Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

APLIKASI BAHAN KEMASAN EDIBLE DAN TREND


PENGEMBANGANNYA

Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Pengemasan Bahan Hasil Pertanian

Dosen Pengampu : Asri Widyasanti,S.TP., M.Eng

Disusun Oleh :
Kelompok : 5 (Lima)
Nama (NPM) : Sumarna 240110160042
Alya Sendetiana 240110160076
Herianto Jekson 240110160088
Rini Nurul F. 240110160108
Wilyam Leryon 240110167001

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTANIAN


FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan ke hadhirat Allah SWT, karena atas rahmat-Nya
penyusun dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul “APLIKASI BAHAN
KEMASAN EDIBLE DAN TREND PENGEMBANGANNYA”. Penyusun
berterima kasih kepada Asri Widyasanti,S.TP., M.Eng, selaku dosen pengampu
mata kuliah Pengemasan Bahan Hasil Pertanian yang telah membimbing
penyusun sehingga makalah ini dapat selesai dengan baik.
Penyusun berharap makalah ini dapat berguna dan bermanfaat sebagai
penambah wawasan serta pengetahuan pembaca. Penyusun menyadari bahwa di
dalam makalah ini masih terdapat kekurangan dan jauh dari apa yang kami
harapkan. Penyusun juga memohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata
yang kurang berkenan. Untuk itu, kritik dan saran yang membangun sangat
penyusun harapkan untuk perbaikan di masa mendatang.

Jatinangor, September 2019

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ....................................................................................................... ii


BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang .................................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................ 2
1.3 Tujuan ................................................................................................................ 2
BAB II ISI .......................................................................................................................... 3
2.1 Edible Packaging ............................................................................................... 3
2.2 Edible Film ......................................................................................................... 4
2.3 Edible Coating .................................................................................................... 5
2.4 Pembuatan Edible Packaging ........................................................................... 6
2.5 Metode dalam Aplikasi Edible Packaging ....................................................... 7
2.6 Faktor yang Mempengaruhi Pembuatan Edible Packaging.......................... 8
2.7 Sifat Fisik dan Mekanik Edible Film ..........................................................9
2.8 Komponen Utama Penyusun Edible Film/Coating ......................................9
BAB III PENUTUP ......................................................................................................... 10
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................... 12

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pengemasan makanan merupakan salah satu hal penting dalam proses
produksi suatu produk, karena proses pengemasan berguna untuk melindungi
bahan makanan dari berbagai resiko kerusakan. Kemasan makanan di era modern
telah banyak berkembang secara pesat, sehingga terdapat berbagai jenis kemasan
yang dapat dijumpai di pasaran antara lain kertas, alumunium, gelas, dan plastik.
Plastik merupakan salah satu bahan pengemas yang paling banyak digunakan
karena memiliki berbagai kelebihan antara lain fleksibel, mudah dibentuk,
transparan, tidak mudah pecah, dan harga relatif murah. Hal tersebut
menyebabkan adanya isu lingkungan karena plastik merupakan salah satu bahan
yang tidak dapat hancur secara alami (non-biodegradable).
Keprihatinan terhadap pencemaran lingkungan yang disebabkan oleh
bahan kemasan plastik menyebabkan adanya penelitian ke dalam bahan yang
biodegradable untuk kemasan bahan pangan. Salah satu jenis kemasan yang
bersifat ramah lingkungan adalah kemasan edible (edible packaging). Edible
packaging memiliki berbagai keuntungan antara lain dapat melindungi produk
pangan, penampakan asli produk dapat dipertahankan, dan dapat langsung
dimakan, serta ramah lingkungan. Penggunaan edible film memperlambat
penurunan mutu karena edible film bisa menghambat masuknya uap air, oksigen,
dan karbondioksida ke bahan makanan, serta menahan flavor keluar.
Edible packaging meliputi edible coating sebagai pelapis dan edible film
yang berbentuk lembaran. Edible coating banyak digunakan untuk pelapis produk
daging beku, buah-buahan, sayuran, makanan semi basah, sosis, dan enkapsulasi.
Edible film merupakan alternatif bahan pengemas yang tidak berdampak pada
pencemaran dan kerusakan lingkungan karena terbuat dari bahan tersedia di alam,
yang dapat diperbaharui dan harganya murah. Berdasarkan uraian diatas, makalah
ini disusun guna mengetahui aplikasi bahan kemasan edible serta trend
pengembangannya.

1
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah pokok dalam uraian ini antara lain:
1. Apa yang dimaksud dengan edible packaging?
2. Apa saja yang termasuk ke dalam jenis – jenis edible packaging?
3. Bagaimana aplikasi bahan kemasan edible?
4. Bagaimana trend perkembangan bahan kemasan edible?

1.3 Tujuan
1. Mengetahui macam – macam edible packaging serta aplikasinya
2. Mengetahui cara pembuatan bahan kemasan edible
3. Mengetahui trend perkembangan edible packaging

2
BAB II
ISI

2.1 Edible Packaging


Pengemasan disebut juga pembungkusan, pewadahan atau pengepakan
merupakan salah satu cara pengawetan bahan hasil pertanian, karena pengemasan
dapat memperpanjang umur simpan bahan. Fungsi paling mendasar dari kemasan
adalah untuk mewadahi dan melindungi produk dari kerusakan, sehingga lebih
mudah disimpan, diangkut dan dipasarkan. Secara umum, fungsi pengemasan
pada bahan pangan adalah mewadahi produk selama distribusi dari produsen
hingga ke konsumen, melindungi dan mengawetkan produk, sebagai identitas
produk, meningkatkan efisiensi, memperluas pemakaian dan pemasaran produk,
menambah daya tarik produk terhadap calon pembeli, sarana informasi dan iklan,
dan memberi kenyamanan bagi pemakai produk.
Bahan edibel merupakan pengembangan jenis kemasan dari bahan
organik, dan berasal dari bahan-bahan terbarukan (renewable) dan ekonomis.
Salah satu jenis kemasan yang bersifat ramah lingkungan adalah kemasan edible
(edible packaging). Keuntungan dari edible packaging adalah dapat melindungi
produk pangan, penampakan asli produk dapat dipertahankan dan dapat langsung
dimakan serta aman bagi lungkungan (Kinzel, 1992).
Edible packaging adalah kemasan yang dapat dimakan karena terbuat dari
bahan-bahan yang dapat dimakan seperti pati, protein atau lemak. Jika dibuang,
Edible packaging dapat didegradasi melalui proses fotokimia atau dengan
menggunakan mikroba penghancur. Keuntungan dari edible packaging adalah
dapat melindungi produk pangan, penampakan asli produk dapat dipertahankan
dan dapat langsung dimakan serta aman bagi lingkungan.
Edible packaging dibagi jadi dua kelompok besar, yaitu yang berfungsi
sebagai pelapis (edible coating) dan yang berbentuk lembaran (edible film).
Edible coating banyak digunakan untuk pelapis produk daging beku, makanan
semi basah (intermediate moisture food), produk konfeksionari, ayam beku,
produk hasil laut, sosis, buah-buahan dan obat-obatan terutama untuk pelapis
kapsul. Edible film adalah lapisan tipis yang dibuat dari bahan yang dapat

3
dimakan, dibentuk di atas komponen makanan yang berfungsi sebagai
penghambat transfer massa (misalnya kelembaban, oksigen, lemak dan zat
terlarut) dan atau sebagai carrier bahan makanan atau aditif dan atau untuk
meningkatkan penanganan makanan (Guilbert dkk.,1996 dalam Winarti, C dkk.,
2012).

2.2 Edible Film


Edible biodegradable polymer film atau edible film adalah lapisan tipis
yang menyatu dengan bahan pangan, layak dimakan dan dapat diuraikan oleh
mikroorganisme. Edible film adalah lapisan tipis yang terbuat dari bahan yang
dapat dimakan, dibentuk melapisi produk (coating) atau diletakkan diantara
komponen produk yang berfungsi sebagai penghalang terhadap perpindahan
massa (misalnya uap air, gas, zat terlarut, cahaya) dan untuk meningkatkan
penanganan suatu makanan. Edible film merupakan jenis bahan untuk pelapis dan
pembungkus berbagai makanan untuk memperpanjang umur simpan produk, yang
mungkin dimakan bersama-sama dengan makanan (Embuscado, 2009).
Menurut Wahyu (2008), edible film didefinisikan sebagai lapisan yang
dapat dimakan yang ditempatkan diatas atau diantara komponen makanan, yang
dapat memberikan alternatif bahan pengemas yang tidak berdampak pada
pencemaran lingkungan karena menggunakan bahan yang dapat diperbaharui dan
harganya murah. Pengembangan edible film pada makanan selain dapat
memberikan kualitas produk yang lebih baik dan memperpanjang daya tahan, juga
merupakan bahan pengemas yang ramah lingkungan (Bourtoom, 2007).
Robertson (1992) menambahkan, selain berfungsi untuk memperpanjang masa
simpan, edible film juga dapat digunakan sebagai pembawa komponen makanan,
di antaranya vitamin, mineral, antioksidan, antimikroba, pengawet, bahan untuk
memperbaiki rasa dan warna produk yang dikemas. Selain itu, bahan-bahan yang
digunakan untuk membuat edible film relatif murah, mudah dirombak secara
biologis (biodegradable), dan teknologi pembuatannya sederhana. Contoh
penggunaan edible film antara lain sebagai pembungkus permen, sosis, buah, dan
sup kering (Susanto dan Saneto 1994). Pengaplikasian edible film pada produk
makanan bukan merupakan konsep yang baru dan telah lama dipelajari secara

4
ekstensif. Penerapan edible film dapat memperpanjang masa simpan dan
mempertahankan kualitas dari berbagai produk makanan.
Komponen penyusun edible film akan mempengaruhi bentuk morfologi
maupun karakteristik pengemas secara langsung. Komponen utama penyusun
edible film dikelompokkan menjadi tiga, yaitu hidrokoloid, lipida dan komposit.
Bahan-bahan tambahan yang sering dijumpai dalam pembuatan edible film adalah
antimikroba, antioksidan, flavor dan pewarna.
Hidrokoloid yang digunakan dalam pembuatan edible film berupa protein
atau polisakarida. Bahan dasar protein dapat berasal dari jagung, kedelai, wheat
gluten, kasein, kolagen, gelatin, corn zein, protein susu dan protein ikan.
Polisakarida yang digunakan dalam pembuatan edible film adalah selulosa dan
turunannya, pati dan turunannya, pektin, ekstrak ganggang laut (alginant,
karagenan, agar), gum (gum arab dan gum karaya), xanthan dan kitosan. Beberapa
polimer polisakarida yang murah dan mudah didapatkan adalah pati tapioka yang
sumber utamanya dari singkong.
Lemak yang umum digunakan dalam pembuatan edible film adalah lilin
alami (beeswax, carnauba wax, paraffin wax), asil gliserol, asam lemak (asam
oleat dan asam laurat) serta emulsifier. Campuran lipida dan hidrokoloid
(komposit) untuk edible film seringkali memanfaatkan lipida pada pati dari
jagung. Kali ini akan dicoba pati tapioka dari singkong untuk menggantikan lipida
dari jagung sehingga bersifat lebih ekonomis.

2.3 Edible Coating


Edible coating merupakan kemasan yang berbahan baku polimer alami
yang diaplikasikan pada produk dengan metode pencelupan sehingga aman untuk
dikonsumsi secara langsung sekaligus dengan produknya. Berbagai penelitian
menunjukkan bahwa edible coating dapat berfungsi sebagai pembawa (carrier)
aditif makanan, seperti bersifat sebagai agen anti pencoklatan, antimikroba,
pewarna, pemberi flavor, nutrisi, dan bumbu (Li dan Barth 1998).
Bahan-bahan baku untuk pembuatan edible coating sama dengan edible
film, hanya saja dalam pembuatan edible coating tidak ada penambahan
plastisizer, sehingga pelapis yang dihasilkan tidak berbentuk film. Contoh

5
prosedur standar pembuatan edible coating adalah dengan bahan dasar isolate
protein kedele (ISP).
Edible coating adalah suatu metode pemberian lapisan tipis pada
perbukaan buah untuk menghambat keluarnya gas, uap air, dan menghindari
kontak dengan oksigen, sehingga proses pemasakan dan pencoklatan buah dapat
diperlambat. Lapisan yang ditambahkan di permukaan buah ini tidak berbahaya
bila ikut dikonsumsi bersama buah. Pemanfaatan edibe coating meupakan salah
satu metode untuk memperpanjang umur simpan dari produk pertanian,
mengurangi penurunan kualitas dan kehilangan hasil. Edible coating juga
memberikan efek yang hampir sama dengan penyimpanan modified atmospher.

2.4 Pembuatan Edible Packaging


Berbagai jenis polisakarida yang dapat digunakan untuk pembuatan edible
film antara lain selulosa dan turunannya, hasil ekstraksi rumput laut (yaitu
karaginan, alginate, agar dan furcellaran), eksudates gum, kitosan, gum hasil
fermentasi mikrobia, dan gum dari biji-bijian (Krochta and Johnson, 1997).
Pembentukan edible film memerlukan sedikitnya satu komponen yang
dapat membentuk sebuah matriks dengan kontiniuitas dan kohesi yang cukup.
Derajat atau tingkat kohesi akan menghasilkan sifat mekanik dan penghambatan
film. Umumnya komponen yang digunakan berupa polimer dengan berat molekul
yang tinggi. Struktur polimer rantai panjang diperlukan untuk menghasilkan
matriks film dengan kekuatan kohesif yang tinggi. Kekuatan kohesif film terkait
dengan struktur kimia polimer, selain itu juga dipengaruhi oleh terdapatnya bahan
aditif seperti bahan pembentuk ikatan silang (Krochta and Johnson, 1997).
Pada umumnya edible film yang terbuat dari polisakarida mempunyai sifat
penghambatan terhadap gas yang lebih baik daripada terhadap uap air.
Permeabilitas dipengaruhi oleh sifat kimia bahan, struktur polimer, kondisi uji,
dan sifat dari bahan yang akan berdifusi. Untuk memperbaiki sifat tersebut
biasanya polisakarida dikombinasikan dengan beberapa pangan fungsional seperti
resin, platicizer, surfaktan, minyak, lilin dan emulsifier yang memiliki fungsi.
memberikan permukaan yang halus, meningkatkan permeabilitas dan
mencegah kehilangan uap air (Krochta, Baldwin and Nisperos, 1994 ).

6
Kemampuan edible film dalam melindungi pangan dapat ditingkatkan
dengan penambahan zat antioksidan dan antimikroba pada film. Edible film dapat
sebagai pembawa bagi bahan tambahan seperti perasa, nutrisi, pengawet dan lain-
lain pada produk pangan yang dikemas untuk meningkatkan kualitas pangan.
Selain itu dengan penggunaan edible film dapat memberikan penampakan produk
yang lebih baik pada produk yang dikemas, produk menjadi halus, berwarna, tidak
berminyak, tidak lengket dan tidak terjadi pemudaran warna pada permukaan
produk (Krochta and Johnson, 1997).

2.5 Metode dalam Aplikasi Edible Packaging


Beberapa metode dalam aplikasi edible packaging menurut Krochta and
Johnson, 1997 :
a. Pencelupan
Metode ini merupakan aplikasi dari pelapisan produk pangan dengan
edible packaging. Produk yang akan dilapisi dicelupkan ke dalam larutan yang
akan digunakan sebagai bahan pelapis. Metode ini sudah digunakan, diantaranya
sebagai pengemas pada produk daging, sayur, dan kue.
b. Penyemprotan
Bahan pelapis digunakan dengan cara disemprotkan pada bahan atau
produk yang akan dilapisi, kemudian dikeringkan sehingga lapisan dapat
menempel pada produk dengan baik.
c. Pencetakan
Casting atau pencetakan, merupakan salah satu metode dalam aplikasi
edible, yang digunakan dengan mencetak masa edible menjadi lembaran film tipis
sebelum digunakan sebagai pembungkus. Metode ini diawali dengan pembuatan
larutan bahan pembentuk film, kemudian dituangkan dalam cetakan dengan
ketebalan tertentu, yang kemudian dilanjutkan dengan pengeringan. Setelah
kering film diangkat dari cetakan dan siap untuk diaplikasikan. Dengan metode ini
ketebalan film dapat dikontrol sehingga dihasilkan film dengan ketebalan yang
lebih rata.
Metode pencelupan (dipping) merupakan metode yang paling banyak
digunakan terutama pada daging, ikan dan berbagai produk kue, dimana produk

7
dicelupkan ke dalam larutan yang digunakan sebagai bahan coating. Edible
coating dapat membentuk suatu pelindung pada bahan pangan karena berperan
sebagai pembatas yang menjaga kelembaban, bersifat permeabel terhadap gas
tertentu, dan dapat mengontrol migrasi komponen larut air yang dapat
menyebabkan perubahan komposisi nutrisi. Edible coating digunakan pada buah-
buahan dan sayuran untuk mengurangi terjadinya kehilangan kelembaban,
memperbaiki penampilan, sebagai penghalang untuk pertukaran gas dari produk
ke lingkungan atau sebaliknya, serta sebagai antifungi dan antimikroba (Krochta,
Baldwin and Nisperos, 1994).

2.6 Faktor yang Mempengaruhi Pembuatan Edible Packaging


Dalam pembuatan edible film, faktor-faktor yang perlu diperhatikan
adalah: suhu, konsentrasi polimer, dan plasticizer (Krochta dan Johnson, 1992).
a. Suhu
Perlakuan suhu diperlukan untuk membentuk edible film yang utuh, tanpa
adanya perlakuan panas kemungkinan terjadinya interaksi molekuler sangatlah
kecil. Sehingga pada saat film dikeringkan akan menjadi retak dan berubah
menjadi potongan kecil. Perlakuan panas diperlukan untuk membuat pati
tergelatinisasi, sehingga terbentuk pasta pati yang merupakan bentuk awal dari
edible film. Kisaran suhu gelatinisasi pati rata-rata 65° C - 70° C.
b. Konsentrasi Polimer
Konsentrasi pati ini sangat berpengaruh, terutama pada sifat fisik edible
film yang dihasilkan dan juga menentukan sifat pasta yang dihasilkan. Semakin
besar konsentrasi pati maka jumlah polimer penyusun matrik film semakin
banyak sehingga dihasilkan film yang tebal.
c. Plasticizer
Plasticizer adalah bahan organik dengan bobot molekul rendah yang
ditambahkan dengan maksud memperlemah kekakuan film. Plasticizer ini
berpengaruh terhadap sifat mekanik dan fisik film yang terbentuk karena akan
mengurangi sifat intermolekuler dan menurunkan ikatan hidrogen internal.
Plasticizer memiliki titik didih yang tinggi dan jika ditambahkan ke dalam suatu
materi dapat mengubah sifat fisik maupun sifat mekanik materi tersebut.

8
Penggunaan plasticizer dapat mengurangi gaya intermolekul sepanjang rantai
polimer, sehingga meningkatkan fleksibilitas edible film dengan menurunkan
permeabilitas film tersebut.
Bahan ini larut dalam tiap-tiap rantai polimer sehingga akan
mempermudah gerakan molekul polimer dan bekerja menurunkan suhu transisi,
suhu kristalisasi, atau suhu pelelehan dari suatu polimer. Plasticizer dapat
ditambahkan pada pembuatan edible film, untuk mengurangi kerapuhan,
meningkatkan fleksibilitas, dan ketahanan film terutama jika disimpan pada
suhu rendah.

2.7 Sifat Fisik dan Mekanik Edible Film


Sifat fisik edible film meliputi ketebalan yang menunjukkan kemampuan
film untuk pengemasan produk. Ketebalan pengemas akan mempengaruhi umur
simpan produk, apabila semakin tebal maka laju transmisi uap air dan gas akan
semakin rendah. Akan tetapi, penampakan edible film yang tebal akan memberi
warna yang semakin buram atau tidak transparan dan akan mengurangi
penerimaan konsumen karena produknya menjadi kurang menarik. Sifat mekanik
menunjukkan kekuatan film untuk melindungi produk yang dikemasnya terhadap
tekanan, seperti gesekan dan guncangan (Diredja, 1996).

2.8 Komponen Utama Penyusun Edible Film/Coating


Fungsi dan penampilan edible film bergantung pada sifat mekaniknya yang
ditentukan oleh komposisi bahan di samping proses pembuatan dan metode
aplikasinya (Rodriguez dkk., 2006). Bahan polimer penyusun edible film dibagi
menjadi tiga kategori yaitu hidrokoloid, lemak, dan komposit keduanya. Salah
satu bahan edible film dari golongan hidrokoloid adalah polisakarida yang
memiliki beberapa kelebihan, di antaranya selektif terhadap oksigen dan
karbondioksida, penampilan tidak berminyak, dan kandungan kalorinya rendah.
Di antara jenis polisakarida, pati merupakan bahan baku yang potensial untuk
pembuatan edible film dengan karakteristik fisik yang mirip dengan plastik tidak
berwarna, tidak berbau, dan tidak berasa.

9
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Bahan edible merupakan pengembangan jenis kemasan dari bahan organik
dan berasal dari bahan-bahan terbarukan (renewable) dan ekonomis. Edibel
packaging dapat dikelompokkan menjadi dua bagian, yaitu yang berfungsi yang
berfungsi sebagai pelapis (edible coating) dan yang berbentuk lembaran (edible
film). Edible coating banyak digunakan untuk pelapis produk daging beku,
makanan semi basah (intermediate moisture foods), sedangkan edible film adalah
lapisan tipis yang dibuat dari bahan yang dapat dimakan, dibentuk di tas
komponen makanan yang berfungsi sebagai penghambat transfer massa dan
sebagai carrier bahan makanan atau aditif untuk peningkatan penanganan
makanan.
Secara umum parameter penting karakteristik mekanik yang diukur dan
diamati dari sebuah film kemasan termasuk edible film adalah kuat Tarik (tensile
strength), kuat tusuk(puncture strength), persen pemanjangan (elongation to
break) dan elastisitas (elastic modulus/young modulus). Aplikasi dari edible film
atau edible coating dapat dikelompokkan atas fungsinya, antara lain; sebagai
kemasan primer dari produk pangan, sebagai barrier, sebagai pengikat (Binding),
dan sebagai pelapis (Glaze).
Sifat-sifat fisik yang menjadi parameter mutu edible film adalah ketebalan
film, warna, suhu dan transisi gelas. Edible film yang terbuat dari hidrokloid
memiliki beberapa kelebihan, yaitu baik untuk melindungi produk terhadap
oksigen maupun CO2 dan lipid, serta memiliki sifat mekanis yang diinginkan.
Sedangkan kekurangannya yaitu bungkus dari karbohidrat kurang bagus untuk
mengatur migrasi uap air dan bungkus dan protein biasanya dipengaruhi oleh
perubahan pH.

3.2 Saran
Melihat dari kekurangan yang ada pada kemasan edible, doiperlukan
adanya pengembangan yang lebih mengkaji tentang bagaimana fungsi dari

10
pengaturan migrasi terhadap uap air sehingga bias lebih menjaga ketahanan dari
bahan makanan yang disimpan dalam kemasan tersebut.

11
DAFTAR PUSTAKA

Bourtoom, T. 2007. Effect of some process parameters on the properties of edible


film prepared from starches. Department of Material Product Technology.
Challenges and Opportunities. Food Technology 51(2): 61-73.

Diredja, D. 1996. Mempelajari Pengaruh Penambahan Sodium


Karboksimetilselulosa terhadap Karakteristik Edible film dari Protein
Bungkil Kedelai. Skripsi. IPB, Bogor.

Embuscado, M.E. and Huber, K.C. 2009. Edible Films and Coatings for Food.
Aplications. New York: Springer Science and Business Media.

Guilbert, S. dan B. Biquet. 1990. Edible Film in Food Packaging Technology.


VCH Publisher Inc., New York. halaman 226-228

Kinzel, B., 1992. Protein-rich edible coatings for foods. Agricultural research.
May 1992 : 20-21

Krochta,J.M. 1992. Control of mass transfer in food with edible coatings and film.
In Singh,R.P. and M.A.Wirakartakusumah (Eds) : Advances in Food
Engineering. CRC Press : Boca Raton, F.L. pp. 517-538.

Krochta, J. M., Baldwin, E. A., dan Nisperos-Carriedo, M. O. 1994. Edible


Coatings and Films to Improve Food Quality. Technomic Publ. Co. Inc.
Lancaster, Basel. Halaman 239-240.

Krochta, J. M. dan DeMulder-Johnson, C. 1997. Edible and biodegradable


polymer films: challenges and opportunities. Food Technology. 51 (2): 62-
74.

Rodriguez, et al, 2006, Analysis of Carotenoids in vegetable and plasma samples:


A revie,. Journal of Food Composition and Analysis, Vol. 19, Issues 2-3.

Susanto, T. dan B. Saneto, 1994. Bahan Tambahan untuk Makanan dan


Kontaminan. Pustaka.

Winarti, C., Miskiyah, dan Widaningrum. 2012. Teknologi Produksi dan Aplikasi
Pengemas Edible Antimikrobia Berbasis Pati.J. Litbang Pert. 31(3): 85-93

12

Anda mungkin juga menyukai