Oleh :
Daftar Pustaka
1. https://id.wikipedia.org/wiki/Minyak_atsiri
2. http://lansida.blogspot.co.id/2012/06/apakah-minyak-atsiri-itu.html
3. http://manfaat.co.id/manfaat-minyak-atsiri
4. http://atsiri-magelang.blogspot.co.id/2012/04/minyak-atsiri-antara-
manfaat-dan.html
Kerusakan Pada Minyak Atsiri
Minyak atsiri mempunyai sifat yang sama seperti minyak /lemak
pada umumnya, yaitu akan mudah rusak jika terkena faktor-faktor
lingkungan yang mendukung terjadinya kerusakan tersebut. Selain itu
minyak atsiri mempunyai sifat lain yaitu dapat menguap pada suhu kamar
dan penguapannya akan semakin besar seiring dengan peningkatan suhu
lingkungan sekitar. Minyak atsiri umumnya juga dapat larut dalam alcohol
serta pelarut organic lainnya, namun kurang larut dalam alcohol encer
yang konsentrasinya kurang dari 70%. Jika minyak atsiri mengandung
fraksi eter dalam jumlah yang besar, maka daya larutnya akan lebih kecil.
Oleh karena itu, berdasarkan sifat-sifat minyak atsiri yang telah
disebutkan diatas maka minyak atsiri ini merupakan salah satu bahan
yang mudah mengalami kerusakan dan kehilangan terutama karena factor
lingkungan. Maka dari itu lingkungan yang ada harus diatur sedemikian
rupa agar resiko kerusakan minyak atsiri dapat diminimalisasi terutama
selama periode penyimpanan. Namun minyak atsiri ini akan lebih mudah
rusak dan hilang jika minyak atsiri ini masih terkandung dalam bahan.
Kandungan minyak atsiri yang ada dalam bahan dapat rusak
selama penyimpanan terutama disebabkan oleh proses oksidasi,
resinifikasi serta kerusakan yang disebabkan mikroorganisme. Kerusakan
ataupun kehilangan minyak atsiri dalam bentuk bahan ini akan lebih besar
terjadi selama proses pelayuan dan pengeringan dibandingkan selama
proses penyimpanan bahan dalam kondisi kering. Hal ini disebabkan
karena selama proses pelayuan, air dan minyak yang ada dalam sel
bahan akan berdifusi ke permukaan bahan dan selanjutnya menguap.
Selama periode penyimpanan, adanya sirkulasi udara yang relative tinggi
dalam ruang penyimpanan akan mempercepat terjadinya oksidasi karena
panas dan oksigen diudara. Umumnya bahan yang berbentuk bunga dan
daun tidak tahan disimpan dalam waktu lama, sedangkan bahan-bahan
yang berbentuk biji, kulit, akar dan kayu akan lebih tahan lama jika
disimpan.
Warna dari minyak atsiri yang baru diekstrak biasanya tidak
berwarna/berwarna kekuningan, ada juga jenis minyak atsiri yang
berwarna kemerahan, hijau atau biru. Jika minyak atsiri tersebut dibiarkan
dalam udara terbuka dalam waktu yang lama serta terkena cahaya
matahari dan berada dalam suhu kamar, maka minyak tersebut akan
mengabsorbsi oksigen di udara, sehingga akan menghasilkan warna
minyak yang gelap dan bau wangi alaminya akan berubah, serta minyak
akan menjadi lebih kental dan akan membentuk sejenis resin.
Untuk penyimpanannya sebaiknya minyak atsiri disimpan dalam
botol yang berwarna gelap jika jumlah minyak yang disimpan dalam
jumlah kecil, hal ini ditujukan untuk mencegah terjadinya proses oksidasi.
Sedangkan jika penyimpanan minyak atsiri dalam jumlah besar, maka
penyimpanannya dapat dilakukan didalam drum yang dilapisi dengan
laquer atau pernis yang tujuannya adalah untuk menghindari terjadinya
reaksi antara minyak dengan ion logam yang ada di drum. Selain itu untuk
menghindari terjadinya oksidasi selama penyimpanan dalam drum, maka
dapat dilakukan penyemprotan gas karbondioksida/nitrogen ke dalam
drum sebelum drum ditutup, tujuannya adalah untuk meghilangkna gas
oksigen dari permukaan minyak yang ada dalam drum. Suhu
penyimpanan juga perlu diperhatikan, karena penyimpanan dalam suhu
yang terlalu rendah akan menyebabkna terbentuknya endapan berupa
lilin.
Meskipun penyimpanan tidak banyak mempengaruhi kerusakan
dan kehilangan minyak atsiri yang terkandung pada bahan, namun pada
minyak atsiri yang telah diekstrak dari bahan, penyimpanan sangat
berpengaruh terhadap kerusakan dan kehilangan baik secara kimia
maupun fisika.
Biasanya kerusakan disebabkan karena reaksi-reaksi yang umum
seperti oksidasi, resinifikasi atau polimerasi, hidrolisis dan proses
penyabunan. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, terjadinya proses
kerusakan dan kehilangan dapat dipercepat karena adanya panas, udara
(oksigen), kelembaban serta adanya cahaya dan pada beberapa kasus
kemungkinan dikatalis oleh logam seperti pada waktu penyimpanan dalam
drum.
Berikut adalah beberapa kerusakan yang terjadi pada minyak atsiri,
sebagai berikut
1. Proses oksidasi
Oksidasi dapat diartikan sebagai interaksi antara molekul oksigen
dengan zat lain yang berbeda, bisa dari logam sapai jaringan hidup.
Reaksi oksidasi pada minyak atsiri terutama terjadi pada ikatan
rangkap dalam terpen. Peoksida yang memiliki sifat labil akan
berisomerisasi dengan adanya air, sehingga akan membentuk
senyawa aldehid, asam organic dan keton ynag menyebabkan
adanya perubahan bau yang tidak dikehendaki. Pada masyarakat
umumnya, proses ini biasanya disebut dengan ketengikan (rancidity).
2. Proses Hidrolisis
Hidrolisis adlaah suatu reaksi kimia ynag emmecah molekul air
menjadi kation hydrogen (H+) dan anion hidroksida (OH-) melalui
suatu proses kimia. Atau dengan kata lain proses hidrolisis ini adalah
pemecahan suatu senyawa atau polimer tertentu dengan bantuan
air. Proses hidrolisis dapat terjadi pada minyak atsiri karena
mengandung ester. Proses hidrolisis ester merupakan proses
pemisahan gugus OR dalam molekul ester sehingga terbentuk asam
bebas dan alcohol . Ester akan terhidrolisis secara sempurna dengan
adanya air dan asam sebagai katalisator.
3. Resinifikasi (polimerisasi)
Resinifikasi atau polimerisasi merupakan reaksi penggabungan
atau pembentukan senyawa polimer dari senyawa monomernya.
Beberapa fraksi yang ada dalam minyak atsiri dapat membentuk
resin yang merupakan senyawa polimer. Resin ini dapat terbentuk
selama proses pengolahan minyak yang menggunakan tekanan dan
suhu tinggi serta dapat pula terbentuk selama penyimpanan.
Resinifikasi dapat menyebabkan minyak atsiri berubah menjadi
padat dan berubah warna menjadi lebih gelap. Resin ini berbentuk
seperti endapan.
Ada 2 bentuk polimerisasi yaitu :
polimerisasi yang terjadi pada monomer tidak jenuh yang
menghasilkan senyawa polimer dengan berat molekul yang
tinggi dan rumus molekul satuan structuralnya identik dengan
monomer yang bersangkutan.
polimerisasi kondensasi terjadi pada minyak atsiri yang
mengandung gugus fungsional seperti aldehid atau keton.
4. Proses Penyabunan
Pada minyak yang memiliki kandungan fraksi monoester serta
asam organik dapat terbentuksabun dengan adanya basa.
Selain karena faktor lingkungan, minyak atsiri juga dapat mengalami
perubahan sifat kimia atau dengan kata lain dapat mengalami kerusakan
selama proses pengolahan, proses pengolahan yang berpengaruh
terhadap perubahan sifat kimia minyak atsiri adalah sebagai berikut
1. Proses Ekstraksi
Proses ekstraksi adalah proses yang dilakukan untuk mengambil
ekstrak atau sari yang terdapat dalam suatu bahan dengan
menggunakan pelarut yang sesuai. Suhu yang digunakan selama
proses ekstraksi ini dapat melebihi 100˚C. Suhu yang terlalu tinggi
pada saat proses ekstraksi tersebut dapat membuat minyak atsiri
mengalami perubahan sifat kimia
2. Proses Pengepresan
Pada proses pengepresan ini perubahan kimia yang terjadi pada
minyak atsiri terutama adalah karena minyak atsiri mengalami kontak
langsung dengan udara. Sehingga nantinya rentan untuk terjadi
reaksi oksidasi yang menyebabkan terjadinya perubahan bau atau
menyebabkan ketengikan pada minyak atsiri.
Pertanyaan
Daftar Pustaka
https://widhaaprilandini.wordpress.com/2010/12/30/minyak-atsiri/
http://andrewopunk.blogspot.co.id/2010_07_01_archive.html
Teknik Pengemasan Minyak Atsiri
Pertanyaan
Daftar Pustaka
https://www.goodreads.com/author_blog_posts/6112104-
mengenalpengemasan-produk-bahan-makanan
Standarisasi Mutu Minyak Atsiri
Minyak atsiri atau yang biasa disebut dengan essential oils, etherial
oils, atau volatile oils adalah komoditi ekstrak alami dari jenis tumbuhan
yang berasal dari daun, bunga, kayu, biji-bijian bahkan putik bunga.
Minyak atsiri memiliki banyak kegunaan, tergantung dari jenis tumbuhan
yang diambil hasil sulingannya. Biasanya minyak atsiri digunakan sebagai
bahan baku dalam perisa maupun pewangi (flavour and fragrance
ingredients), contohnya kosmetik, bahan pewangi pembuatan sabun,
pasta gigi, samphoo, lotion dan parfum. Industri makanan menggunakan
minyak atsiri setelah mengalami pengolahan sebagai perisa atau
menambah cita rasa. Industri farmasi menggunakannya sebagai obat anti
nyeri, anti infeksi, pembunuh bakteri. Fungsi minyak atsiri sebagai
fragrance juga digunakan untuk menutupi bau tak sedap bahan-bahan lain
seperti obat pembasmi serangga yang diperlukan oleh industri bahan
pengawet dan bahan insektisida.
Di Indonesia minyak atsiri sebagian besar masih diproduksi oleh
masyarakat yang kurang mengerti tentang minyak atsiri itu sendiri,
sehingga rata-rata minyak yang dihasilkan pun tidak sesuai dengan
standarisasi mutu yang telah ditentukan baik oleh Food Chemical Codex,
ISO maupun Standart Nasional minyak atsiri di Indonesia. Mutu minyak
atsiri ditentukan oleh komponen kandungan minyak atsiri dan bahan-
bahan asing yang tercampur di dalamnya. Jika minyak atsiri tidak
memenuhi standarisasi yang telah ditentukan maka nilai jualnya pun
rendah pula. Untuk meningkatkan mutu dan nilai jual minyak atsiri perlu
dilakukan perlakuan yang sesuai yaitu dengan proses pemurnian baik
secara fisika maupun kimia.
Berikut merupakan parameter yang digunakan untuk menguji mutu
minyak atsiri :
1. Berat Jenis
Prinsip berat jenis minyak atsiri berdasarkan perbandingan antara
berat minyak dengan berat air pada volume dan suhu. Berat jenis
sering dihubungkan dengan fraksi berat komponen-komponen yang
terkandung didalamnya. Semakin besar fraksi berat yang terkandung
dalam minyak, maka semakin besar pula nilai densitasnya.
Cara penentuan berat jenis minyak atsiri yaitu dengan
menggunakan alat piknometer. Cara penggunaanpiknometer adalah
sebagai berikut :
1. Timbang piknometer kosong. Jika kotor,
bersihkan piknometer dankemudian
keringkan sampai piknometer benar-benar
kering.
2. Kemudian masukkan minyak atsiri yang
akan diuji sampai penuh.
3. Jika ada tumpahan, keringkan piknometer
sampai kering sempurna.
4. Setelah kering, timbang piknometer yang
sudah berisi minyak atsiri tersebut.
5. Dan catat hasil dari berat. Kemudian masukkan dalam rumus :
( Berat minyak atsiri+piknometer )– berat piknometer kosong
Density = volume piknometer
2. Indeks Bias
Prinsip indeks bias minyak atsiri di dasarkan pada pengukuran
langsung sudut bias minyak yang dipertahankan pada kondisi suhu
yang tetap. Indeks bias minyak atsiri berhubungan erat dengan
komponen-komponen yang tersusun dalam minyak atsiri yang
dihasilkan. Sama halnya dengan berat jenis dimana komponen
penyusun minyak atsiri dapat mempengaruhi nilai indeks
biasnya.Cara penentuan indeks bias minyak atsiri menggunakan alat
refraktometer. Cara penggunaannya pun mudah, karena cukup
dengan menaruh sampel yang akan diuji pada tempat yang
disediakan di refraktometer. Secara otomatis nilai indeks bias akan
muncul pada refraktometer, seperti contoh dibawah ini :
Tampak dalam
saat pengujian
bahan yangdiuji.
Saat
pengujian, minyak
atsiri jangan
sampai tercampur
dengan air atau
substansi
pemalsu, karena jika tercampur maka indeks biasnya akan menjadi
rendah. Semakin banyak kandungan airnya, maka semakin kecil
nilai indek biasnya. Ini karena sifat dari air yang mudah untuk
membiaskan cahaya yang datang, namun sebaliknya jika terdapat
campuran bahan–bahan yang memiliki berat molekul tinggi
(kerapatan tinggi) maka semakin tinggi pula indeks biasnya.
3. Putaran Optik
Putaran optik diukur dengan menggunakan alat polarimeter yang
mempunyai tabung polarimeter 10 mm yang berisi minyak atau
cairan yang diperiksa dibawah alat pemeriksa di antara polariser dan
analiser. Secara perlahan-lahan analiser diputar sampai
setengahnya yang dapat dilihat melalui teleskop, dan intensitas
sinarnya sama denganpenerangannya. Pada pengaturan yang
sesuai, akan dapat dilihat arah rotasi ke kanan atau ke kiri
berdasarkan intensitas penerangan dari kedua bagian bidang.
Penentuan arah rotasi yaitu apabila analiser berputar berlawanan
arah dengan jarum jam dari titik nol tersebut levo, sedangkan jika
searah dengan jarum jam disebut dextro. Sesudah arah rotasi
ditentukan, dengan hati-hati analiser diatur kembali sampai
didapatkan intensitas penerangan yang sama dari kedua
bagianbidang. Kemudian dengan mengamatinya lewat teleskop
sambil memutar tombol analiser, maka garis diantara kedua bidang
itu menjadi jelas atau tajam dan selanjutnya dapat dibaca nilai
derajat dan menitnya.
4. Bilangan Asam
Bilangan asam menunjukkan kadar asam bebas dalam minyak
atsiri. Bilangan asam yang semakin besar dapat mempengaruhi
terhadap kualitas minyak atsiri yaitu senyawa-senyawa asam
tersebut dapat merubah bau khas dari minyak atsiri. Pertambahan
bilangan asam dapat terbentuk saat penyimpanan minyak atsiri yang
kurang baik, dengan lama penyimpanan yang terlalu lama dan
adanya kontak antara minyak atsiri dengan sinar dan udara sekitar
maka terjadi reaksi oksidasi dengan udara (oksigen) yang dikatalisi
oleh cahaya sehingga akan membentuk suatu senyawa asam.
Oksidasi komponen-komponen minyak atsiri terutama golongan
aldehid dapat membentuk gugus asam karboksilat.
Selain penyimpanan minyak atsiri yang kurang baik, penyebab lain
bertambahnya bilangan asam adalah saat penyulingan yaitu pada
tekanan tinggi (temperatur tinggi), dimana pada kondisi tersebut
kemungkinan terjadinya proses oksidasi sangat besar. Sehingga
secara otomatis bilangan asam minyak atsiri akan bertambah.
5. Kelarutan dalam Alkohol
Menurut pernyataan Guenther bahwa kelarutan minyak atsiri dalam
alkohol ditentukan oleh jenis komponen kimia yang terkandung
didalamnya. Pada umumnya minyak atsiri mengandung
persenyawaan yaitu terpen teroksigenasi dan terpen tak
teroksigenasi. Jika minyak atsiri mengandung persenyawaan terpen
teroksigenasi makaminyak atsiri lebih mudah larut daripada minyak
atsiri yang mengandung terpen tak teroksigenasi. Jadi semakin kecil
kelarutan minyak atsiri pada alkohol (biasanya alkohol 90%) maka
kualitas minyak atsirinya semakin baik.
Standarisasi Mutu Minyak Atsiri :
Parameter Mutu
Minyak akar Cokelat 0,9765- 1,5180-1,5280 17o-32o Dalametanol95 Bilangan asam: 10-35
wangi kekuningan- 1,0345 % 1:1 jernih, Bilangan ester: 5-25
International cokelat Bilangan ester setelah asetilasi:
Standard (ISO) seterusnya 100-150
kemerahan jernih Kadar kusimol: 6-11%
4716:2002 (E)
Minyakcendana Kuning 0,9630- 1,480-1,508 (-15o)-(20o) Santalol total (b/b): minimal 90%
pucat- 0,9760
Food Chemical kuning Dalam metanol
Codex (FCC)
70% 1:5
Edisi IV jernih,seterusny
a jernih
Minyak bunga Tidakberwar 1030-1,060 1,527-1,535 0o-1o35’ Dalam Eugenol total (v/v): 80-95%
cengkeh na-kuning etanol70% 1:2
muda jernih,seterusny Minyak pelikan: negatif
SNI: 06-4267- a jernih
1996 Lemak: negatif
Minyak daun Tidak 1,0355- 1,526-1,5330 (-2o)—0o Dalam Eugenol total (v/v): minimal 82%
cengkeh 1,0455 etanol70% 1:2
Berwarna- jernih, Analisis kromatografi gas:
International
standard (ISO) kuning muda seterusnya Eugenol 80—82%
jernih
3141:1997(E) β-Caryofilen 4—17%
dan Food
Chemical Codex
Edisi IV
Minyak gagang Tidak 1,033- 1,510-1,520 0o-1o30’ Dalam etanol Eugenol total (v/v): 78—95%
cengkeh 1,063
berwarna- 70% 1:2 jernih, Minyak pelikan: negatif
SNI: 06-4374-
1996 kuning muda seterusnya Lemak: negatif
jernih
Minyak jeringau Kuning- 1,060- 1,547-1,549 (-2o)-(+6,5o) Dalam etanol Bilangan asam : maksimal 4
tipe india cokelatmuda 1,080 90%
Minyak kayu Kuning 1,010- 1,570-1,590 0o-(-2o) Dalam etanol Kadar sinnamaldehida 55-78%
manisEOA No. 87 1,030 70%
seterusnya
jernih
Minyak daun kayu Kuning- 1,030- 1,526-1,534 1o-(-2o) Dalam etanol Kadar eugenol 80-88%
manis cokelat 1,050 70%
Minyak kemukus Kuning — 0,898-0,928 1,492-1,502 Dalam etanol Bilangan asam 1:1 jernih,
muda- 90% seterusnya jernih
Food Chemical
Codex (FCC) hijau (-12o)-(-43o) Bilangan penyabunan maksimal
kebiruan 2,0
Edisi IV
Minyak kenanga Kuning 0,904- 1,493-1,503 (-15o)-(-30o) Dalam etanol Bilangan penyabunan 10-40
muda- 0,920
Food Chemical 95% 1:0,5
Codex (FCC) kuning tua jernih,
Minyak nilam Kuning- 0,9485- 1,503-1,5130 (-40o)-(-60o) Dalam etanol Bilangan asam maksimal 5,0
cokelat 0,9715
International 90% larut jernih Bilangan ester maksimal 10,0
standard (ISO) kemerahan
perbandingan Analisis kromatografi gas 27-35%
3757:2002 1:10
Minyak pala Hampir tidak 0,8815- 1,473-1,4830 6o-18o Dalam etanol Sisa penguapan maksimal 2%
0,9035 90%
International berwarna- Kadar miristin 5-12%
standard (ISO) 1:1-5 jernih,
kuning muda
3215:1998 (E) seterusnya
jernih
kuning pucat
Minyak ylang- Kuning- 0,939- 1,500-1,508 (-35o)-(-50o) Dalam etanol Bilangan penyabunan 110-140
ylang kuning 0,950 90%
Minyak ylang- Kuning- 0,920- 1,505-1,511 (-40o)-(-65o) Dalam etanol Bilangan penyabunan 65-95
ylang kuning 0,935 90%
Minyak ylang- Kuning- 0,906- 1,506-1,514 (-48o)-(-67o) Dalam etanol Bilangan penyabunan 45-65
ylang kuning 0,920 90%
1. Parameter apa saja yang digunakan untuk menguji mutu minyak atsiri?
Daftar Pustaka
Hernani dan Tri Marwati. 2006. Peningkatan Mutu Minyak Atsiri Melalui
Proses Pemurnian, Balai Besar Litbang Pascapanen Pertanian,
Bogor.
Analisis Kandungan Senyawa Minyak Atsiri Rimpang Temu Putih
(Curcuma zedoria)
Temu putiih (curcuma zedoaria) adalah salah satu tumbuhan yang
dapat dipercaya dapat mengatasi perkembangan sel kanker dalam tubuh.
Bagian yang digunakan untuk pengobatan biasanya adalah rimpangnya.
Beberapa peneliti menunjukan bahwa rimpang temu putih (curcuma
zedoaria) memiliki banyak manfaat salah satunya sebagai antibakteri dan
anti jamur (bugno et al,2007, Wilson et al 2005,ficker et al 2003). Untuk
ekstrak air rimpang temu putih dapat menghambat penyebaran sel kanker
melanoma B16 (seo et al 2005). Ekstrak air rimpang temu putih tersebut
juga dapat digunakan untuk terapi liver kronis (kim et al 2005).
1. Analisis minyak atsiri rimpang temu putih dengan GC-MS (gas-
spektroskopi massa)
Minyak atsiri yang diperoleh dari proses destilasi uap dianalisis
komponen-komponen senyawa yang terkandung didalamnya dengan
menggunakan GC-MS. Kromatogram hasil analisis minyak atsiri
dengan GC memperlihatkan 19 puncak.
Masing-masingmassa diidentifikasikan lebih lanjut dengan
spectrometer massa, setiap senyawa memiliki pola fragmentasi
massa yang spesifik. Identifikasi dilakukan dengan cara
membandingkan spectrum massa masing-masing puncak dengan
senyawa yangg sudah diketahui dalam database GC-MC (wiley 7)
sehingga dapat diketahui senyawa penyusun minyak atsiri rimpang
temu putih.
Hasil analisis spectrum massa dari kromatogram minyak atsiri
rimpang temu putih dan perkiraan senyawa berdasarkan database
wiley 7 dapat dilihat pada tabel.
Puncak M+ Waktu Kelimpahan Senyawa yang diduga
retensi(menit) (%)
Conc
Peak R.Time Name
%
Pertanyaan
Daftar Pustaka
Daftar Pustaka
https://minyakatsiriindonesia.wordpress.com/kebijakan-pengembangan-
minyak-atsiri/mindo-sianipar/ diakses pada hari Selasa 5 April
2016
Permasalahan Dan Solusi Minyak Atsiri
Permasalahan yang dihadapi Indonesia dalam menghasilkan
produk minyak atsiri yaitu mutu dari minyak atsiri tersebut dan harga dari
minyak atsiri yang berfluktuasi di pasar dunia terutama pada komoditas
ekspor utamanya minyak nilam dan akar wangi. Mutu minyak atsiri yang
rendah merupakan akumulasi dari mutu bahan baku tanaman atsiri yang
rendah dan tidak seragam, penggunaan alat penyuling dan teknologi
proses masih relative sederhana, serta kurangnya pengetahuan
masyarakat tentang harga minyak atsiri yang bermutu baik. Kebanyakan
para petani tidak memperhatikan biaya produksi yang harus mereka
keluarkan dalam penjualan bahan baku tanaman yang digunakan,
melainkan ditentukan oleh jumlah bahan bakar yang digunakan pada saat
proses penyulingan.
Para pelaku industri minyak atsiri tidak semuanya akan mengalami
jalan yang mudah dalam menjalankan bisnis ini, melainkan ada beberapa
factor juga yang mampu menjadikan kendala yang menghalangi
berkembangnya minyak atsiri di Indonesia untuk pasar global. Adapun
lembaga assosiasi yang dibentuk guna untuk mengetahui kondisi industri
minyak atsiri yang ada di Indonesia dalam pengaruh devisa Negara.
Akibat pengaruh dari devisa Negara yang akan terjadi pada saat produksi
minyak atsiri, maka tantangan setiap permasalahan dari pelaku pembisnis
baru harus mereka lalui. Tantangan tersebut diantaranya adalah:
Modal serta biaya tenaga kerja
Dalam hal ini tidaklah cukup bagi para pelaku baru mengandalkan
potensi alam yang ada di Indonesia, para pelaku baru juga harus
mampu berspekulasi dan mengatur pola produksi minyak atsiri yang
dibutuhkan dipasaran. Permasalahan ini juga ditujukan kepada para
petani bahan baku untuk mencari bibit unggul pada saat penanaman
dan perawatannya dengan modal yang cukup besar juga untuk
mendapatkannya, serta membutuhkan waktu dan tenaga yang ekstra
juga dalam proses menunggu saat panen agar mampu menghasilkan
produk minyak atsiri yang berkualitas dalam pengolahan diindustri.
Mencari inovasi baru dan Teknologi canggih.
Pelaku baru pun harus peka terhadap perkembangan teknologi dan
peka terhadapat kebutuhan permintaan. Menjaga standar mutu produk
perlu diperhatikan terutama bagi pelaku baru yang bergelut dalam
bidang ini. Masalah utama yang dihadapkan dalam komoditas minyak
atsiri Indonesia adalah tidak stabilnya mutu maupun supply dalam
pemenuhan kebutuhan pasar internasional. Hal ini disebabkan karena
sebagian besar usaha produksi minyak atsiri masih dilakukan secara
sangat sederhana, baik dalam budidaya tanamannya maupun hasil
pengolahan. Serta efisiensi dan efektivitas usaha agribisnis minyak
atsiri masih relatif rendah. Maka dari itu perlu mengupayakan
pengembangan produksi, kualitas dan nilai tambah minyak atsiri agar
daya saingnya senantiasa menguat dan terus meningkatkan devisa
Negara.
Persaingan pasar antar Negara yang tinggi.
Persaingan pasar antar Negara sering terjadi bagi mereka yang
mempuyai bisnis pengolahan minyak atsiri, hal ini disebabkan karena
adanya sindikat-sindikat tertentu yang mengakibatkan eksportir baru
tidak mudah masuk kedalam pasar internasional akibatnya banyak
petani local yang gulung tikar.
Persaingan mutu.
Selain persaingan pasar yang tinggi antara produsen yang berlomba-
lomba untuk meningkatkan mutunya, perkembangan produk pelaku
pun dihambat dengan minyak sintesis yang beredar dipasaran. Hal ini
menyebakbakn berkurangnya permintaan kostumer/konsumen karena
hilangnya kepercayaan kostumer/konsumen yang merasa tidak puas
dan dirugikan.
Fluktuasi Harga Minyak Atsiri dipasaran.
Fluktuasi yang terjadi diakibatkan oleh penggarapan lahan yang sempit
dan terbatas dari petani sehingga ketersediaa produk yang ada
terbatas. Hal ini dilakukan karena para petani tidak ingin mengalami
kerugian yang besar sehingga mengalihkan usaha mereka dengan
menanam tanaman lain yang lebih menjanjikan. Untuk menghadapi
fluktuasi harga, usaha yang dapat ditempuh adalah diversifikasi jenis
komoditas, baik secara horizontal maupun vertikal. Secara horizontal
yaitu dengan menambah keanekaragaman jenis minyak atsiri, sedang
secara vertikal menganekaragamkan produk melalui pengolahan lebih
lanjut jenis minyak atsiri.
Bergantung pada importir.
Importir minyak atsiri lebih diprioritaskan karena dianggap lebih
menguntungkan, dikarenakan sebagian besar produk Indonesia
merupakan bahan mentah yang banyak diburu oleh Negara lain..
Alhasil, kelangsungan industry minyak atsiri Indonesia masih
bergantung kepada kondisi ekonomi Negara importer.
Ketergantungan relasi.
Ketergantungan relasi sangat dibutuhkan dalam program kerja yang
terintegritasi serta strategi bisnis agar semua pihak terjalin dalam suatu
hubungan yang saling menguntungkan.
A. Strategi Pengembangan
Program ekstensifikasi tanaman atsiri perlu dipertimbangkan
dengan mengutamakan komoditas setiap pewilayahan agar peningkatan
produktivitas dan mutu bahan baku minyak atsiri yang akan dihasilkan
sesuai yang diharapkan, sehingga tidak menimbulkan risiko kerugian bagi
petani. Usaha tani atsiri dikembangkan pada daerah yang sesuai, dengan
menggunakan bibit tanaman yang unggul, serta menerapkan proses
budidaya tanaman atsiri guna meningkatkan produktivitas dan mutu yang
berkualitas.
Perlunya pengembangan yang dikerjakan oleh bangsa Indonesia
diharapkan Indonesia tidak hanya mampu mengekspor bahan baku tetapi
juga mampu menghasilkan olahan jadi yang bernilai tinggi dan mampu
bersaing dengan Negara lain. Tingkat dan fluktuasi dari harga minyak
atsiri ditentukan oleh adanya pasokan dan permintaan. Untuk itu
diharapkan pemerintah dan eksportir berperan aktif dalam memberikan
pembinaan dan penyuluhan kepada petani dan penyuling untuk
mengantisipasi kondisi dan kebutuhan pasar dunia. Sikap keterbukaan
semua pelaku usaha dalam hal informasi komponen dan struktur biaya
usaha tani, penyulingan, perdagangan, dan ekspor serta tingkat harga di
pasaran ekspor dapat meningkatkan harmonisasi hubungan bisnis
antarpelaku usaha. Nilai tambah produk minyak atsiri bergantung pada
teknologi yang digunakan pada proses pengolahannya. Semakin bagus
teknologi yang digunakan dalam pengolahan minyak atsiri, semakin mahal
juga harga yang akan terjual dalam pasar internasional, karena mereka
sudah yakin bahwasanyya mutu minyak atsiri Indonesia sudah mengalami
beberapa tahapan yang terjamin mutunya.
Upaya yang dilakukan dalam perumusan dan implementasi standar
proses produksi (GoodAgricultural Practices & GoodManufacturing
Practices), standar alat, standar mutu serta standar harga dikaitkan
dengan mutu hendaknya segera dilakukan, karena hal ini dapat
meningkatkan keuntungan yang diperoleh dalam pengolahan minyak atsiri
yang selama ini masih terkendala oleh beberapa factor terutama minimya
penggunaan alat dalam proses penyulingan yang masih sangat
sederhana. Kelengkapan fasilitas dan pembinaan yang lebih intensif dari
pemerintah/perguruan tinggi/lembaga penelitian dan eksportir dibutuhkan
untuk diseminasi teknologi kepada petani dan penyuling. Keikutsertaan
Pemerintah dalam menyosialisasikan kondisi dan peraturan yang berlaku
pada bisnis atsiri, baik di tingkat nasional maupun internasional akan
mampu meningkatkan mutu produk minyak atsiri di pasar dunia.
Guna memadukan dan menyerasikan aktivitas masyarakat atsiri
nasional, ada baiknya apabila membentuk kelembagaan Dewan Atsiri
Indonesia yang berfungsi sebagai wahana untuk:
Mempersatukan, melindungi dan memperjuangkan kepentingan
seluruh pemangku kepentingan dalam menghadapi globalisasi,
Meningkatkan daya saing dan senantiasa menjaga kekuatan mutu
produk minyak atsiri nasional yang ada di dunia internasional
Meningkatkan kerja sama dalam pengembangan produk dan nilai
tambah produk minyak atsiri.
Pertanyaan
1. Sebutkan tantangan setiap permasalahan dari pelaku pembisnis baru
dalam industri minyak atsiri ?
2. Sebutkan fungsi wahana apabila mebentuk kelembagaan Dewan Atsiri
Indonesia ?
Daftar Pustaka
http://pustaka.litbang.pertanian.go.id/publikasi/wr285068.pdf
Usaha Penyulingan Minyak Daun Cengkeh
Minyak atsiri atau yang disebut juga dengan essential oils, etherial
oils, atau volatile oils adalah salah satu komoditi yang memiliki potensi
besar di Indonesia. Minyak atsiri adalah ekstrak alami dari jenis tumbuhan
tertentu, baik berasal dari daun, bunga, kayu, biji-bijian bahkan putik
bunga. Setidaknya ada 70 jenis minyak atsiri yang selama ini
diperdagangkan di pasar internasional dan 40 jenis di antaranya dapat
diproduksi di Indonesia (Lutony, Rahmayati, 2000). Meskipun banyak jenis
minyak atsiri yang bisa diproduksi di Indonesia, baru sebagian kecil jenis
minyak atsiri yang telah diusahakan di Indonesia.
Peluang pasar komoditi minyak atsiri ini masih terbuka luas baik di
dalam maupun luar negeri. Seperti yang telah disebutkan sebelumnya,
bahwa hanya sebagian kecil jenis minyak atsiri yang telah diproduksi di
Indonesia. Permintaan minyak atsiri ini pun diperkirakan terus meningkat
dengan bertambahnya populasi penduduk dunia.
Kegunaan minyak atsiri sangat banyak, tergantung dari jenis
tumbuhan yang diambil hasil sulingnya. Minyak atsiri ini digunakan
sebagai bahan baku minyak wangi, komestik dan obat-obatan. Minyak
atsiri juga digunakan sebagai kandungan dalam bumbu maupun pewangi
(flavour and fragrance ingredients). Industri komestik dan minyak wangi
menggunakan minyak atsiri sebagai bahan pembuatan sabun, pasta gigi,
samphoo, lotion dan parfum. Industri makanan menggunakan minyak atsiri
sebagai penyedap atau penambah cita rasa. Industri farmasi
menggunakannya sebagai obat anti nyeri, anti infeksi, pembunuh bakteri.
Fungsi minyak atsiri sebagai wewangian juga digunakan untuk menutupi
bau tak sedap bahan-bahan lain seperti obat pembasmi serangga yang
diperlukan oleh industri bahan pengawet dan bahan insektisida.
Komoditi minyak atsiri banyak dikembangkan oleh negara-negara,
seperti Amerika Serikat, Perancis, Inggris, Jepang, Jerman, Swiss,
Belanda, Hongkong, Irlandia dan Kanada. Berdasarkan estimasi yang
dilakukan oleh Essential Oil Association of India dalam publikasinya yang
berjudul Vasion 2005 India Essential Oil Industry, peringkat pertama
produsen minyak atsiri dunia adalah Brasil disusul oleh Amerika Serikat
dan India.
Industri pengolahan minyak atsiri di Indonesia telah muncul sejak jaman
penjajahan (Lutony, Rahmayati, 2000). Namun jika dilihat dari kualitas dan
kuantitasnya tidak mengalami banyak perubahan. Ini disebabkan karena
sebagian besar pengolahan minyak atsiri masih menggunakan teknologi
sederhana/tradisional dan umumnya memiliki kapasitas produksi yang
terbatas.
Industri ini biasanya terletak di daerah pedesaan. Ada beberapa
daerah di Indonesia yang menjadi sentra industri minyak atsiri , misalnya
Daerah Istimewa Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Bengkulu, Jawa
Barat, Jawa Timur, Daerah Istimewa Yogyakarta, Maluku, dan Nusa
Tenggara Timur. Dari beberapa jenis minyak atsiri yang dapat diproduksi
di Indonesia, sebagian besar diekspor ke berbagai negara seperti
ditunjukkan pada Tabel 1.1.
Tabel 1.1. Ekspor Minyak Atsiri dengan Nilai Ekspor > 1 juta US$
Nilai (Juta US$)
No. Negara Tujuan
1999 2000 2001
1 Amerika Serikat 11,3 12,6 18,3
2 Singapura 17,5 10,5 14,2
3 Swiss - 1 3,1
4 Perancis 3,7 3,5 3,5
5 Inggris - 3,1 3,9
6 Spanyol 2,8 1,2 1
7 Jerman - 1,1 1,3
8 Belanda 1,1 - -
9 India 1 1,4 1,5
10 Jepang , - 1
11 Lain-lain 9,1 3,8 6
Total 46,5 38,2 53,8
Sumber: BPEN, 2002
Salah satu sentra minyak atsiri di Propinsi Daerah Istimewa
Yogyakarta adalah Kabupaten Kulon Progo, tepatnya di Kecamatan
Samigaluh. Di kecamatan tersebut terdapat kelompok usaha minyak atsiri
yang terdiri dari 22 (dua puluh dua) pengusaha kecil. Sebagian besar
minyak atsiri yang dihasilkan adalah minyak daun cengkeh. Tanaman
cengkeh (Eugenia caryophillata) dapat digunakan untuk menghasilkan
minyak cengkeh (clove oil), minyak tangkai cengkeh (clove stem oil), dan
minyak daun cengkeh (clove leaf oil).
Bahan baku
Bahan baku utama yang digunakan pada minyak daun cengkeh
adalah daun cengkeh kering yang sudah gugur. Ini menyebabkan usaha
minyak daun cengkeh bersifat musiman karena sangat tergantung pada
ketersediaan bahan baku. Pada musim kemarau ketersediaan bahan baku
melimpah dan sebaliknya pada musim penghujan terjadi kekurangan
suplai bahan baku. Beberapa pengusaha pengolahan minyak daun
cengkeh mengantisipasinya dengan menyimpan sebagian hasil
produksinya untuk dijual pada saat mereka tidak dapat melakukan proses
produksi dengan harga yang lebih baik. Pada umumnya, proses produksi
dapat dilakukan 5-6 bulan dalam satu tahun.
Gambar 4.3. Daun Cengkeh Kering yang Siap Diproses
Tenaga kerja
Tenaga kerja yang diperlukan dalam proses produksi relatif tidak
terlalu banyak. Tenaga untuk proses produksi hanya membutuhkan 3
orang per proses penyulingan. Jika dalam 1 hari pengusaha melakukan 2
kali proses penyulingan maka diperlukan 6 orang pekerja tidak tetap per
hari per ketel (diasumsikan pengusaha memiliki dua buah ketel). Para
pekerja tersebut biasanya dibayar secara borongan untuk satu kali proses
penyulingan. Proses penyulingan tersebut membutuhkan waktu antara 6
sampai 8 jam dan dalam satu hari dapat dilakukan 2 hingga 3 kali
penyulingan per ketel.
Teknologi
Teknologi yang digunakan dalam proses produksi pengolahan
minyak daun cengkeh ini termasuk teknologi sederhana atau tradisional.
Proses yang umum digunakan adalah penyulingan dengan uap air.
Gambar 4.4. Penyulingan Sederhana
Proses Produksi
1. Penyiapan Bahan Baku
Daun cengkeh yang digunakan merupakan daun yang sudah
gugur, kering, masih utuh dan bersih.
2. Penyulingan
Penyulingan dengan menggunakan uap air adalah cara yang paling
banyak digunakan. Cara ini hanya cocok untuk jenis minyak atsiri yang
tidak rusak oleh panas uap air. Salah satunya adalah minyak daun
cengkeh. Bahan baku diletakkan terpisah dengan air (Gambar 4.4). Untuk
memudahkan proses penguapan, bagian ketel untuk bahan baku harus
diberi ruang yang cukup. Bahan tidak boleh dipadatkan. Setelah siap,
ketel ditutup dan kemudian dipanaskan selama 5-7 jam. Uap air dan uap
minyak daun cengkeh dicairkan dengan mengalirkan pipa melingkar ke
dalam kolam pendingin (kondensor). Suhu udara sangat berpengaruh
pada suhu air. Pipa yang berada di dalam kolam pendingin kurang lebih
memiliki panjang 10 meter. Semakin panjang pipa yang digunakan,
semakin baik proses kondensasi yang terjadi. Di Samigaluh, seringkali
pipa yang digunakan berbentuk memanjang, tidak melingkar (spiral)
karena harganya yang relatif lebih murah. Pipa tidak boleh bocor dan suhu
air harus dijaga untuk selalu tetap dingin agar proses kondensasi dapat
berlangsung dengan baik. Hasil sulingan minyak daun cengkeh dan air
dialirkan ke dalam tempat berupa drum yang sudah disediakan. Setelah
proses penyulingan selama kurang lebih 7 jam, hasil proses penyulingan
didiamkan beberapa saat sehingga air dan minyak daun cengkeh terpisah.
Minyak daun cengkeh berada di bawah air karena memiliki berat jenis
yang lebih besar. Air dan minyak daun cengkeh dapat dipisahkan dengan
sejenis kain khusus atau dipisahkan secara manual. Sisa air yang telah
dipisahkan masih mengandung minyak daun cengkeh dan masih dapat
dipisahkan lagi setelah beberapa lama
Jumlah, Jenis dan Mutu Produksi
Hasil penyulingan 1,3 ton daun cengkeh kira-kira akan
menghasilkan 35 kg minyak daun cengkeh. Jika dalam sehari dapat
dilakukan 2 kali penyulingan, maka satu ketel dapat menghasilkan 70 kg
minyak daun cengkeh per hari.
Minyak daun cengkeh dapat dibedakan berdasarkan mutunya.
Mutu minyak daun cengkeh dipengaruhi setidaknya oleh 3 hal. Pertama,
pemilihan bahan baku. Daun cengkeh yang kering, bersih dan tidak
tercampur bahan-bahan lain akan menghasilkan minyak sesuai dengan
yang diinginkan. Kedua, proses produksi. Mutu minyak daun cengkeh
dipengaruhi oleh kondisi peralatan yang digunakan dan waktu proses
penyulingan. Ketel dengan bahan anti karat akan menghasilkan minyak
daun cengkeh yang lebih baik dibandingkan penyulingan dengan
menggunakan ketel yang terbuat dari besi plat biasa, apalagi dengan
menggunakan drum-drum kaleng biasa. Waktu penyulingan yang lebih
singkat juga mempengaruhi kualitas minyak daun cengkeh yang
dihasilkan. Ketiga, penanganan hasil produksi. Minyak daun cengkeh
yang seharusnya ditampung dan disimpan dalam kemasan dari bahan
gelas, plastik atau bahan anti karat lainnya akan menurun kualitasnya jika
hanya disimpan dalam kemasan dari logam berkarat. Minyak daun
cengkeh mudah beroksidasi dengan bahan logam.
Produksi optimum
Produksi minyak daun cengkeh yang optimum tergantung pada
kapasitas ketel yang digunakan. Ketel dengan kapasitas 1,3 ton daun
cengkeh dapat menghasilkan kurang lebih 35 kg minyak daun cengkeh.
Dengan menggunakan dua ketel dan dua kali proses suling per ketel
maka dalam sehari dapat dihasilkan minyak daun cengkeh sebanyak 1,4
kwintal.
Kendala Produksi
Kendala produksi utama yang dihadapi oleh pengusaha minyak
daun cengkeh ini terutama terkait dengan pengadaan bahan baku yang
bersifat musiman. Ketersediaan bahan baku daun cengkeh sangat
tergantung pada musim. Pada musim penghujan, pasokan bahan baku
bisa dikatakan tidak ada sehingga para pengusaha tidak berproduksi.
Hambatan yang kedua adalah kapasitas produksi yang masih sangat
terbatas. Seringkali pengusaha kecil penyulingan minyak daun cengkeh di
pedesaan tidak dapat memenuhi permintaan konsumen dalam jumlah
besar pada waktu tertentu.
Aspek KeuanganUsaha Penyulingan Minyak Daun Cengkeh
Pemilihan Pola Usaha
Usaha kecil minyak daun cengkeh semakin berkembang karena
tingkat teknologi yang digunakan sangat sederhana dan tidak memerlukan
biaya yang besar. Proses penyulingan tidak memerlukan mesin-mesin
atau alat-alat canggih yang menggunakan listrik.
Jenis minyak daun cengkeh juga dipilih karena persyaratan atau
standar kualitas yang ditetapkan pembeli relatif longgar sehingga
memudahkan pengusahaannya. Pengusaha kecil dengan teknologi
sederhana dapat memprosesnya dengan mudah. Tidak diperlukan mesin-
mesin dengan ketrampilan khusus untuk usaha ini.
Asumsi dan Parameter Perhitungan
Analisis kelayakan investasi dan keuangan usaha penyulingan
minyak daun cengkeh ini digunakan untuk memperoleh gambaran
finansial mengenai pendapatan dan biaya usaha, kemampuan usaha
untuk membayar kredit, dan kelayakan usaha. Perhitungan ketiga hal
tersebut memerlukan dasar-dasar perhitungan yang diasumsikan
berdasarkan hasil survai dan pengamatan yang terjadi di lapangan.
Asumsi yang digunakan dalam perhitungan aspek keuangan disajikan
pada Tabel 5.1.
Tabel 5.1. Asumsi Analisis Keuangan
No Asumsi Satuan Jumlah Keterangan
1 Periode proyek tahunan 5 Periode proyek 5 tahun
Termasuk dua kolam
2 Luas tanah m2 350
pendingin
Luas kolam Pendingin m2 60 Terdiri dari dua kolam
Harga minyak daun
3 Rp/Kg 25.000
cengkeh
4 Tenaga kerja
a. Tetap (dalam
orang 2
keluarga)
b. Tidak tetap (luar
keluarga)
Untuk satu kali suling
- Penyulingan orang 3
per ketel
Upah tenaga kerja
5 Rp/Kg 1.750
borongan
6 Harga bahan baku
- Harga daun cengkeh
kering
7 Discount Rate Persen 18
8 Hari Kerja bulan/tahun 6
9 Kapasitas Usaha Kg/hari 140
10 Jumlah bahan baku Kg/Hari 5200
Sumber: Lampiran 1
Periode proyek diasumsikan selama 5 tahun dengan periode
tahunan untuk menganalisis kelayakan usaha. Usaha diasumsikan
beroperasi selama 6 bulan dalam satu tahun dengan hari kerja 25 hari
dalam satu bulan. Usaha diasumsikan memerlukan lahan seluas 350 m2
dan menggunakan dua buah kolam pendingin dengan luas masing-
masing 30 m2 (lebar 3 m, panjang 10 m dan tinggi/kedalaman 1 m).
Berdasarkan hasil wawancara dengan pengusaha minyak daun cengkeh,
harga minyak daun cengkeh dapat berubah dalam rentang Rp 23.000,00-
29.000,00 per kilogram. Namun dalam analisis keuangan, harga minyak
daun cengkeh diasumsikan tetap selama periode proyek yaitu sebesar Rp
25.000,- per kilogram. Pengaruh perubahan harga akan dianalisis pada
bagian analisis sensitivitas usaha. Tenaga kerja yang dibutuhkan adalah 5
orang dengan rincian seperti tampak pada Tabel 5.1. Asumsi-asumsi
harga dan umur ekonomis peralatan produksi juga seperti yang akan
ditunjukkan oleh Tabel 5.2.
Tabel 5.2. Biaya Investasi Usaha Penyulingan Minyak Daun Cengkeh
Umur
N Jenis Satua JumlahFisi Harga/Satua
Nilai / Rp Ekonomi
o Biaya n k n
s
Perijinan
1 200.000
(HO)
Sewa
2 m2/thn 350 18.750 5.250.000 1
tanah
Konstruksi
kolam
3 Unit 2 1.000.000 2.000.000 10
pendingin
(10x3x1)m
Kontruksi 12.000.00
4 1 12.000.000 7
bangunan 0
Kontruksi
5 2 200.000 400.000 10
tungku
6 Peralatan utama
20.300.00
- Ketel Unit 2 10.150.000 5
0
Peralatan lainnya
- corong
Unit 2 10.000 20.000 5
minyak
Timbanga
9 Unit 1 400.000 400.000 10
n 1 kwintal
Kain
10 unit 1 125.000 125.000 5
penyaring
11 Pipa m 70 35.714 2.500.000 10
Drum
12 unit 4 110.000 440.000 10
plastik
43.774.00
Jumlah biaya investasi
0
Sumber :Lampiran 2
Dengan menggunakan ketel dari besi plat, untuk menyuling minyak
daun cengkeh diperlukan biaya Rp 10.015.000,-, termasuk biaya
transportasi sebesar Rp 400 ribu. Biaya transportasi ini muncul karena
ketel dibeli oleh pengusaha dari luar kota (Purwokerto). Jika ingin
memperoleh kualitas minyak daun cengkeh yang lebih baik, dapat
digunakan ketel dengan bahan baja anti karat (stainless steel) yang
harganya lebih kurang Rp 16.500.000,00.
Biaya Operasional
Biaya operasional adalah biaya variabel (tidak tetap) yang besarnya
tergantung pada jumlah minyak daun cengkeh yang diproduksi. Biaya
operasional meliputi bahan baku berupa daun cengkeh, tenaga kerja,
konsumsi tenaga kerja (makan dan rokok), biaya pemeliharaan, biaya
telepon, dan listrik. Dalam satu bulan diperlukan biaya operasional
sebesar Rp 47.500.000,- kecuali pada awal usaha karena pengusaha
harus membeli bahan bakar sebesar Rp 400.000,- dan di bulan keenam
karena ada biaya pemeliharaan sebesar Rp 100.000,- berupa perbaikan
ketel. Harga per kilogram daun cengkeh kering adalah Rp 300,-. Jika
pengusaha memiliki 2 buah ketel dan masing-masing ketel dapat
beroperasi 2 kali sehari dan hari kerja 25 hari per bulan, maka diperlukan
biaya sebesar 1300 kg x 2 penyulingan x 2 ketel x 25 hari x Rp 300,00/kg=
Rp 39.000.000,00 per bulan untuk memperoleh bahan baku daun cengkeh
kering. Tenaga kerja tetap dengan gaji Rp 500.000,00 per bulan terdiri
dari dua orang dengan waktu 6 bulan kerja per tahun. Pada prakteknya,
tenaga kerja tetap ini biasanya adalah anggota keluarga sendiri termasuk
pemilik. Tenaga kerja tidak tetap bersifat borongan yang diupah Rp
1.750,00 untuk setiap kilogram minyak daun cengkeh yang dihasilkan
sehingga besarnya upah tidak tergantung jumlah tenaga kerja yang
digunakan. Dalam 1 (satu) hari, pengusaha menghasilkan 140 kg minyak
daun cengkeh sehingga memerlukan Rp 6.125.000,- per bulan untuk
membayar tenaga kerja borongan. Uang makan dan rokok untuk tenaga
kerja adalah Rp 4.000,00 sekali makan ditambah rokok dengan asumsi
dibutuhkan 12 orang pekerja per hari. Biaya telepon dan listrik
diasumsikan tetap sebesar Rp 100.000,- dan Rp 15.000,- per bulan.
Tabel 5.3. Biaya Operasional Usaha Kecil
1 Bahan Baku
Bahan Bakar
2 Rp 400.000
Awal
3 Tenaga kerja
b. Tidak tetap
Rp 6.125.000 6.125.000 6.125.000
(borongan)
Konsumsi tenaga
4 Rp 1.200.000 1.200.000 1.200.000
kerja
Biaya
8 Rp 100.000
Pemeliharaan
Sumber: Lampiran 3
Pada prakteknya, karena hasil suling dapat diperoleh tiap hari pada
musim kemarau, penjualan hasil produk minyak daun cengkeh dapat
dilakukan dalam hitungan minggu bahkan hari. Hasil penjualan tersebut
digunakan pengusaha untuk membiayai kebutuhan operasional
berikutnya. Dalam sehari, pengusaha dapat menghasilkan 140 kg minyak
daun cengkeh senilai Rp 3.500.000,- sehingga jumlah biaya operasional
yang cukup besar dalam satu tahun tersebut hanyalah gambaran biaya
kumulatif per tahun yang sebenarnya dapat dipenuhi dari penjualan hari
atau minggu sebelumnya atau kredit bank dari satu proses penyulingan ke
penyulingan berikutnya.
Kebutuhan Dana untuk Investasi, Modal Kerja dan Kredit
Kebutuhan dana usaha kecil penyulingan minyak daun cengkeh
dapat dirinci berdasarkan biaya investasi dan biaya operasional. Para
pengusaha kecil penyulingan minyak daun cengkeh biasanya
membutuhkan kredit di awal usaha, yaitu untuk meningkatkan kapasitas
usaha (biaya investasi) dan biaya untuk pembelian bahan baku (biaya
operasional). Biaya operasional (modal kerja) sebesar Rp 285.500.000,-
adalah jumlah kumulatif biaya operasional dalam 1 tahun (6 bulan kerja)
pertama. Pada kenyataannya, pengusaha kecil hanya membutuhkan
modal awal untuk operasional selama seminggu atau sebulan tergantung
permintaan konsumen dan kondisi pasar.
Tabel 5.4. Kebutuhan Dana
No Rincian Biaya Proyek Total Biaya (Rp)
a. Kredit 25.000.000
a. Kredit 25.000.000
b. Dana sendiri 260.500.000
a. Kredit 50.000.000
Sumber: Lampiran 4
Sumber: Lampiran 5
Pada tahun 0 pengusaha meminjam sebesar 50 juta rupiah yang
terdiri dari modal investasi 25 juta rupiah dan modal kerja 25 juta rupiah
sehingga harus mengangsur keduanya pada tahun pertama. Di awal
tahun ke-2 hingga tahun ke-5, pengusaha meminjam kembali sebesar 25
juta rupiah tiap tahunnya berupa modal kerja dan membayar angsuran
modal kerja sebesar Rp 4.541.667,- per bulan selama 6 bulan dari total
pinjaman 25 juta rupiah.
Produksi dan Pendapatan
Minyak daun cengkeh dapat diproduksi per hari. Dari hasil survai
yang telah dilakukan, pengusaha pada umumnya memiliki 2 ketel dengan
kapasitas 1,3 ton daun cengkeh dan dapat memproduksi 140 kg per hari
senilai Rp 3.500.000,-. Dalam satu tahun (6 bulan kerja) akan dihasilkan
21 ton minyak daun cengkeh. Rincian pendapatan kotor ditunjukkan oleh
Tabel 5.6.
Tabel 5.6. Produksi dan Pendapatan
Hasil Produksi
Tahun
Kg Rupiah
1 21.000 525.000.000
2 21.000 525.000.000
3 21.000 525.000.000
4 21.000 525.000.000
5 21.000 525.000.000
Sumber: Lampiran 6
2 Pengeluaran
a. Biaya
285.500.000 285.500.000 1.427.500.000
operasional
c. Angsuran
50.000.000 25.000.000 150.000.000
pokok
Laba sebelum
178.594.914 205.844.914 1.001.974.571
pajak
BEP (nilai
133.508.017 73.774.196 428.604.802
penjualan)
BEP (produksi
5.340 2.951 17.144
minyak)
BEP Rp/kg
berdasarkan
- Biaya
13.595 13.595 67.976
operasional
Sumber: Lampiran 8
Proyeksi Arus Kas dan Kelayakan Proyek
Proyeksi arus kas usaha penyulingan minyak daun cengkeh selama 5
tahun secara lengkap dapat ditunjukkan oleh Tabel 5.8. Berdasarkan
proyeksi arus kas, jumlah inflow adalah Rp 525.000.000,- pada tahun
pertama sampai tahun keempat. Pada tahun kelima ada tambahan berupa
nilai sisa sebesar Rp 8.012.857,- sehingga total inflow menjadi Rp
533.012.857,-.
1 Inflow
a.
0 525.000.000 525.000.000 525.000.000
Pendapatan
b. Dana
279.274.000
sendiri
c. Kredit
25.000.000
investasi
d. Kredit
25.000.000
modal kerja
Inflow untuk
0 525.000.000 525.000.000 533.012.857
IRR
2 Outflow
a. Biaya
43.774.000 5.250.000 5.250.000 5.250.000
investasi
b. Biaya
285.500.000
modal kerja
c. Biaya
0 285.500.000 285.100.000 285.100.000
operasional
d. Angsuran
0 50.000.000 25.000.000 25.000.000
pokok
e. Biaya
0 4.500.000 2.250.000 2.250.000
bunga bank
Outflow
329.274.000 317.539.237 321.226.737 321.226.737
untuk IRR
Total
3 0 152.960.763 176.523.263 184.536.120
cashflow
Kumulatif
4 0 152.960.763 329.484.026 867.066.671
cashflow
Cashflow -
5 207.460.763 203.773.263 211.786.120
untuk IRR 329.274.000
Sumber: Lampiran 9
Untuk menganalisis kelayakan usaha pengolahan minyak daun
cengkeh, dapat dihitung nilai Internal Rate of Return (IRR), Net Benefit-
Cost Ratio, dan Net Present Value (NPV). Perhitungan PBP proyek tidak
ditampilkan karena proyek telah menghasilkan keuntungan pada tahun
pertama dilaksanakan. Payback Period (PBP) untuk kredit tidak dihitung
karena kredit, baik untuk modal investasi maupun modal kerja, lunas
dalam satu tahun (jangka waktu kredit 1 tahun). Nilai IRR sebesar 55,66
persen mengimplikasikan bahwa proyek ini layak sampai tingkat bunga
mencapai 55,66 persen. Dengan menggunakan discount rate 18 persen,
Net B/C ratio memiliki nilai 1,96. Karena Net B/C Ratio > 1 maka usaha ini
layak untuk dilaksanakan. Net Present Value juga bernilai positif, yaitu Rp
314.587.336,16 sehingga proyek layak dilaksanakan. Hasil proyeksi
kelayakan usaha ditunjukkan pada Tabel 5.9.
Tabel 5.9. Kelayakan Usaha Pengolahan Minyak Daun Cengkeh
Kriteria Kelayakan Nilai
IRR 55,66%
Net B/C ratio DF 18% 1,96
Rp
NPV DF 18% 314.587.336,16
Sumber: Lampiran 10
Analisa Sensitivitas
Dalam analisis kelayakan proyek, banyak asumsi yang digunakan.
Penggunaan asumsi ini memiliki ketidakpastian yang sudah diminimalkan
berdasarkan nilai aktual yang terjadi di lapangan. Untuk menguji
sensitivitas proyek terhadap perubahan asumsi pendapatan dan biaya
operasional, digunakan beberapa skenario.
Skenario 1. Usaha mengalami penurunan pendapatan sedangkan biaya-
biaya dan komponen lain tetap. Penerimaan dapat menurun jika terjadi
penurunan hasil produksi dan permintaan konsumen.
Skenario 2. Biaya operasional mengalami kenaikan yang mungkin dapat
terjadi karena kenaikan harga bahan baku atau peralatan lainnya. Pada
kondisi ini diasumsikan komponen lainnya termasuk pendapatan adalah
tetap (konstan).
Skenario 3. Skenario ketiga ini merupakan gabungan dari skenario 1 dan
2, yaitu diasumsikan pada saat bersamaan pendapatan mengalami
penurunan dan biaya operasional mengalami kenaikan.
Tabel 5.10. Hasil Analisis Sensitivitas Usaha Skenario 1
Pendapatan Turun
Kriteria Kelayakan
19% 20%
IRR 18,38% 16,18%
Net B/C ratio DF 18% 1,01 0,959
- Rp
NPV DF 18% Rp 2.879.998,16 13.537.649,70
Sumber: Lampiran 12 dan 14
Tabel 5.11. Hasil analisis Sensitivitas Usaha Skenario 2
Biaya Operasional Naik
Kriteria Kelayakan
35% 36%
IRR 18,32% 17,13%
Net B/C ratio DF 18% 1,007 0,980
NPV DF 18% Rp 2.423.931,76 - Rp 6.495.022,65
Sumber: Lampiran 16 dan 18
Tabel 5.12. Hasil analisis Sensitivitas Usaha Skenario 3
Pendapatan Turun dan
Kriteria Kelayakan Biaya Operasional Naik
12% 13%
IRR 19,45% 16,06%
Net B/C ratio DF 18% 1,033 0,956
NPV DF 18% Rp 10.898.352,06 - Rp 14.435.123,04
Sumber: Lampiran 20 dan 22
Berdasarkan Tabel 5.10 tampak bahwa pada skenario pertama
dengan asumsi terjadi penurunan penerimaan, sampai penurunan hingga
19%, usaha minyak daun cengkeh ini masih layak untuk dilaksanakan.
Pada saat pendapatan turun hingga 20%, usaha ini mulai tidak layak
untuk dilaksanakan. Pada Skenario 2 (Tabel 5.11), ditunjukkan bahwa
kenaikan biaya operasional hingga 35 persen masih layak untuk usaha ini
dan tidak layak pada kenaikan biaya operasional hingga 36%. Perlu
diketahui bahwa biaya operasional usaha penyulingan minyak daun
cengkeh ini sangat dipengaruhi oleh harga bahan baku yang merupakan
81 persen dari total biaya operasional. Pada skenario 3 yang diasumsikan
terjadi penurunan pendapatan dan kenaikan biaya operasional hingga
13%, usaha ini sudah tidak layak untuk dilaksanakan. Nilai IRR, Net B/C
ratio, dan NPV secara lengkap dapat dilihat pada Tabel 5.10, Tabel 5.11
dan Tabel 5.12.
Aspek Sosial EkonomiUsaha Penyulingan Minyak Daun Cengkeh
Usaha penyulingan minyak daun cengkeh merupakan merupakan
komoditi yang dapat diunggulkan di pasar internasional. Meskipun
kontribusinya relatif rendah dibandingkan komoditi yang lain, namun
setidaknya ekspor minyak daun cengkeh ini telah memberikan pemasukan
devisa di atas satu juta dolar per tahun sejak tahun 1988. Rendahnya nilai
ekspor ini disebabkan karena rendahnya hasil produksi yang sangat
dipengaruhi oleh musim. Dari sisi permintaan, permintaan minyak daun
cengkeh masih tinggi sehingga peluang untuk mengembangkan dan
membuka usaha penyulingan minyak daun cengkeh di daerah lain di
Indonesia masih memiliki potensi pasar yang terbuka luas.
Dari aspek ketenagakerjaan, usaha penyulingan minyak daun
cengkeh ini tidak menyerap jumlah tenaga kerja yang banyak. Tetapi
memiliki pengaruh ke belakang (backward effect) setidaknya pada usaha
pembuatan peralatan dan petani cengkeh yang menjadi pemasok bahan
baku. Usaha ini pun memiliki nilai tambah yang tinggi.
Penyerapan tenaga kerja dari usaha ini dapat dirasakan oleh
masyarakat sekitar di pedesaan yang umumnya petani dan memiliki
dampak langsung terhadap peningkatan pendapatan dan ekonomi
mereka. Dengan berkurangnya pengangguran secara langsung akan
berdampak pada kondisi sosial masyarakat seperti penurunan tingkat
kriminalitas.
Aspek Dampak LingkunganUsaha Penyulingan Minyak Daun
Cengkeh
Usaha pengolahan minyak daun cengkeh menghasilkan limbah cair
yang tidak berbahaya dan dapat ditoleransi lingkungan. Limbah cair
tersebut adalah air sisa penyulingan. Jika proses pemisahan air dan
minyak daun cengkeh berlangsung dengan sempurna, maka air yang
tersisa tidak berdampak buruk pada lingkungan. Limbah padat yang lain
adalah abu daun kering sisa pembakaran yang dapat dimanfaatkan
sebagai pupuk. Secara umum, usaha penyulingan minyak daun cengkeh
ini termasuk usaha yang ramah lingkungan.
Lampiran 1 : Asumsi & Parameter untuk Analisis Keuangan
Pengolahan Minyak Daun Cengkeh
1 Bahan Baku
Daun Rp 39.000.000 39.000.000 39.000.000 39.000.000 39.000.000 39.000.0
2 Tenaga kerja
a. Tetap Rp 1.000.000 1.000.000 1.000.000 1.000.000 1.000.000 1.000.0
b. Tidak tetap (borongan) Rp 6.125.000 6.125.000 6.125.000 6.125.000 6.125.000 6.125.0
3 Konsumsi tenaga kerja Rp 1.200.000 1.200.000 1.200.000 1.200.000 1.200.000 1.200.0
4 Biaya Telepon Rp 150.000 150.000 150.000 150.000 150.000 150.0
5 Biaya Listrik Rp 25.000 25.000 25.000 25.000 25.000 25.0
6 Biaya pemeliharaan Rp 100.0
Jumlah Rp 47.500.000 47.500.000 47.500.000 47.500.000 47.500.000 47.600.0
1 Bahan Baku
Daun Rp 39.000.000 39.000.000 39.000.000 39.000.000 39.000.000 39.000.0
2 Tenaga kerja 0 0 0 0 0
a. Tetap Rp 1.000.000 1.000.000 1.000.000 1.000.000 1.000.000 1.000.0
b. Tidak tetap (borongan) Rp 6.125.000 6.125.000 6.125.000 6.125.000 6.125.000 6.125.0
3 Konsumsi tenaga kerja Rp 1.200.000 1.200.000 1.200.000 1.200.000 1.200.000 1.200.0
4 Biaya Telepon Rp 150.000 150.000 150.000 150.000 150.000 150.0
5 Biaya Listrik Rp 25.000 25.000 25.000 25.000 25.000 25.0
6 Biaya pemeliharaan Rp 100.0
Jumlah Rp 47.500.000 47.500.000 47.500.000 47.500.000 47.500.000 47.600.0
1 Bahan Baku
Daun Rp 39.000.000 39.000.000 39.000.000 39.000.000 39.000.000 39.000.0
2 Tenaga kerja
a. Tetap Rp 1.000.000 1.000.000 1.000.000 1.000.000 1.000.000 1.000.0
b. Tidak tetap (borongan) Rp 6.125.000 6.125.000 6.125.000 6.125.000 6.125.000 6.125.0
3 Konsumsi tenaga kerja Rp 1.200.000 1.200.000 1.200.000 1.200.000 1.200.000 1.200.0
4 Biaya Telepon Rp 150.000 150.000 150.000 150.000 150.000 150.0
5 Biaya Listrik Rp 25.000 25.000 25.000 25.000 25.000 25.0
6 Biaya pemeliharaan Rp 100.0
Jumlah Rp 47.500.000 47.500.000 47.500.000 47.500.000 47.500.000 47.600.0
1 Bahan Baku
Daun Rp 39.000.000 39.000.000 39.000.000 39.000.000 39.000.000 39.000.0
2 Tenaga kerja
a. Tetap Rp 1.000.000 1.000.000 1.000.000 1.000.000 1.000.000 1.000.0
b. Tidak tetap (borongan) Rp 6.125.000 6.125.000 6.125.000 6.125.000 6.125.000 6.125.0
3 Konsumsi tenaga kerja Rp 1.200.000 1.200.000 1.200.000 1.200.000 1.200.000 1.200.0
4 Biaya Telepon Rp 150.000 150.000 150.000 150.000 150.000 150.0
5 Biaya Listrik Rp 25.000 25.000 25.000 25.000 25.000 25.0
6 Biaya pemeliharaan Rp 100.0
Jumlah Rp 47.500.000 47.500.000 47.500.000 47.500.000 47.500.000 47.600.0
B. Pembayaran Angsuran Kredit Modal Kerja Jangka Waktu 6 Bulan per tahun
Angsuran Angsuran Total Saldo Saldo
Tahun Periode Kredit
Pokok Bunga Angsuran Awal Akhir
Tahun 0 25.000.000 25.000.000 25.000.000
Tahun 1 Bulan 1 4.166.667 375.000 4.541.667 25.000.000 20.833.333
Bulan 2 4.166.667 375.000 4.541.667 20.833.333 16.666.667
Bulan 3 4.166.667 375.000 4.541.667 16.666.667 12.500.000
Bulan 4 4.166.667 375.000 4.541.667 12.500.000 8.333.333
Bulan 5 4.166.667 375.000 4.541.667 8.333.333 4.166.667
Bulan 6 4.166.667 375.000 4.541.667 4.166.667 0
1 Semester 25.000.000 2.250.000 27.250.000
Hasil Produksi
Tahun
Kg Rupiah
1 21.000 525.000.000
2 21.000 525.000.000
3 21.000 525.000.000
4 21.000 525.000.000
5 21.000 525.000.000
Nilai Sisa
Nilai Sisa Tahun 5 8.012.857,14
Pajak 15%
2 Pengeluaran
a. Biaya operasional 285.500.000 285.500.000 285.500.000 285.500.000 285.500.000 1.427.500.
b. Penyusutan 6.405.086 6.405.086 6.405.086 6.405.086 6.405.086 32.025.
c. Angsuran pokok 50.000.000 25.000.000 25.000.000 25.000.000 25.000.000 150.000.
d. Bunga bank 4.500.000 2.250.000 2.250.000 2.250.000 2.250.000 13.500.
Jumlah 346.405.086 319.155.086 319.155.086 319.155.086 319.155.086 1.623.025.
Laba sebelum pajak 178.594.914 205.844.914 205.844.914 205.844.914 205.844.914 1.001.974.
e. Pajak 15% 26.789.237 30.876.737 30.876.737 30.876.737 30.876.737 150.296.
Perhitungan IRR, B/C ratio, dan Net B/C Ratio dan NPV
IRR 18,38%
B/C Ratio
- Benefit DF 18% 1.333.331.970,36
- Cost DF 18% 1.330.451.972,21
B/C ratio DF 18% 1,002
Net B/C ratio 1,009
NPV DF 18% 2.879.998,16