Anda di halaman 1dari 32

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Tanah Indonesia kaya akan berbagai jenis tanaman rempah-rempah.
Kekayaan alam akan berbagai tanaman hayati, telah menempatkan Indonesia
sebagai salah satu negara pengekspor rempah-rempah terbesar di dunia
sampai sekarang disamping India dan Cina. Pemerintah mengakui rempah-
rempah merupakan salah satu bahan ekspor non migas yang paling stabil
dan sebagai salah satu penyumbang devisa negara cukup besar. Hal ini teruji
pada saat krisis moneter tahun 1998 rempah-rempah merupakan komoditas
ekspor Indonesia yang paling menguntungkan. Berdasarkan data tersebut
Indonesia menjadikan rempah-rempah sebagai salah satu topik penelitian
unggulan saat ini.
Minyak atsiri merupakan salah satu produk bahan rempah-rempah.
Minyak atsiri lazim disebut minyak yang mudah menguap (volatil oils).
Minyak atsiri umumnya berwujud cair, diperoleh dari bagian tanaman akar,
kulit batang, daun, buah, biji atau bunga dengan cara destilasi uap, ekstaksi
atau dipres (ditekan). Minyak sereh, minyak daun cengkeh, minyak akar
wangi, minyak nilam, minyak kenanga, minyak kayu cendana merupakan
beberapa bahan ekspor minyak atsiri Indonesia. Minyak atsiri awalnya
digunakan sebagai bahan pewangi, parfum, obat-obatan, dan bahan aroma
makanan. Dalam perkembangan sekarang hasil sintesis senyawa turunanan
minyak atsiri dapat digunakan sebagai feromon, aditif biodisel, antioksidan,
polimer, aromaterapi, penjerap logam, sun screen block dan banyak lagi
kegunaan lainnya. Kemampuan untuk melakukan konversi komponen
minyak atsiri menjadi menjadi senyawa-senyawa yang lebih berguna
merupakan suatu hal penting yang mendesak sekarang. Hal ini disebabkan
senyawa turunan minyak atsiri yang diimpor ke Indonesia harganya jauh
lebih mahal daripada harga minyak atsiri yang dieskpor oleh Indonesia .Oleh
sebab itu,makalah ini akan mempelajari tentang minyak atsiri agar lebih
banyak diketahui oleh masyarakat luas.

1
Ketumbar (Coriandrum sativum L.) adalah salah satu jenis tanaman
rempahrempah yang sudah sangat dikenal di masyarakat sebagai bumbu
masakan. Biji ketumbar (Coriandrum sativum L.) sejak lama digunakan dan
dimanfaatkan oleh manusia sebagai obat atau untuk meningkatkan cita rasa
bahan pangan. Dalam sistem pengobatan tradisional, formulasi yang
mengandung ekstrak biji ketumbar telah digunakan sebagai stimulan,
antidiabetes, karminatif, antispasmodik, diuretik dan anti-rematik.

1.2 RUMUSAN MASALAH


1.2.1 Apakah minyak atsiri ?
1.2.2 Bagaimana sifat-sifat minyak atsiri ?
1.2.3 Apa saja penggolongan minyak atsiri ?
1.2.4 Pemanfaatan minyak atsiri golongan hidrokarbon ?

1.3 TUJUAN
1.3.1 Untuk lebih mengenal tentang minyak atsiri
1.3.2 Untuk mengetahui sifat – sifat dari minyak atsiri
1.3.3 Untuk mengetahui macam – macam penggolongan minyak atsiri
1.3.4 Untuk menambah pengetahuan yang lebih mendalam tentang
pemanfaatan minyak atsiri yang terkandung dalam tanaman.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 DEFINISI MINYAK ATSIRI


Minyak Atsiri, atau dikenal juga sebagai Minyak Eteris (Aetheric
Oil), Minyak Esensial, Minyak Terbang, serta Minyak Aromatik, adalah
kelompok besar minyak nabati yang berwujud cairan kental pada suhu
ruang namun mudah menguap sehingga memberikan aroma yang khas.
Minyak Atsiri merupakan bahan dasar dari wangi-wangian atau minyak
gosok (untuk pengobatan) alami. Di dalam perdagangan, sulingan Minyak
Atsiri dikenal sebagai bibit minyak wangi.
Minyak atsiri (minyak esensial) adalah komponen pemberi aroma
yang dapat ditemukan dalam berbagai macam bagian tumbuhan. Istilah
esensial dipakai karena minyak atsiri mewakili bau tanaman asalnya. Dalam
keadaan murni tanpa pencemar, minyak atsiri tidak berwarna.Namun pada
penyimpanan yang lama, minyak atsiri dapat teroksidasi dan membentuk
resin serta warnanya berubah menjadi lebih tua (gelap). Untuk mencegah
supaya tidak berubah warna, minyak atsiri harus terlindungi dari pengaruh
cahaya, misalnya disimpan dalam bejana gelas yang berwarna gelap .Bejana tersebut
juga diisi sepenuh mungkin sehingga tidak memungkinkan hubungan
langsung dengan udara, ditutup rapat serta disimpan di tempat yang kering
dan sejuk.
Minyak atsiri adalah minyak yang dihasilkan dari jaringan tanaman
tertentu, seperti akar, batang, kulit, bunga, daun, biji dan rimpang. Minyak
ini bersifat mudah menguap pada suhu kamar (250C) tanpa mengalami
dekomposisi dan berbau wangi sesuai dengan tanaman penghasilnya, serta
umumnya larut dalam pelarut organik tetapi tidak larut dalam air (Gunther,
1990).
Minyak atsiri dapat digunakan sebagai bahan pewangi, penyedap
(flavoring), antiseptic internal, bahan analgesic, sedative serta stimulan.
Terus berkembangnya penggunaan minyak atsiri di dunia maka minyak

3
atsiri di Indonesia merupakan penyumbang devisa negara yang cukup
signifikan setelah Cina (Sastrohamidjoyo, 2004).
Minyak atsiri dapat terbentuk secara langsung oleh protoplasma
akibat adanya peruraian lapisan resin dari dinding sel. Minyak atsiri
terkandung dalam berbagai organ tanaman, seperti didalam rambut kelenjar
(pada famili Labiatae), di dalam sel-sel parenkim (pada famili Piperaceae),
di dalam rongga-rongga skizogen dan lisigen (pada famili Pinaceae dan
Rutaceae).
Minyak atsiri secara umum di bagi menjadi dua kelompok. Pertama,
minyak atsiri yang komponen penyusunnya sukar untuk dipisahkan, seperti
minyak nilam dan minyak akar wangi. Minyak atsiri kelompok ini lazimnya
langsung digunakan tanpa diisolasi komponen-komponen penyusunnya
sebagai pewangi berbagai produk. Kedua, minyak atsiri yang komponen-
komponen senyawa penyusunnya dapat dengan mudah dipisahkan menjadi
senyawa murni, seperti minyak sereh wangi, minyak daun cengkeh, minyak
permen dan minyak terpentin. Senyawa murni hasil pemisahan biasanya
digunakan sebagai bahan dasar untuk diproses menjadi produk yang lebih
berguna.
Pada tanaman, minyak atsiri mempunyai tiga fungsi yaitu: membantu
proses penyerbukan dan menarik beberapa jenis serangga atau hewan,
mencegah kerusakan tanaman oleh serangga atau hewan, dan sebagai
cadangan makanan bagi tanaman. Minyak atsiri digunakan sebagai bahan
baku dalam berbagai industri, misalnya industri parfum, kosmetika, farmasi,
bahan penyedap (flavouring agent) dalam industri makanan dan minuman
(Ketaren, 1985).
Ciri-ciri minyak atsiri :Minyak atsiri bersifat mudah menguap karena
titik uapnya rendah. Selain itu, susunan senyawa komponennya kuat
memengaruhi saraf manusia (terutama di hidung) sehingga seringkali
memberikan efek psikologis tertentu. Setiap senyawa penyusun memiliki
efek tersendiri, dan campurannya dapat menghasilkan rasa yang berbeda.
Karena pengaruh psikologis ini, minyak atsiri merupakan komponen penting

4
dalam aromaterapi atau kegiatan-kegiatan liturgi dan olah pikiran/jiwa,
seperti yoga atau ayurveda.

2.2 SIFAT FISIKA DAN KIMIA MINYAK ATSIRI


2.2.1 SIFAT FISIKA MINYAK ATSIRI
Seperti bahan-bahan lain yang memiliki sifat fisik, minyak
atsiri juga memiliki sifat fisik yang bisa di ketahui melalui beberapa
pengujian. Sifat fisik dari setiap minyak atsiri berbeda satu sama
lain. Sifat fisik terpenting dari minyak atsiri adalah dapat menguap
pada suhu kamar sehingga sangat berpengaruh dalam menentukan
metode analisis yang dapat digunakan untuk menentukan komponen
kimia dan komposisinya dalam minyak asal.
Sifat-sifat fisika minyak atsiri, yaitu : bau yang karakteristik,
bobot jenis, indeks bias yang tinggi, bersifat optis aktif.
1) Bau yang karakteristik
Minyak atsiri adalah minyak yang dihasilkan dari jaringan
tanaman tertentu, seperti akar, batang, kulit, bunga, daun, biji
dan rimpang. Minyak ini bersifat mudah menguap pada suhu
kamar (250C) tanpa mengalami dekomposisi dan berbau wangi
sesuai dengan tanaman penghasilnya, serta umumnya larut
dalam pelarut organik tetapi tidak larut dalam air (Gunther,
1990).
2) Bobot Jenis
Bobot jenis adalah perbandingan bobot zat di udara pada
suhu 250C terhadap bobot air dengan volume dan suhu yang
sama. Penentuan bobot jenis menggunakan alat piknometer.
Berat jenis minyak atsiri umumnya berkisar antara 0,800-1,180.
Bobot jenis merupakan salah satu kriteria penting dalam
penentuan mutu dan kemurnian minyak atsiri (Gunther, 1987).
Besar bobot jenis pada berbagai minyak atsiri sangat di
pengaruhi dari ukuran bahan dan lama penyulingan yang di

5
lakukan. berikut adalah grafik yang di peroleh dari pengujian
bobot jenis pada minyak atsiri kayu manis.
Uji BNJ menunjukkan bahwa perlakuan Bo dan B1 tidak
berbeda nyata terhadap bobot jenis, tapi keduanya berbeda
dengan perlakuan B2. Nilai bobot jenis minyak ditentukan oleh
komponen kimia yang terkandung di dalamnya. Semakin tinggi
kadar fraksi berat maka bobot jenis semakin tinggi. Pada waktu
penyulingan, penetrasi uap pada bahan berukuran kecil
berlangsung lebih mudah karena jaringannya lebih terbuka
sehingga jumlah uap air panas yang kontak dengan minyak
lebih banyak. Kondisi tersebut mengakibatkan komponen
fraksi berat minyaknya lebih mudah dan cepat diuapkan. Dari
segi ukuran bahan, bobot jenis tertinggi (0,9935) diperoleh dari
bahan ukuran kecil, sedangkan dari segi lama penyulingan,
bobot jenis tertinggi (0,9911) diperoleh pada penyulingan 4
jam. Kombinasi perlakuan yang menghasilkan bobot jenis
paling tinggi (0,9979) adalah A1B1C0, yaitu susunan bahan
bertingkat, ukuran bahan sedang dan lama penyulingan 4 jam.
Nilai bobot jenis semua perlakuan berkisar antara 0,9722
sampai 0,9979.
3) Indeks Bias
Indeks bias suatu zat adalah perbandingan kecepatan
cahaya dalam udara dengan kecepatan cahaya dalam zat
tersebut. Penentuan indeks bias menggunakan alat
Refraktometer. Prinsip penggunaan alat adalah penyinaran
yang menembus dua macam media dengan kerapatan yang
berbeda, kemudian terjadi pembiasan (perubahan arah sinar)
akibat perbedaan kerapatan media. Indeks bias berguna untuk
identifikasi suatu zat dan deteksi ketidakmurnian (Guenther,
1987).
Semakin banyak kandungan airnya, maka semakin kecil
nilai indek biasnya. Ini karena sifat dari air yang mudah untuk

6
membiaskan cahaya yang datang. Jadi minyak atsiri dengan
nilai indeks bias yang besar lebih bagus dibandingkan dengan
minyak atsiri dengan nilai indeks bias yang kecil. Selain itu,
semakin tinggi kadar patchouli alcohol maka semakin tinggi
pula indeks bias yang dihasilkan.
Hal ini disebabkan karena penguapan minyak dari bahan
berukuran kecil berlangsung lebih mudah sehingga fraksi berat
minyaknya lebih banyak terkandung dalam minyak, yang
mengakibatkan kerapatan molekul minyak lebih tinggi dan
sinar yang menembus minyak sukar diteruskan. Semakin sukar
sinar diteruskan dalam suatu medium (minyak) maka nilai
indeks bias medium tersebut semakin tinggi.
Sebagian besar komponen minyak kulit kayumanis terdiri
atas kelompok senyawa terpen-o yang mempunyai berat
molekul dan kerapatan yang lebih tinggi dibanding kelompok
senyawa terpen, tetapi relatif mudah larut dalam air. Semakin
lama penyulingan, senyawa terpen-o semakin banyak terlarut
dalam air panas yang mengakibatkan kerapatan minyak
menurun sehingga indeks biasnya lebih rendah. Kombinasi
perlakuan yang menghasilkan indeks bias paling tinggi
(1,5641) adalah perlakuan A1B1C0, yaitu susunan bahan
bertingkat, ukuran bahan sedang dan lama penyulingan 4 jam.
Nilai indeks bias semua perlakuan berkisar antara 1,5515
sampai 1,5641; nilai ini lebih rendah dibanding standar mutu
dari Essential Oil Association of USA (EOA) tahun 1970 yang
mensyaratkan nilai 1,5730 – 1,5910.
4) Putaran Optik
Setiap jenis minyak atsiri memiliki kemampuan memutar
bidang polarisasi cahaya ke arah kiri atau kanan. Besarnya
pemutaran bidang polarisasi ditentukan oleh jenis minyak
atsiri, suhu, dan panjang gelombang cahaya yang digunakan.

7
Penentuan putaran optik menggunakan alat Polarimeter
(Ketaren, 1985).
Berikut ini adalah hasil pengujian minyak atsiri kayu
manis, di mana hanya ukuran bahan yang berpengaruh terhadap
nilai putaran optik minyak. Uji BNJ menunjukkan bahwa
ukuran bahan besar menghasilkan putaran optik yang berbeda
sangat nyata dengan ukuran sedang dan kecil.
Besarnya putaran optik tergantung pada jenis dan
konsentrasi senyawa, panjang jalan yang ditempuh sinar
melalui senyawa tersebut dan suhu pengukuran.
Besar putaran optik minyak merupakan gabungan nilai
putaran optik senyawa penyusunnya. Penyulingan bahan
berukuran kecil akan menghasilkan minyak yang komponen
senyawa penyusunnya lebih banyak (lengkap) dibanding
dengan bahan ukuran besar, sehingga putaran optik yang
terukur adalah putaran optik dari gabungan (interaksi)
senyawa-senyawa yang biasanya lebih kecil dibanding putaran
optik gabungan senyawa yang kurang lengkap (sedikit) yang
dihasilkan bahan berukuran besar. Putaran optik minyak dari
semua perlakuan bersifat negatif, yang berarti memutar bidang
polarisasi cahaya kekiri. Nilainya antara (-) 5,03 sampai (-)
6,75 derajat. Nilai ini lebih besar dibanding standar EOA
(1970) yang nilainya (-) 2 sampai 0 derajat.
5) Kelarutan Dalam Alkohol
Kelarutan dalam alkohol merupakan nilai perbandingan
banyaknya minyak atsiri yang larut sempurna dengan pelarut
alkohol. Setiap minyak atsiri mempunyai nilai kelarutan dalam
alkohol yang spesifik, sehingga sifat ini bisa digunakan untuk
menentukan suatu kemurnian minyak atsiri.
Minyak atsiri banyak yang mudah larut dalam etanol dan
jarang yang larut dalam air, sehingga kelarutannya mudah
diketahui dengan menggunakan etanol pada berbagai tingkat

8
konsentrasi. Untuk menentukan kelarutan minyak atsiri juga
tergantung pada kecepatan daya larut dan kualitas minyak atsiri
tersebut. Kelarutan minyak juga dapat berubah karena lamanya
penyimpanan. Hal ini disebabkan karena proses polimerisasi
menurunkan daya kelarutan, sehinggauntuk melarutkannya
diperlukan konsentrasi etanol yang tinggi. Kondisi
penyimpanan kurang baik dapat mempercepat polimerisasi
diantaranya cahaya,udara, dan adanya air bisa menimbulkan
pengaruh yang tidak baik. Minyak atsiri mempunyai sifat yang
larut dalam pelarut organik dan tidak larut dalam air.
6) Warna
Sesuai dengan SNI 06-2385-2006, minyak atsiri berwarna
kuning muda hingga coklat kemerahan, namun setelah
dilakukan penyimpanan minyak berubah warna menjadi kuning
tua hingga coklat muda. Guenther (1990) mengatakan bahwa
minyak akan berwarna gelap oleh aging, bau dan flavornya
tipikal rempah, aromatik tinggi, kuat dan tahan lama.

2.2.2 SIFAT KIMIA MINYAK ATSIRI


1) Bilangan Asam
Bilangan asam pada minyak atsiri menandakan adanya
kandungan asam organik pada minyak tersebut. Asam organik
pada minyak atsiri bisa terdapat secara alamiah. Nilai bilangan
asam dapat digunakan untuk menentukan kualitas minyak
(Kataren, 1985).
Hasil analisis minyak kilemo menunjukkan bahwa minyak
kilemo dari kulit batang yang disuling dengan metode kukus
secara visual mempunyai bilangan asam tertinggi, sedangkan
minyak kilemo dari daun yang disuling dengan metode rebus
mempunyai bilangan asam terendah. Besarnya bilangan asam
minyak kilemo dari daun yang disuling dengan metode kukus
adalah 1.22 dan yang disuling dengan metode rebus 0.72

9
sedangkan untuk minyak kilemo dari kulit batang yang disuling
dengan metode kukus besarnya 4.20, dan yang disuling dengan
metode rebus 1.72. Adanya perbedaan nilai bilangan asam
minyak kilemo hasil penyulingan daun dan kulit batang
disebabkan karena perbedaan kandungan senyawa asam pada
minyak. Sedangkan perbedaan nilai bilangan asam minyak
kilemo yang disuling dengan sistem kukus dan rebus,
kemungkinan disebabkan karena terjadi proses oksidasi pada
waktu penyulingan dengan sistem kukus.
2) Bilangan Ester
Bilang ester merupakan banyaknya jumlah alkali yang
diperlukan untuk penyabunan ester. Adanya bilangan ester pada
minyak dapat menandakan bahwa minyak tersebut mempunyai
aroma yang baik. Dari hasil analisis diperoleh bahwa minyak
kilemo dari daun yang disuling dengan metode kukus secara
visual mempunyai bilangan ester tertinggi, sedangkan minyak
kilemo dari kulit batang yang disuling dengan metode rebus
menghasilkan bilangan ester terendah.
Besarnya bilangan ester minyak kilemo dari daun yang
disuling dengan metode kukus adalah 31.66, dan yang disuling
dengan metode rebus 28.55. Sedangkan untuk minyak kilemo
dari kulit batang yang disuling dengan metode kukus besarnya
18.74 dan yang disuling dengan metode rebus besarnya 17.6.
Perbedaan nilai bilangan ester minyak kilemo hasil
penyulingan daun dan kulit batang tumbuhan kilemo
kemungkinan disebabkan karena perbedaan kandungan
senyawa ester pada minyak. Dari pengamatan diperoleh bahwa
minyak kilemo dari daun mempunyai aroma yang lebih segar
bila dibandingkan aroma minyak dari kulit batang. Sifat aroma
minyak ini dapat membuat tingginya bilangan ester pada
minyak tersebut.

10
Minyak atsiri juga dapat mengalami kerusakan yang
mengakibatkan perubahan sifat kimia minyak atsiri yaitu
dengan proses oksidasi, hidrolisa, dan resinifikasi.
a. Oksidasi
Reaksi oksidasi pada minyak atsiri terutama terjadi pada
ikatan rangkap dalam terpen. Peroksida yang bersifat labil
akan berisomerisasi dengan adanya air, sehingga
membentuk senyawa aldehid, asam organik, dan keton yang
menyebabkan perubahan bau yang tidak dikehendaki
(Ketaren, 1985).
b. Hidrolisis
Proses hidrolisis terjadi pada minyak atsiri yang
mengandung ester. Proses hidrolisis ester merupakan proses
pemisahan gugus OR dalam molekul ester sehingga
terbentuk asam bebas dan alkohol. Ester akan terhidrolisis
secara sempurna dengan adanya air dan asam sebagai
katalisator (Ketaren, 1985).
c. Resinifikasi
Beberapa fraksi dalam minyak atsiri dapat membentuk
resin, yang merupakan senyawa polimer. Resin ini dapat
terbentuk selama proses pengolahan (ekstraksi) minyak
yang mempergunakan tekanan dan suhu tinggi selama
penyimpanan (Ketaren, 1985).
Minyak atsiri yang kita kenal selama ini, memiliki sifat
mudah menguap dan mudah teroksidasi. Hal itulah yang
menyebabkan perubahan secara fisika maupun kimia pada
minyak atsiri. Perubahan sifat kimia minyak atsiri dapat
terjadi saat :
1. Penyimpanan Bahan
Penyimpanan bahan sebelum dilakukan pengecilan
ukuran bahan mempengaruhi jumlah minyak atsiri,
terutama dengan adanya penguapan secara bertahap

11
yang sebagian besar disebabkan oleh udara yang
bersuhu cukup tinggi. Oleh karena itu, bahan disimpan
pada udara kering bersuhu rendah.
2. Proses ekstraksi
 Proses ekstraksi
Perubahan sifat kimia dapat disebabkan karena suhu
ekstraksi terlalu tinggi
 Proses distilasi
Perubahan sifat kimia pada proses ini terutama
disebabkan karena adanya air, uap air, dan suhu
tinggi.
 Proses pengepresan
Perubahan sifat kimia pada proses ini terutama
disebabkan karena minyak atsiri berkontak dengan
udara.

2.3 LOKALISASI MINYAK ATSIRI


Minyak atsiri terkandung dalam berbagai organ, seperti didalam
rambut kelenjar (pada famili Labiatae), di dalam sel-sel parenkim (misalnya
famili Piperaceae), di dalam rongga-rongga skizogen dan lisigen (pada
famili Pinaceae dan Rutaceae).
Minyak atsiri dapat terbentuk secara langsung oleh protoplasma
akibat adanya peruraian lapisan resin dari dinding sel atau oleh hidrolisis
dari glikosida tertentu.

2.4 KOMPOSISI MINYAK ATSIRI


Pada umumnya perbedaan komposisi minyak atsiri disebabkan
perbedaan jenis tanaman penghasil, kondisi iklim, tanah tempat tumbuh,
umur panenan, metode ekstraksi yang digunakan dan cara penyimpanan
minyak.
Minyak atsiri biasanya terdiri dari berbagai campuran persenyawaan
kimia yang terbentuk dari unsur Karbon (C), Hidrogen (H), dan oksigen

12
(O). Pada umumnya komponen kimia minyak atsiri dibagi menjadi dua
golongan yaitu:
1) Golongan Hidrokarbon
Persenyawaan yang termasuk golongan ini terbentuk dari unsur
Karbon (C) dan Hidrogen (H). Jenis hidrokarbon yang terdapat dalam
minyak atsiri sebagian besar terdiri dari monoterpen (2 unit isopren),
sesquiterpen (3 unit isopren), diterpen (4 unit isopren) dan politerpen.
Klasifikasi Minyak Atsiri Hidrokarbon
Hydrocarbon/hidrokarbon memiliki unsur-unsur hidrogen (H) dan
karbon (C). Hidrokarbon terdiri atas senyawa terpene. Jenis hidrokarbon
yang terdapat dalam minyak atsiri sebagian besar terdiri atas:
 monoterpen (2 unit isoprene),
 sesquiterpen (3 unit isoprene),
 diterpen (4 unit isoprene),
 politerpen,
 parafin,
 olefin dan
 hidrokarbon aromatik.
Komponen hidrokarbon yang dominan menentukan bau dan sifat
khas dari setiap jenis minyak, sebagai contoh minyak jeruk mengandung
90% limonen. Oxygeneted Hydrocarbon mengandung unsur-unsur
karbon (C), hidrogen (H), dan oksigen (O). Yang termasuk oxygeneted
hydrocarbon adalah persenyawaan alkohol, aldehida, keton, oksida, ester
dan eter. Ikatan karbon dalam oxygeneted hydrocarbon ada yang jenuh
dan ada yang tidak jenuh.
Minyak terpentin merupakan salah satu minyak atsiri golongan
hidrokarbon yang dihasilkan diIndonesia dan diekspor sebagai salah satu
sumber devisa. Salah satu komponen utama penyusun minyak terpentin
adalah α -pinena yang bervariasi dari 70-85%. Perlu dilakukan
derivatisasi α -pinena sehingga dapat lebih bermanfaat dan bernilai
ekonomi lebih tinggi, misalnya sebagai bahan baku obat-obatan dan
parfum. Pada umumnya minyak terpentin tersusun oleh campuran

13
isomer tidak jenuh, hidrokarbon monoterpena bisiklis (C10H16) yaitu (a)
α-pinena, (b) β-pinena, (c) Δ –karena, dan (d) d-longifolena.
Minyak terpentin dapat digunakan dalam berbagai macam bidang
industri. Kegunaan minyak terpentin dapat dijelaskan sebagai berikut :
 Minyak terpentin dalam industri kimia dan farmasi seperti dalam
sintesis kamfer, terpineol dan terpinil asetat.
 Minyak terpentin dapat digunakan sebagai thiner (pengencer) dalam
industry cat dan pernis.
 Minyak terpentin juga digunakan dalam industri perekat dan pelarut
lilin.
a. α-Pinena
α-Pinena atau 2,6,6-trimetil bisiklo [3.1.1]-2-heptena dengan rumus
molekul C10H16 adalah cairan yang tidak berwarna dengan bau
karakteristik seperti terpentin. Rumus strukturnya terdiri atas dua
cincin yaitu siklobutana dan sikloheksena, maka dari itu α-pinena
termasuk bisiklis. α-Pinena merupakan senyawa monoterpena, yaitu
senyawa hidrokarbon tak jenuh yang mempunyai 10 atom karbon
dimana satuan terkecil dalam molekulnya disebut isoprena. α-Pinena
mempunyai kegunaan yang penting sebagai pembuat lilin, sintesis
kamfer, pembuatan geraniol dan sebagainya.
b. Identifikasi dan Isolasi/Preparasi Minyak atsiri.
Salah satu cara identifikasi komponen minyak atsiri adalah
dengan kromatografi gas (GC). Kromatografi gas adalah tehnik
pemisahan suatu persenyawaan yang mudah menguap didasarkan
pada distribusi antara dua fasa yaitu fasa tetap (stationer) dan fasa
bergerak (mobil).
Identifikasi kandungan minyak atsiri dari suatu tanaman dapat
diketahui melalui bau dan rasa. Identifikasi secara kimia dapat
dilakukan dengan pemberian satu tetes asam sulfat pekat pada serbuk
buah simplisia akan memberi warna ungu kemerahan.
Ekstraksi. untuk mendapatkan minyak atsiri dapat dilakukan
dengan cara destilasi. Destilasi atau penyuliangan adalah suatu

14
proses penguapan yang diikuti pengembunan. Destilasi dilakukan
untuk memisahkan suatu cairan dari campurannya apabila komponen
lain tidak ikut menguap (titik didih komponen lain jauh lebih tinggi).
Pada metode ini uap air digunakan untuk menyari simplisia dan
dengan adanya pemanasan kecil uap air tersebut menguap kembali
bersama minyak menguap dan dikondensasikan oleh kondensor
sehingga terbentuk molekul – molekul air yang menetes ke dalam
corong pisah penampung yang telah diisi dengan air. Penyulingan
dilanjutkan hingga sempurna.
c. Biosintesis minyak atsiri hidrokarbon
Secara umum, biosintesa dari terpenoid dengan terjadinya 3 reaksi
dasar yaitu :
 Pembentukan isoprene aktif berasal dari asam asetat melalui asam
mevalonat
 Penggabungan kepala dan ekor dua unit isoprene akan
membentuk mono-, sesqui, di-, sester-, dan poli-terpenoid.
 Penggabungan ekor dan ekor dari unit C-15 atau C-20
menghasilkan triterpenoid dan steroid.

2) Golongan Hidrokarbon Teroksigenasi


Komponen kimia dari golongan persenyawaan ini terbentuk dari
unsure Karbon (C), Hidrogen (H) dan Oksigen (O). Persenyawaan yang
termasuk dalam golongan ini adalah persenyawaan alcohol, aldehid,
keton, ester, eter, dan fenol. Ikatan karbon yang terdapat dalam
molekulnya dapat terdiri dari ikatan tunggal, ikatan rangkap dua, dan
ikatan rangkap tiga. Terpen mengandung ikatan tunggal dan ikatan
rangkap dua.
Senyawa terpen memiliki aroma kurang wangi, sukar larut dalam
alkohol encer dan jika disimpan dalam waktu lama akan membentuk
resin. Golongan hidrokarbon teroksigenasi merupakan senyawa yang
penting dalam minyak atsiri karena umumnya aroma yang lebih wangi.
Fraksi terpen perlu dipisahkan untuk tujuan tertentu, misalnya untuk

15
pembuatan parfum, sehingga didapatkan minyak atsiri yang bebas
terpen.

2.5 CARA MEMPEROLEH MINYAK ATSIRI


Minyak atsiri diperoleh dengan cara ekstraksi
Proses ekstraksi meliputi beberapa tahapan :
1) Perajangan
Sebelum bahan obat tersebut di suling, sebaiknya dirajang terlebih
dahulu menjadi potongan-potongan kecil. Proses perajangn ini bertujuan
untuk memudahkan penguapan minyak atsiri dri bahan, dan untuk
mengurangi sifat kamba bahan oral. Besar ukuran partikel hasil rajangan
bervariasai, tergantung dari jenis bahan itu sendiri. Selama proses
perajangan akan terjadi penguapan komponen minyak bertitik didih
rendah, dan jika dibiarkan beberapa menit akan terjadi penyusutan bahan
sekitar 0,5 % akibat penguapan minyak. Oleh karena itu, jika di inginkan
rendemen dan mutu minyak yang baik, maka hasil rajangan harus di
masukkan dalam ketel suling. Kelemahan bahan yang di rajang karena :
 Jumlah total minyak berkurang, akibat penguapan selama
perajangan.
 Komposisi minyak akan berubah, dan akan mempengaruhi bau.
2) Penyimpanan bahan olah
Tempat dan kondisi bahan olah sebelum perajangan mempengaruhi
penyusutan minyak atsiri, namun pengaruhnya tidak begitu besar seperti
pada perajangan. Penyimpanan bahan olah dengan cara penimbunan
sering di lakukan akibat terhambatnya proses penyulingan atau karena
kapasitas ketel suling yang kurang besar. Jika bahan olah harus di
simpan sebelum di proses, mka harus di simpan dalam udara kering yang
bersuhu rendah, dan udara tidak d sirkulasi. Jika mungkin ruangan di
lengkapi dengan “air conditioner”. Sirkulasi dan kelembaban udara yang
ekstrim selama penyimpanan mengakibatkan proses resinifikasi,
penguapan dan proses oksidasi. Penyusutan minyak selama
penyimpanan dalam udara kering tergantung dari beberapa faktor, yaitu :

16
kondisi bahan, metode dan lama penyimpanan, dan komposisi kimia
minyak dalam bahan. Bahan olah berupa daun dan bunga tidak dapat
disimpan lama, namun sebaliknya bahan berupa kulit pohon, akar, kayu
lebih tahan disimpan lama, karena jumlah minyak yang menguap lebih
kecil.
3) Pelayuan dan pengeringan
Sebagian bahan olah memerlukan proses pengeringan, sebelum di
simpan atau disuling. Tujuan dari pelayuan dan pengeringan bahan olah
adalah :
 Menguapkan sebagian air dalam bahan, sehingga proses penyulingan
mudah, dan singkat.
 Untuk menguraikan zat tidak berbau sehingga berbau wangi.sebagai
contoh ialah untuk memecahkan glikosida (amigdalin) menjadi
benzaldehid yang berbau wangi pada minyak almon dan akar orris.
Hal yang sam terjadi pula pada minyak nilam dan vanila.Kehilangan
minyak selama periode pelayuan dan pengerian lebih besar dari
kehilangan minyak selama proses penyimpanan. Hal ini terjadi
karena proses pengeringan, air dalam tanaman akan berdifusi sambil
mengangkut minyak atsiri dan akhirnya menguap.Bahan yang
mengandung fraksi minyak yang mudah menguap, biasanya hanya
dilayukan atau dikeringkan pada tingkat kering udara, sedangkan
bahan yang mengandung minyak atsiri yang sukar menguap,
biasanya dikeringkan lebih lanjut.Minyak atsiri adalah zat cair yang
mudah menguap bercampur dengan persenywaan padat yang berbeda
dalam hal komposisi dan titik cairnya, larut dalam pelarut organik
dan tidak larut dalam pelarut air.
Berdasarkan sifat tersebut, maka minyak atsiri dapat diekstrak dengan 4
macam cara, yaitu :
a. Penyulingan
Penyulingan adalah proses pemisahan komponen yang berupa
cairan atau padatan dari dua macam campuran atau lebih, berdasarkan

17
perbedaan titik uapnya dan proses ini dilakukan terhadap minyak atsiri
yang tidak larut dalam air.
Jumlah minyak yang menguap bersama-sama dengan uap air
ditentuka oleh 3 faktor, yaitu :
 Besarnya tekanan uap yang digunakan.
 Berat molekul masing-masing komponen dalam minyak
 Kecepatan minyak yang keluar dari bahan yang mengandung minyak.
Proses penyulingan minyak dapat dipercepat dengan menaikkan
suhu dan tekanan atau dengan menggunakan sistem “ superheated steam
“. Akan tetapi hal ini hanya dapat dilakukan terhadap minyak atsiri yang
sukar mengalami dekomposisi pada suhu yang lebih tinggi.
Ekstraksi minyak atsiri dengan penyulingan mempunyai beberapa
kelemahan yaitu :
 Tidak baik digunakan terhadap beberapa jenis minyak yang
mengalami kerusakan oleh adanya panas dan air
 Minyak atsiri yang mengandung fraksi ester akan terhidrolisa karena
adanya air dan panas
 Komponen minyak yang larut dalam air tidak dapat diekstraksi.
 Komponen minyak yang bertitik didih tinggi yang menentukan bau
wangi dan mempunyai daya fiksasi terhadap bau sebagian tidak ikut
tersuling dan tetap tertinggal dalam bahan.
 Bau wangi minyak yang dihasilkan sedikit berubah dari bau wangi
alamiah.
b. Pengepresan ( pressing )
Ekstrak minyak atsiri dengan pengepresan umumnya dilakukan
terhadap bahan beruba biji, buah atau kulit buah yang dihasilkan dari
tanaman yang termasuk famili citrus, karena minyak dari famili tanaman
tersebut akan mengalami kerusakan jika diekstraksi dengan penyulingan.
Akibat tekanan pengepresan, maka sel – sel yang mengandung minyak
akan pecah dan minyak akan mengalir kepermukaan bahan. Beberapa
jenis minyak yang dapat diekstraksi dengan cara pengepresan adalah

18
minyak “ almond” , “ apricot “, “ lemon “, minyak kulit jeruk, “
mandarin “, “ grape fruit “ dan beberapa jenis minyak lainnya.
Berdasarkan tipe, maka alat pengepresan ada 2 macam tipe , yaitu
hydraulic pressing dan expeller pressing.
1. Ekstraksi dan Pelarut Menguap ( solvent extraction )
Prinsip ekstraksi ini adalah melarutkan minyak atsiri dalam
bahan dengan pelarut organik yang mudah menguap. Proses
ekstraksi biasanya dilakukan dalam suatu wadah ( ketel ) yang
disebut “ extractor ”. Berbagai tipe “ extractor “ yang telah dikenal
adalah “ Bonotto extractor “, “ Kennedi extractor “, “ Bpllsman
extractor “, “ De Smet extractor “, “ Hilderbrandt extractor “.
Ekstraksi dengan pelarut organik umumnya digunakan untuk
mengekstrasi minyak atsiri yang mudah rusak oleh pemanasan
dengan uap dan air, terutama untuk mengekstrak minyak dari bunga-
bungaan misalnya bunga cempaka, melati, mawar, dll.
Pemilihan pelarut Salah satu proses yang menentukan
keberhasilan proses ekstraksi adalah jenis dan mutu pelarut yang
digunakan. Pelarut yang baik harus memenuhi persyarata sebagai
berikut :
 Harus dapat melarutkan semua zat wangi dalam bunga secara
sempurna, dan tidak dapat melarutkan bahan seperti lilin,
pigmen, senyawa albumin.
 Mempunyai titik didih yang cukup rendah, agar pelarut mudah
diuapkan, namun titik didih pelarut tersebut tidak boleh terlalu
rendah, karena hal ini akan mengakibatkan hilangnya sebagian
pelarut pada waktu pemisahan pelarut.
 Pelarut tidak boleh larut dalam air.
 Pelarut haru bersifat “ inert “, sehingga tidak bereaksi dengan
komponen minyak bunga.
 Pelarut harus mempunyai titik didih yang seragam, sehingga jika
diuapkan tidak tertinggal dalam minyak.
 Harga pelarut harus serendah mungkin, dan tidak mudah terbakar
 Penggunaan campuran berbagai pelarut dapat menghasilkan
rendemen dan mutu minyak yang cukup baik, dibandingkan

19
dengan pelarut murni. Beberapa jenis pelarut yang biasa
dipergunakan dalam proses ekstraksi minyak atsiri antara lain
petroleum ether, benzene, alcohol.
2. Ekstraksi dengan Lemak Padat
Proses ekstraksi ini digunakan khusus untuk mengekstraksi minyak
bunga-bungaan, dalam rangka mendapatkan mutu dan rendemen
minyak yang tinggi.
a. Sifat bunga
Pada umumnya bunga setelah dipetik akan tetap hidup
secara fisiologis. Daun bunga terus menjalankan proses hidupnya
dan tetap memproduksi minyak atsiri dan minyak yang terbentuk
dalam bunga akan menguap dalam waktu singkat. Kegiatan
bunga dalam memproduksi minyak akan terhenti dan mati jiak
kena panas, kontak atau terendam dalam pelarut organik. Dengan
demikian pelarut hanya dapat mengekstraksi minyak yang
terdapat dalam sel bunga yang terbentuk pada saat bahan tersebut
kontak dengan pelarut.
Untuk mendapatkan rendemen minyak yang lebih tinggi
dan mutu yang lebih baik, maka selama proses ekstraksi
berlangsung perlu dijaga agar proses fisiologi dalam bunga tetap
berlangsung dalam waktu selama mungkin, sehingga bunga tetap
dapat memproduksi minyak atsiri. Hal ini dapat dilakukan
dengan cara mengekstraksi minyak bunga menggunakan lemak
hewani atau nabati.
Ekstraksi minyak dari bunga-bungaan dapat dilakukan
dengan 2 cara yaitu “ enfleurage “ dan “ macerate “.
a. Enfleurasi ( enfleurage )
Pada proses ini, absorbs minyak atsiri oleh lemak
dilakukan pada suhu rendah ( keadaan dingin ) sehingga
minyak terhindar dari kerusakan yang disebabkan oleh panas.
Proses enfleurasi menghasilkan rendemen minyak yang lebih
tinggi dibandingkan dengan metode lainnya. Kelemahan

20
proses ini adalah karena memerlukan waktu yang lebih lama,
dan membutuhkan tenaga kerja yang terampil dan
berpengalaman.
Akhir dari Proses ekstraksi ini ditandai dengan, jika
lemak telah jenuh dengan minyak bunga, dan selanjutnya
minyak bunga dalam pomade diekstraksi dengan
menggunakan alcohol. Hasil ekstraksi minyak bunga dari
pomade, menggunakan alcohol menghasilkan campuran
minyak bunga dengan alcohol. Jika alcohol tersebut
dipisahkan, maka akan diperoleh minyak bunga yang larut
dalam sejumlah kecil alcohol, disebut ekstrait.
Lemak mempunyai sifat dapat mengabsorbsi bau
disekitarnya dan prinsip ini digunakan sebagai dasar untuk
mengekstraksi minyak dari tanaman bunga.
Syarat-syarat lemak yang digunakan
1. Lemak tidak berbau
Lemak yang berbau tidak dikehendaki, karena dapat
mencemari bau minyak atsiri yang dihasilkan. Bau lemak
dapat dihilangkan dengan proses deodorisasi.
2. Lemak mempunyai konsistensi tertentu
Konsistensi lemak yang digunakan perlu diatur,
karena lemak yang terlalu keras mempunyai daya absorbs
yang rendah. Jika konsistensi lemak terlalu lunak, maka
lemak banyak melekat pada bunga sehingga sukar
dipisahkan.
Konsistensi lemak dapat diatur dengan cara
hidrogenasi atau mencampur 2 macam lemak yang titik
cairnya berbeda, sehingga didapatkan lemak dengan
konsistensi dan titik cair tertentu. Lemak yang sudah
sekali dipakai pada proses ekstraksi tidak dapat dipakai
kembali dan biasanya dijadikan sabun dan kosmetik.
Keuntungan dan kerugian metode absorbs oleh lemak
Keuntungan :

21
1. Rendemen minyak yang dihasilkan lebih tinggi
dibandingkan dengan menggunakan cara “ solvent
ectraction “.
2. Minyak yang dihasilkan berbau lebih wangi karena
kerusakannya relative kecil.
Kerugian :
1. Metode tersebut penggunaannya terbatas pada beberapa
jenis bunga saja.
2. Lemak yang mengandung antioksidan, dapat merubah
bau minyak atsiri
3. Ekstraksi minyak atsiri dari “ pomade “ dengan
menggunakan alcohol akan mengekstrak lemak dalam
jumlah kecil.
4. Lemak dapat digunakan hanya untuk satu periode
ekstraksi, yaitu sampai lemak sudah jenuh oleh minyak
atsiri

BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Klasifikasi Tanaman Ketumbar

22
Ketumbar merupakan tanaman yang masuk ke dalam keluarga Apiaceae dan
termasuk sebagai keluarga wortel-wortelan. Berikut ini adalah
pengklasifikasian dari Coriandrum sativum :
 Kerajaan : Plantae
 Divisi : Magnoliophyta
 Kelas : Magnoliopsida
 Ordo : Apiales
 Famili : Apiaceae
 Genus : Coriandrum
 Spesies : Coriandrum sativum
3.1.1 Morfologi
Tanaman ketumbar berupa tanaman semak semusim, dengan tinggi
sekitar satu meter. Dapat tumbuh subur di kebun-kebun dataran
rendah dan pegunungan. Akarnya tunggang bulat, bercabang dan
berwarna putih. Batangnya berkayu lunak, beralur, dan berlubang
dengan percabangan dikotom berwarna hijau.
Daunnya mirip seledri, berwarna hijau dan hijau agak keputihan
dengan tepian bergerigi. Berbunga majemuk berbentuk payung
bersusun berwarna putih dan merah muda. Panjang tangkai dari bunga
ini sekitar 5-10cm. Bunga ini memiliki warna putih dengan 5 lembar
yang masing-masing mempunyai panjang 2-3cm.

Pada bagian mahkota dari bunga, terdiri dari 5 daun mahkota yang
berwarna merah muda atau putih. Sedangkan pada buah, ketumbar
memiliki bentuk bulat yang akan berwarna hijau ketika masih muda
dan berwarna kuning kecoklatan ketika sudah tua. Bijinya berbentuk
bulat dan berwarna kuning kecokelatan.

23
3.2 Komposisi Kimia Minyak Ketumbar
Iklim tropis di Indonesia memungkinkan berbagai jenis tumbuhan
dan tanaman buah dapat dibudidayakan dengan baik, bahkan mampu
menjadi komoditi ekspor. Salah satu sumber daya alam yang potensial
adalah biji ketumbar. Minyak ketumbar (coriander oil) merupakan
komoditas penghasil minyak atsiri yang diperkirakan berpotensi dan bernilai
komersial tinggi yang juga belum diusahakan di Indonesia serta belum
diketahui layak tidaknya diusahakan dan daya saingnya. Kandungan terbesar
dalam minyak ketumbar adalah senyawa linalool yang dapat dimanfaatkan
sebagai bahan baku parfum, farmasi, aroma makanan dan minuman, sabun
mandi, bahan dasar lilin, sabun cuci, sintesis vitamin E dan pestisida
maupun insektida. Ketumbar mempunyai aroma yang khas, aromanya
disebabkan oleh komponen kimia yang terdapat dalam minyak atsiri.
Ketumbar mempunyai kandungan minyak atsiri berkisar antara 0,4-1,1%,
minyak ketumbar termasuk senyawa hidrokarbon beroksigen, komponen
utama minyak ketumbar adalah linalool yang jumlahnya sekitar 60-70%
dengan komponen pendukung yang lainnya adalah geraniol (1,6-2,6%),
geranil asetat (2-3%), kamfor (2-4%) dan mengandung senyawa golongan
hidrokarbon berjumlah sekitar 20% (α-pinen, β-pinen, dipenten, p-simen,
α-terpinen dan γ-terpinen, terpinolen dan fellandren) (Lawrence dan
Reynolds, 1988; Guenther, 1990). Komposisi kimia minyak ketumbar dapat
dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Komposisi kimia minyak Ketumbar
No Komponen Jumlah (%)
1 Hidrokarbon , terdiri dari : 20
d-α - pinen
dl-α - pinen
β-pinen
dipenten
p-simen
α-terpinen dan
γ - terpinen

24
Terpinolen dan
Fellandren
2 Hidrokarbon beroksigen, terdiri dari : 60 – 70
d-linalool
n-desil aldehid
geraniol
1-borneol
Asam asetat
Asam desilat
(guenther, 1990)
Berdasarkan jenis unsur penyusun senyawa minyak atsiri, minyak
ketumbar termasuk golongan senyawa hidrokarbon beroksigen. Senyawa
tersebut menimbulkan aroma wangi dalam minyak atsiri, serta lebih tahan dan
stabil terhadap proses oksidasi dan resinifikasi. Tingkat kematangan ketumbar
akan mempengaruhi komposisi minyak ketumbar, komposisi minyak akan
menentukan mutu minyak ketumbar. Pada ketumbar yang belum masak,
komponen minyaknya adalah golongan aldehid sedangkan ketumbar yang
masak, komponen minyaknya adalah golongan alkohol monoterpen dan
linalool. Persenyawaan linalool, jika dioksidasi akan menghasil- kan sitral
atau persenyawaan geraniol (Guenther, 1987).
Linalool merupakan penyusun utama minyak ketumbar sekitar 60-
70%. Linalool termasuk senyawa terpenoid alkohol, berbentuk cair, tidak
berwarna, beraroma wangi dan mempunyai rumus empiris C10H18O, serta

rumus struktur 3,7 dimetil-1,6 oktadien-3-ol. Linalool merupakan senyawa


alkohol rantai lurus. Senyawa linalool merupakan komponen yang
menentukan intensitas aroma harum, sehingga minyak ketumbar dapat
dipergu- nakan sebagai bahan baku parfum, aroma- nya seperti minyak
lavender. Dari uraian diatas, maka perlu dilakukan pengambilan minyak
ketumbar dari biji ketumbar dengan menggunakan metode ekstraksi pelarut
etanol dan n-heksana. Adapun penelitian ini bertujuan untuk mempelajari
pengaruh penggunaan pelarut etanol dan n-heksana terhadap rendemen
minyak ketumbar yang dihasilkan serta senyawa kimia dalam minyak
ketumbar.

25
3.3 Metode
Ekstraksi minyak ketumbar dilakukan dengan menggunakan dua
pelarut, yaitu pelarut etanol dan n-Heksana. Biji ketumbar dibuat serbuk,
kemudian dibungkus kertas saring dan dimasukkan ke dalam alat ekstraktor
sokhlet. Ekstraksi dilakukan dengan menambahkan 400 mL pelarut ke dalam
labu alas bulat dan ekstraksi dilaku- kan pada suhu titik didih pelarut.
Ekstraksi berakhir jika warna pelarut dalam ekstrak- tor kembali seperti
warna pelarut semula. Minyak ketumbar dan pelarut dipisahkan dari
pelarutnya dengan distilasi, sampai diperoleh minyak ketumbar yang murni.
Untuk mengetahui kandungan senyawa kimia dalam minyak ketumbar,
dilakukan analisis dengan menggunakan GC-MS.

3.4 Hasil
Ketumbar (Coriandrum sativum) selain digunakan untuk bumbu dapur
atau penyedap rasa (flavouring agent), ketumbar juga dapat diambil
minyaknya. Pengambilan minyak diperoleh dari biji ketumbar dengan cara
ekstraksi. Ekstraksi minyak ketumbar (coriander oil) dilakukan
menggunakan pelarut etanol dan n- heksana meliputi beberapa tahapan yaitu
perlakuan bahan, proses ekstraksi minyak ketumbar dan proses pemisahan
minyak dari pelarutnya. Pemilihan etanol sebagai pelarut, karena etanol
dapat digunakan untuk mengekstraksi bahan kering, daun- daunan, batang,
dan akar. Sedangkan pemilihan heksana sebagai pelarut, karena heksana
bersifat stabil dan mudah me- nguap, selektif dalam melarutkan zat,
mengekstraksi sejumlah kecil lilin serta dapat mengekstrak zat pewangi
dalam jumlah besar.
Pada proses perlakuan bahan, bahan yang digunakan adalah biji
ketumbar yang tua dan kering. Bahan kemudian dihancurkan dengan blender
sampai halus, proses pengecilan ukuran ini bertujuan agar kelenjar minyak
dapat terbuka sebanyak mungkin sehingga pada proses ekstraksi laju
penguapan minyak atsiri dari bahan menjadi cukup cepat. Setelah di-
peroleh biji ketumbar yang halus, bahan kemudian dibungkus dengan kertas

26
saring dan dilakukan proses ekstraksi. Ekstraksi dilakukan dengan
menggunakan pelarut etanol dan n-heksana. Pemisahan minyak biji
ketumbar dari pelarut melalui proses distilasi.
3.4.1 Ekstraksi Minyak Biji Ketumbar dengan Etanol
Pada proses ekstraksi biji ketumbar dilakukan dengan
menggunakan pelarut etanol sebanyak 400 mL, ekstraksi
berlangsung pada kondisi operasi 80ºC karena titik didih etanol
78,6ºC sehingga diharapkan pada kondisi operasi tersebut etanol
dapat menguap dan minyak dapat terambil semaksimal mungkin.
Setelah proses ekstraksi selanjutnya dilakukan proses pemisahan
minyak ketumbar dari pelarutnya dengan distilasi. Berat minyak
yang diperoleh dari proses ekstraksi adalah 2,2620 gram. Pada
percobaan diperoleh minyak ketumbar yang berwarna hijau tua
sampai kehitaman. Ekstraksi biji ketumbar dengan pelarut etanol
menghasilkan ren- demen 1,17%, sedangkan menurut literatur
Ketaren dengan menggunakan metode penyulingan uap
menghasilkan rendemen 0,4-1,1%. Dengan demikian ekstraksi
dengan menggunakan metode pelarut mudah menguap menghasilkan
rendemen yang lebih besar dibandingkan dengan metode
penyulingan uap. Hasil analisis diperoleh kandungan minyak
ketumbar seperti yang disajikan pada dan tabel 2.
Tabel 2. Data Hasil Analisis GC-MS Minyak Biji Ketumbar dengan
Pelarut Etanol. No Nama Komponen
Formula Berat Molekul
Prosentase (%)
1. Linalool C10H18O 154 57,13
2. Camphor C10H16O 152 2,08
3. Asamheksadekanoid C16H32O2 256 3,88
4. Hecadecanoic acid, etyl ester C18H36O2 302 0,29
5. 9-oktadecenoic acid C19H36O2 296 0,50
6. Cyclopentadecanone C15H28O2 240 26,76
7. Heneicosane C21H44 296 0,22
8. Decosane C22H46 310 0,21

27
9. Teratetracontane C44H90 618 0,25
10. Neryl propionate C13H22O2 210 0,88
11. Thiogeraniol C10H18S 170 7,80
Jumlah 100

Pada Tabel 2 diketahui bahwa komponen tertinggi yang


terdapat da- lam minyak biji ketumbar dengan pelarut etanol adalah
Linalool sebesar 57,13%. Selain Linalool juga terdapat komponen-
komponen yang lain yaitu Thiogeraniol, Cyclopentadecanone,
Camphor, dan lain- lain. Dari Tabel 2 diketahui bahwa kadar
Linalool dengan prosentase terbesar dari- pada kadar komponen
yang lain. Dari hasil percobaan dapat diketahui bahwa minyak yang
dihasilkan berwarna hijau kehitaman.
3.4.2 Ekstraksi Minyak Biji Ketumbar de- ngan Pelarut n-Heksana
Pada proses ekstraksi ketumbar dilakukan dengan menggunakan
pelarut n- heksana sebanyak 400 mL, ekstraksi berlangsung pada
kondisi operasi 70ºC karena titik didih n-heksana 69ºC sehingga
diharapkan pada kondisi operasi tersebut n- heksana dapat menguap
dan minyak dapat terambil semaksimal mungkin. Berat minyak yang
diperoleh dari proses ekstraksi adalah 2,9175 gram. Pada percobaan
diperoleh minyak ketumbar yang berwarna hijau tua sampai
kehitaman. Ekstraksi ketumbar dengan pelarut n-heksana
menghasilkan rendemen 0,84%, hal ini sama dengan rendemen
dalam literatur Ketaren yang menggunakan metode penyulingan uap
yang menghasilkan rendemen 0,4-1,1%. Hasil analisis diperoleh
kandungan minyak ketumbar seperti yang disajikan pada tabel 3.
Tabel 3. Data Hasil Analisis GC-MS Minyak Ketumbar dengan
Pelarut n-Heksana.

28
Pada tabel 3 diketahui bahwa kom- ponen tertinggi yang
terdapat dalam mi- nyak ketumbar dengan pelarut n-heksana adalah
Linalool sebesar 47,25%. Selain Linalool juga terdapat komponen-
kompo- nen yang lain yaitu Thiageraniol, Cyclo- pen-tadecanone, γ-
terpinene, dan lain-lain. Seperti pada ekstraksi etanol, dengan pelarut
n-heksana juga diperoleh prosen- tase terbesar dalam minyak biji
ketumbar adalah Linalool.

3.5 Manfaat
Biji ketumbar (Coriandrum sativum Linn) mempunyai kandungan minyak
atsiri terutama linalool 0.5−1% yang dapat dimanfaatkan sebagai imbuhan
pakan fitogenik kedalam pakan ternak. Minyak atsiri yang terkandung dalam
biji ketumbar memiliki banyak manfaat dalam tubuh sebagai antioksidan,
antidiabetes, dan antimutagenik.
Ekstrak etanol buah ketumbar (Coriadrum sativum L.) dapat menurunkan
kadar gula darah tikus putih yang diinduksi aloksan, dimana penurunan
kadar gula darah hingga dapat mencapai kadar gula darah normal.

29
Pada penelitian ekstrak etanol buah ketumbar dilakukan untuk mengetahui
potensi aktivitas antibakteri ekstrak etanol buah ketumbar (Coriandrum
sativum L.) terhadap Propionibacterium acnes dengan metode difusi agar
menggunakan sumuran. Aktivitas antibakteri ditunjukkan dengan diameter
hambat yang terbentuk di sekitar lubang sumuran. Jerawat merupakan
penyakit infeksi kulit yang disebabkan oleh P.acnes. Hasil penelitian pada
konsentrasi 1,2,4,6,8,10% menunjukkan ekstrak etanol buah ketumbar
memiliki aktivitas antibakteri. Ekstrak etanol buah ketumbar tidak
memberikan diameter hambat terhadap P.acnes pada konsentrasi 1% maka
ditentukan konsentrasi hambat minimum (KHM) pada rentang 1-2%. Hasil
penentuan KHM P.acnes terdapat pada konsentrasi 1,8% dengan diameter
hambat adalah 1,214 cm. Kesetaraan aktivitas antibakteri ekstrak etanol
buah ketumbar terhadap klindamisin memberikan diameter hambat yang
digunakan untuk pembuatan kurva standar klindamisin sehingga dapat
ditentukan nilai banding. Nilai banding yang diperoleh pada P.acnes bahwa
1 mg ekstrak etanol buah ketumbar setara dengan 2,44 ×10 -3 mg.
Biji ketumbar (Coriandrum sativum Linn) mempunyai kandungan minyak
atsiri terutama linalool 0.5−1% yang dapat dimanfaatkan sebagai imbuhan
pakan fitogenik kedalam pakan ternak. Minyak atsiri yang terkandung dalam
biji ketumbar memiliki banyak manfaat dalam tubuh sebagai antioksidan,
antidiabetes, dan antimutagenik. Tujuan dari penelitian ini adalah : (1) untuk
menganalisis komponen nutrien biji ketumbar, (2) mendapatkan jumlah
pemberian tepung ketumbar di dalam pakan ayam petelur di lingkungan
tropis terhadap produktivitas ayam petelur, (3) mengamati jumlah pemberian
ketumbar untuk memberikan hematologi darah berada pada kisaran normal
sehingga dapat meningkatkan status kesehatan dan manfaatnya pada organ
dalam ayam petelur. 22%) dan iso energi (2875.33 kkal kg-1).

BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan

30
Berdasarkan hasil percobaan dan analisis yang dilakukan dapat disimpulkan
di bawah ini :
4.1.1 Ekstraksi minyak biji ketumbar de- ngan pelarut etanol
menghasilkan rendemen minyak sebesar 1,17% dan pelarut n-
heksana sebesar 0,84%.
4.1.2 Pelarut etanol dapat memungut linalo- ol lebih banyak dari pada n-
heksana, dengan pelarut etanol 57,13% seda- ngkan n-heksana
47,25%
4.1.3 Komponen minyak ketumbar yang terambil dengan pelarut etanol
adalah linalool, Thiageraniol, Cyclopentadecanone, camphor.
Sedangkan dengan pelarut n-heksana adalah linalool, Thiage-raniol,
Cyclopentadecanone, γ-terpinene.
4.1.4 Ekstrak etanol ketumbar dapat dimanfaatkan sebagai antioksidan,
antidiabetes, dan antimutagenik.

4.2 Saran
Kami merasa dalam penyajian makalah ini masih banyak sangat kekurangan
dan kelemahan maka dari itu sudi kiranya teman-teman memberikan kritikan
atau saran, yang nantinya akan berguna untuk memperbaiki hasil makalah
ini dan bermanfaat bagi kita semua dimasa yang akan datang.

DAFTAR PUSTAKA

Guenther, E., (1990), Minyak atsiri. Jilid IVB, Penerjemah S. Ketarendan


R. Mulyono, Jakarta, Universitas Indonesia.
Guenther, Ernest., (1987), Minyak Atsiri. Jilid 1., Jakarta, UI Press.

31
Lawrence, B.M. and R.J., Reynolds, 1988. Progress in essential oils. Per-
fumer Flavorist. An Allured Pub- lication. Vol. 13 (3)
Sogara, Putri Permatasari Umbu, dkk., 2014. Pengaruh Ekstrak Etanol
Buah Ketumbar (Coriandrum sativum L.) Terhadap Penurunan Kadar
Gula Darah Tikus Putih yang diindukasi Aloksan, Manado, FMIPA
UNSRAT
Surahman dan Murti Herawati. 2001. Farmakognosi jilid II. Jakarta :
Departemen Kesehatan
Widyastuti, kiki dkk. 2001. Farmakognosi jilid I. Jakarta : Departemen
kesehatan
Ketaren. 1985. Pengantar Teknologi Minyak Atsiri. Jakarta : Balai Pustaka
Rury Ayudya Hapsari, Suwendar, Siti Hazar. 2016. Potensi Aktivitas
Antibakteri Ekstrak Etanol Buah Ketumbar (Coriandrum Sativum L.)
Terhadap Propionibacterium Acnes. Bandung : UNISBA
Habiyah, dkk. 2015. Suplementasi Biji Ketumbar (Coriandrum Sativum
Linn) Terhadap Produktivitas, Hematologi Darah Dan Organ Dalam
Ayam Petelur. Bogor : IPB

32

Anda mungkin juga menyukai