b. Fase inspirasi
Inspirasi terjadi secara dalam dan cepat, sehingga dengan cepat dan dalam jumlah
banyak masuk ke dalam paru-paru.
c. Fase kompresi
Fase kompresi pada batuk terjadi setelah fase inspirasi awal. Setelah menghirup
udara, glotis ditutup dan terjadi upaya ekspirasi. Pada awal upaya ekspirasi, glotis
menutup sekitar 0,2 detik. Penutupan glotis mempertahankan volume paru-paru saat
tekanan intrathorakal terbentuk. Penutupan glotis meminimalkan pemendekan otot
ekspirasi, sehingga mendorong kontraksi “isometrik” otot ekspirasi dan
memungkinkan otot ekspirasi menghasilkan tekanan intra-abdomen dan intrathorakal
yang lebih besar dan positif. Tekanan intrathorakal yang terbentuk selama glottis
menutup dapat mencapai 300 mm Hg. Tingginya tekanan intraabdominal dan
intrathorakal selama fase batuk ini dapat ditransmisikan ke sistem saraf pusat dan
mediastinum, dan mendasari beberapa komplikasi kardiovaskular, saluran cerna,
genitourinarius, muskuloskeletal, dan neurologis yang terkait dengan batuk (McCool,
2006).
d. Fase ekspirasi
Pada fase ini glottis terbuka tiba-tiba akibat kontraksi aktif otot-otot ekspirasi
sehingga terjadilah pengeluaran udara dalam jumlah besar dengan kecepatan tinggi
disertai pengeluaran benda asing dan bahan-bahan lain (Guyton, 2015). Awalnya, ada
ledakan aliran turbulen yang sangat singkat. Puncak awal aliran ekspirasi ini
berlangsung sekitar 30 hingga 50 milidetik dan dapat mencapai laju aliran 12 L /
detik (McCool, 2006).
b. Batuk Sub-akut
Batuk sub-akut merupakan batuk yang berlangsung selama 3 minggu hingga 8
minggu. Batuk yang sub-akut dan tidak berhubungan dengan infeksi pernafasan yang
jelas harus dinilai seperti menilai penderita batuk kronis, sementara pada pasien batuk
sub-akut yang diawali infeksi saluran nafas atas, umumnya pasien dicurigai menderita
batuk postinfeksi, sinusitis bakterial, dan asma. Batuk postinfeksi adalah batuk sub-
akut yang diawali infeksi saluran nafas yang tidak berkomplikasi menjadi pneumonia
lalu sembuh tanpa pengobatan. Batuk timbul karena iritasi saluran nafas atas akibat
inflamasi, postnasal drip, atau trakeobronkitis, dengan maupun tanpa
hiperresponsivitias bronkus. Pemeriksaan penunjang foto dada sebaiknya dilakukan
pada penderita batuk sub-akut dengan mengi, ronki, atau crackles pada saat dilakukan
pemeriksaan fisik (Madison dan Irwin, 2017).
c. Batuk Kronis
Batuk kronis merupakan batuk yang berlangsung di atas 8 minggu. Pada sekitar
95% kasus, batuk kronis pada dewasa imunokompeten terjadi karena kelainan kondisi
hidung dan sinus, asma, penyakit refluks gastroesofageal (GERD), bronkitis kronis
akibat merokok atau iritan lainnya, bronkiektasis, bronkitis eosinofilik non-asma
(NAEB), atau efek samping penggunaan ACE inhibitor. 5% lainnya berasal dari
penyakit lain seperti karsinoma bronkogenik, karsinomatosis, sarkoidosis,
tuberculosis, gagal jantung kiri, dan aspirasi karena disfungsi faring. Untuk
mendiagnosis batuk kronis, dibutuhkan pemeriksaan tambahan seperti foto dada, tes
uji inhalasi metakolin, atau pemeriksaan sputum (Madison dan Irwin, 2017).