MINYAK ATSIRI
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Kimia Bahan Alam
DISUSUN OLEH:
ELIY SUKAESIH
61608100816018
1
BAB I
PENDAHULUAN
2
1.2 Rumusan Masalah
1. Apakah minyak atsiri ?
2. Bagaimana sifat-sifat minyak atsiri ?
3. Apa saja penggolongan minyak atsiri ?
4. Bagaimana cara pengolahan minyak atsiri ?
5. Bagaimana pemurnian minyak atsiri ?
6. Bagaimana aplikasi minyak atsiri ?
7. Bagaimana uji mutu minyak atsiri ?
1.3 Tujuan
1. Untuk lebih mengenal tentang minyak atsiri
2. Untuk mengetahui sifat – sifat dari minyak atsiri
3. Untuk mengetahui macam – macam penggolongan minyak atsiri
4. Untuk mengetahui cara pengolahan minyak atsiri
5. Untuk mengetahui cara pemurnian minyak atsiri
6. Untuk mengetahui aplikasi minyak atsiri
7. Untuk mengetahui uji mutu minyak atsiri
3
BAB II
PEMBAHASAN
Minyak atsiri (minyak esensial) adalah komponen pemberi aroma yang dapat
ditemukan dalam berbagai macam bagian tumbuhan. Istilah esensial dipakai
karena minyak atsiri mewakili bau tanaman asalnya. Dalam keadaan murni tanpa
pencemar, minyak atsiri tidak berwarna.Namun pada penyimpanan yang lama,
minyak atsiri dapat teroksidasi dan membentuk resin serta warnanya berubah
menjadi lebih tua (gelap). Untuk mencegah supaya tidak berubah warna, minyak
atsiri harus terlindungi dari pengaruh cahaya, misalnya disimpan dalam bejana gelas yang
berwarna gelap .Bejana tersebut juga diisi sepenuh mungkin sehingga tidak
memungkinkan hubungan langsung dengan udara, ditutup rapat serta disimpan di
tempat yang kering dan sejuk.
Minyak atsiri adalah minyak yang dihasilkan dari jaringan tanaman tertentu,
seperti akar, batang, kulit, bunga, daun, biji dan rimpang. Minyak ini bersifat
mudah menguap pada suhu kamar (250C) tanpa mengalami dekomposisi dan
berbau wangi sesuai dengan tanaman penghasilnya, serta umumnya larut dalam
pelarut organik tetapi tidak larut dalam air (Gunther, 1990).
4
Indonesia merupakan penyumbang devisa negara yang cukup signifikan setelah
Cina (Sastrohamidjoyo, 2004).
Minyak atsiri secara umum di bagi menjadi dua kelompok. Pertama, minyak
atsiri yang komponen penyusunnya sukar untuk dipisahkan, seperti minyak nilam
dan minyak akar wangi. Minyak atsiri kelompok ini lazimnya langsung
digunakan tanpa diisolasi komponen-komponen penyusunnya sebagai pewangi
berbagai produk. Kedua, minyak atsiri yang komponen-komponen senyawa
penyusunnya dapat dengan mudah dipisahkan menjadi senyawa murni, seperti
minyak sereh wangi, minyak daun cengkeh, minyak permen dan minyak
terpentin. Senyawa murni hasil pemisahan biasanya digunakan sebagai bahan
dasar untuk diproses menjadi produk yang lebih berguna.
Pada tanaman, minyak atsiri mempunyai tiga fungsi yaitu: membantu proses
penyerbukan dan menarik beberapa jenis serangga atau hewan, mencegah
kerusakan tanaman oleh serangga atau hewan, dan sebagai cadangan makanan
bagi tanaman. Minyak atsiri digunakan sebagai bahan baku dalam berbagai
industri, misalnya industri parfum, kosmetika, farmasi, bahan penyedap
(flavouring agent) dalam industri makanan dan minuman (Ketaren, 1985).
Minyak atsiri bersifat mudah menguap karena titik uapnya rendah. Selain itu,
susunan senyawa komponennya kuat memengaruhi saraf manusia (terutama di
hidung) sehingga seringkali memberikan efek psikologis tertentu. Setiap senyawa
penyusun memiliki efek tersendiri, dan campurannya dapat menghasilkan rasa
yang berbeda. Karena pengaruh psikologis ini, minyak atsiri merupakan
5
komponen penting dalam aromaterapi atau kegiatan-kegiatan liturgi dan olah
pikiran/jiwa, seperti yoga atau ayurveda.
2) Bobot Jenis
Bobot jenis adalah perbandingan bobot zat di udara pada suhu 25 0C
terhadap bobot air dengan volume dan suhu yang sama. Penentuan bobot
jenis menggunakan alat piknometer. Berat jenis minyak atsiri umumnya
berkisar antara 0,800-1,180. Bobot jenis merupakan salah satu kriteria
penting dalam penentuan mutu dan kemurnian minyak atsiri (Gunther, 1987).
Besar bobot jenis pada berbagai minyak atsiri sangat di pengaruhi dari
ukuran bahan dan lama penyulingan yang di lakukan. berikut adalah grafik
yang di peroleh dari pengujian bobot jenis pada minyak atsiri kayu manis.
Uji BNJ menunjukkan bahwa perlakuan Bo dan B1 tidak berbeda nyata
terhadap bobot jenis, tapi keduanya berbeda dengan perlakuan B2. Nilai
6
bobot jenis minyak ditentukan oleh komponen kimia yang terkandung di
dalamnya. Semakin tinggi kadar fraksi berat maka bobot jenis semakin tinggi.
Pada waktu penyulingan, penetrasi uap pada bahan berukuran kecil
berlangsung lebih mudah karena jaringannya lebih terbuka sehingga jumlah
uap air panas yang kontak dengan minyak lebih banyak. Kondisi tersebut
mengakibatkan komponen fraksi berat minyaknya lebih mudah dan cepat
diuapkan. Dari segi ukuran bahan, bobot jenis tertinggi (0,9935) diperoleh
dari bahan ukuran kecil, sedangkan dari segi lama penyulingan, bobot jenis
tertinggi (0,9911) diperoleh pada penyulingan 4 jam. Kombinasi perlakuan
yang menghasilkan bobot jenis paling tinggi (0,9979) adalah A1B1C0, yaitu
susunan bahan bertingkat, ukuran bahan sedang dan lama penyulingan 4 jam.
Nilai bobot jenis semua perlakuan berkisar antara 0,9722 sampai 0,9979.
3) Indeks Bias
Indeks bias suatu zat adalah perbandingan kecepatan cahaya dalam udara
dengan kecepatan cahaya dalam zat tersebut. Penentuan indeks bias
menggunakan alat Refraktometer. Prinsip penggunaan alat adalah penyinaran
yang menembus dua macam media dengan kerapatan yang berbeda,
kemudian terjadi pembiasan (perubahan arah sinar) akibat perbedaan
kerapatan media. Indeks bias berguna untuk identifikasi suatu zat dan deteksi
ketidakmurnian (Guenther, 1987).
Semakin banyak kandungan airnya, maka semakin kecil nilai indek
biasnya. Ini karena sifat dari air yang mudah untuk membiaskan cahaya yang
datang. Jadi minyak atsiri dengan nilai indeks bias yang besar lebih bagus
dibandingkan dengan minyak atsiri dengan nilai indeks bias yang kecil.
Selain itu, semakin tinggi kadar patchouli alcohol maka semakin tinggi pula
indeks bias yang dihasilkan.
Hal ini disebabkan karena penguapan minyak dari bahan berukuran kecil
berlangsung lebih mudah sehingga fraksi berat minyaknya lebih banyak
terkandung dalam minyak, yang mengakibatkan kerapatan molekul minyak
lebih tinggi dan sinar yang menembus minyak sukar diteruskan. Semakin
7
sukar sinar diteruskan dalam suatu medium (minyak) maka nilai indeks bias
medium tersebut semakin tinggi.
Sebagian besar komponen minyak kulit kayumanis terdiri atas kelompok
senyawa terpen-o yang mempunyai berat molekul dan kerapatan yang lebih
tinggi dibanding kelompok senyawa terpen, tetapi relatif mudah larut dalam
air. Semakin lama penyulingan, senyawa terpen-o semakin banyak terlarut
dalam air panas yang mengakibatkan kerapatan minyak menurun sehingga
indeks biasnya lebih rendah. Kombinasi perlakuan yang menghasilkan indeks
bias paling tinggi (1,5641) adalah perlakuan A1B1C0, yaitu susunan bahan
bertingkat, ukuran bahan sedang dan lama penyulingan 4 jam. Nilai indeks
bias semua perlakuan berkisar antara 1,5515 sampai 1,5641; nilai ini lebih
rendah dibanding standar mutu dari Essential Oil Association of USA (EOA)
tahun 1970 yang mensyaratkan nilai 1,5730 – 1,5910.
4) Putaran Optik
Setiap jenis minyak atsiri memiliki kemampuan memutar bidang
polarisasi cahaya ke arah kiri atau kanan. Besarnya pemutaran bidang
polarisasi ditentukan oleh jenis minyak atsiri, suhu, dan panjang gelombang
cahaya yang digunakan. Penentuan putaran optik menggunakan alat
Polarimeter (Ketaren, 1985).
Berikut ini adalah hasil pengujian minyak atsiri kayu manis, di mana
hanya ukuran bahan yang berpengaruh terhadap nilai putaran optik minyak.
Uji BNJ menunjukkan bahwa ukuran bahan besar menghasilkan putaran optik
yang berbeda sangat nyata dengan ukuran sedang dan kecil.
Besarnya putaran optik tergantung pada jenis dan konsentrasi senyawa,
panjang jalan yang ditempuh sinar melalui senyawa tersebut dan suhu
pengukuran.
Besar putaran optik minyak merupakan gabungan nilai putaran optik
senyawa penyusunnya. Penyulingan bahan berukuran kecil akan
menghasilkan minyak yang komponen senyawa penyusunnya lebih banyak
(lengkap) dibanding dengan bahan ukuran besar, sehingga putaran optik yang
terukur adalah putaran optik dari gabungan (interaksi) senyawa-senyawa
8
yang biasanya lebih kecil dibanding putaran optik gabungan senyawa yang
kurang lengkap (sedikit) yang dihasilkan bahan berukuran besar. Putaran
optik minyak dari semua perlakuan bersifat negatif, yang berarti memutar
bidang polarisasi cahaya kekiri. Nilainya antara (-) 5,03 sampai (-) 6,75
derajat. Nilai ini lebih besar dibanding standar EOA (1970) yang nilainya (-)
2 sampai 0 derajat.
5) Kelarutan Dalam Alkohol
9
banyak mengandung senyawa terpen-o mudah larut dalam etanol. Dalam
penyulingan bertingkat, uap panas lebih mudah dan cepat menembus bahan
yang susunannya tidak padat dibanding susunan tidak bertingkat, sehingga
senyawa terpen-o yang titik didihnya lebih rendah, lebih banyak terdapat
dalam minyak sehingga minyaknya mudah larut dalam alkohol. Uji BNJ
pengaruh ukuran bahan menunjukkan bahwa minyak dari bahan berukuran
besar (B2) secara sangat nyata lebih sukar larut dalam alkohol dibanding
ukuran kecil (B0) dan sedang (B1) (Gambar 9). Bahan yang berukuran lebih
besar, lebih sukar diuapkan minyak atsirinya sehingga senyawa fraksi berat
dalam minyak seperti seskuiterpen akan terpolimerisasi akibat pengaruh
panas terus menerus dalam penyulingan dan polimer yang terbentuk tidak
dapat diuapkan. Kondisi tersebut mengakibatkan komposisi terpen-o dalam
minyaknya lebih rendah sehingga minyaknya sukar larut dalam alkohol.
Uji BNJ terhadap lama penyulingan menunjukkan bahwa minyak yang
dihasilkan dari penyulingan 6 jam lebih sukar larut dibanding penyulingan 4
jam.
Semakin lama penyulingan maka senyawa fraksi-fraksi berat dalam
minyak akan lebih banyak sehingga kelarutannya dalam alkohol semakin
rendah. Kombinasi perlakuan yang menghasilkan minyak yang lebih mudah
larut dalam alkohol dengan nisbah volume alkohol dan minyak 1,25:1 adalah
A1B1C0, yaitu perlakuan susunan bahan bertingkat, ukuran bahan sedang
dan lama penyulingan 4 jam. Menurut standar EOA (1970), kelarutan minyak
dalam etanol 70% adalah dalam nisbah volume alkohol dengan minyak
sebesar 3:1 atau lebih.
6) Warna
Sesuai dengan SNI 06-2385-2006, minyak atsiri berwarna kuning muda
hingga coklat kemerahan, namun setelah dilakukan penyimpanan minyak
berubah warna menjadi kuning tua hingga coklat muda. Guenther (1990)
mengatakan bahwa minyak akan berwarna gelap oleh aging, bau dan
flavornya tipikal rempah, aromatik tinggi, kuat dan tahan lama.
10
2.4 Sifat Kimia Minya Atsiri
1) Bilangan Asam
Bilangan asam pada minyak atsiri menandakan adanya kandungan asam
organik pada minyak tersebut. Asam organik pada minyak atsiri bisa terdapat
secara alamiah. Nilai bilangan asam dapat digunakan untuk menentukan
kualitas minyak (Kataren, 1985).
Hasil analisis minyak kilemo menunjukkan bahwa minyak kilemo dari
kulit batang yang disuling dengan metode kukus secara visual mempunyai
bilangan asam tertinggi, sedangkan minyak kilemo dari daun yang disuling
dengan metode rebus mempunyai bilangan asam terendah. Besarnya bilangan
asam minyak kilemo dari daun yang disuling dengan metode kukus adalah
1.22 dan yang disuling dengan metode rebus 0.72 sedangkan untuk minyak
kilemo dari kulit batang yang disuling dengan metode kukus besarnya 4.20,
dan yang disuling dengan metode rebus 1.72. Adanya perbedaan nilai
bilangan asam minyak kilemo hasil penyulingan daun dan kulit batang
disebabkan karena perbedaan kandungan senyawa asam pada minyak.
Sedangkan perbedaan nilai bilangan asam minyak kilemo yang disuling
dengan sistem kukus dan rebus, kemungkinan disebabkan karena terjadi
proses oksidasi pada waktu penyulingan dengan sistem kukus.
2) Bilangan Ester
Bilang ester merupakan banyaknya jumlah alkali yang diperlukan untuk
penyabunan ester. Adanya bilangan ester pada minyak dapat menandakan
bahwa minyak tersebut mempunyai aroma yang baik. Dari hasil analisis
diperoleh bahwa minyak kilemo dari daun yang disuling dengan metode
kukus secara visual mempunyai bilangan ester tertinggi, sedangkan minyak
kilemo dari kulit batang yang disuling dengan metode rebus menghasilkan
bilangan ester terendah.
Besarnya bilangan ester minyak kilemo dari daun yang disuling dengan
metode kukus adalah 31.66, dan yang disuling dengan metode rebus 28.55.
Sedangkan untuk minyak kilemo dari kulit batang yang disuling dengan
metode kukus besarnya 18.74 dan yang disuling dengan metode rebus
11
besarnya 17.6. Perbedaan nilai bilangan ester minyak kilemo hasil
penyulingan daun dan kulit batang tumbuhan kilemo kemungkinan
disebabkan karena perbedaan kandungan senyawa ester pada minyak. Dari
pengamatan diperoleh bahwa minyak kilemo dari daun mempunyai aroma
yang lebih segar bila dibandingkan aroma minyak dari kulit batang. Sifat
aroma minyak ini dapat membuat tingginya bilangan ester pada minyak
tersebut.
Minyak atsiri juga dapat mengalami kerusakan yang mengakibatkan
perubahan sifat kimia minyak atsiri yaitu dengan proses oksidasi, hidrolisa,
dan resinifikasi.
a. Oksidasi
Reaksi oksidasi pada minyak atsiri terutama terjadi pada ikatan
rangkap dalam terpen. Peroksida yang bersifat labil akan berisomerisasi
dengan adanya air, sehingga membentuk senyawa aldehid, asam organik,
dan keton yang menyebabkan perubahan bau yang tidak dikehendaki
(Ketaren, 1985).
b. Hidrolisis
Proses hidrolisis terjadi pada minyak atsiri yang mengandung ester.
Proses hidrolisis ester merupakan proses pemisahan gugus OR dalam
molekul ester sehingga terbentuk asam bebas dan alkohol. Ester akan
terhidrolisis secara sempurna dengan adanya air dan asam sebagai
katalisator (Ketaren, 1985).
c. Resinifikasi
Beberapa fraksi dalam minyak atsiri dapat membentuk resin, yang
merupakan senyawa polimer. Resin ini dapat terbentuk selama proses
pengolahan (ekstraksi) minyak yang mempergunakan tekanan dan suhu
tinggi selama penyimpanan (Ketaren, 1985).
Minyak atsiri yang kita kenal selama ini, memiliki sifat mudah
menguap dan mudah teroksidasi. Hal itulah yang menyebabkan
perubahan secara fisika maupun kimia pada minyak atsiri. Perubahan sifat
kimia minyak atsiri dapat terjadi saat :
12
1. Penyimpanan bahan
Penyimpanan bahan sebelum dilakukan pengecilan ukuran bahan
mempengaruhi jumlah minyak atsiri, terutama dengan adanya
penguapan secara bertahap yang sebagian besar disebabkan oleh
udara yang bersuhu cukup tinggi. Oleh karena itu, bahan disimpan
pada udara kering bersuhu rendah.
2. Proses ekstraksi
a. Proses ekstraksi
Perubahan sifat kimia dapat disebabkan karena suhu ekstraksi
terlalu tinggi.
b. Proses distilasi
Perubahan sifat kimia pada proses ini terutama disebabkan karena
adanya air, uap air, dan suhu tinggi.
c. Proses pengepresan
Perubahan sifat kimia pada proses ini terutama disebabkan karena
minyak atsiri berkontak dengan udara.
13
Sebelum bahan obat tersebut di suling, sebaiknya dirajang terlebih dahulu
menjadi potongan-potongan kecil. Proses perajangn ini bertujuan untuk
memudahkan penguapan minyak atsiri dri bahan, dan untuk mengurangi sifat
kamba bahan oral. Besar ukuran partikel hasil rajangan bervariasai,
tergantung dari jenis bahan itu sendiri. Selama proses perajangan akan terjadi
penguapan komponen minyak bertitik didih rendah, dan jika dibiarkan
beberapa menit akan terjadi penyusutan bahan sekitar 0,5 % akibat
penguapan minyak. Oleh karena itu, jika di inginkan rendemen dan mutu
minyak yang baik, maka hasil rajangan harus di masukkan dalam ketel suling.
Kelemahan bahan yang di rajang karena :
1) Jumlah total minyak berkurang, akibat penguapan selama perajangan.
2) Komposisi minyak akan berubah, dan akan mempengaruhi bau.
14
Sebagian bahan olah memerlukan proses pengeringan, sebelum di simpan
atau disuling. Tujuan dari pelayuan dan pengeringan bahan olah adalah :
a. Menguapkan sebagian air dalam bahan, sehingga proses penyulingan
mudah, dan singkat.
b. Untuk menguraikan zat tidak berbau sehingga berbau wangi.sebagai
contoh ialah untuk memecahkan glikosida (amigdalin) menjadi
benzaldehid yang berbau wangi pada minyak almon dan akar orris. Hal
yang sam terjadi pula pada minyak nilam dan vanila.
Kehilangan minyak selama periode pelayuan dan pengerian lebih besar
dari kehilangan minyak selama proses penyimpanan. Hal ini terjadi
karena proses pengeringan, air dalam tanaman akan berdifusi sambil
mengangkut minyak atsiri dan akhirnya menguap.
Bahan yang mengandung fraksi minyak yang mudah menguap, biasanya
hanya dilayukan atau dikeringkan pada tingkat kering udara, sedangkan
bahan yang mengandung minyak atsiri yang sukar menguap, biasanya
dikeringkan lebih lanjut.
Minyak atsiri adalah zat cair yang mudah menguap bercampur dengan
persenywaan padat yang berbeda dalam hal komposisi dan titik cairnya,
larut dalam pelarut organik dan tidak larut dalam pelarut air.
Berdasarkan sifat tersebut, maka minyak atsiri dapat diekstrak dengan 4 macam
cara, yaitu :
1. Penyulingan
Penyulingan adalah proses pemisahan komponen yang berupa cairan atau
padatan dari dua macam campuran atau lebih, berdasarkan perbedaan titik
uapnya dan proses ini dilakukan terhadap minyak atsiri yang tidak larut
dalam air.
Jumlah minyak yang menguap bersama-sama dengan uap air ditentuka oleh 3
faktor, yaitu :
a. Besarnya tekanan uap yang digunakan.
b. Berat molekul masing-masing komponen dalam minyak
15
c. Kecepatan minyak yang keluar dari bahan yang mengandung minyak.
Proses penyulingan minyak dapat dipercepat dengan menaikkan suhu dan
tekanan atau dengan menggunakan sistem “ superheated steam “. Akan tetapi
hal ini hanya dapat dilakukan terhadap minyak atsiri yang sukar mengalami
dekomposisi pada suhu yang lebih tinggi.
Ekstraksi minyak atsiri dengan penyulingan mempunyai beberapa
kelemahan yaitu :
a. Tidak baik digunakan terhadap beberapa jenis minyak yang mengalami
kerusakan oleh adanya panas dan air
b. Minyak atsiri yang mengandung fraksi ester akan terhidrolisa karena
adanya air dan panas
c. Komponen minyak yang larut dalam air tidak dapat diekstraksi.
d. Komponen minyak yang bertitik didih tinggi yang menentukan bau
wangi dan mempunyai daya fiksasi terhadap bau sebagian tidak ikut
tersuling dan tetap tertinggal dalam bahan.
e. Bau wangi minyak yang dihasilkan sedikit berubah dari bau wangi
alamiah.
2. Pengepresan ( pressing )
Ekstrak minyak atsiri dengan pengepresan umumnya dilakukan terhadap
bahan beruba biji, buah atau kulit buah yang dihasilkan dari tanaman yang
termasuk famili citrus, karena minyak dari famili tanaman tersebut akan
mengalami kerusakan jika diekstraksi dengan penyulingan. Akibat tekanan
pengepresan, maka sel – sel yang mengandung minyak akan pecah dan
minyak akan mengalir kepermukaan bahan. Beberapa jenis minyak yang
dapat diekstraksi dengan cara pengepresan adalah minyak “ almond” , “
apricot “, “ lemon “, minyak kulit jeruk, “ mandarin “, “ grape fruit “ dan
beberapa jenis minyak lainnya.
Berdasarkan tipe, maka alat pengepresan ada 2 macam tipe , yaitu hydraulic
pressing dan expeller pressing.
16
3. Ekstraksi dan Pelarut Menguap ( solvent extraction )
Prinsip ekstraksi ini adalah melarutkan minyak atsiri dalam bahan
dengan pelarut organik yang mudah menguap. Proses ekstraksi biasanya
dilakukan dalam suatu wadah ( ketel ) yang disebut “ extractor ”. Berbagai
tipe “ extractor “ yang telah dikenal adalah “ Bonotto extractor “, “ Kennedi
extractor “, “ Bpllsman extractor “, “ De Smet extractor “, “ Hilderbrandt
extractor “.
Ekstraksi dengan pelarut organik umumnya digunakan untuk
mengekstrasi minyak atsiri yang mudah rusak oleh pemanasan dengan uap
dan air, terutama untuk mengekstrak minyak dari bunga-bungaan misalnya
bunga cempaka, melati, mawar, dll.
1. Pemilihan pelarut
Salah satu proses yang menentukan keberhasilan proses ekstraksi adalah jenis
dan mutu pelarut yang digunakan. Pelarut yang baik harus memenuhi
persyarata sebagai berikut :
a. Harus dapat melarutkan semua zat wangi dalam bunga secara sempurna,
dan tidak dapat melarutkan bahan seperti lilin, pigmen, senyawa albumin.
b. Mempunyai titik didih yang cukup rendah, agar pelarut mudah diuapkan,
namun titik didih pelarut tersebut tidak boleh terlalu rendah, karena hal
ini akan mengakibatkan hilangnya sebagian pelarut pada waktu
pemisahan pelarut.
c. Pelarut tidak boleh larut dalam air.
d. Pelarut haru bersifat “ inert “, sehingga tidak bereaksi dengan komponen
minyak bunga.
e. Pelarut harus mempunyai titik didih yang seragam, sehingga jika
diuapkan tidak tertinggal dalam minyak.
f. Harga pelarut harus serendah mungkin, dan tidak mudah terbakar
17
jenis pelarut yang biasa dipergunakan dalam proses ekstraksi minyak atsiri
antara lain petroleum ether, benzene, alcohol.
18
lebih lama, dan membutuhkan tenaga kerja yang terampil dan
berpengalaman.
Akhir dari Proses ekstraksi ini ditandai dengan, jika lemak telah jenuh
dengan minyak bunga, dan selanjutnya minyak bunga dalam pomade
diekstraksi dengan menggunakan alcohol. Hasil ekstraksi minyak
bunga dari pomade, menggunakan alcohol menghasilkan campuran
minyak bunga dengan alcohol. Jika alcohol tersebut dipisahkan, maka
akan diperoleh minyak bunga yang larut dalam sejumlah kecil
alcohol, disebut ekstrait.
Lemak mempunyai sifat dapat mengabsorbsi bau disekitarnya dan
prinsip ini digunakan sebagai dasar untuk mengekstraksi minyak dari
tanaman bunga.
19
2.7 Sumber-Sumber Minyak Atsiri
20
Camphora L
Kayu Cinnamomun Batang/kulit batang Prancis, Indo Cina
Manis zeylanicum Ness
(Cinnam
on)
Cendana Santalum Album L Batang/kulit batang Mysole, Inggris
(sandal wood)
21
untuk menentukan indeks bias minyak adalah refrakfotmeter. Penentuan
indeks bias minyak pada suhu 25oC, sedangkan untuk lemak pada suhu 40oC
(Sudarmadji, 1989). Penentuan indeks bias minyak dapat menentukan tingkat
kemurnian suatu minyak. Nilai indeks bias minyak akan meningkat pada
minyak yang mempunyai rantai karbon panjang dan terdapat sejumlah ikatan
rangkap (Zulnely, 2012).
22
1. Keton terpen monosiklik seperti menton, karvo, piperito, pulegon dan
diosfenol
2. Keton bisiklik seperti kamfenon dan thuion
3. Keton non terpen seperti iron.
e. Minyak Atsiri Fenol
Minyak atsiri fenol dibagi dalam dua jenis senyawa fenol yaitu terdapat
dialam dan yang terbentuk sebagai hasil penyulingan destkruktif dari bagian
tanaman.
f. Minyak Atsiri Eter-Fenolik
Di alam minyak atsiri eter-fenolik terdapat senyawa-senyawa seperti anatol
dan safrol, dapat juga ditemukan turunan safrol dalam minyak atsiri seperti
miristisin dan apiol.
g. Minyak Atsiri Oksida
Eukaliptol (sineol) terdapat dalam tanaman eucalyptus dan juga disebut kayu
putol oleh karena terdapat juga didalam tanaman kayu putih. Senyawa oksida
lain adalah askaridol yang merupakan dioksida dari semen, yang merupakan
isi aktif dari oleum chenopodii.
h. Minyak Atsiri Ester
Minyak atsiri ester yang terdapat dalam minyak atsiri sangat banyak jenisnya,
tetapi yang umum terdapat adalah ester asetat dari terpineol, borneol dan
geraniol. Senyawa lain yang terdapat dalam minyak atsiri adalah senyawa
alilisotiosianat didalam minyak mosterd metil salisilat didalam oleum
gaultheriae.
23
jadi cair dengan bantuan kondensor. Destilasi digunakan untuk memurnikan zat cair,
yang didasarkan atas perbedaan titik didih cairan. Pada proses ini cairan berubahmenjadi uap
(Uap ini adalah zat murni). Kemudian uap ini didinginkan pada pendingin ini,
uapmengembun manjadi cairan murni yang disebut destilat. Destilat dapat
digunakan untuk memperoleh pelarut murni dari larutan yang mengandung zat
terlarut misalnya destilasi air laut menjadi air murni. Beberapa metode Distilasi:
a. Destilasi Sederhana
Destilasi sederhana adalah salah satu cara pemurnian zat cair yang tercemar oleh zat
padat/zat cair lain dengan perbedaan titik didih cukup besar, sehingga zat
pencemar/pengotor akan tertinggal sebagai residu. Destilasi ini digunakan
untuk memisahkan campuran cair-cair, misalnya air-alkohol,air-aseton, dll.
Alat yang digunakan dalam proses destilasi ini antara lain, labu destilasi,
penangas, termometer, pendingin/kondensor leibig, konektor/klem, statif,
adaptor, penampung, pembakar, kaki tiga dan kasa.
b. Redestilasi
Proses redestilasi adalah proses penyulingan kembali minyak atsiri
dengan menambahkan air pada perbandingan minyak dan air sekitar 1:5.
Hasil penyulingan ulang minyak nilam dengan menggunakan metode
redestilasi ternyata dapat meningkatkan nilai transmisi (kejernihan) dari 4%
menjadi 83,4 % dan menurunkan kadar Fe dari 509,2 ppm menjadi 19,60
ppm (Purnawati, 2000).
c. Destilasi Uap
Destilasi uap umumnya digunakan untuk memurnikan senyawa organic yang terdestilasi
uap(volatile), tidak tercampurkan dengan air, mempunyai tekanan uap yang
tinggi pada 100 derajat C danmengandung pengotor yang tidak atsiri
(nonvolatile).Destilasi uap dapat dipertimbangkan untuk menyaring serbuk
simplisia yang mengandungkomponen atsiri yang mempunyai titik didih
tinggi pada tekanan udara normal. Pada pemanasan biasakemungkinan akan
terjadi kerusakan zat aktifnya. Untuk mencegah hal tersebut maka pemurnian
dilakukan dengan destilasi uap. Dengan adanya uap air yang masuk, maka tekanan
kesetimbangan uap zat kandungan akan diturunkan menjadi sama dengan tekanan bagian
24
didalam suatu sistem, sehingga produk akan terdestilasi dan terbawa oleh uap air
yang mengalir. Destilasi uap merupakan suatu proses pemindahan massa kesuatu media
massa yang bergerak. Uap jenuh akan membasahi permukaan bahan, melunakkan jaringan
dan menembus kedalam melalui dinding sel, dan zat aktif akan pindah ke rongga
uap air yang aktif dan selanjutnya akan pindah kerongga uap yang bergerak
melalui antar fasa. Proses ini disebut hidrodifusi.
d. Destilasi bertingkat (destilasi Fraksionasi)
Destilasi bertingkat adalah proses pemisahan komponen-komponen
minyak ke dalam bagian-bagian destilasi dengan titik didih makin lama
makin tinggi yang selanjutnya pemisahan bagian-bagian ini dimaksudkan
untuk destilasi ulang. Destilasi bertingkat merupakan proses pemurnian
zat/senyawa cair dimana zat pencampurnya berupa senyawa cair yang titik
didihnya rendah dan tidak berbeda jauh dengan titik didih senyawa yang
akandimurnikan. Destilasi ini bertujuan untuk memisahkan senyawa-senyawa
dari suatu campuran yang komponen-komponennya memiliki perbedaan titik
didih relatif kecil. Destilasi ini digunakan untuk memisahkan campuran
aseton-metanol, karbon tetra klorida-toluen, dll. Pada proses destilasi
bertingkat digunakan kolom fraksinasi yang dipasang pada labu destilasi.
Tujuan dari penggunaan kolom ini adalah untuk memisahkan uap campuran
senyawa cair yang titik didihnya hampir sama/tidak begitu berbeda. Sebab
dengan adanya penghalangdalam kolom fraksinasi menyebabkan uap yang
titik didihnya sama akan sama-sama menguap atau senyawa yang titik
didihnya rendah akan naik terus hingga akhirnya mengembun danturun
sebagai destilat, sedangkan senyawa yang titik didihnya lebih tinggi, jika
belum mencapai harga titik didihnya maka senyawa tersebut akan menetes
kembali ke dalam labudestilasi, yang akhirnya jika pemanasan dilanjutkan
terus akan mencapai harga titik didihnya. Senyawa tersebut akan menguap,
mengembun dan turun/menetes sebagai destilat. Fungsi Distilasi fraksionasi
adalah proses destilasi yang dilakukan untuk memisahkan komponen-
komponencair, dua atau lebih, dari suatu larutan berdasarkan perbedaan
titik didihnya. Distilasi ini juga dapat digunakan untuk campuran dengan
25
perbedaan titik didih kurang dari 20 °C dan bekerja pada tekanan
atmosfer atau dengan tekanan rendah. Aplikasidari distilasi jenis ini
digunakan pada industri minyak mentah, untuk memisahkan komponen-
komponen dalam minyak mentah perbedaan distilasi fraksionasi dan distilasi
sederhana adalah adanya kolom fraksionasi. Di kolom ini terjadi pemanasan
secara bertahap dengan suhu yang berbeda-beda pada setiap platnya.
Pemanasan yang berbeda-beda ini bertujuan untuk pemurnian distilat yang
lebih dari plat-plat di bawahnya. Semakin ke atas, semakintidak volatil
cairannya.
e. Destilasi Vakum
Distilasi vakum biasanya digunakan jika senyawa yang ingin didistilasi
tidak stabil,dengan pengertian dapatterdekomposisisebelum atau mendekati
titik didihnya atau campuranyang memiliki titik didih di atas 150 °C. Metode
distilasi ini tidak dapat digunakan pada pelarut dengan titik didih yang rendah
jikakondensornyamenggunakan air dingin, karenakomponen yang menguap
tidak dapat dikondensasi oleh air. Untuk mengurangi tekanan digunakan
pompa vakum atau aspirator. Aspirator berfungsi sebagai penurun tekanan
padasistem distilasi ini.
f. Destilasi Molekuler
Distilasi molekuler adalah proses separasi fraksi-fraksi molekul yang
berbeda bobotnya pada suhu serendah mungkin untuk menghindari kerusakan
bahan (Lutisan et al 2001).
Distilasi molekuler dicirikan dengan alokasi waktu distilasi yang singkat,
koefisien transfer panas tinggi, penghilangan hotspot, aliran operasi kontinyu,
tekanan rendah sampai0,001 mbar dan jarak yang sempit antara kondensor
dan evaporator (Shimada 2000; Ibanez2002).
Proses distilasi molekuler bekerja berdasarkan sifat penguapan molekul.
Distilasi molekuler terdiri dari pemanas yang dialiri bahan baku (tergantung
dari suhunya pemanasannya). Cairan bahan baku kemudian disebar dalam
lapisan film tipis denganmemutar wiper pada kecepatan yang telah
ditentukan. Lapisan tipis yang terbentuk, dibentuk menjadi aliran turbulen
26
oleh wiper kemudian turun sepanjang pemanas dengan adanya gayagravitasi
dan lubang di dalam wiper. Selama bahan mengalir pada pemanas, terjadi
evaporasi yang tergantung padakarakteristik bahan baku dan suhu pemanas.
Bahan yang tidak terevaporasi mengalir ke bagian bawah, sedangkan bahan
yang terevaporasi dikondensasikan dan dipisahkan.
Distilasi molekuler menggunakan lapisan tipis dilakukan karena beberapa
alasan,diantaranya adalah:
1. Turbulensi dihasilkan dari pergerakan wiper yang berperan besar pada
transmisi panas ke seluruh permukaan evaporator, oleh karena itu dapat
menghasilkan suhu yang lebih rendah di dalam evaporator.
2. Dihasilkan luas area permukaan pemanasan per unit volume yang
maksimum dengan adanya aliran evaporasi.
3. Waktu kontak cairan dengan pemanas dapat dikontrol dalam hitungan
detik atau kurang. Hal ini meminimasi kerusakan produk karena panas
denganmengontrol kecepatan wiper.
4. Bahan baku dengan viskositas tinggi dapat diproses dengan atau
tanpa penambahan pelarut. Untuk menunjang lapisan tipis, Pope Science
mendesain blade yang dapat meminimasi waktu tinggal dan memastikan
bahan yang masuk ke dalam proses seragam. Bermacam-macam
kecepatan wiper dengan kemampuan untuk berputar balik, menghasilkan
variasi retention time yang sangat beragam pada proses untuk
mengalirkan fluida keevaporator. Blade dapat terbuat dari karbon maupun
teflon, stainless steel, hastelloy, titanium,C-20, alumunium alloys dan
kaca.
2.11 Proses Pemurnian Minyak Atsiri Secara Kimiawi
Proses pemurnian secara kimiawi dilakukan dengan menggunakan larutan
kimia.Proses pemurnian secara kimiawi dilakukan dengan beberapa metode
berikut:
a. Adsorpsi
Metode adsorpsi menggunakan absorben tertentu seperti bentonit, arang aktif
danzeolit
27
b. Pengkelatan/ Flokulasi
Metode ini digunakan untuk menghilangkan senyawa yang ada di dalam
minyak atsirimisalnya senyawa terpen yang digunakan untuk meningkatkan
efek flavouring, sifatkelarutan dalam alkohol encer, kestabilan dan daya
simpan minyak atsiri.
c. Deterpensi
Metode pemurnian ini menggunakan larutan senyawa kimia kompleks.
Larutan inidigunakan untuk membentuk senyawa kompleks dalam minyak
atsiri seperti asamsitrat dan asam tartarat.
28
penelitian tentang minyak atsiri dan tidur menunjukkan menghirup aroma
minyak atsiri (terutama lavender) memiliki efek positif pada kualitas tidur.
d. Mengurangi Peradangan
Minyak atsiri dapat membantu melawan peradangan. Beberapa studi
menunjukkan minyak atsiri memiliki efek anti-inflamasi. Studi pada tikus
menemukan bahwa menelan kombinasi minyak thyme dan oregano
membantu menginduksi remisi kolitis. Dua studi tikus menggunakan minyak
caraway (jintan) dan minyak rosemary menemukan hasil yang serupa.
e. Antibiotik dan Antimikroba
Kemunculan bakteri yang resisten pada antibiotik telah memicu minat untuk
mencari senyawa lain yang dapat melawan infeksi bakteri. Minyak atsiri,
seperti peppermint dan tea tree, telah banyak diteliti akan efek
antimikrobanya.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Minyak atsiri (minyak menguap = volatile oil) adalah jenis minyak yang
berasal dari bahan nabati, bersifat mudah menguap pada suhu kamar tanpa
29
mengalami peruraian dan apabila dibiarkan terbuka dan memiliki bau seperti
tanaman asalnya (khas).
Minyak atsiri bersifat mudah menguap karena titik uapnya rendah. Selain itu
susunan senyawa komponennya kuat memengaruhi saraf manusia (terutama di
hidung)sehingga sering sekali memberikan efek psikologi tertentu.
Minyak atsiri merupakan senyawa yang penting sebagai dasar wewangian
alat dan juga untuk rempah-rempah serta sebagai cita rasa dalam industri
makanan. Pada industri minuman beralkohol bermanfaat dalam pembuatan
butter, cordials, rums, vermouths, whiskies, wines, dan sebagainya.
3.2 Saran
Kami merasa dalam penyajian makalah ini masih banyak sangat kekurangan
dan kelemahan maka dari itu sudi kiranya teman-teman memberikan kritikan atau
saran, yang nantinya akan berguna untuk memperbaiki hasil makalah ini dan
bermanfaat bagi kita semua dimasa yang akan datang.
DAFTAR PUSTAKA
30
Widyastuti, kiki dkk. 2001. Farmakognosi jilid I. Jakarta : Departemen
kesehatan
31