PENDAHULUAN
P a g e 1 | 55
1.2 Rumusan Masalah
A.
1. Apa saja komponen yang terdapat dalam preparat rambut Hairspray secara
umum ?
2. Bagaimana metode pembuatan pada preparat rambut Hairspray secara umum?
3. Apa saja evaluasi yang perlu dilakukan untuk preparat rambut Hairspray secara
umum?
4. Bagaimana karakteristik sediaan Hairspray secara umum?
B.
1. Apa saja komponen yang terdapat dalam sediaan Hairspray pada formulasi
yang akan dibuat?
2. Metode apa yang di pilih dalam sediaan Hairspray pada formulasi yang akan
dibuat?
3. Apa saja evaluasi yang perlu dilakukan dalam sediaan Hairspray pada
formulasi yang akan dibuat?
4. Bagaimana karakteristik sediaan Hairspray pada Formulasi yang akan dibuat?
P a g e 2 | 55
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
P a g e 4 | 55
Gambar 2. Siklus pertumbuhan rambut
P a g e 5 | 55
Protein
Rambut mengandung protein yang jumlahnya sekitar 98%. Konsumsi
makanan yang kandungan proteinnya tinggi dapat menyehatkan rambut.
Vitamin A
Untuk mendapatkan rambut yang lembut dan menjaga agar kulit kepala
tetap sehat perlu vitamin A. Vitamin A dapat diperoleh melalui retinol yang
didapat dari makanan yang berasal dari hewan dan melalui beta karoten
yang didapat dari makanan yang berasal dari tumbuhan.
Vitamin E
Untuk kesehatan rambut diperlukan vitamin E. Makanan yang merupakan
sumber vitamin E antara lain telur, susu, daging, alpukat, kacang-kacangan,
biji-bijian, padi-padian, minyak kedelai, minyak bungan matahari, minyak
jagung, selada, kol dan beberapa sayuran seperti brokoli, bayam dan
lainnya.
Vitamin B kompleks
Semua vitamin B penting untuk mempertahankan sirkulasi dan warna
rambut. Vitamin B kompleks mengandung sejumlah vitamin yang bisa
didapat dari sumber yang sama antara lain hati dan ragi. Vitamin B
kompleks terdiri dari tiamin (vitamin B1), riboflavin (vitamin B2), asam
nikotinat (niasin), asam pentotenat (vitamin B5), piridoksin (vitamin B6),
biotin, kolin, inositol, asam paraamino benzoat (PABA), asam folat, dan
sianokobalamin (vitamin B12).
Biotin merupakan suatu jenis vitamin B kompleks yang terpenting untuk
menjaga kesehatan rambut. Biotin ini banyak ditambahkan pada berbagai
produk shampoo. Makanan yang kaya akan biotin antara lain kacang-
kacangan, biji-bijian, hati, kuning telur dan sayuran.
Vitamin C
Untuk kekuatan, kelenturan rambut, serta menjaga agar rambut tidak rusak
dan bercabang diperlukan vitamin C yang cukup.
P a g e 6 | 55
Yodium
Kadar tiroksin dalam darah mempengaruhi rambut. Tiroksin disintesis oleh
kelenjar tiroid. Untuk kelangsungan fungsi kelenjar tiroid yang normal
diperlukan yodium yang cukup. Bila asupan yodium dari makanan
berkurang maka sintesis hormon tiroid juga akan berkurang. Keadaan ini
menyebabkan turunnya kadar tiroksin (T4) bebas di dalam darah sehingga
rambut menjadi kusam dan ujungnya pecah-pecah.
Zat Besi
Zat besi merupakan mineral penting untuk menjaga kesehatan rambut.
Kemampuan darah untuk mengangkut oksigen dan zat makanan ke seluruh
jaringan termasuk rambut dan kulit kepala, tergantung dari kandungan zat
besi.
Sistein
Zat ini merupakan asam amino yang ditemukan dalam jumlah besar pada
rambut. Sistein dapat diperoleh dari telur, daging dan produk dari susu.4
c. Umur
Pertumbuhan rambut berbeda dengan umur. Masa dalam kandungan, janin
akan mengalami masa anagen. Pada masa lahir, setelah beberapa minggu
rambut pada janin akan rontok. Pada masa balig, pertumbuhan rambut pada
ketiak dan tempat kemaluan akan meningkat karena meningkatnya hormon
seks. Namun rambut di kepala akan rontok. Pada masa kehamilan, tiga
bulan pertama, jumlah rambut telogen akan berada dalam batas normal
tetapi akan menurun hingga 10% pada masa kehamilan tua. Setelah tiga
bulan melahirkan, folikel-folikel rambut kepala ibu akan beralih ke fase
telogen. Pada masa tua, laki-laki dan perempuan akan mengalami
kerontokan rambut. Fase anagen akan menjadi singkat dan rambut rontok
akan meningkat.5
d. Vaskularisasi
Vaskularisasi dapat mempengaruhi pertumbuhan rambut tetapi bukan
penyebab utama pada gangguan kerontokan rambut. Pengaruh pada
P a g e 7 | 55
pertumbuhan rambut terjadi karena adanya kerusakan pada pembuluh
darah di bawah folikel rambut sebelum mengalami perubahan.6
P a g e 8 | 55
ini paling kuat terbentuk pada pH 4,5-5,5 dan dapat putus dengan
adanya asam atau basa.
b. Ikatan Peptida
Ikatan ini terbentuk antara –COOH dari residu asam glutamat dan –
NH2 dari residu lisin.
c. Ikatan Sistein Disulfida
Ikatan ini dapat putus dengan adanya agen pereduksi. Ikatan ini
dimanfaatkan untuk membentuk rambut bergelombang seperti yang
diinginkan.
d. Ikatan Hidrogen
Ikatan ini terbentuk antara rasidu amida dengan residu karboksil.
P a g e 9 | 55
kepala bersisik. Radiasi akibat proses styling yang berlebihan juga
mengakibatkan kerusakan rambut seperti rambut bercabang, rambut
rontok, rambut kering dan rambut kasar. Bahan- bahan kimia seperti PPD,
amonia, hidrogen peroksida, anilin yang terdapat dalam proses pewarnaan
rambut dapat menyebabkan kerusakan pada rambut seperti rambut kusam,
rambut kering, rambut rontok, rambut kasar, rambut bercabang dan rambut
mudah patah. Selain itu, pewarnaan rambut juga dapat menyebabkan
kelainan pada kulit kepala seperti rasa gatal, rasa terbakar, kulit kepala
bersisik, kemerahan, bengkak, dan luka. Pemilihan shampoo dan
kondisioner yang tidak cocok dengan jenis rambut juga bisa menyebabkan
terjadinya kerusakan rambut seperti rambut mudah patah, rambut kering,
rambut kasar dan rambut rontok. Jenis bahan kimia seperti amonium
tioglikolat dan amonium bikarbonat yang ditambahkan pada alkali kurl
merusakan batang rambut dan akan bertindak keras pada permukaan
rambut.8
P a g e 10 | 55
androgenik dapat terbagi kepada dua yaitu pada laki-laki dan pada wanita. Pada
laki-laki dikenali sebagai male pattern alopecia. Pada wanita dikenali sebagai
female pattern alopecia. Terjadinya kerontokan rambut akibat pengaruh
hormon. Regenerasi folikel rambut yang tidak sempurna akan menyebabkan
kasus seperti alopesia sikatrikal (liken planopilaris), alopesia karena traksi,
alopesia karena radiasi, folliculitis decalvans dan SLE kronis. Folikulitis
adalah inflamasi folikel rambut akibat infeksi. Defek pada struktur batang
rambut seperti gangguan pada batang rambut akan menyebabkan monilethrix,
pili torti, dan trikotiodistrofi. Kesalahan pertumbuhan folikel rambut
menyebabkan Aplasia cutis congenital dan dysplasia ectodermal. Kelainan
pada rambut bisa juga terjadi akibat kombinasi dari semua kelainan di atas.9
Penyakit tertentu juga memiliki peranan yang cukup besar yang
menyebabkan rambut rontok seperti penyakit kanker, diabetes mellitus,
systemic lupus erythematosus (SLE), penyakit kronis dan degeneratif lainnya
yang masuk dalam stadium lanjut. Perubahan dan ketidak seimbangan hormon
tubuh juga memiliki peranan aktif dalam masalah rambut rontok. Perubahan
hormon ini dapat terjadi pada seorang wanita yang sedang dalam masa
kehamilan, seseorang yang memasuki masa menopause, efek samping
pemakaian pil kontrasepsi dan ketidak seimbangan kelenjar tiroid.10
Pada umumnya, rambut rontok mengalami kerontokan 50-100 helai
setiap harinya. Dibandingkan rambut yang berjumlah 100.000 helai di setiap
kepala, tetapi tidak menyebabkan penipisan rambut berlebih. Rambut yang
mulai menipis biasanya disebabkan oleh faktor usia yang semakin bertambah.
Jika rambut yang rontok lebih banyak daripada rambut yang tumbuh, dan jika
rambut tumbuh lebih tipis dibanding rambut yang rontok pada bagian tertentu.
6
2.2 HairSpray
Hair spray adalah sediaan kosmetik yang digunakan pada rambut sebagai
pengokoh sementara rambut yang sudah dibentuk sebelumnya.11
Hair Spray adalah sediaan kosmetika rambut yang berguna untuk menjaga
supaya rambut tetap pada susunan yang diinginkan, juga berguna rambut terlihat
P a g e 11 | 55
kaku dan bercahaya pada umumnya Hairspray mengandung resin pada
pemakaiannya akan meninggalkan lapisan yang keras pada rambut, hingga rambut
akan menjadi kaku dan rapuh 12
2.4 Komponen
2.4.1 Komponen Hairspray
a. Holding agents
Hairsprays bekerja dengan melapisi rambut dengan polimer, yang
merupakan senyawa kimia rantai panjang. Polimer kadang-kadang disebut
resin karena bahan resin alami (seperti kulit kerang) digunakan pada
semprotan rambut pertama. Properti utama yang membuat polimer berguna
sebagai agen penahan rambut adalah kemampuan mereka untuk
membentuk film saat pengeringan. Setelah hair spray diterapkan pada
rambut, tetesan cairan mengalir di batang rambut sampai mencapai
persimpangan dua serat rambut. Saat tetes kering di persimpangan serat ini,
mereka menciptakan film tak kasat mata yang mengikat rambut.
Ahli kimia dapat memilih dari berbagai polimer saat mengembangkan
produk styling rambut. Sebagai contoh, polyvinylpyrrolidone (juga dikenal
sebagai PVP) adalah polimer umum yang digunakan pada produk styling
rambut. Namun, ia tidak memberikan pegangan yang kuat dan cenderung
menyerap kelembaban dari udara. Untuk mengatasi situasi ini ahli kimia
P a g e 12 | 55
menggabungkan PVP dengan polimer lain, vinyl acetate. Campuran yang
dihasilkan, PVPVA, adalah kopolimer yang telah meningkatkan ketahanan
kelembaban dan karena itu akan membuat ikal menjadi lebih baik. Namun,
jika kopolimer PVPVA yang tidak diformulasikan dengan benar bisa
sangat tahan air sehingga sulit dibersihkan dari rambut. Kopolimer lain
yang umum dibuat dari vinyl acetate dan crotonic acid. Bahan ini populer
karena memberikan keseimbangan yang tepat dari kekerasan, kelarutan,
dan kerentanan kelembaban.
b. Pelarut
Pelarut membentuk porsi terbesar menurut berat dari hairspray aerosol.
Mereka digunakan sebagai pembawa untuk bahan aktif dalam formulasi
dan dipilih berdasarkan kompatibilitasnya dengan bahan kimia dan
propelan. Air adalah pelarut yang populer karena harganya murah.
Sayangnya, formulasi yang mengandung air membutuhkan waktu lebih
lama untuk mengering dan kurang larut dalam banyak sistem propelan. Air
juga meningkatkan kemungkinan korosi di dalam kaleng. Etanol, meski
agak mahal, merupakan pelarut populer lainnya. Namun, etanol termasuk
dalam golongan senyawa organik yang mudah menguap (VOC) yang
penggunaannya dalam aerosol telah dibatasi karena berkontribusi terhadap
polusi udara. Sampai saat ini, tidak ada pelarut pengganti yang dapat
diterima telah disetujui.
c. Additives
Hairsprays mengandung sejumlah aditif kimia selain polimer dan
pelarut. Sebagai contoh, peliat ditambahkan untuk memodifikasi efek
polimer. Ini termasuk bahan kimia seperti isopropil miristat, dietil ftalat,
dan silikon yang bisa membuat film hairspray lebih lentur dan kurang
rapuh. Agen penetralisir dan anti korosi, seperti aminometil propanol
(AMP), amonium hidroksida, morfolin, sikloheksilamina, dan ester borat
ditambahkan untuk mengendalikan kelarutan resin dan membantu
P a g e 13 | 55
mencegah bagian dalam kaleng dari karat.
d. Propelan
Propelan, sesuai namanya, bertanggung jawab untuk mendorong
hairspray keluar dari kaleng. Ini adalah gas yang bisa disimpan di bawah
tekanan rendah di kaleng. Awalnya gas chlorofluorocarbon (CFCs)
digunakan, namun telah dilarang karena diduga terlibat dalam penipisan
lapisan ozon di atmosfer bagian atas. Propelan hidrokarbon seperti butana
dan propana digunakan sebagai pengganti CFC. Gas-gas ini adalah
campuran butana dan propana yang dirancang untuk memberikan sejumlah
tekanan dalam kaleng. Misalnya, butana butiran 40 adalah campuran
butana dan propana yang memiliki tekanan uap 40 lb / in 2 (18 kg / cm 2).
Propelan hidrokarbon sangat populer sampai tahun 1980an ketika
California dan beberapa negara Amerika lainnya mulai membuat undang-
undang berapa banyak gas ini dapat digunakan dalam hairspray karena
terbukti memberi kontribusi pada polusi udara. Perundang-undangan ini
menyebabkan penurunan penggunaan hidrokarbon.
Ilmuwan yang bekerja di Dupont mengembangkan kelas propelan baru.
Ini dikenal sebagai hydrofluorocarbons (HFCs), dan mereka memiliki
banyak sifat CFC namun tidak mencemari lingkungan. HFC yang populer
adalah 1,1, -difluoroetana (propelan 152A) dan 1, 1, 1, 2, -
tetrafluorometana (propelan 134A). Sementara harganya relatif mahal,
mereka terbiasa merumuskan hairspray yang cepat mengering.
P a g e 14 | 55
Propelan berfungsi memberikan tekanan yang dibutuhkan untuk
mengeluarkan bahan dari wadah dan dalam kombinasi dengan komponen
lain mengubah bahan ke bentuk fisik yang diinginkan.
c. Konsentrat mengandung zat aktif
Konsentrat zat aktif menggunakan pelarut pembantu untuk memperbaiki
kelarutan zat aktif atau zat berkhasiat atau formulasi dalam propelan
misalnya etanol, propilenglikol, PEG.
d. Katup
Katup berfungsi sebagai mengatur aliran zat terapetik dan propelan dari
wadah.
e. Penyemprot atau aktuator
Penyemprotan atau aktuator adalah alat yang dilekatkan pada batang katup
aerosol yang jika ditekan atau digerakkan, membuka katup dan mengatur
semprotan yang mengandung
P a g e 15 | 55
terpasang dan dilengkungkan ke tempatnya. Karena dibutuhkan temperatur
rendah, sistem air tidak dapat diisi dengan cara in karena akan berubah menjadi
es. Untuk sistem bukan air, beberapa air biasanya terlihat pada produk akhir
akibat dari kondensasi u air udara dalam wadah dingin.
Pengisian tekanan, dengan cara tekanan cairan pekat produk diisikan secara
kuantitatif ke dalam wadah aerosol katup terpasang disisipkan dan
dilengkungkan ke tempatnya, dan gas yang dicairkan dengan tekanan diukur
dimasukkan ke dalam tangkai katup dari buret bertekanan. Propelan dalam
jumlah yang diinginkan dimasukkan ke dalam wadah di bawah tekanan
uapnya. Bila tekanan di dalam wadah sama dengan tekanan di dalam buret,
propelan akan berhenti mengalir. Penambahan propelan dapat dilakukan
dengan meningkatkan tekanan di dalam alat pengisi lewat pompa udara atau
gas nitrogen. Udara yang terperangkap dalam wadah dapat diabaikan jika tidak
mengganggu kualitas dan kestabilan produk, atau dapat dikosongkan sebelum
selama pengisian, dengan menggunakan alat khusus. Sesudah pengisian wadah
dengan propelan secukupnya, aktuator katup dicoba untuk kete- patan
fungsinya. Penyemprot ini juga dicoba dengan mengosongkan pipa dari murni
sebelum digunakan oleh konsumen. Pengisian dengan tekanan, digunakan
untuk hampir semua aerosol farmasi.
Cara ini mempunyai kelebihan dibandingkan dengan cara dingin, dimana
bahaya pengotoran uap air pada produk lebih kecil dan juga pada proses ini
propelan yang hilang lebih sedikit. Bila digunakan gas bertekanan pada sistem
aerosol, gas dipindahkan dari silinder baja yang besar ke dalam wadah aerosol.
Sebelum pengisian, cairan pekat produk ditempatkan secara kuantitatif ke
dalam wadah katup terpasang disisipkan ke tempatnya udara dikeluarkan dari
wadah dengan pompa vakum.
Gas bertekanan kemudian dimasukkan ke dalam wadah lewat katup
pengurang tekanan yang ditempelkan ke tabung gas; bila tekanan di dalam
wadah aerosol sama dengan tekanah yang telah ditentukan sebelumnya dan
dengan tekanan pengisian yang diatur, gas akan berhenti mengalir, dan katup
aerosol dikembalikan ke kedudukan semula.
P a g e 16 | 55
b. Cara Kerja Aerosol
1. Jika suatu gas yang dicairkan berada dalam wadah yang tertutup, maka
sebagian dari gas tersebut akan menjadi uap dan sebagian lagi tetap cair.
Dalam keadaan keseimbangan fase uap naik, fase cair turun.
2. Komponen zat aktif dari obat dilarutkan atau didispersikan dalam fase cair
dari gas tersebut.
3. Fase uap gas memberi tekanan pada dinding dan permukaan fase cair
4. Jika pada fase cair dimasukkan tabung yang pangkalnya melekat pada
katup dan hanya ujungnya yang masuk ka fase cair, maka karena tekanan
uap tersebut, fase cair akan naik melalui tabung ke tabung katup
5. Jika tombol pembuka ( aktuator ) ditekan, katup terbuka, fase cair didorong
keluar selama actuator ditekan
6. Fase gas yang berkurang akan terisi kembali oleh fase cair yang menguap
7. Fase cair yang keluar bersama zat aktif, karena titik didihnya terlampaui,
akan menguap di udara menyebabkan terjadinya bentuk semprotan atau
spray.
2.6 Evaluasi
Evaluasi dilakukan untuk memastikan produk yang dihasilakan memenuhi
spesifikasi. Sifat utama yang dipantau meliputi berat isi, konsentrasi bahan aktif,
dan tekanan kaleng. Karakteristik semprotan seperti spray rate (jumlah produk
yang dikirim per detik) dan pola semprotan (ukuran fisik dan bentuk semprotan)
juga dipantau. Pengujian stabilitas jangka panjang dilakukan untuk memastikan
kaleng tidak menyumbat saat disemprot dan bebas dari korosi internal.
P a g e 17 | 55
Caranya:
Pilih tidak kurang dari 4 wadah
Tekan actuator masing-masing wadah selama 2 sampai 3 detik
Timbang sesama masing-masing wadah
Celupkan ke dalam penangas air pada suhu 250 C sampai tekanan tetap
Keluarkan wadah dari penangas air dan keringkan
Tekan actuator masing-masing wadah selama 5,0 detik
lalu timbang masing-masing wadah
Masukkan kembali ke dalam penangas air bersuhu tetap dan ulangi
percobaan tiga kali untuk masing-masing wadah
Hitung derajat semprotan rata-rata masing-masing wadah dalam gram per
detik.
b. Pengujian kebocoran
Pilih 12 wadah, catat tanggal dan waktu (pembulatan sampai ½ jam)
Timbang wadah satu persatu (pembulatan sampai mg)
catat bobot sebagai W1
Biarkan wadah dalam posisi tegak selama tidak kurang dari 3 hari pada
suhu kamar,
Timbang kembali wadah satu persatu
catat bobot sebagai W2
Hitung waktu perobaan dan catatwaktu sebagai T (dalam jam)
Hitung derajat kebocoran (Dkb) masing-masing wadah dalam tiap tahun
dengan rumus:
Dkb =(W1-W2) x (365/T) x 24
c. Pengujian tekanan
Pilih tidak kurang dari 4 wadah
Lepaskan tutup
Celupkan dalam penangas air pada suhu tetap 250 C sampai tekanan tetap
Keluarkan wadah dari penangas
kocok baik-baik
Lepaskan akuator dan keringkan
Ukur tekanan dengan memasang alat ukur tekanan pada tangkai katup
Baca tekanan dalam wadah pada alat pengukur tekanan.
b. Evaluasi Homogenitas
Memastikan bahwa sediaan yang dihasilkan telah memenuhi persyaratan
sediaan yang ditetapkan dalam Farmakope Indonesia. Pengujian dilakukan
dengan mengamati sediaan, apakah ada partikel/endapan pada larutan
P a g e 19 | 55
yang diukur dan telah dikalibrasi, secara hati-hati untuk menghindarkan
pembentukkan gelembung udaa pada waktu penuangan dan diamkan selama
tidak lebih dari 30 menit.Jika telah bebas dari gelembung udara, ukur volume
dari tiap campuran: volume rata-rata larutan yang diperoleh dari 10 wadah
tidak kurang dari 100 %, dan tidak satupun volume wadah yang kurang dari 95
% dari volume yang dinyatakan pada etiket. Jika A adalah volume rata-rata
kurang dari 100 % dari yang tertera pada etiket akan tetapi tidak ada satu
wadahpun volumenya kurang dari 95 % dari volume yang tertera pada etiket,
atau B tidak lebih dari satu wadah volume kurang dari 95 %, tetapi tidak kurang
dari 90% dari volume yang tertera pada etiket, lakukan pengujian terdadap 20
wadah tambahan. Volume rata-rata larutan yang diperoleh dari 30 wadah tidak
kurang dari 100 % dari volume yang tertera pada etiket, dan tidak lebih dari
satu dari 30 wadah volume kurang dari 95 %, tetapi tidak kurang dari 90 %
seperti yang tertera pada etiket (Voigt, R. 1995).
d. Evaluasi viskositas
Dilakukan dengan viscometer Brookfield. Prosedur pengukuran adalah sebagai
berikut:
DiPasangkan Spindel pada Viskometer
Turunkan Spindel sedemikian rupa sehingga bataas spindle tercelup kedalam
cairan yang akan siukur viskositasnya
Biarkan spindle berputar dan lihatlah merah pada skala
Dibaca viskositas larutan sampel pada alat kemudian dilakukan perhitungan
sesuai faktor konversi.
Dengan mengubah rpm maka didapat viskositas pada berbagai ukuran
Dilakukan pengulangan sebanyak 3 kali pada tiap sampel.
e. Evaluasi pH
pH kulit 4,5-5,5
Uji sediaan dengan pH Universal
P a g e 20 | 55
Catat Hasil Pengamatan pH sediaan
f. Ukuran Partikel
Beberapa cara untuk menentukan ukuran partikel (yang dilakukan di
laboratorium) disajikan di chapter 3 Brown, dan chapter 20 Perry, 7th ed. Cara-
cara itu antara lain:
Mikroskop, untuk partikel berukuran sekitar 1 µm = 0,001 mm.
Screening: melewatkan bahan melalui ayakan seri ( sieve shaker) yang
mempunyai ukuran lubang ayakan semakin kecil. Setiap pemisahan
padatan berdasarkan ukuran diperlukan pengayakan. Standar screen
mampu mengukur partikel dari 76 mm sampai dengan 38 µm.
2.7 Kemasan
Wadah aerosol dapat digunakan bahan-bahan berikut ini:
Kaleng timah berlapis baja, merupakan wadah yang cukup murah untuk
melindungi isi kemasan, digunakan sebagai wadah aerosol produksi skala
besar.
Hairsprays dirancang untuk menghasilkan 8 oz (237 ml) produk namun
ukurannya lebih kecil dan lebih besar tersedia. Tekanan di dalam kaleng
umumnya antara 40 dan 80 lb / 2 (18 dan 36 kg / cm 2) tergantung pada jenis
propelan yang digunakan.
P a g e 21 | 55
HAIR POWER Directions : Spray evenly
from about 10cm over
hair, style as desired
2.8 Praformulasi
a. Holding Agent
Covidone (PVP-VA)13
Pemerian
Copovidone adalah bubuk putih amorf putih putih. Biasanya dikeringkan
dengan ukuran partikel yang relatif halus. Ini memiliki sedikit bau dan rasa
samar.
Kelarutan
Kelarutan lebih dari 10% dalam 1,4-butanadiol, gliserol, butanol, kloroform,
diklorometana, etanol (95%), gliserol, metanol, polietilen glikol 400, propan-
2-ol, propanol, propilen glikol, dan air. Kurang dari 1% kelarutan dalam
P a g e 22 | 55
sikloheksana, dietil eter, parafin cair, dan pentane
Penggunaan :
Pembentuk film; bantuan granulasi; pengikat tablet
Aplikasi dalam Formulasi Farmasi atau Teknologi
Copovidone digunakan sebagai pengikat tablet, bekas film, dan sebagai bagian
dari bahan matriks yang digunakan dalam formulasi pelepasan terkontrol.
Dalam tableting, copovidone dapat digunakan sebagai pengikat untuk
kompresi langsung dan sebagai pengikat dalam granulasi basah. Copena sering
ditambahkan ke larutan pelapis sebagai bahan pembentuk film. Ini
memberikan adhesi, elastisitas, dan kekerasan yang baik, dan dapat digunakan
sebagai penghalang kelembaban.
b. Propelan
Difluoroethane13
Pemerian
Difluoroetana adalah gas cair dan ada sebagai cairan pada suhu kamar bila
terkandung di bawah tekanan uapnya sendiri, atau sebagai agas saat terkena
suhu ruangan dan tekanan atmosfir. Cairan ini praktis tidak berbau dan tidak
berwarna. Difluoroetana bersifat noncorrosif dan non iritasi.
P a g e 23 | 55
Penggunaan
Propelan aerosol
Aplikasi dalam Formulasi Farmasi atau Teknologi
Difluoroetana, hidrofluorokarbon (HFC), adalah propelan aerosol yang
digunakan dalam formulasi farmasi topikal. Difluoroetana dapat digunakan
sebagai wahana untuk dispersi dan emulsi. Karena difluoroetana tidak
mengandung klorin, tidak ada pengendalian lingkungan pada penggunaan
bahan ini sebagai propelan, karena tidak mengikis lapisan ozon dan bukan
merupakan gas rumah kaca.
Kondisi Stabilitas dan Penyimpanan
Difluoroetana adalah bahan yang tidak reaktif dan stabil. Gas cair stabil bila
digunakan sebagai propelan dan harus disimpan dalam silinder logam di tempat
yang sejuk dan kering.
Incompabilities
Kompatibel dengan bahan biasa yang digunakan dalam formulasi aerosol
farmasi.
c. Solvent/Pelarut
Ethanol13
Pemerian
Pada BP 2009, istilah 'etanol' yang digunakan tanpa kualifikasi lain mengacu
pada etanol yang mengandung 599,5% v/v C2H6O. Istilah 'alkohol', tanpa
kualifikasi lainnya, mengacu pada etanol 95.1-96.9% v/v. Bila kekuatan lain
dimaksudkan, istilah 'alkohol' atau 'etanol' digunakan, diikuti oleh pernyataan
kekuatan. Dalam PhEur 6.0, etanol anhidrat mengandung tidak kurang dari
99,5% v/v C2H6O pada 208C. Istilah etanol (96%) digunakan untuk
menggambarkan bahan yang mengandung air dan 95,1-96,9% v/v C2H6O pada
208C. Dalam USP 32, istilah 'dehidrasi alkohol' mengacu pada etanol 599,5%
v/v. Istilah 'alkohol' tanpa kualifikasi lain mengacu pada etanol 94.9-96.0% v/v.
Dalam JP XV, etanol (alkohol) mengandung 95,1-96,9% v/v (dengan gravitasi
spesifik) C2H6O pada 158C. Dalam Handbook of Pharmaceutical Excipients,
P a g e 24 | 55
istilah 'alkohol' digunakan untuk etanol 95% v/v atau etanol 96% v/v. Alkohol
adalah cairan yang jelas, tidak berwarna, mobile, dan mudah menguap dengan
sedikit bau khas dan rasa terbakar.
Penggunaan
Pengawet, antimikroba; desinfektan; penetran kulit; pelarut.
Aplikasi dalam Formulasi Farmasi atau Teknologi
Etanol dan larutan etanol berair dari berbagai konsentrasi banyak digunakan
dalam formulasi dan kosmetik farmasi. Meskipun etanol terutama digunakan
sebagai pelarut, ia juga digunakan sebagai desinfektan, dan dalam larutan
sebagai pengawet, antimikroba. Larutan etanol digunakan dalam
pengembangan sistem pengiriman obat transdermal sebagai peningkat
penetrasi. Ethanol juga telah digunakan dalam pengembangan sediaan
transdermal sebagai kosurfaktan
Incompabilities
Dalam kondisi asam, larutan etanol dapat bereaksi dengan cepat dengan bahan
pengoksidasi. Campuran dengan alkali dapat menggelapkan warnanya karena
reaksi dengan jumlah residu aldehid. Garam organik atau akasia dapat
diendapkan dari larutan berair atau dispersi. Larutan etanol juga tidak sesuai
dengan wadah aluminium dan dapat berinteraksi dengan beberapa obat.
P a g e 25 | 55
Secara terapeutik, dimethicone dapat digunakan dengan simethicone dalam
formulasi farmasi oral yang digunakan dalam perawatan perut kembung.
Dimethicone juga digunakan untuk membentuk film pengusir air pada wadah
kaca
P a g e 26 | 55
BAB III
PEMBAHASAN
Jumlah (%)
Komposisi Bahan Karakteristik Bahan Fungsi
F1 F2 F3
Holding Utylaminoethyl 3 - - Pemerian : Serbuk halus berwarna untuk
Agent Methacrylate hitam dan tidak berbau atau emulsi memberikan
Copolymer berwarna putih susu dengan bau hasil
ringan; kelarutan dalam air: tidak penataan
larut. rambut yang
Kelarutan: Kelarutan dalam air 1,7 kuat dan
g/L pada 20 °C Pedoman Tes OECD tahan lama.
105
P a g e 27 | 55
Kelarutan : sangat larut dalam air dan
pelarut hidrokarbon terhalogenasi,
alkohol, amina, nitro-alkana dan asam
lemak molekul rendah, tidak larut
dalam aseton, eter, terpentin,
hidrokarbon alifatik dan hidrokarbon
alifatik, seperti beberapa pelarut. Hal
ini dapat kompatibel dengan
kebanyakan garam anorganik dan
resin.
P a g e 28 | 55
Kurang dari 1% kelarutan dalam
sikloheksana, dietil eter, parafin cair,
dan pentane.
P a g e 29 | 55
mencegah lembab meresap ke dalam
kutikula rambut.
P a g e 30 | 55
disemprotkan
dan tidak
mencemari
udara.
Solvent Ethanol 61.3 44.7 55 Dalam Handbook of Pharmaceutical Sebagai
Excipients, istilah 'alkohol' digunakan solvent atau
untuk etanol 95% v/v atau etanol 96% pelarut
v/v. Alkohol adalah cairan yang jelas,
tidak berwarna, mobile, dan mudah
menguap dengan sedikit bau khas dan
rasa terbakar.
P a g e 31 | 55
Temperatur ini Kemudian tekanan dibutuhkan untuk
dibutuhkan untuk cairan pekat produk mencairkan gas
mencairkan gas diisikan secara propelan. Sesudah
propelan Sesudah kuantitatif ke dalam didinginkan cairan
didinginkan cairan wadah aerosol. Isikan pekat produk yang telah
pekat produk yang propelan melalui diukur secara
telah diukur secara lubang katup dengan kuantitatif dimasukkan
kuantitatif dimasukkan cara penekanan, atau ke dalam wadah aerosol
ke dalam wadah propelan dibiarkan yang sama dinginnya.
aerosol yang sama mengalir dibawah Bila sejumlah cukup
dinginnya Bila tutup katup, kemudian propelan telah
sejumlah cukup katup ditutup ( ditambahkan, pasang
propelan telah pengisian dibawah katup penyemprot
ditambahkan, katup tutup ). wadah, hingga
terpasang dan membentukkatup kdap
dilengkungkan ke tekanan.
tempatnya
P a g e 32 | 55
Karakteristik Sediaan Memiliki derajat semprot Memiliki derajat Diperkirakan
0,05 gram/detik. Dan semprot 0,05 gram/detik. Karakteristik sediaan
cakupan spray yang lebar Dan cakupan spray yang sebagai berikut.
(wide),Wadah tidak lebar (wide),Wadah Memiliki derajat
bocor, Memiliki tekanan tidak bocor, Memiliki semprot 0,05
40 p.s.i.g(pounds per tekanan 35 gram/detik. Dan
square in gauge) p.s.i.g(pounds per square cakupan spray yang
in gauge) lebar (wide),Wadah
Bentuk Aerosol, Tahan tidak bocor, Memiliki
lama, Shinny, Wet look, Bentuk Aerosol, Tahan tekanan 30
Bau khas polimer. lama, Bau wangi. p.s.i.g(pounds per
Sediaan homogen, Sediaan homogen, square in gauge)
Viskositas Plastis, Viskositas Plastis,
Ukuran partikel kecil, Ukuran partikel kecil, Bentuk Aerosol, Kuat,
pH 4,8 volume dalam pH 5 , volume dalam tahan lama, Shinny, Wet
wadah dengan volume wadah dengan volume look, Bau wangi.
yang tertera di etiket yang tertera di etiket Sediaan homogen,
tidak kurang dari 95% tidak kurang dari 95% Viskositas
yang tertera pada etiket. yang tertera pada etiket. Pseudoplastis, Ukuran
P a g e 33 | 55
Waktu pengeringan Waktu pengeringan partikel cukup kecil, pH
cepat, mudah dicuci cepat, agak sukar dicuci 5,5 , volume dalam
dengan air. dengan air. wadah dengan volume
yang tertera di etiket
tidak kurang dari 95%
yang tertera pada etiket.
Waktu pengeringan
relative cepat, mudah
dicuci dengan air.
P a g e 34 | 55
Masukkan kembali ke dalam penangas air bersuhu tetap dan ulangi
percobaan tiga kali untuk masing-masing wadah
Hitung derajat semprotan rata-rata masing-masing wadah dalam gram per
detik.
Pengujian kebocoran
Pilih 12 wadah, catat tanggal dan waktu (pembulatan sampai ½ jam)
Timbang wadah satu persatu (pembulatan sampai mg)
catat bobot sebagai W1
Biarkan wadah dalam posisi tegak selama tidak kurang dari 3 hari pada
suhu kamar,
Timbang kembali wadah satu persatu
catat bobot sebagai W2
Hitung waktu perobaan dan catatwaktu sebagai T (dalam jam)
Hitung derajat kebocoran (Dkb) masing-masing wadah dalam tiap tahun
Pengujian tekanan
Pilih tidak kurang dari 4 wadah
Lepaskan tutup
P a g e 35 | 55
Celupkan dalam penangas air pada suhu tetap 250 C sampai tekanan tetap
Keluarkan wadah dari penangas
kocok baik-baik
Lepaskan akuator dan keringkan
Ukur tekanan dengan memasang alat ukur tekanan pada tangkai katup
Baca tekanan dalam wadah pada alat pengukur tekanan.
Evaluasi Sediaan
Evaluasi organoleptis
Memastikan bahwa sediaan yang dihasilkan telah memenuhi persyaratan sediaan
yang ditetapkan dalam Farmakope Indonesia atau Literatur lainnya
Dilakukan dengan mengamati sediaan dari bentuk, rasa, bau, dan warna sediaan.
Evaluasi Homogenitas
Memastikan bahwa sediaan yang dihasilkan telah memenuhi persyaratan sediaan
yang ditetapkan dalam Farmakope Indonesia
Pengujian dilakukan dengan mengamati sediaan, apakah ada partikel/endapan
pada larutan
P a g e 36 | 55
Evaluasi Volume Terpindahkan (FI IV, <1089>).
Untuk penetapan volume terpindahkan, pilih tidak kurang dari 30 wadah, dan
selanjutnya ikuti prosedur berikut untuk bentuk sediaan tersebut. Kocok isi dari
10 wadah satu persatu.
Prosedur: Tuang isi perlahan-lahan dari tiap wadah ke dalam gelas ukur kering
terpisah dengan kapasitas gelas ukur tidak lebih dari dua setengah kali volume
yang diukur dan telah dikalibrasi, secara hati-hati untuk menghindarkan
pembentukkan gelembung udaa pada waktu penuangan dan diamkan selama tidak
lebih dari 30 menit.Jika telah bebas dari gelembung udara, ukur volume dari tiap
campuran: volume rata-rata larutan yang diperoleh dari 10 wadah tidak kurang
dari 100 %, dan tidak satupun volume wadah yang kurang dari 95 % dari volume
yang dinyatakan pada etiket. Jika A adalah volume rata-rata kurang dari 100 %
dari yang tertera pada etiket akan tetapi tidak ada satu wadahpun volumenya
kurang dari 95 % dari volume yang tertera pada etiket, atau B tidak lebih dari satu
wadah volume kurang dari 95 %, tetapi tidak kurang dari 90% dari volume yang
tertera pada etiket, lakukan pengujian terdadap 20 wadah tambahan. Volume rata-
rata larutan yang diperoleh dari 30 wadah tidak kurang dari 100 % dari volume
yang tertera pada etiket, dan tidak lebih dari satu dari 30 wadah volume kurang
P a g e 37 | 55
dari 95 %, tetapi tidak kurang dari 90 % seperti yang tertera pada etiket (Voigt,
R. 1995).
Evaluasi viskositas
Dilakukan dengan viscometer Brookfield. Prosedur pengukuran adalah sebagai
berikut:
Dipasangkan Spindel pada Viskometer
Turunkan Spindel sedemikian rupa sehingga bataas spindle tercelup kedalam
cairan yang akan siukur viskositasnya
Biarkan spindle berputar dan lihatlah merah pada skala
Dibaca viskositas larutan sampel pada alat kemudian dilakukan perhitungan
sesuai faktor konversi.
Dengan mengubah rpm maka didapat viskositas pada berbagai ukuran
Dilakukan pengulangan sebanyak 3 kali pada tiap sampel.
Evaluasi pH
pH kulit 4,5-5,5
Uji sediaan dengan pH Universal
Catat Hasil Pengamatan pH sediaan
P a g e 38 | 55
Ukuran Partikel
Beberapa cara untuk menentukan ukuran partikel (yang dilakukan di
laboratorium) disajikan di chapter 3 Brown, dan chapter 20 Perry, 7th ed. Cara-
cara itu antara lain:
Mikroskop, untuk partikel berukuran sekitar 1 µm = 0,001 mm.
Screening: melewatkan bahan melalui ayakan seri ( sieve shaker) yang
mempunyai ukuran lubang ayakan semakin kecil. Setiap pemisahan padatan
berdasarkan ukuran diperlukan pengayakan. Standar screen mampu
mengukur partikel dari 76 mm sampai dengan 38 µm.
P a g e 39 | 55
P a g e 40 | 55
Tabel 3.2 Pembahasan Sediaan Hair Spray
Formula Pembahasan
F1 Pada formulas 1 merupakan Hair spray aerosol, dimana menggunakan
Holding agent Utylaminoethyl Methacrylate Copolymer, untuk
memberikan hasil penataan rambut yang tahan lama dan kuat. Sebagai
additive digunakan 2 bahan yaitu AMP 95 digunakan untuk mencegah
kaleng dari karat dan Sillicone DC 193 Agar rambut terlihat lebih
natural look, shinny dan mudah dicuci. Pada Formulasi ini , karakteristik
hair spray yang baik hampir terpenuhi, kecuali penggunaan
Propane/Butane sebagai propellants yang memberi kontribusi pada
polusi udara, penipisan lapisan ozon di atmosfer
P a g e 40 | 55
A. Formulasi Acuan
Formulasi 1
Komponen:
Holding agent: Utylaminoethyl Methacrylate Copolymer
Solvent: Ethanol
Additives : AMP 95, Sillicone DC 193
Propellants: Propane/Butane
Metode
Pembuatan dilakukan dengan proses pendinginan ( cara dingin ).
Cairan pekat produk dan propelan harus didinginkan sampai temperatur
-30 sampai -400F. Temperatur ini dibutuhkan untuk mencairkan gas
propelan Sesudah didinginkan cairan pekat produk yang telah diukur
secara kuantitatif dimasukkan ke dalam wadah aerosol yang sama
dinginnya Bila sejumlah cukup propelan telah ditambahkan, katup
terpasang dan dilengkungkan ke tempatnya
Karakteristik:
Memiliki derajat semprot 0,05 gram/detik. Dan cakupan spray yang
lebar (wide),Wadah tidak bocor, Memiliki tekanan 40 p.s.i.g(pounds
per square in gauge)
Bentuk Aerosol, Tahan lama, Shinny, Wet look, Bau khas polimer.
Sediaan homogen, Viskositas Plastis, Ukuran partikel kecil, pH 4,8
volume dalam wadah dengan volume yang tertera di etiket tidak kurang
dari 95% yang tertera pada etiket. Waktu pengeringan cepat, mudah
dicuci dengan air.
Formulasi 2
Komponen:
Holding agent: Luviflex VBM 35
Solvent: Ethanol
P a g e 41 | 55
Additives : AMP 95, Parfum
Propellants: Propane/Butane
Metode
Pembuatan dilakukan dengan Pengisian tekanan, dengan cara
hilangkan udara dalam wadah dengan cara penghampaan atau dengan
menambahkan sedikit propelan. Kemudian tekanan cairan pekat
produk diisikan secara kuantitatif ke dalam wadah aerosol. Isikan
propelan melalui lubang katup dengan cara penekanan, atau propelan
dibiarkan mengalir dibawah tutup katup, kemudian katup ditutup (
pengisian dibawah tutup ).
Karakteristik
Memiliki derajat semprot 0,05 gram/detik. Dan cakupan spray yang
lebar (wide),Wadah tidak bocor, Memiliki tekanan 35 p.s.i.g(pounds
per square in gauge)
Bentuk Aerosol, Tahan lama, Bau wangi. Sediaan homogen, Viskositas
Plastis, Ukuran partikel kecil, pH 5 , volume dalam wadah dengan
volume yang tertera di etiket tidak kurang dari 95% yang tertera pada
etiket. Waktu pengeringan cepat, agak sukar dicuci dengan air.
Metode
Pembuatan dilakukan dengan proses pendinginan ( cara dingin ). Cairan
pekat produk dan propelan harus didinginkan sampai suhu di bawah 0oC.
P a g e 42 | 55
Temperatur ini dibutuhkan untuk mencairkan gas propelan. Sesudah
didinginkan cairan pekat produk yang telah diukur secara kuantitatif
dimasukkan ke dalam wadah aerosol yang sama dinginnya. Bila sejumlah
cukup propelan telah ditambahkan, pasang katup penyemprot wadah,
hingga membentukkatup kdap tekanan.
Karakteristik
Memiliki derajat semprot 0,05 gram/detik. Dan cakupan spray yang lebar
(wide),Wadah tidak bocor, Memiliki tekanan 30 p.s.i.g(pounds per square
in gauge)
Bentuk Aerosol, Kuat, tahan lama, Shinny, Wet look, Bau wangi. Sediaan
homogen, Viskositas Pseudoplastis, Ukuran partikel cukup kecil, pH 5,5 ,
volume dalam wadah dengan volume yang tertera di etiket tidak kurang
dari 95% yang tertera pada etiket. Waktu pengeringan relative cepat,
mudah dicuci dengan air.
P a g e 43 | 55
Pengujian kebocoran
Pilih 12 wadah, catat tanggal dan waktu (pembulatan sampai ½ jam)
Timbang wadah satu persatu (pembulatan sampai mg)
catat bobot sebagai W1
Biarkan wadah dalam posisi tegak selama tidak kurang dari 3 hari pada
suhu kamar,
Timbang kembali wadah satu persatu
catat bobot sebagai W2
Hitung waktu perobaan dan catatwaktu sebagai T (dalam jam)
Hitung derajat kebocoran (Dkb) masing-masing wadah dalam tiap tahun
Pengujian tekanan
Pilih tidak kurang dari 4 wadah
Lepaskan tutup
Celupkan dalam penangas air pada suhu tetap 250 C sampai tekanan tetap
Keluarkan wadah dari penangas
kocok baik-baik
Lepaskan akuator dan keringkan
Ukur tekanan dengan memasang alat ukur tekanan pada tangkai katup
Baca tekanan dalam wadah pada alat pengukur tekanan.
Evaluasi Sediaan
Evaluasi organoleptis
Memastikan bahwa sediaan yang dihasilkan telah memenuhi persyaratan
sediaan yang ditetapkan dalam Farmakope Indonesia atau Literatur lainnya
Dilakukan dengan mengamati sediaan sirup dari bentuk, rasa, bau, dan warna
sediaan.
Evaluasi Homogenitas
Memastikan bahwa sediaan yang dihasilkan telah memenuhi persyaratan
sediaan yang ditetapkan dalam Farmakope Indonesia
P a g e 44 | 55
Pengujian dilakukan dengan mengamati sediaan, apakah ada partikel/endapan
pada larutan sirup.
Evaluasi viskositas
Dilakukan dengan viscometer Brookfield. Prosedur pengukuran adalah sebagai
berikut:
DiPasangkan Spindel pada Viskometer
Turunkan Spindel sedemikian rupa sehingga bataas spindle tercelup kedalam
cairan yang akan siukur viskositasnya
Biarkan spindle berputar dan lihatlah merah pada skala
P a g e 45 | 55
Dibaca viskositas larutan sampel pada alat kemudian dilakukan perhitungan
sesuai faktor konversi.
Dengan mengubah rpm maka didapat viskositas pada berbagai ukuran
Dilakukan pengulangan sebanyak 3 kali pada tiap sampel.
Evaluasi pH
pH kulit 4,5-5,5
Uji sediaan dengan pH Universal
Catat Hasil Pengamatan pH sediaan
Ukuran Partikel
Beberapa cara untuk menentukan ukuran partikel (yang dilakukan di
laboratorium) disajikan di chapter 3 Brown, dan chapter 20 Perry, 7th ed. Cara-
cara itu antara lain:
mikroskop, untuk partikel berukuran sekitar 1 µm = 0,001 mm.
screening: melewatkan bahan melalui ayakan seri ( sieve shaker) yang
mempunyai ukuran lubang ayakan semakin kecil. Setiap pemisahan
padatan berdasarkan ukuran diperlukan pengayakan. Standar screen
mampu mengukur partikel dari 76 mm sampai dengan 38 µm.
P a g e 46 | 55
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
A.
1. Komponen yang terdapat pada preparat Hair Spray yaitu; Holding agent,
propellants, solvent, dan additive.
2. Metode pembuatan Hairspray terbagi 2, yaitu: Proses pendinginan dan Proses
Tekanan. Dalam memformulasikan Hairspray dapat memilih dari polimer yang
berbeda ketika mengembangkan produk rambut styling, agar memberikan
keseimbangan yang tepat dari kekerasan, kelarutan, dan kerentanan
kelembaban.
3. Evaluasi yang perlu dilakukan pada Hairspray yaitu: Derajat semprot,
Pengujian kebocoran, Pengujian tekanan. Dan Evaluasi Sediaan (Organoleptis,
homogenitas, viskositas, ukuran partikel, pH, Volume terpindahkan)
4. Hair Spray secara umum harus memiliki karakteristik Sediaan berupa; cairan
dapat dengan mudah disemprotkan, memiliki ukuran partikel semprotan yang
relatif halus, tidak menimbulkan Iritasi, memberikan kekuatan tahan, waktu
pengeringan harus relatif cepat, hairspray harus mudah dibilas dengan air atau
dengan keramas.
B.
1. Komponen sediaan hairspray pada formulasi yang akan dibuat, yaitu:
Covidone (PVP-VA) sebagai Holding agent, Ethanol sebagai Solvent,
Dimethicone, Parfum sebagai Additive, dan Difluoroethane sebagai
Propellant.
2. Metode yang digunakan pada formulasi sediaan Hairspray yang akan dibuat
adalah proses pendinginan (cara dingin). Cairan pekat produk dan propelan
harus didinginkan sampai suhu di bawah 0oC. Sesudah didinginkan cairan
pekat produk yang telah diukur secara kuantitatif dimasukkan ke dalam wadah
aerosol yang sama dinginnya. Bila sejumlah cukup propelan telah
P a g e 47 | 55
ditambahkan, pasang katup penyemprot wadah, hingga membentukkatup
kedap tekanan.
5. Evaluasi yang dilakukan pada formulasi sediaan Hairspray yang akan dibuat
yaitu: Derajat semprot, Pengujian Kebocoran, Pengujian Tekanan, dan
Evaluasi Sediaan (Organoleptis, homogenitas, viskositas, ukuran partikel, pH,
volume terpindahkan)
6. Karakteristik sediaan hairspray pada formulasi sediaan Hairspray yang akan
dibuat sebagai berikut.
a) Memiliki derajat semprot 0,05 gram/detik. Dan cakupan spray yang
lebar (wide)
b) Wadah tidak bocor
c) Memiliki tekanan 30 p.s.i.g(pounds per square in gauge)
d) Bentuk Aerosol, Kuat, tahan lama, Shinny, Wet look, Bau wangi.
Sediaan homogen, Viskositas Pseudoplastis, Ukuran partikel cukup
kecil, pH 5,5 , volume dalam wadah dengan volume yang tertera di
etiket tidak kurang dari 95% yang tertera pada etiket. Waktu
pengeringan relative cepat, mudah di cuci dengan air.
4.2 Saran
Diharapkan formula ini dapat dijadikan bahan untuk dilakukan formulasi dan
dilakukan pengujian karakteristik sediaan akhir, terutama uji ketahanan serta
pengujian iritasi pada rambut.
P a g e 48 | 55
Pertanyaan
P a g e 49 | 55
Bentuk hairspray aerosol yang cenderung lebih ke gas dibandingkan dengan
hairspray non aerosol dalam penyimpanannya pun berbeda. Anda yang
mempunyai hairspray aerosol sebaiknya disimpan diruangan yang sejuk dan
tidak terlalu panas sedangkan hairspray non aerosol bentuknya lebih ke padat
atau cair masih bisa tahan lebih lama apabila disimpan di ruangan yang cukup
panas.
P a g e 50 | 55
2. Bahan apa yang menyebabkan Hairspray mempunyai efek samping?
Fauzi Maulana (15330021)
Jawab:
Meski hairspray memiliki banyak manfaat khususnya untuk mempertahankan
bentuk rambut, namun ada beberapa bahan kimia yang digunakan dalam hairspray
dan memberikan efek samping, yaitu:
Kopolimer PVPVA bisa begitu tahan air yang mereka menjadi sulit untuk
mencuci rambut. Sehingga bisa menyebabkan rambut menjadi rusak
Chloro Fluoro Carbon (CFC) yang digunakan sebagai propellant bisa
menyebabkan penipisan lapisan ozon di atmosfer.
P a g e 52 | 55
DAFTAR PUSTAKA
3. Djuanda, A., Hamzah, M., Aisah, S. 2010. Ilmu Penyakit Kulit Dan Kelamin. Edisi
ke-6. Jakarta: Departemen Ilmu Kedokteran Kulit dan Kelamin FK UI.
5. Kusumadewi, Sri.(2002). Perawatan dan Tata Rias Wajah Wanita. Jakarta: PT.
Gramedia Pustaka Utama
8. Jusuf NK, 2014. Pengikalan dan Pelurusan Rambut In: Everything About Hair.
Badan Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 161-70.
9. Harrison, S., Sinclair, R., 2003. Hair colouring, permanent styling and hair
stucture. J Cosmet Dermatol
10. Soepardiman. 2010. Kelainan Rambut. Dalam: Djuanda, Adhi, dkk. Ilmu Penyakit
Kulit dan Kelamin. Jakarta: Badan Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia, 301-311.
P a g e 53 | 55
11. Rezeki, endang sri. 2010.Analisi Etanol dalam Hair Tonic dan Hair Spray secara
kromatografi Gas.Jakarta Fakultas Farmasi Univeritas Setia Budi.
12. Ulfah, Mutiah dkk.2016. Sediaan Kosmetiak Rambut (Bukan Cat) & Pewarna
Rambut (Cat) Jakarta.
13. Rowe, S.W. (1994). Handbook of Pharmaceutical Excipients, 4th Ed. The
Pharmaceutical Press, London
14. Butler, H. (2000). Poucher’s Perfumes, Cosmetics and soaps, 10th Edition,
Kluwer Academic Publishers, London.
15. Flick EW. 1966, Cosmetics abd Toiletry Formulations, Vol.5, Noyes Publ.,
Westwood, New Jersey.
P a g e 54 | 55