Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Pengemasan Bahan Hasil Pertanian
Disusun Oleh :
Kelompok : 5 (Lima)
Nama (NPM) : Riza Fajrun N 240110160040
Sumarna 240110160042
Alya Sendetiana 240110160076
Rini Nurul F. 240110160108
Wilyam Leryon 240110167001
Puji syukur saya panjatkan ke hadhirat Allah SWT, karena atas rahmat-Nya
penyusun dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul “APLIKASI TEKNIK
PENGEMASAN PADA INDUSTRI MINYAK ATSIRI”. Penyusun berterima
kasih kepada Dr. S. Rosalinda,S.T.,MT, selaku dosen pengampu mata kuliah
Pengemasan Bahan Hasil Pertanian yang telah membimbing penyusun sehingga
makalah ini dapat selesai dengan baik.
Penyusun berharap makalah ini dapat berguna dan bermanfaat sebagai
penambah wawasan serta pengetahuan pembaca. Penyusun menyadari bahwa di
dalam makalah ini masih terdapat kekurangan dan jauh dari apa yang kami
harapkan. Penyusun juga memohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata
yang kurang berkenan. Untuk itu, kritik dan saran yang membangun sangat
penyusun harapkan untuk perbaikan di masa mendatang.
Penyusun
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah pokok dalam uraian ini antara lain:
1. Apa definisi dari minyak atsiri ?
2. Bagaimana sifat-sifat minyak atsiri ?
3. Apa saja klasifikasi minyak atsiri ?
4. Bagaimana cara memperoleh minyak atsiri ?
5. Apa manfaat dan fungsi minyak atsiri ?
6. Apa sumber-sumber minyak atsiri ?
7. Apa teknik pengemasan minyak atsiri?
1.3 Tujuan
1. Mengetahui tentang minyak atsiri
2. Mengetahui sifat-sifat minyak atsiri
3. Mengetahui klasifikasi minyak atsiri
4. Mengetahui cara memperoleh minyak atsiri
5. Mengetahui manfaat dan fungsi minyak atsiri
6. Mengetahui sumber-sumber minyak atsiri
7. Mengetahui teknik pengemasan minyak atsiri
1.
2
BAB II
LANDASAN TEORI
3
menghasilkan rasa yang berbeda. Karena pengaruh psikologis ini, minyak atsiri
merupakan komponen penting dalam aromaterapi.
b. Sifat Kimia
1. Bilangan Asam
Bilangan asam pada minyak atsiri menandakan adanya
kandungan asam organik pada minyak tersebut. Asam organik pada
minyak atsiri bisa terdapat secara alamiah. Nilai bilangan asam dapat
digunakan untuk menentukan kualitas minyak (Kataren, 1985)
4
2. Bilangan Ester
Bilang ester merupakan banyaknya jumlah alkali yang
diperlukan untuk penyabunan ester. Adanya bilangan ester pada
minyak dapat menandakan bahwa minyak tersebut mempunyai aroma
yang baik.
Minyak atsiri yang kita kenal selama ini, memiliki sifat mudah
menguap dan mudah teroksidasi. Hal itulah yang menyebabkan
perubahan secara fisika maupun kimia pada minyak atsiri. Perubahan
sifat kimia minyak atsiri dapat terjadi saat :
a. Penyimpanan bahan
Penyimpanan bahan sebelum dilakukan pengecilan ukuran
bahan mempengaruhi jumlah minyak atsiri, terutama dengan adanya
penguapan secara bertahap yang sebagian besar disebabkan oleh udara
yang bersuhu cukup tinggi. Oleh karena itu, bahan disimpan pada
udara kering bersuhu rendah.
b. Proses ekstraksi
Proses ekstraksi dibagi menjadi beberapa proses, yaitu:
a. Proses ekstraksi: perubahan sifat kimia dapat disebabkan karena
suhu ekstraksi terlalu tinggi.
b. Proses distilasi: perubahan sifat kimia pada proses ini terutama
disebabkan karena adanya air, uap air, dan suhu tinggi.
c. Proses pengepresan: perubahan sifat kimia pada proses ini
terutama disebabkan karena minyak atsiri berkontak dengan
udara.
5
Minyak atsiri kelompok ini komponen penyusunnya sebagian besar
terdiri dari senyawa-senyawa hidrokarbon, misalnya minyak terpentin
diperoleh dari tanaman-tanaman golongan pinus (famili Pinaceae).
Komponen Hidrokarbon dalam minyak atsiri :
a. Hidrokarbon alifatik (asiklik), misal : mirsan
b. Hidrokarbon aromatic, misal : Naftalen
c. Seskuiterpen monosiklik, misal : Zingiberen
2. Minyak Atsiri Alkohol
Alkohol yang terdapat dalam minyak atsiri digolongkan menjadi :
a. Alkohol asiklik, misal : geraniol, linolol dan sitronelol
b. Alkohol terpen, misal : mentol, borneol
c. Alkohol seskuiterpen, misal: Santalol (minyak sandalwood) dan
gingerol.
3. Minyak Atsiri Fenol
Minyak cengkeh merupakan minyak atsiri fenol. Minyak ini
diperoleh dari tanaman cengkeh yang memiliki nama latin yaitu Eugenia
caryophyllata atau Syzigium caryophyllum (famili Myrtaceae). Bagian
yang dimanfaatkan bunga dan daun.
4. Minyak Atsiri Eter Fenolik
Minyak adas merupakan minyak atsiri eter fenol. Minyak adas
berasal dari hasil penyulingan buah Pimpinella anisum atau dari
Foeniculum vulgare (famili Apiaceae atau Umbelliferae). Minyak yang
dihasilkan, terutama tersusun oleh komponen-komponen terpenoid seperti
anetol, sineol, pinena dan felandrena.
5. Minyak Atsiri oksida
Minyak kayu putih merupakan minyak atsiri oksida. Diperoleh dari
isolasi daun Melaleuca leucadendon L (famili Myrtaceae). Komponen
penyusun minyak atsiri kayu putih paling utama adalah sineol (85%).
6. Minyak Atsiri Ester
Minyak gandapura merupakan atsiri ester. Minyak atsiri ini
diperoleh dari isolasi daun dan batang Gaultheria procumbens L (famili
6
Erycaceae). Komponen penyusun minyak ini adalah metil salisilat yang
merupakan bentuk ester.
7
tersebut. Pada akhir proses, minyak dari bunga tersebut diekstraksi dari
lemak dengan menggunakan alkohol dan selanjutnya alkohol dipisahkan
(Guenther, 1987).
3. Ekstraksi dengan pelarut menguap
Metode lain yang dapat digunakan untuk mengisolasi minyak
atsiri adalah dengan menggunakan metode ekstraksi pelarut menguap
(Mondello, dkk, 1997). Contoh pelarut yang digunakan adalah dietil eter
untuk mengekstraksi daun Citrus aurantium. (Juchelka, dkk, 1996).
Jika dibandingkan dengan mutu minyak bunga hasil penyulingan,
maka minyak hasil ekstraksi dengan menggunakan pelarut lebih
mendekati aroma bunga alamiah, namun demikian metode ini juga
mempunyai kelemahan yaitu kesulitan penghilang residu pelarut dari
ekstrak (Pino, dkk, 1997).
4. Ekstraksi dengan Karbon Dioksida ( CO2 ) Superkritis
Ekstraksi dengan karbon dioksida superkritis pada prinsipnya
didasarkan pada kelarutan senyawa-senyawa aromatik dari bahan nabati
dalam CO2. Bahan nabati dan CO2 dimasukkan kedalam ekstraktor berupa
labu yang diberi tekanan dan temperatur yang telah diatur, kemudian CO2
dipompa kedalam separator pada tekanan dan temperatur yang rendah,
yang kemudian masuk kedalam tangki ekstraksi. Kelebihan CO2
dimurnikan kembali didalam bejana terisi arang (charcoal trap).
Keuntungan dari metode ini adalah tidak menggunakan pelarut yang
beracun, biaya murah, mampu mengisolasi senyawa termolabil tanpa
diikuti denaturasi karena dilakukan pada temperatur rendah, juga
kemungkinan untuk memperoleh produk baru dengan komposisi yang
biasanya diperoleh dengan teknik distilasi (Pino, dkk, 1997). Namun
demikian metode ini juga mempunyai kekurangan yaitu dalam hal
penentuan kondisi untuk ekstraksi dari minyak atsiri dari tumbuhan
tertentu (Boelens dan Boelens, 1997).
8
2.5 Manfaat dan Fungsi Minyak Atsiri
Minyak atsiri biasanya dimanfaatkan sebagai salah satu campuran
pada bahan baku pada industri kosmetik, sabun dan deterjen, farmasi, produk
makanan dan minuman dan masih banyak produk lainnya. Minyak atsiri
digunakan sebagai pengikat aroma pada industri kosmetik dan farmasi serta
sebagai pemberi rasa pada industri makanan.
Beberapa fungsi dari minyak atsiri adalah:
a. Membantu proses penyerbukan
b. Mencegah kerusakan tanaman oleh serangga atau hewan
c. Sebagai cadangan makanan dalam tanaman
(cajuput) Leucadenron
(cananga) Hook
9
(clove) Indonesia,
Madagaskar
Chaix
Roscoe
10
BAB III
TEKNIK PENGEMASAN
11
sampai 90 hari. Dalam kemasan seng minyak nilam hanya dapat bertahan sampai
60 hari.
12
BAB IV
KESIMPULAN
4.1 Kesimpulan
Minyak atsiri didefinisikan sebagai produk hasil penyulingan dengan uap
dari bagian-bagian suatu tumbuhan. Minyak atsiri dapat mengandung puluhan
atau ratusan bahan campuran yang mudah menguap (volatile) dan bahan
campuran yang tidak mudah menguap (non-volatile), yang merupakan penyebab
karakteristik aroma dan rasanya. Berdasarkan sifat yang dimiliki minyak alsiri,
bahan kemasan harus memenuhi persyaratan tertentu, yaitu tidak bereaksi dengan
minyak, tidak dilalui cahaya, dan tidak dipengaruhi oksigen, air dan lebih baik
jika bersifat insulator panas.
4.2 Saran
Melihat dari persyaratan yang terdapat pada pengemasan minyak atsiri
perlu adanya kemasan yang lebih praktis dan efisien untuk bahan pengemas
minyak atsiri.
1.
13
DAFTAR PUSTAKA
Ketaren, S., 1985, Pengantar Teknologi Minyak Atsiri, Balai Pustaka, Jakarta, 21,
45-47, 142-143
14