasan atmosfir termodifikasi telah berkembang dengan sangat pesat,
hal ini didorong oleh kemajuan fabrikasi film kemasan yang dapat menghasilkan
kemasan dengan permeabilitas gas yang luas, tersedianya adsorber untuk O2,
CO2, etilen, dan air. Para ahli pengemasan sering menganggap MAP (Modified
Atmosfir Packaging) merupakan satu dari bentuk kemasan aktif, karena banyak
metode kemasan aktif memodifikasi komposisi udara di dalam kemasan bahan
pangan. Keunggulandari teknik kemasan aktif yaitu tidak mahal (relatif terhadap
harga produk yang dikemas), ramah lingkungan, mempunyai nilai estetika yang
dapat diterima dan sesuai untuk sistem distribusi (Hurme, et al., 2002 dalam
Irawan, 2015).
Modified Atmosphere Packaging (MAP) adalah suatu teknologi
memperpanjang umur simpan produk dengan menggantikan udara yang ada di

1
dalam kemasan dengan campuran gas yang relatif lebih murni atau steril dan
terhitung rasio kandungannya (Sivertsvik et al. 2002). Pengemasan atmosfer
termodifikasi dengan kandungan gas karbondioksida dalam kemasannya dapat
memperpanjang umur simpan dari produk dengan memperpanjang lag phase dari
bakteri aerobik pembusu. Bila dibandingkan dengan pendinginan, pengemasan
atmosfer termodifikasi telah memperpanjang umur simpan sampai dua kali lipat
terhadap produk perikanan segar dan produk olah minimal serta mempunyai
potensi untuk digunakan pada level eceran atau retail.
Efektifitas MAP dalam memperpanjang umur simpan tergantung pada
beberapa faktor, yaitu jenis makanan, kualitas dari bahan makanan (raw material),
komposisi gas, suhu penyimpanan, higiene selama penanganan dan pengemasan,
rasio antara volume gas dan produk, permeabilitas dari kemasan. Konsentrasi
CO2 pada MAP tergantung pada spesies ikan (Soccol & Otterrer 2003 dalam
Sianipar, 2010) dan perbedaan komposisi gas telah digunakan untuk berbagai
produk ikan. Karena faktor ini, maka perlu juga dilakukan penelitian pengaruh
MAP lebih lanjut
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka dapat ditentukan rumusan
masalah dalam makalah ini seperti berikut.
1. Ap
1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari makalah Teknik Pengemasan ini adalah untuk :
1. Mengetahui

2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian pengemasan Aktif
kemasan aktif (active packaging) adalah smart, interactive, clever atau
intelligent packaging. Defenisi dari kemasan aktif adalah teknik kemasan yang
mempunyai sebuah indikator eksternal atau internal untuk menunjukkan secara
aktif perubahan produk serta menentukan mutunya. Kemasan akif disebut sebagai
kemasan interaktif karena adanya interaksi aktif dari bahan kemasan dengan
bahan pangan yang dikemas. Tujuan dari kemasan aktif atau interaktif adalah
untuk mempertahankan mutu produk dan memperpanjang masa simpannya.
Pengemasan aktif merupakan kemasan yang mempunyai : - bahan
penyerap O2 (oxygen scavangers) - bahan penyerap atau penambah (generator)
CO2 - ethanol emiters - penyerap etilen - penyerap air - bahan antimikroba -
heating/cooling - bahan penyerap (absorber) dan yang dapat mengeluarkan
aroma/flavor - pelindung cahaya (photochromic)
2.2 Pengertian MAP
Secara general, Yahia (2009) mendefinisikan Modified Atmosphere
Packaging (MAP) sebagai teknik untuk meningkatkan keawetan produk segar
ataupun produk yang diproses secara minimal melalui modifikasi komposisi udara
di sekitarnya menggunakan film pengemasan. Pengertian yang lebih spesifik
diberikan oleh Novak (2010). Definisi MAP menurut Novak (2010) adalah
penggantian komposisi atmosfer (78,08% N2, 20,95% O2, 0,93% Ar, dan 0,03%
CO2) dalam wadah tertutup untuk memperoleh kondisi atmosfer yang berbeda
dengan udara bebas dengan tujuan untuk mengemas suatu produk.

Pengemasan atmosfir termodifikasi atau Modified atmosphere Packaging


(MAP) adalah pengemasan produk dengan menggunakan bahan kemasasn yang
dapat menahan keluar masuknya gas sehingga konsentrasi gas di dalam kemasan
berubah dan hal ini menyebabkan laju respirasi produk menurun, mengurangi
pertumbuhan mikroba, mengurangi kerusakan oleh enzim, serta memperpanjang
umur simpan. MAP ini banyak digunakan dalam teknologi olah minimal buah-
buahan dan sayur segar serta buah-buahan pangan yang siap santap (ready-to-eat).
Penyimpanan modifikasi atmosfer adalah penyimpanan dimana
kandungan O2 dikurangi dan kandungan CO2 ditambah dari udara normal

3
dengan pengaturan pengemsan yang menghasilkan kondisi konsentrasi
tertentu melalui interaksi perembesan gas dan metabolisme produk yang
disimpan. Modifikasi atmosfer merupakan cara terbaik untuk memperpanjang
umur simpan produk. Gas yang dalam modifikasi atmosfer adalah oksigen,
karbondioksida, nitrogen dalam kombinasi tergantung dengan jenis produk
yang dikemas. Disamping untuk keperluan respirasi oksigen juga berpengaruh
terhadap pertumbuhan bakteri anaerob Nitrogen gas yang bersifat inert yang
digunakan sebagai gas pengisi kemasan untuk menjaga kemasan tidak kempes
(Muslikhah et al., 2013).

Saat ini MAP telah berkembang dengan sangat pesat, hal ini didorong oleh
kemajuan fabrikasi film kemasan yang dapat menghasilkan kemasan dengan
permeabilitas gas yang luas serta tersedianya adsorber untuk O2, CO2, etilen, dan
air. Ahli-ahli pengemasan sering menganggap bahwa MAP merupakan satu dari
bentuk kemasan aktif, karena banyak metode kemasan aktif juga memodifikasi
komposisi udara di dalam kemasan bahan pangan. Ide penggunaan kemasan aktif
bukanlah hal yang baru, tetapi keuntungan dari segi mutu dan nilai ekonomi dari
teknik ini merupakan perkembangan terbaru dalam industri kemasan bahan
pangan. Keuntungan dari teknik kemasan aktif adalah tidak mahal (relatif
terhadap harga produk yang dikemas), ramah lingkungan, mempunyai nilai
estetika yang dapat diterima dan sesuai untuk sistem distribusi.

Pada prakteknya ada dua macam pengemsan atmosfir termodifikasi


yaitu cara pasif dan aktif. Dalam pengemasan atmosfir termodifikasi cara
pasif, kestimbangan CO2 dan O2 didapat melalui pertukaran udara dalam
kemasan. Untuk mendapatkan dan mempertahankan komposisi udara yang
sesuai dalam kemasan, permeabilitas film yang dipilih harus diupayakan
sehingga permeabilitasnya memungkinkan O2 melewati film degan laju
seimbang dengan konsumsi O2. Demikian pula CO2 dikeluarkan dari film
kemasan untuk mengimbangi produksi CO2 oleh produk. Sedangkan pada cara
aktif, udara dalam kemasan kemudian diisi udara kembali dengan konsentrasi
O2 dan CO2 yang diatur komposisinya dengan menggunakan alat, sehingga
kesetimbangan langsung tercapai. Keunggulan dari teknik kemasana aktif
yaitu tidak mahal (relatif terhadap harga produk yang dikemas), ramah

4
lingkungan, mempunyai nilai estetika yang dapat diterima dan sesuai untuk
sistem distribusi (Irawan et al., 2016).

2.3 Gas yang digunakan dalam MAP

Ada tiga gas utama yang digunakan pada MAP yaitu oksigen (O 2),
nitrogen (N2) dan karbondioksida (CO2). Untuk hampir semua jenis produk,
kombinasi dari dua atau tiga jenis gas ini digunakan, dipilih berdasarkan
kebutuhan dari spesifik produk. Biasanya untuk produk yang tidak berespirasi,
dimana pertumbuhan mikroba adalag parameter perusak utama, penggunaan
30-60% CO2 digunakan, sisanya N2 (untuk produk yang sensitif dengan O2)
atau kombinasi dari N2 dan O2.
Karbondioksida merupakan gas yang paling penting pada MAP, karena
sifat bakteriostatik dan fungistatiknya. Karbondioksida (CO2) menghambat
pertumbuhan banyak jenis dari bakteri perusak dan tigkat penghambatannya
semakin tinggi sejalan dengan konsentrasi CO 2 yang semakin besar dalam
kemasan. Nitorgen merupakan gas yang digunakan dalam MAP sebagai gas
pengisi karena kelarutannya yang rendah. Nitrogen digunakan untuk
menggantikan O2 dalam kemasan yang produknya sensitif terhadap O 2,
menunda ketengeikan, sebagai alternatif kemasan vakum dan menghambat
bakteri aerobik. Oksigen diperkenalkan dalam pengemasan atmosfer dari
beberapa jenis produk adalah untuk mengurangi resiko dari pertumbuhan
bakteri patogen, tetapi saat ini proses ini telah diragukan.

2.4 Faktor Faktor yang di perhatikan dalam MAP

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penyimpanan dengan


menggunakan MAP yaitu film kemasan, konsentrasi O2 dan CO2 serta suhu
penyimpanan. Penyimpanan dengan pengemasan atmosfir termodfikasi akan
lebih efektif bila dilakukan bersamaan dengan penurunan suhu. Oksigen yang
terdapat pada lingkungan buah akan berpengaruh pada respirasi, karena
respirasi oksidatif sangat memerlukan O2 dalam jumlah besar. Oksigen pada

5
kisara 3%-21% akan mempengaruhi siklus, sedangkan pada konsentrasi O 2
yang lebih rendah dibawah 3% akan terjadi penghambatan glikolisis. Seacra
umum penurunan konsentrasi O2 dibawah udara normal adalah menurunkan
laju respirasi dan oksidasi substrat, pematangan tertunda. Sebagai akibatnya
umur komodiiti menjadi lebih panjang, perombakan klorofil tertunda,
produksi C2H4 rendah, laju pembentukan asam askorbat berkurang.
Konsentrasi CO2 dalam atmosfir penyimpanan juga beroengaruh terhadap
proses respirasi buah. Tingkat CO2 yang tinggi (diatas 1%) dapat menghambat
pematangan buah. Selain itu juga konsentrasi CO 2 yang cukup tinggi dapat
memperpanjang umur simpan buah-buahan karena terhambatnya respirasi.
Toleransi relatif buah-buahan dan sayuran terhadap penurunan dan
peningkatan CO2, menjadi penting untuk tercapainya kondisi atmosfer
termodifikasi sebagai akibat kegiatan metabolisme dan respirasi buah. Geeson
et al (1983), menyatakan bahwa perubahan konsentrasi gas O 2 dan CO2 pada
suatu saat akan mencapai suatu kesetimbangan, dimana pada saat itu akan
terjadi sedikit sekali atau bahkan tidak ada perubahan konsentrasi gas O2 dan
CO2.
Efektivitas MAP dalam memperpanjang umur simpan tergantung pada
beberapa faktor, yaitu jenis produk, kualitas dari bahan makanan (raw
material), komposisi gas, suhu penyimpanan, higiene selama penanganan dan
pengemasan, rasio antara volume gas dan produk, permeabilitas kemasan.
Konsentrasi CO2 pada MAP tergantung pada jenis produk dan perbedaan
komposisi gas (Soccol dan Otterrer, 2003). Dewi (2007) menambahkan,
beberapa faktor yang mempengaruhi masa simpan dalam atmosfer
termodifikasi yaitu jumlah air bebas yang dapat digunakan mikroba bagi
pertumbuhannya, atmosfer dalam kemasan, permeabilitas kemasan dan
temperatur penyimpanan.

2.5 Tujuan MAP


MAP merupakan suatu teknologi pengemasan yang dilakukan pada produk
pangan dengan tujuan agar dapat mempertahankan umur simpan produk pangan
tersebut. MAP umumnya menghalangi pergerakan udara, memungkinkan proses
respirasi normal produk, mengurangi kadar oksigen, dan meningkatkan kadar

6
kaarbondioksida udara di dalam kemasan. MAP dapat digunakan dalam container
pengapalan dan dalam unit-unit kemasan konsumen. Modifikasi atmosfer dan
secara aktif ditimbulkan dengan membuat sedikit vakum dalam kemasan tertutup
(seperti kantong polietilen yang tidak berventilasi), dan kemudian memasukkan
campuran komposisi atmosfer yang diinginkan yang sudah jadi dari luar. Jenis
plastik yang digunakan dalam metode pengemas MAP adalah plastic jenis LDPE
(Low Density Polyethilene), HDPE (High Density Polyethilene), PVC
(Polyvinylchloride), dan PP (Polypropylene). Secara umum, penurunan
konsentrasi oksigen dan peningkatan konsentrasi karbondioksida akan bermanfaat
terhadap kebanyakan komoditi.

2.6 Prinsip dan Mekanisme MAP

Konsep utama cara kerja MAP adalah mengatur komposisi udara di sekitar
bahan yang berbeda dengan komposisi udara atmosfir. Modifikasi tersebut dapat
berupa penurunan persentase oksigen dari 21% menjadi 0%, penurunan persentase
oksigen ini bertujuan untuk mencegah pertumbuhan mikroorganisme aerob dan
juga untuk memperlambat proses oksidasi. Modifikasi ini dilakukan dengan cara
menggantikan gas di udara dengan nitrogen sebagai gas inert (tidak bereaksi)
sehingga udara dalam kemasan terdiri dari 100% gas nitrogen sehingga
memperlambat proses oksidasi. (Naibaho et al., 2013)

Atmosfer dalam kemasan dibuat secara aktif atau pasif. Pada MAP pasif,
lapisan film bersifat selektif permeabel yang memungkinkan beberapa gas keluar
daan memperangkap gas lainnya ke dalam. Metode aktif dan pasif dapat
dikombinasikan.

Kondisi lingkungan pada MAP didesain dengan campuran gas atmosfer


normal yang dapat memperlambat proses product aging yaitu mengurangi
kerusakan warna (color loss), bau (odour) dan rasa (off-taste) serta menghambat
kerusakan pangan akibat mikroba (food spoilage) dan ketengikan akibat kapang
ataupun mikroba anaerobik lainnya.

MAP mampu memperoleh dan mempertahankan laju respirasi optimal


untuk mempertahankan kesegaran warna, rasa, dan kandungan nutrisi pada
daging, seafood, buah dan sayur yang diproses secara minimal, pasta, keju,
produk bakeri, daging kuring, makanan kering melalui peningkatan daya simpan.
(Sutrisno dan Enggar, 2011)

7
Efektivitas dan efisiensi bergantung pada sistem MAP yang dipilih
sehingga sangat penting untuk memahami faktor-faktor yang dapat
mempengaruhinya. Faktor-faktor yang harus diperhatikan dalam aplikasi MAP
adalah (a) keawetan produk, (b) aspek distribusi, (c) dimensi produk dan (d)
tujuan pemasaran.

Bahan dan perlengkapan dalam MAP sangat beragam bergantung jenis


produk. Jenis plastik yang digunakan dalam metode pengemas MAP adalah
plastik jenis LDPE (Low Desity Polyethilene), HDPE (High Density lyethilene),
PVC (Polyvinylcholride), dan PP (Polypropylene). Perlengkapan (equipment)
dalam MAP sangat beragam mulai dari bersifat manual hingga yang dikendalikan
oleh prosesor. Gambar 1 adalah mesin pengisi secara vertikal, sedangkan Gambar
2 adalah mesin pengisi secara horizontal. Keduanya dapat dioperasikan baik
secara manual maupun otomatis. Mesin pengemas vertikal umumnya lebih
fleksibel dibandingkan dengan tipe horizontal. Khusus pada tipe vertikal, terdapat
dua tipe konfigurasi sealing, yaitu tipe fin dan lap (Gambar 3). Konfigurasi fin
hanya menyegel bagian dalam (inside) saja, sedangkan tipe lap menyegel baik
bagian dalam hingga luar.

Gambar 1. Vertical filling line

8
Gambar 2. Horizontal filling line

Gambar 3. Konfigurasi sealing fin dan lap

2.7 Perancangan Sistem MAP


Diketik Aul
2.8 Kelebihan dan Kekurangan MAP
Terdapat kelebihan dan kekurangan dalam penggunaan teknologi MAP,
diantaranya adalah:
A. Kelebihan Teknologi MAP
1. Berpotensi Meningkatkan Umur Simpan 50-400%

9
Dengan menggunakan teknologi MAP, umur simpan dapat ditingkatkan
karena bahan kemasan yang digunakan dapat menahan keluar masuknya gas
sehingga konsentrasi gas di dalam kemasan berubah dan hal ini menyebabkan laju
respirasi produk menurun, mengurangi pertumbuhan mikroba, mengurangi
kerusakan oleh enzim, hingga akhirnya umur simpan produk dapat ditingkatkan.
2. Mengurangi Kehilangan
Proses transpirasi dan respirasi yang berujung pada kehilangan berat
(penyusutan) dapat ditekan karena konsentrasi gas dalam kemasan didominasi
oleh karbondioksida yang dapat menekan laju transpirasi dan respirasi.
Keberadaan oksigen yang tinggi di dalam kemasan, dapat memacu laju respirasi
dan proses metabolisme, sehingga kemungkinan akan kehilangan berat maupun
kualitas komoditas semakin besar. Selain itu, kemasan MAP dapat mengurangi
jumlah uap air yang hilang dari produk.
3. Produk dapat Didistribusikan pada Area Pemasaran yang Lebih Luas
Penggunaan teknologi MAP dapat memperpanjang umur simpan produk.
Oleh karena itu, produk yang dipasarkan bisa menjangkau ke daerah yang jauh
dari tempat produksi, dengan kata lain kualitas produk bisa dipertahankan hingga
produk sampai di tempat tujuan walaupun memakan waktu yang lama.
4. Produk yang Dihasilkan Bermutu Tinggi
Mutu produk yang dihasilkan oleh pengemasan dengan teknologi MAP
akan tinggi karena bahan pengemas yang digunakan berkualitas tinggi, dapat
mengurangi pertumbuhan mikroba, serta mengurangi kerusakan oleh enzim. Oleh
karena proses kerusakan produk dapat ditekan, maka produk yang dihasilkan akan
tetap berkualitas tinggi.
5. Kemasan Higienis, Disegel, dan Bebas dari Tetesan Air dan Bau
Produk yang dikemas menggunakan teknologi MAP sudah tentu disegel
dan kedap udara dari luar kemasan sehingga bau dan mikroorganisme yang
berasal dari luar kemasan tidak akan memperngaruhi produk dalam kemasan
MAP.
6. Memperbaiki Penampilan Produk
Produk yang dikemas menggunakan bahan pengemas MAP akan terlihat
lebih menjual dibanding bahan pengemas konvensional karena berkualitas tinggi.
7. Sedikit atau Bahkan Tidak Memerlukan Pengawet

10
Penggunaan teknologi MAP dapat memperpanjang umur simpan produk
secara alami. Oleh karena itu, penggunaan pengawet berbahan kimia atau sintetis
tidak diperlukan.
B. Kekurangan Teknologi MAP
1. Biaya Tambahan
Bahan pengemas yang diperlukan untuk menerapkan MAP memiliki
beberapa kriteria agar bisa mengatur keluar masuknya gas-gas yang diperlukan
dan yang tidak diperlukan tentu memiliki harga yang lebih tinggi dari pada bahan
pengemas konvensional. Selain itu, penerapan MAP memerlukan peralatan yang
canggih serta tenaga ahli yang professional, hal tersebut memerlukan biaya
tambahan yang juga tidak sedikit.
2. Memerlukan Kontrol Suhu
Peningkatan suhu dapat menyebabkan perubahan jumlah serta aktivitas
mikroorganisme dalam produk.
3. Diperlukan Formulasi Gas yang Berbeda
Ada 3 tipe formulasi gas yang digunakan dalam MAP, yaitu: Inert
blanketing (N2); Semi-reactive blanketing (CO2/N2 or O2/CO2/N2); Fully-reactive
blanketing (CO2 or CO2/O2). Demi mewujudkan formulasi tersebut, diperlukan
alat yang canggih serta keterampilan dan bukan merupakan hal yang mudah.
4. Peralatan dan SDM Khusus
5. Meningkatkan Volume Kemasan
Untuk mengatur sirkulasi gas dalam kemasan MAP dengan baik,
diperlukan kemasan yang bervolume lebih besar. Kemasan yang besar akan
memerlukan ruang tempat penyimpanan yang lebih besar serta biaya transportasi
yang lebih.
6. Keuntungan akan Hilang jika Kemasan Terbuka atau Bocor
Kemasan yang bocor atau terbuka, maka konsentrasi gas dalam kemasan
akan tercampur dengan gas yang ada di luar kemasan. Jika hal itu terjadi, maka
kondisi atmosfer sudah tidak termodifikasi lagi yang berakibat pada tidak
berjalannya fungsi dari MAP itu sendiri.

Tabel 1.1 Kelebihan dan Kekurangan Modified Atmosphere Packaging (MAP)


Kelebihan Kekurangan

11
Memperpanjang umur simpan sampai Penambahan biaya
sekitar 50-40%
Mengurangi kerugian ekonomi karena Membutuhkan pengontrolan suhu
umur simpan yang lebih panjang
Mengurangi biaya distribusi, jarak Formulasi gas yang berbeda untuk
distribusi yang lebih jauh setiap jenis produk
Menghasilkan produk dengan kualitas Menggunakan peralatan yang spesial
tinggi dan adanya latihan
Pemisahan yang lebih mudah pada Memerlukan keamanan pangan
produk yang diiris
Bagian-bagian dapat dikontrol Memperbesar volume kemasan,
mempengaruhi biaya transport dan
memperbesar tempat untuk display
Presentasi produk yang lebih Kerugian apabila kemasan telah
terimprovisasi dan penampakan jelas terbuka atau rusak
dari produk karena kemasan yang
transparan
Sedikit atau tidak membutuhkan bahan Penyerapan CO2 ke dalam makanan
tambahan pangan kimia dapat menyebabkan kemasan pecah
Kemasan yang tertutup, penghalang
untuk rekontaminasi produk
Tidak berbau dan merupakan kemasan
yang praktis
Sivertsik et al., 2002.

2.9 Contoh Penerapan MAP pada bidang perikanan

12
BAB III
PENUTUP
1.1 Kesimpulan

13
DAFTAR PUSTAKA
Yahia EM. 2009. Modified and controlled atmospheres for the storage,
transportation, and packaging of horticultural commodities. Boca Raton:
CRC Press.

Muslikhah, Siti., et al. 2013. Penyimpanan Tempe dengan Metode Modifikasi


Atmosfer (Modified Atmosphere) untuk Mempertahankan Kualitas dan
Daya Simpan. Jurnal Teknosains Pangan, Volume 2, Nomor 3.
Irawan, Hengki, Ismed Suhaidi dan Terip Karo-Karo. 2016. Pengaruh
Pengemasan Atmosfir Termodifikasi Aktif Dengan Penjerap Oksigen,
Karbondioksida, Uap Air dan Etilen Terhadap Mutu Buah Pisang
Barangan (Musa paradisiacal L) Selama Penyimpanan Pada Suhu
Kamar. Jurnal Rekayasa Pangan dan Pertanian. Vol. 4, No. 1.
Dewi, Nur Kusuma. 2007. Teknik Atmosfir Termodifikasi dalam Penanganan
Buah dan Sayur Segar. MEDIARGO, Volume 3, No. 1 : (1-8).
Geeson, JD., et al. 1983. Modified Atmosphere Packaging to Extend the Self Life
of Tomatoes. Journal Food Technology, Volume 20 : (239-349).
Soccol, MCH dan Otterrer M. 2003. Use of Modified Atmosphere in Seafoof
Preservation. Brazillian Archives of Bilogy and Technology, Volume 46 :
(569-589).
Sivertsvik, M., et al. 2002. A Review of Modified Atmosphere Packaging and
Fishery Products-Significance of Microbial Growth, Activities, and Safety.
International Journal of Food Science and Technology, Volume 37 : (107-
127).
Naibaho, Joncer., et al. 2013. Penyimpanan Ikan sarden dengan Kemasan Aktif
Menggunakan Bahan Penjerap Oksigen, Karbondioksida, Uap Air dan
Etilen. Jurnal Rekayasa Pangan dan Pertanian, Volume 1, Nomor 3.
Sutrisno dan Enggar Galih Mitayani Purwanto. 2011. Kajian Penyimpanan ikan
tuna dalam Kemasan Atmosfer Termodifikasi. Jurnal Keteknikan
Pertanian, Volume 25, Nomor 2.

14

Anda mungkin juga menyukai