BAB I
PENDAHULUAN
1
2
2
3
Penggunaan minyak atsiri akar wangi dapat digunakan untuk pembuatan sediaan
parfum, karena memiliki bau yang kuat, tahan lama, sekaligus dapat berfungsi
sebagai fiksatif alami. Sehingga banyak masyarakat yang menggunakan produk
parfum dari minyak atsiri akar wangi.
Pemilihan pelarut untuk ekstraksi minyak atsiri akar wangi harus
mempertimbangkan banyak faktor. Pelarut harus memenuhu syarat-syarat sebagai
berikut: mudah diperoleh, stabil secara fisika dan kimia, tidak mudah menguap dan
tidak mudah terbakar, selektif dan tidak mempengaruhi zat berkhasiat.
4
5
BAB II
5
6
TINJAUAN PUSTAKA
Tanaman ini merupakan salah satu tanaman penghasil minyak atsiri yang
biasa disebut vetiver oil. Minyak ini banyak digunakan dalam pembuatan parfum,
kosmetik, pewangi sabun, obat-obatan, serta pembasmi dan pencegah serangga.
Minyak vetiver mempunyai aroma yang lembut dan halus karena ester dari asam
vetinenat dan adanya senyawa vetivenol (Departemen Pertanian, 1989).
6
7
Regnum : Plantae
Divisio : Spermatophyta
Sub Divisio : Monocotyledone
Ordo : Graminales
Family : Graminae
Genus : Vetiveria
Spesies : Vetiveria zizanioides L Nash
Salah satu spesies dari tanaman genus Vetiveria adalah Vetiveria zizanioides L
Nash. Di Indonesia, spesies Vetiveria zizanioides L Nash lebih dikenal dengan nama
akar wangi. Tanaman akar wangi (Vetiveria zizanoides) merupakan rumput yang
tumbuh setiap tahun, memiliki tinggi hingga 1 meter, batang lunak, beruas - ruas dan
berwarna putih, tumbuh subur di daerah Garut, Jawa Barat yang merupakan daerah
vulkanik. Vetiveria zizainoides yang tumbuh subur di daerah Garut memiliki
kandungan minyak atsiri lebih banyak apabila dibandingkan dengan daerah lain di
Indonesia. Vetiveria zizainoides memiliki daun tunggal, bentuk pita dan ujung
runcing, pelepah memeluk batang, warna hijau keputih-putihan, perbungaan bentuk
bulir di ujung batang. Buah tanaman akar wangi seperti buah padi, berduri, berwarna
putih kotor. Akar termasuk akar serabut berwarna kuning (Anonim, 2006).
7
8
Minyak atsiri atau minyak menguap adalah massa yang berbau khas, berasal
dari tanaman, mudah menguap pada suhu kamar tanpa mengalami penguraian.
Minyak atsiri sering dikenal dengan volatile oil, ether oil, atau esential oil. Dalam
farmakope Indonesia dikenal dengan nama Olea volatilia. Pada umumnya minyak
atsiri dalam keadaan segar tidak berwarna atau warna pucat, bila dibiarkan akan
berwarna lebih gelap, berbau sesuai dengan bau tanaman hasilnya. Umumnya larut
dalam pelarut organik dan sukar larut dalam air (Departemen Kesehatan, 1985)
Dalam tanaman tergantung dari sukunya (familia), minyak atsiri terdapat dalam
rambut kelenjar pada suku lamiaceae, sel parenkim pada suku piperaceae, vitae pada
suku apaceae, sel sizogen atau lisigen pada suku pinaceae dan rutaseae. Tanaman
penghasil minyak atsiri diperkirakan berjumlah 150-200 jenis, tersebar pada tanaman
yang termasuk suku pinaceae, lamiaceae, myrtaceaae, apiaceae, poaceae, rutaceae,
8
9
Kegunaan minyak atsiri bagi tanamannya sendiri untuk menarik seranga yang
membantu proses penyerbukan, sebagai cadangan makanan, untuk mencegah
kerusakan tanaman oleh serangga atau hewan lain dan mempengaruhi proses
transpirasi. Dalam industri sering digunakan sebagai zat tambahan dalam sediaan
kosmetik, obat, makanan, rokok, dan sebagainya selain itu banyak digunakan sebagai
obat anti kuman dan kapang (Departemen Kesehatan, 1985).
Sifat fisik terpenting minyak atsiri adalah sangat mudah menguap pada suhu
kamar sehingga sangat berpengaruh dalam menentukan metode analisis
(Agusta,2000).
Minyak atsiri yang baik biasanya tidak berwarna atau berwarna kekuning-
kuningan dan beberapa jenis ada berwarna kemerah-merahan atau biru, rasa dan bau
khas. Menguap pada suhu kamar peguapan makin banyak bila suhu dinaikan. Pada
umumnya larut dalam etanol, dan pelarut organik lain, kurang larut dalam etanol yang
kadarnya kurang dari 70%. Daya larut lebih kecil jika minyak mengandung praksi
terpen dalam jumlah besar (Departemen Kesehatan, 1985).
Minyak akar wangi merupakan salah satu minyak atsiri yang mengandung
campuran seskuiterpen alkohol dan hidrokarbon yang sangat kompleks. Minyak ini
termasuk jenis minyak atsiri yang kental dengan laju volatilitas yang rendah
(Cazaussus.1988).
9
10
2.3 Ekstraksi
Ekstraksi adalah jenis pemisahan satu atau beberapa bahan dari suatu padatan
atau cairan. Proses ekstraksi bermula dari penggumpalan ekstrak dengan pelarut
kemudian terjadi kontak antara bahan dan pelarut sehingga pada bidang datar
antarmuka bahan ekstraksi dan pelarut terjadi pengendapan massa dengan cara
difusi. Bahan ekstraksi yang telah tercampur dengan pelarut yang telah menembus
kapiler-kapiler dalam suatu bahan padat dan melarutkan ekstrak larutan dengan
konsentrasi lebih tinggi di bagian dalam bahan ekstraksi dan terjadi difusi yang
memacu keseimbangan konsentrasi larutan dengan larutan di luar bahan (Sudjadi,
1988).
a. Metode refluks
Keuntungan dari metode ini adalah digunakan untuk mengekstraksi sampel-sampel
yang mempunyai tekstur kasar dan tahan pemanasan langsung. Kerugiannya adalah
membutuhkan volume total pelarut yang besar dan sejumlah manipulasi dari operator
(Sutriani,L . 2008).
c. Destilasi
Minyak atsiri dapat diisolasi dengan metode destilasi. Destilasi adalah suatu proses
yang terdiri atas beberapa tahap yang mengubah suatu senyawa menjadi bentuk
uapnya, mengkondensasikan uap yang terbentuk menjadi cair kembali dan
menampung hasil kondensasi ke dalam suatu penampung (Kristanti, N.A., 2006).
Prinsip metode destilasi dengan air (hidrodestilasi) adalah bahan yang akan
didestilasi kontak langsung dengan air mendidih. Bahan tersebut mengapung di atas
air atau terendam secara sempurna, tergantung dari berat jenis dan jumlah bahan yang
didestilasi. Peristiwa pokok yang terjadi pada proses hidrodestilasi, yaitu: difusi
11
12
minyak atsiri dan air panas melalui membran tanaman, hidrolisa terhadap beberapa
komponen minyak atsiri dan dekomposisi yang disebabkan oleh panas. Proses
hidrodestilasi bahan dan kecepatan penguapan minyak tidak hanya dipengaruhi oleh
sifat menguapnya komponen-komponen minyak atsiri, melainkan juga dipengaruhi
oleh derajat kelarutannya dalam air. Kelemahan metode destilasi dengan air adalah
adanya air dalam jumlah besar dan pada suhu tinggi menyebabkan proses hidrolisa
relatif lebih ekstensif, akibatnya rendemen minyak atsiri yang dihasilkan akan
berkurang sedangkan keuntungannya adalah metode destilasi dengan air baik untuk
menyuling bunga-bunga atau bahan yang mudah menggumpal jika terkena panas
(Ketaren, 1987).
Peralatan pada metode destilasi dengan air (hidrodestilasi) pada umumnya terdiri
dari tiga bagian utama. Tiga bagian utama tersebut adalah alat penyulingan, pendingin
dan penampung kondensat. Kondensat mengalir dari pendingin ke penampung
kondensat dan akan terlihat minyak atsiri yang dihasilkan akan terpisah dari air
dengan sendirinya, karena berat jenis minyak atsiri lebih ringan dari pada air
(Sastrohamidjojo, 2004).
12
13
2.4.1 Parfum
Parfum adalah campuran zat pewangi yang dilarutkan dalam pelarut yang sesua
i. Zat pewangi dapat berasal dari minyak atsiri atau dibuat secara sintesis. (Goeswin,
2009)
13
14
Umumnya zat pewangi yang dilarutkan dalam alcohol lebih cepat menguap dari
alkoholnya sendiri sehingga bau parfum cepat hilang. Zat pengikat adalah senyawa
yang memiliki daya menguap lebih rendah dari komponen pewangi / minyak atsiri.
Zat pengikat dapat menghambat atau mengurangi penguapan minyak atsiri.
(Goeswin,2009)
Umumnya berasal dari golongan gom, resina, lilin, atau berbagai jenis
minyak atsiri bertitik didih tinggi, seperti minyak akar wangi , minyak kayu
cendana , minyak nilem.
Zat pengikat yang berasal dari hewan merupakan zat pengikat yang
mahal. Beberapa contoh :
a) Ambergris, merupakan hasil sekresi dari kelenjar yang terdapat pada ikan
pau
c) Civet, diperoleh dari kelenjar bau sejenis musang yang disebut “civet cat”
dari Afrika.
14
15
Beberapa senyawa ester hasil sintesis yang tidak berbau dan bertitik tinggi
dapat digunakan sebagai zat pengikat. Contoh : gliseril asetat, etil ftalat benzyl
benzoate, amil benzoate. (Goeswin,2009)
Saat ini kebanyakan parfum dikontruksi sesuai dengan bau yang diinginkan.
Dengan analisis kromatografi gas, komponen bau utama dari minyak atsiri dapat
diidentifikasi. Setelah komponen bau utama diketahui, dilakukan sintesis secara
kimia. Ada 4 jenis parfum, yaitu : (Anton et al, 2008)
1. Parfum ekstrak
Berkonsentrat dan paling halus diantara keempat tipe parfum . Biasanya terdiri
dari 20-40% konsentrart bahan wewangian, tentu menjadi yang paling mahal
harganya
15
16
Wangi EDP biasanya mulai menghilang setelah beberapa jam, tapi jejak
wanginya masih aka nada dalam jangka waktu 24 jam. EDP cocok jika anda butuh
wangi yang tahan seharian. Parfum ini kandungan alkoholnya rendah dengan kadar
essence yang paling tinggi diantaranya jenis parfum yang lain.
Wanginya hanya bertahan sebentar, dan biasanya terdiri dari 2-4% konsetrat bahan
wewangian. Wewangian ini jenis wewangian yang ringan dan standar dengan kadar
EDT terdiri dari 4-8% konsetrat.Wangi EDT bertahan untuk beberapa waktu
lamanya , tapi paling cocok digunakan untuk waktu malam dimana penggunaannya
tidak lama.
6. Perfume mist
16
17
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Alat
Terdiri dari set alat sokhlet, destilasi uap air, timbangan, dan alat-alat gelas yang
umum digunakan.
3.2 Bahan
3.2.1 BahanTumbuhan
Bahan penelitian yang digunakan adalah akar wangi dari tanaman akar wangi
(Vetiveria zizanoides L Nash) dari Garut.
Bahan kimia yang digunakan adalah n-heksan, etanol, eter, kloroform, amil
alkohol, FeCl3 1%, serbuk Mg, HCl 2N, Pereaksi mayer, dragendorff, Libermann-
Burchard, KOH 5%, vanillin-asamsulfat, gelatine 1%, alcohol:hcl (1:1).
17
18
a) Sortasi Basah
Sortasi basah dilakukan untuk memisahkan kotoran-kotoran atau bahan asing
lainnya dari simplisia.Seperti tanah, kerikil, rumput batang serta pengotor lainnya.
(Depkes, 1985)
b) Pencucian Simplisia
Pencucian simplisia dilakukan untuk menghilangkan tanah dan pengotor lainnya
yang melekat pada bahan simplisia. Pencucian bisa dilakukan dengan menggunakan
air yang berasal dari mata air, air sumur, atau air PAM
c) Perajangan
Perajangan bahan simplisia dilakukan untuk mempermudah proses pengeringan,
pengepakan dan penggilingan
d) Pengeringan
Proses pengeringan simplisia bertujuan untuk mendapatkan simplisia yang tidak
mudah rusak, sehingga dapat disimpan dalam waktu yang lebih lama, dengan
menurunkan kadar air yang terkandung dalam bahan
e) Sortasi Kering
Sortasi kering dilakukan untuk memisahkan benda-benda asing seperti bagian-
bagiantanaman yang tidak diinginkan dan pengotor-pengotor lain yang masih ada
tertinggal pada simplisia kering
18
19
19
20
Dilakukan dengan cara mengamati bentuk, warna, rasa, dan bau dari simplisia
akar wangi.
a. Pengujian Alkaloid
Simplisia dibasakan dengan ammonia encer digerus dalam mortar kemudian
ditambah beberapa mL kloroform sambil terus digerus. Lalu saring, filtrate dikocok
dengan asam klorida 2N. Lapisan asam dipisahkan, kemudian dibagi 3 bagian.
Bagian pertama sebagai blanko, bagian kedua ditetesi dengan pereaksi mayer,
kemudian diamati ada tidaknya endapan, bagian ketiga ditetesi dengan pereaksi
dragendorrf kemudian diamati ada tidaknya endapa nberwarna jinggacoklat.
(Fransworth, 1966)
Bagian kedua ditambahkan dengan gelatin 1%. Adanya endapan putih menunjukan
bahwa dalam simplisia terdapat tannin.
c. Pengujian Flavonoid
Simplisia digerus dalam mortar dan dipanaskan dengan air diatas penangas air,
kemudian disaring. Filtrate yang dihasilkan dimasukkan kedalam tabung reaksi.
Setelah itu, ditambahkan serbuk Zn, larutan alcohol asam klorida (1:1) dan amil
alcohol. Kemudian campuran dikocok kuat.Adanya flavonoid akan menyebabkan
filtrate berwarna merah, kuning atau jingga yang dapat ditarik oleh amil alcohol.
d. Pengujian Saponin
Diatas tangas air, dalam tabung reaksi, simplisia dicampur dengan air dan
dipanaskan beberapa saat, kemudian disaring. Setelah dingin filtrate dalam tabung
reaksi dikocok kuat selama lebih kurang 30 detik. Pembentukan busa sekurang-
kurangnya tinggi 1 cm dan persisten selama beberapa menit serta tidak hilang pada
penambahan 1 tetes asam klorida encer menunjukan bahwa dalam simplisia terdapat
saponin.
e. Pengujian Kuinon
Simplisia digerus dan dipanaskan dengan air, kemudian disaring. Filtrate ditetesi
NaOH. Terbentuknya warna kuning hingga merah menunjukkan adanya senyawa
sekelompok kuinon.
21
22
22
23
Rangka ialat destilasi uap air. Filtrate hasil sokhletasi disimpan pada
rangkaian alat destilasi. Uap dan pelarutakan mengalir melalui filtrate yang akan
disuling dan membawa minyak atsiri ke kondensor, yaitu bagian ala tpenyuling yang
mengalir kan uap melalui sebuah pipa dan pipa ini akan melewati tabung yang berisi
air, sehingga terjadi proses pendinginan dan kondensasi (pencairan uap air). Cairan
hasil kondensasi yang terdiri dari n-heksan ditampung pada erlenmeyer, sedangkan
minyak atsiri tertampung pada labu yang berada di heating mantel. Hitung rendemen
minyaka atsiri.
x 100%
23
24
keterangan :
W3 = bobotpiknometer + minyakatsiri
Kromatografi lapis tipis dilakukan dengan cara menotolkan minyak atsiri pada
base line yang ada pada plat klt GF254 yang kemudian dielusi menggunakan eluen
yang cocok pada chamber.
3.7.1 Formula
24
25
Dalam pembuatan parfum ada beberapa alat dan bahan yang perlu disiapkan
seperti botol parfum, injector, gelas ukur, labu ukur, minyak akar wangi (Vetiveria
zizanioides), minyak bergamot, minyakkayucendana, ekstrak “civet” 5 %, derris
Resin/fixtrin, alkohol 90 %. Pertama yang perludilakukan yaitu, bersihkan botol
parfum,injector, gelas ukur dan labu ukur menggunakan alkohol 90 %, kemudian
masukan 10 % minyak atsiri akar wangi (Vetiveria zizanioides) kedalam labu ukur
dan tambahkan 10 mL minyak bergamot, 1 mL minyakkayucendana, 5 mL
ekstrak“civet” 5 %, 4 mL danderris Resin/fixtrinlalu ad dengan 100 mL alkohol
90% , kemudian homogenkan, setelah homogen masukan kedalam botol parfum dan
kemas.
a. Uji Speraedibility
Kertas saring disiapkan lalu satu tetes parfum dituang keatas kertas saring. Tetesan
diamati diameter, bau, dan warna yang terbentuk.
b. Uji Spot
Kertas saring disiapkan lalu satu tetes parfum dituang. Kemudian dijemur di
bawah sinar matahari selama 10 menit. Hasil tetesan diamati (diameter, bau, warna).
c. Uji Kelekatan
Prosedur awal sama seperti uji spot, lalu hasil tetesan dicelupkan kedalam aquades
selama 5 menit dan dikeringkan kembali. Hasil diamati terhadap bau dan perubahan
bau, warna dan perubahan warna, serta dibandingkan hasilnya dengan uji spot.
25
26
f. Uji Kesegaran
Rasa segar yang dihasilkan parfum diamati, kemudian diberikan skor terhadap
kesegaran yang dirasakan (dengan skala yang telah ditentukan).
26
27
Uji spraedibility
Uji spot
Uji kekentalan
Uji daya tahan wangi
Uji intensitas bau
Uji kesegaran
27
28
DAFTAR PUSTAKA
Burr C. 2008. The Perfect Scent: A Year Inside the Perfume Industry in Paris & New
York. Henry Holt and Co. ISBN 9N78-0-8050-8037-7.
Champagnat,P,., Annie H., Andre ìe C., Didiet F., Andre P.C., Jean L.L., 2008.
Flavonoids from Vetiveria zizanioides and Vetiveria nigritana (Poaceae).
Biochemical Systematics and Ecology, 36, 68-70.
Danha, L.T., Mamucari ., Truog, P., Foester,N., 2009. Response surface method
applied to supercritical carbon dioxide extraction of Vetiveria zizanioides
essential oil. Engineering Journal, 155, 617-626.
Departemen Kesehatan RI. (2013). Suplemen III Farmakope Herbal Indonesia, Edisi
I. Jakarta: Departemen Kesehatan RI.
28
29
Henderson,G., Mao, L., Vaugn,J.A., 2006. Vetiver oil and nootkatone effects on the
growth of pea and citrus. Industrial Crops and Products, 23,327—332
Ketaren, S . 1985. Pengantar Teknologi Minyak Atsiri. Jakarta : Penerbit Balai Pustak
a.
29