TASIKMALAYA
2018
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga kami
dapat menyelesaikan proposal penelitian dengan judul “Formulasi Sediaan Parfum Eau De
Toilet Minyak Atsiri Akar Wangi (Vetiveria zizanoides L. Nash)”.
Penyusunan proposal penelitian ini adalah untuk memenuhi salah satu tugas matakuliah
Bahan Alam Farmasi. Penyusunannya dapat terlaksana dengan baik berkat dukungan dari
banyak pihak. Untuk itu, pada kesempatan ini peneliti mengucapkan terima kasih kepada :
1. Hendy Suhendy, M.Si dan Diana Sri Zustika, M.Si selaku dosen matakuliah
Bahan Alam Farmasi;
2. Ihsan Meliyandi, S.Farm., Apt dan Lena Siti Nurjanah, S. Farm selaku asisten
dosen matakuliah Bahan Alam Farmasi;
3. Teman-teman satu angkatan yang selalu memberikan motivasi, dukungan dan
semangat
Dengan segala keterbatasan yang dimiliki, penulis sangat menyadari bahwa proposal
penelitian ini masih jauh dari kesempurnaan baik ditinjau dari isi maupun sistematika
penulisannya. Dengan segala kerendahan hati, penulis memohon maaf sebesar - besarnya atas
segala kekurangan dan kekhilafan.
Penulis berharap semoga proposal penelitian ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Peneliti
I
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR······························································i
DAFTAR ISI·········································································ii
BAB I PENDAHULUAN
2.3 Destilasi···········································································9
II
2.4.1 Pemerian Bahan································································16
DAFTAR PUSTAKA
III
BAB I
PENDAHULUAN
1
yaitu Bourbone, Haiti dan Indonesia. Di Indonesia tanaman akar wangi tumbuh subur
di Garut, karena lapisan tanahnya sering terlapisi oleh abu vulkanik dan suhu
udaranya rata-rata berkisar antara 17-27°C, sehingga tanaman akar wangi dapat
tumbuh dengan baik di daerah tersebut. Daerah di Kabupaten Garut yang ditetapkan
menjadi pusat akar wangi diantaranya kecamatan Samarang, Bayongbong, Cilawu
dan Leles (Haryadi : 2013).
Minyak akar wangi merupakan salah satu bahan baku yang penting untuk
parfum. Minyak ini dalam parfum menghasilkan bau kuat yang menyenangkan dan
tahan lama sekaligus berfungsi sebagai fiksatif alamiah.Namun, jika pemakaiannya
berlebihan dapat mengakibatkan kesan bau woody. Minyak akar wangi baik untuk
campuran dengan minyak atsiri lain terutama minyak cendana, nilam dan mawar.
Minyak ini mempunyai aroma yang lembut dan halus disebabkan oleh senyawa ester,
asam vetivenat, vetiveron serta vetiverol yang saat ini belum dapat dibuat senyawa
sintesisnya. Minyak akar wangi merupakan salah satu minyak atsiri yang
mengandung campuran seskuiterpen alkohol dan hidrokarbon yang sangat kompleks.
Minyak ini termasuk jenis minyak atsiri yang kental dengan laju volatilitas yang
rendah. (Guenther, 1987)
Minyak atsiri atau dikenal juga sebagai minyak ateris (aetheric oil), minyak
esensial, minyak terbang, serta minyak aromatik adalah kelompok minyak nabati
yang berwujud cairan kental pada suhu ruang namun mudah menguap sehingga
memberikan aroma yang khas. Minyak atsiri merupakan bahan dasar dari wangi-
wangian atau minyak gosok (untuk pengobatan) alami. (Guenther, E, 1987).
Pemilihan pelarut untuk ekstraksi harus mempertimbangkan banyak faktor.
Pelarut harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut: murah dan mudah diperoleh,
stabil fisika dan kimia, bereaksi netral, tidak mudah menguap dan tidak mudah
terbakar, selektif dan tidak mempengaruhi zat berkhasiat. Dalam metode ekstraksi
bahan alam, dikenal suatu metode maserasi.Maserasi merupakan suatu metode
ekstraksi menggunakan lemak panas.Akan tetapi penggunaan lemak panas ini telah
digantikan dengan pelarut-pelarut volatil.Penekanan utama pada maserasi adalah
2
tersedianya waktu kontak yang cukup antara pelarut dan jaringan yang diekstraksi
(Guether, 1987).
Dapat mengetahui cara pembuatan parfum dari simplisia akar wangi (Vetiveria
zizanoides L. Nash) dengan metode destilasi yang di ambil minyak atsirinya.
Pada penelitian ini terdiri dari beberapa tahap yaitu, preformulasi, destilasi uap
air, penentuan kualitas minyak atsiri, penyusunan formula parfum, pembuatan
sediaan parfum, dan evaluasi sediaan parfum.
Tanaman akar wangi merupakan salah satu komoditas ekspor unggulan Indonesia
yang potensial. Tanaman ini sejenis tanaman padi yang dapat tumbuh sepanjang
3
tahun, dan sudah dikenal sebagai sumber wangi-wangian. Salah satu cara pengolahan
akar wangi yaitu dengan melakukan proses penyulingan akar, yang akan
menghasilkan minyak akar wangi atau minyak atsiri (Java vetiver oil).
1. Lokasi
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan dari bulan September sampai bulan Desember 2018.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.2. Morfologi
6
Salah satu spesies dari tanaman genus Vetiveria adalah Vetiveria zizainoides. Di
Indonesia, spesies Vetiveria zizainoides lebih dikenal dengan nama akar wangi.
Tanaman akar wangi (Vetiveria zizanoides) merupakan rumput yang tumbuh setiap
tahun, memiliki tinggi hingga 1 meter, batang lunak, beruas - ruas dan berwarna
putih, tumbuh subur di daerah Garut, Jawa Barat yang merupakan daerah vulkanik.
Vetiveria zizainoides yang tumbuh subur di daerah Garut memiliki kandungan
minyak atsiri lebih banyak apabila dibandingkan dengan daerah lain di Indonesia.
Vetiveria zizainoides memiliki daun tunggal, bentuk pita dan ujung runcing, pelepah
memeluk batang, warna hijau keputih-putihan, perbungaan bentuk bulir di ujung
batang. Buah tanaman akar wangi seperti buah padi, berduri, berwarna putih kotor.
Akar termasuk akar serabut berwarna kuning (Anonim, 2006).
2.1.3. Klasifikasi
Regnum : Plantae
Divisio : SpermatophytaSub
Divisio : Monocotyledone
Ordo : Graminales
Family : Graminae
Genus : Vetiveria
Spesies : Vetiveria zizanioides Stapf
7
hidrokarbon teroksigenasi dan hidrokarbon aromatik. Komponen utama dari minyak
atsiri akar wangi adalah senyawa golongan seskuiterpen (30-40 %), seskuiterpenol
(18-25 %) dan seskuiterpenon seperti asam benzoat, vetiverol, vetiverol, furfurol, α
dan β vetivone, vetivene dan vetivenil vetivenat (Anon, 2006; Kamal and Ashok,
2006; Emmyzar et al., 2000).
2.1.4.2. Kandungan Minyak Atsiri
Minyak atsiri akar wangi merupakan salah satu bahan pewangi yang potensial.
Biasanya dipakai secara meluas pada pembuatan parfum, bahan kosmetika dan
sebagai bahan pewangi sabun. Minyak akar wangi selain sebagai pengikat, juga
memberikan bau wangi menyenangkan, tahan lama, dan keras. Karena baunya yang
keras itu, maka pemakaiannya harus memperhatikan dosis. Jika dosisnya berlebihan
justru memberikan kesan bau yang tidak enak. Itulah sebabnya, seringkali
penggunaan minyak akar wangi ini dicampur dengan minyak nilam, minyak mawar,
dan minyak “sandalwood”. (Hieronymus Budi. S, 1993)
8
minum dan menghilangkan bakteri pathogen. Vetiveria nigritana Italia berpotensi
sebagai antidiarheal untuk anak-anak. (Massardos, dkk., 2005).
2.1.6. Ekstraksi
Ekstraksi adalah jenis pemisahan satu atau beberapa bahan dari suatu padatan
atau cairan. Proses ekstraksi bermula dari penggumpalan ekstrak dengan pelarut
kemudian terjadi kontak antara bahan dan pelarut sehingga pada bidang datar
antarmuka bahan ekstraksi dan pelarut terjadi pengendapan massa dengan cara
difusi. Bahan ekstraksi yang telah tercampur dengan pelarut yang telah menembus
kapiler-kapiler dalam suatu bahan padat dan melarutkan ekstrak larutan dengan
konsentrasi lebih tinggi di bagian dalam bahan ekstraksi dan terjadi difusi yang
memacu keseimbangan konsentrasi larutan dengan larutan di luar bahan (Sudjadi,
1988).
Ekstraksi dengan pelarut dapat dilakukan dengan cara dingin dan cara panas.
Jenis-jenis ekstraksi tersebut sebagai berikut:
2.1.6.1. Ekstraksi secara dingin
a) Maserasi, merupakan cara penyarian sederhana yang dilakukan dengan cara
merendam serbuk simplisia dalam cairan penyari selama beberapa hari pada
temperatur kamar dan terlindung dari cahaya. Metode maserasi digunakan untuk
9
menyari simplisia yang mengandung komponen kimia yang mudah larut dalam cairan
penyari, tidak mengandung benzoin, tiraks dan lilin (Sudjadi, 1988).
b) Soxhletasi, merupakan penyarian simplisia secara berkesinambungan, cairan
penyari dipanaskan sehingga menguap, uap cairan penyari terkondensasi menjadi
molekul-molekul air oleh pendingin balik dan turun menyari simplisia dalam
klongsong dan selanjutnya masuk kembali ke dalam labu alas bulat setelah melewati
pipa sifon (Sudjadi, 1988).
1) Dapat digunakan untuk sampel dengan tekstur yang lunak dan tidak tahan
terhadap pemanasan secara langsung.
2) Digunakan pelarut yang lebih sedikit
3) Pemanasannya dapat diatur (Sudjadi, 1988).
a) Karena pelarut didaur ulang, ekstrak yang terkumpul pada wadah di sebelah
bawah terus-menerus dipanaskan sehingga dapat menyebabkan reaksi peruraian oleh
panas.
b) Jumlah total senyawa-senyawa yang diekstraksi akan melampaui kelarutannya
dalam pelarut tertentu sehingga dapat mengendap dalam wadah dan membutuhkan
volume pelarut yang lebih banyak untuk melarutkannya.
c) Bila dilakukan dalam skala besar, mungkin tidak cocok untuk menggunakan
pelarut dengan titik didih yang terlalu tinggi, seperti metanol atau air, karena seluruh
alat yang berada di bawah komdensor perlu berada pada temperatur ini untuk
pergerakan uap pelarut yang efektif (Sudjadi, 1988).
Metode ini terbatas pada ekstraksi dengan pelarut murni atau campuran
azeotropik dan tidak dapat digunakan untuk ekstraksi dengan campuran pelarut,
10
misalnya heksan : diklormetan = 1 : 1, atau pelarut yang diasamkan atau dibasakan,
karena uapnya akan mempunyai komposisi yang berbeda dalam pelarut cair di dalam
wadah (Sudjadi, 1988).
11
2.1.6.3. Destilasi
Minyak atsiri dapat diisolasi dengan metode destilasi. Destilasi adalah suatu
proses yang terdiri atas beberapa tahap yang mengubah suatu senyawa menjadi
bentuk uapnya, mengkondensasikan uap yang terbentuk menjadi cair kembali dan
menampung hasil kondensasi ke dalam suatu penampung (Kristanti, N.A., 2006).
Metode destilasi minyak atsiri ada tiga macam yaitu:
12
Prinsip destilasi dengan air dan uap adalah bahan diletakkan diatas saringan
berlubang. Ketel suling diisi dengan air sampai permukaan air berada tidak jauh di
bawah saringan. Air dapat dipanaskan dengan berbagai cara yaitu dengan uap jenuh
yang basah dan bertekanan. Ciri khas metode ini adalah uap selalu dalam keadaan
basah, jenuh dan tidak terlalu panas. Selain itu, bahan yang didestilasi hanya
berhubungan dengan uap dan tidak berhubungan dengan air panas. Metode destilasi
ini cocok digunakan untuk mengisolasi minyak dari daun atau rumput-rumputan.
Keuntungan menggunakan sistem tersebut adalah uap dapat berpenetrasi secara
merata ke dalam jaringan bahan dan suhu dapat dipertahankan sampai suhu 100ºC
sehingga rendemen minyak lebih besar dan mutunya lebih baik jika dibandingkan
dengan minyak hasil penyulingan dengan air dan bahan yang disuling tidak dapat
menjadi gosong. Kerugiannya adalah perpanjangan waktu penyulingan
menyebabkan pembasahan bahan oleh kondensasi uap dan penggumpalan bahan
dalam ketel menyebabkan minyak atsiri tidak dapat terisolasi dengan sempurna
(Ketaren, 1987).
c. Destilasi dengan uap
Metode ini pada prinsipnya sama dengan destilasi dengan air dan uap kecuali
air tidak diisikan dalam labu. Uap yang digunakan uap jenuh atau lewat panas pada
tekanan lebih dari 1atm. Sistem penyulingan ini baik digunakan untuk mengekstrak
minyak dari biji-bijian, akar dan kayu-kayuan yang umumnya mengandung
komponen minyak yang bertitik didih tinggi. Keuntungan dari metode ini adalah
tekanan uap maupun suhu pemanasan dapat dimodifikasi sesuai dengan keadaan
bahan. Pada dasarnya semua senyawa penyusun minyak atsiri tidak stabil atau peka
terhadap suhu tinggi. Itulah sebabnya untuk memperoleh kualitas minyak atsiri
diupayakan pada suhu pemanasan yang rendah. Namun, bila suhu pemanasan tinggi
maka panas penyulingan diusahakan dalam waktu sesingkat mungkin (Ketaren,
1987).
2.1.7. Bentuk Sediaan
13
2.1.7.1. Parfum
Parfum adalah campuran zat pewangi yang dilarutkan dalam pelarut yang sesuai.
Zat pewangi dapat berasal dari minyak atsiri atau dibuat secara sintesis. (Goeswin,20
09)
Pada umumnya parfum mengandung 3 macam komponen :
Saat ini kebanyakan parfum dikonstruksi sesuai dengan bau yang diinginkan. De
ngan analisis kromatografi gas, komponen bau utama dari minyak atsiri dapat diidenti
fikasi. Setelah komponen bau utama diketahui, dilakukan sintesis secara kimia. Ada 6
jenis parfum, yaitu :
Bahan pewangi dalam parfum, umumnya terdiri atas alcohol, ester, aldehida, keto
n, asam organic, lakton, amin, oksida, dan sebagainya. Berbau wangi dan menyenang
kan. (Goeswin,2009)
Umumnya zat pewangi yang dilarutkan dalam alcohol lebih cepat menguap dari a
lkoholnya sendiri sehingga bau parfum cepat hilang. Zat pengikat adalah senyawa ya
ng memiliki daya menguap lebih rendah dari komponen pewangi / minyak atsiri. Zat
14
pengikat dapat menghambat atau mengurangi penguapan minyak atsiri. (Goeswin,200
9)
Umunya berasal dari golongan gom, resina, lilin, atau berbagai jenis minyak atsir
i bertitik didih tinggi, seperti minyak akar wangi, minyak kayu cendana, minyak nile
m.
Zat pengikat yang berasal dari hewan merupakan zat pengikat yang mahal. Beber
apa contoh :
a) Ambergris, merupakan hasil sekresi dari kelenjar yang terdapat pada ikan pa
us
b) Castareum, terdapat pada kelenjar “genital” dari berang-berang (beaver) beti
na dan jantan
c) Civet, diperoleh dari kelenjar bau sejenis musang yang disebut “civet cat” da
ri Afrika.
Beberapa senyawa ester hasil sintesis yang tidak berbau dan bertitik tinggi dapat
digunakan sebagai zat pengikat. Contoh : gliseril asetat, etil ftalat benzyl benzoate, a
mil benzoate. (Goeswin,2009)
Bahan pelarut umum yang digunakan adalah etil alcohol atau etanol murni (extra
netral alcohol) yang sudah mengalami beberapa tahap proses pemurnian. (Goeswin,2
009)
15
3. Parfum yang berasal dari minyak atsiri
Parfum mengandung bermacam zat wangi yang diperoleh dari jenis minyak atsiri
tertentu dan mempunyai wangi alamiah sesuai dengan bau bagian tanaman penghasil
minyak atsiri. (Goeswin,2009)
16
Konsentrasi : 60-90 %.
Kegunaan : Anti mikroba, desinfektan, pelarut, penetrasi kulit.
Penyimpanan : Wadah tertutup rapat jauh dari api.
17
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Alat dan Bahan
1. Alat
Adapun alat yang digunakan dalam penelitian meliputi, alat set destilasi, alat set
soxhlet, erlenmeyer,gelas ukur 10 mL,gelas ukur 100 mL, pipet tetes ,tabung reaksi,
rak tabung reaksi, cawan uap, botol semprot.
2. Bahan
Adapun bahan yang digunakan dalam penelitian meliputi, simplisia segar akar
wangi ( Vetiveria zizaniodes radix) , minyak mawar , benzyl benzoate, alkohol 90%,
aquadest, alumunium foil, plastik wrapp, tissue
Serbuk simplisia akar wangi di sari dengan eter, kemudian sari eter diuapkan
sampai kering. Setelah itu residu ditetesi dengan pereaksi vanillin-asam sulfat.
Terbentuknya warna-warna menunjukkan adanya senyawa monoterpenoid dan
seskuiterpenoid.
b. Triterpenoid
Serbuk simplisia akar wangi di sari dengan eter, kemudian sari eter diuapkan
sampai kering. Setelah itu residu ditetesi dengan pereaksi Lieberman Burchard.
Terbentuknya warna ungu menunjukkan adanya senyawa triterpenoid.
18
kedalam kertas saring yang telah dibentuk tabung silinder dan mengikatnya.
Kemudian merangkai alat soxhlet.
Pertama, siapkan alat dan bahan kemudian rangkai alat destilasi uap air
dengan teliti, terutama pada tempat penyambungan supaya tidak terjadi kebocoran,
masukkan air dan filtrat hasil soxhletasi kedalam labu pemanas dan penyuling,
hubungkan labu pemanas dan penyuling dengan kondensor, hubungkan pula
kondensor dengan air pendingin dan usahakan aliran air pendingin dalam kondensor
berlawanan dengan aliran uap bahan yang didestilasi, pasanglah alat penampung
cairan kondensat pada lubang pengeluaran kondensat dari kondensor, pasanglah alat
pemanas hingga air dalam labu pemanas mendidih sehingga uap akan keluar,
kemudian uap bahan akan mengalir dalam kondensor karena adanya air pendingin
maka uap bahaan akan menetes menjadi zat murni. Kemudian tampung destilat dalam
erlenmeyer yang telah dilapisi alumunium foil.
19
3.3 Road Map Penelitian
Evaluasi simplisia
Simplisia Akar Wangi Dilakukan Soxhletasi
Makroskopis dan
(Vetiveria zizanioides) mikroskopis
Skrining fitokimia
Uji spraedibility
Uji spot
Uji kekentalan
Uji daya tahan wangi
Uji intensitas bau
Uji kesegaran
20
6 Etil Alkohol (90%) Add 100
21
b. Uji Spot
Kertas saring disiapkan lalu satu tetes parfum dituang. Kemudian dijemur di bawah
sinar matahari selama 10 menit. Hasil tetesan diamati (diameter, bau, warna).
c. Uji Kelekatan
Prosedur awal sama seperti uji spot, lalu hasil tetesan dicelupkan kedalam aquades
selama 5 menit dan dikeringkan kembali. Hasil diamati terhadap bau dan perubahan
bau, warna dan perubahan warna, serta dibandingkan hasilnya dengan uji spot.
d. Uji Daya Tahan Wangi
Prosedur awal sama seperti uji spreadibility, lalu disimpan dalam suhu ruang. Hasil
diamati dan dicatat perubahan warna dan bau setiap 1 jam hingga bau dan warna
hilang.
e. Uji Intensitas Bau
Bau yang dihasilkan parfum diamati, kemudian diberikan skor terhadap bau yang
dirasakan (dengan skala yang telah ditentukan).
f. Uji Kesegaran
Rasa segar yang dihasilkan parfum diamati, kemudian diberikan skor terhadap
kesegaran yang dirasakan (dengan skala yang telah ditentukan).
22
DAFTAR PUSTAKA
Burr C. 2008. The Perfect Scent: A Year Inside the Perfume Industry in Paris & New
York. Henry Holt and Co. ISBN 9N78-0-8050-8037-7.
Evi D & Zulkarnain. 2012. Perfume Bottle’s Design Influenced To Purchasing
Intention In Adolecents. Skripsi. Sumatra Utara: Departemen Psikologi
Industri dan Organisasi Fakultas Psikologi Universitas Sumatra Utara
(USU)
Wolfgang S & Klaus P. 2007. Perfumes. Ullmann's Encyclopedia of Industrial
Chemistry (7th ed). Wiley, 2–3.
Anon, 2006. Vetiveria essential information. Oxford Univercity, New York.
Champagnat,P,., Annie H., Andre ́e C., Didiet F., Andre P.C., Jean L.L., 2008.
Flavonoids from Vetiveria zizanioides and Vetiveria nigritana (Poaceae).
Biochemical Systematics and Ecology, 36, 68-70.
Danha, L.T., Mamucari ., Truog, P., Foester,N., 2009. Response surface method
applied to supercritical carbon dioxide extraction of Vetiveria zizanioides
essential oil. Engineering Journal, 155, 617-626.
Departemen Kesehatan RI. (2013). Suplemen III Farmakope Herbal Indonesia, Edisi
I. Jakarta: Departemen Kesehatan RI.
Ketaren, S . 1985. Pengantar Teknologi Minyak Atsiri. Jakarta : Penerbit Balai Pustak
a.
Massardo,C., Annie H., Andre ́e C., Didiet F., Andre P.C., Jean L.L., 2008.
Flavonoids from Vetiveria zizanioides and Vetiveria nigritana (Poaceae),
Biochemical Systematics and Ecology, 36, 68-70.