Disusun oleh :
Kelompok 1
Kelas G2
JAKARTA
2023
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tanah Indonesia kaya akan berbagai jenis tanaman rempah-rempah. Kekayaan alam
akan berbagai tanaman hayati, telah menempatkan Indonesia sebagai salah satu negara
pengekspor rempah-rempah terbesar di dunia sampai Sekarang disamping India dan Cina.
Pemerintah mengakui rempah-rempah merupakan salah satu bahan ekspor non migas yang
paling stabil dan sebagai salah satu penyumbang devisa negara cukup besar. Hal ini teruji
pada sat krisis moneter tahun 1998 rempah-rempah merupakan komoditas ekspor Indonesia
yang paling menguntungkan. Berdasarkan data tersebut Indonesia menjadikan rempah-
rempah sebagai salah satu topik penelitian unggulan saat ini.
Minyak yang terdapat di alam dibagi menjadi tiga golongan besar, yaitu: minyak mineral
(mineral oil), minyak yang dapat dimakan (edible fat) dan minyak atsiri (essential oil).
Minyak atsiri dikenal juga dengan nama minyak teris atau minyak terbang (volatile oil) yang
dihasilkan oleh tanaman. Indonesia merupakan penghasil sejumlah minyak atsiri seperti
sereh, minyak kayu cendana, minyak daun cengkeh, minyak kenanga, minyak akar wangi,
minyak nilam dan sebgainya. Sebelum Perang Dunia ke II, bahkan hingga sekarang Indonesia
menduduki peringkat tertinggi dalam perdagangan untuk sejumlah minyak atsiri.
Meskipun banyak jenis minyak atsiri yang bisa diproduksi di Indonesia, baru sebagian kecil
jenis minyak atsiri yang telah berkembang dan sedang dikembangkan di Indonesia.
B. Tujuan Praktikum
Setelah melakukan percobaaan ini diharapkan praktikan akan mampu :
a) Mengidentifikasi bahan-bahan alami nabati yang mengandung minyak atsiri secara
organoleptik,mikroskopik,kimiawi
b) Mengidentifikasi dan mengetahui kemurnian minyak atsiri tertentu secara kimia
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Minyak atsiri adalah zat berbau yang terkandung dalam tanaman. Minyak ini disebut juga
dengan minyak menguap, minyak eteris, atau minyak esensial karena pada suhu biasa atau
suhu kamar mudah menguap di udara terbuka. Istilah esensial dipakai karena minvak atsiri
mewakili bau dari tanaman asalnya. Dalam keadaan segar dan muni tapa pencemar, minyak
atsiri umumnya tidak berwama. Namun pada penyimpanan lama minyak atsiri dapat
teroksidasi dan membentuk resin serta warnanya berubah menjadi lebih tua (gelap). Untuk
mencegah supaya tidak berubah warna, minyak atsiri dihindarkan dari pengaruh cahaya,
misalnya disimpan dalam bejana gelas yang berwarna gelapdan, ditutup rapat, serta disimpan
ditempat yang kering dan sejuk (Gunawan dan Mulyani, 2004).
Secara kimia, minyak atsiri bukan merupakan senyawa tunggal tetapi tersusun dari berbagai
macam komponen yang secara garis besar terdiri dari kelompok terpenoid dan fenil propana.
Melalui asal usul biosintetik, minyak atsiri dapat dibedakan menjadi:
Turunan terpenoid yang terbentuk melalui jalur biosintetis asam asetat mevalonat. Terpenoid
berasal dari senyawa sederhana yang disebut isoprena.
Turunan fenil propanoid yang merupakan senyawa aromatik, terbentuk melalui jalur
biosintesis asam sikimat. Fenil propanoid merupakan gabungan inti benzena (fenil) dan
propana (Gunawan dan Mulyani, 2004).
Minyak atsiri tersusun oleh bermacam-macam komponen senyawa. Memiliki bau khas,
umumnya bau ini mewakili bau tanaman asalnya. Bau minyak atsiri satu dengan yang lainnya
berbeda-beda tergantung dari macam dan intensitas bau dari masing-masing komponen
penyusunnya. Minyak atsiri mempunyai rasa getir, kadang-kadang berasa tajam, menggigit,
memberi kesan hangat sampai panas atau justru dingin ketika terasa sampai di kulit
tergantung dari jenis komponen penyusunnya. Keadaan murni atau belumtercemar oleh
senyawa lain, sifat minyak atsiri mudah menguap pada suhu kamar sehingga bila diteteskan
pada selembar kertas maka ketika dibiarkan menguap, tidak meninggalkan bekas noda pada
benda yang ditempel. Bersifat tidak bisa disabunkan dengan alkali dan tidak bisa berubah
menjadi tengik (rancid). Ini berbeda dengan minyak lemak yang tersusun oleh asam-asam
lemak (Gunawan dan Mulyani, 2004).
Minyak atsiri bersifat tidak stabil terhadap pengaruh lingkungan, baik pengaruh oksigen
udara, sinar matahari, dan panas karena terdiri dari berbagai macam komponen penyusun.
Indeks bias umumnya tinggi, Umumnya bersifat optis aktif dan memutar bidang polarisasi
dengan rotasi yang spesifik karena banyak komponen penyusun yang memiliki atom C
asimetrik.Umumnya tidak dapat bercampur dengan air, tetapi cukup dapat larut hingga dapat
memberikan baunya kepada air walaupun kelarutannya sangat kecil tetapi sangat mudah larut
dalam pelarut organik (Gunawan dan Mulyani, 2004).
Minyak atsiri terkandung dalam berbagai organ, seperti di dalam rambut kelenjar (pada
famili Labiatae), didalam sel-sel parenkim (misalnya famili Piperaseae), di dalam saluran
minyak yang disebut vittae(famili Umbelliferae), didalam rongga-rongga skizogen dan
lisigen (pada famili
Pinaceae dan Rutaceae), terkandung dalam semua jaringan (pada familli Coniferae). Pada
bunga mawar, kandungan minyak atsiri terbanyak terpusat pada mahkota bunga, pada kayu
manis (sinamon) banyak ditemui di kulit batang (korteks), pada famili Umbelliferae banyak
terdapat dalam perikarp buah, pada Menthaesp. Terdapat dalam kelenjar batang dan daun,
serta pada jeruk tetdapat dalam kulit buah dan dalam helai daun (Gunawan dan Mulyani,
2004).
Minyak atsiri dapat terbentuk secara langsung oleh protoplasma akibat adanya penguraian
lapisan resin dari dinding sel atau oleh hidrolisis dari glikosida tertentu. Peranan paling utama
dari minyak atsir terhadap tumbuhan itu sendiri adalah sebagai pengusir serangga (mencegh
daun dan bunga rusak) serta sebagai pengusir hewan pemakan daun lainnya. Namun
sebaliknya minyak atsiri juga berfungsi sebagai penarik serangga guna membantu terjadinya
penyerbukan silang dari bunga (Gunawan dan Mulyani, 2004).
Untuk memeriksa minyak atsiri perlu melakukan suatu analisis Sebagai standar, dapat
menggunakan minyak atsiri yang sama, yang kualitasnya baik. Analisis dapat dilakukan
sendiri atau dilakukan di laboratorium.
a. Warna Bila minyak atsiri telah dibebaskan dari air, biasanya tampak
jernih tidak berwarna, kehijauan, atau kekuningan, tergantung dari tumbuhan asal, metode,
dan alat penyulingnya. Biasanya, orang yang sudah lama berkecimpung dalam perdagangan
minyak atsiri dapat segera mengetahui adanya pemalsuan tau penambahan bahan asing hanya
dengan melihat warna minyak atsiri
atsiri yang dihasilkan pada ujung dari suatu strip blotting paper (dapat pula digunakan kertas
saring tebal) yang merupakan suatu lembaran tipis dengan panjang kira kira 10cm dan lebar 1
cm. gunakan dua strip kertas. Pada jung strip kertas yang lain, diteteskan minyak dengan
kualitas yang baik (minyak yang digunakan sebagai standar). Kedua keitas itu dipegang
dalam posisi bersilang, kemudian bandingkan baunya. Minyak atsiri dengan kualitas yang
sama akan memberikan bau yang serupa(Koensoemardiyah, 2010). Pemeriksaan sifat-sifat
fisika dan kimia perl dilakukan selain pemeriksaan organoleptis. Tentu saja, hal tersebut
dilakukan di laboratorium. Pemeriksaan fisika yang biasa dilakukan adalah berat jenis, rotasi
optik, kelarutan dalam alkohol cair, dan indeks bias. Pemeriksaan kimia yang dilakukan
untuk mengetahui keseluruhan kandungan minyak atsiri biasanya menggunakan alat yang
disebut "kromotografi gas-spektrometri massa". Alat tersebut hanya dimiliki oleh
laboratorium atau industri yang cukup besar. Dari pemeriksaan yang dilakukan, akan
diperoleh data-data hasil pengukuran yang berupa "spektra". Melalui spektra tersebut,
seorang ahli dapat mengetahui kandungan apa saja yang ada dalam minyak atsiri
(Koensoemardiyah, 2010).
Minyak atsiri umumnya disolasi dengan empat metode yang lazim digunakan sebagai
berikut:
1. Metode Destilasi
Metode destilasi terhadap bagian tanaman yang mengandung minyak. Dasar dari metode ini
adalah memanfaatkan perbedaan titik didih.
Metode destilasi kering (langsung dari bahannya tapa menggunakan air). Metode ini paling
sesuai untuk bahan tanaman yang kering dan untuk minyak-minyak yang than pemanasan
(tidak mengalami perubahan bau dan warna sat dipanaskan), misalnya oleoresin dan copaiba.
b. Destilasi air, meliputi destilasi air dan uap air dan destilasi up air langsung. Metode ini
dapat digunakan untuk bahan kering maupun bahan segar dan terutama digunakan untuk
minyak-minyak yang kebanyakan dapat rusak akibat panas kering. Seluruh bahan dihaluskan
kemudian dimasukkan kedalam bejana yang bentuknya mirip dandang. Dalam metode ini ada
beberapa versi perlakuan :
2) Bahan tanaman langsung masuk air, tetapi tidak direbus. Dari bawah dialirkan up air
panas.
3) Bahan tanaman ditaruh di bejana bagian atas, sementara up air dihasilkan air mendidih dari
bawah dandang.
4 Bahan tanaman ditaruh dalam bejana tanpa air dan disempurkan uap air dari luar bejana
2. Metode Penyarian
Metode penyarian digunakan untuk minyak-minyak atsiri yang tidak tahan pemanasan,
seperti cendana. Kebanyakan dipilih metode ini karena kadar minyaknya di dalam tanaman
sangat rendah/ kecil. Bila dipisahkan dengan metode lain, minyaknya akan hilang selama
proses pemisahan. Pengambilan minyak atsiri menggunakan cara in diyakini sangat efektif
karena sifat minyak atsir yang larut sempurna di dalam bahan pelarut organik nonpolar.
Metode penyarian dengan menggunakan pelarut penyari yang cocok. Dasar dari metode in
adalah adanya perbedaan kelarutan. Minyak atsiri sangatmudah larut dalam pelarut organik
dan tidak larut dalam air.
Metode pengepresan/ pemerasan dilakukan terutama untuk minyak-minyak atsiri yang tidak
stabil dan tidak than pemanasan seperti minyak jeruk (citrus). Juga terhadap minyak-minyak
atsiri yang bau dan warnanya berubah akibat pengaruh pelarut penyari. Metode ini hanya
cook untuk minyak atsir yang rendemennya relatif besar atau cukup besar. Bila tidak,
nantinya akan habis di dalam proses.
4. Metode enfleurage
Metode enfleurage adalah metode penarikan bau minyak atsiri yang diletakkan pada media
lilin. Metode ini digunakan karena diketahui ada beberapa jenis bunga yang setelah dipetik,
enzimnya mash menunjukkan kegiatan dalam menghasilkan minyak atsiri sampai beberapa
hari/ minggu, misalnya bunga melati, Jasminum sambac, sehingga perlu perlakuan yang tidak
merusak aktivitas enzim tersebut secara lanngsung. Caranya adalah dengan menaburkan
bunga di hamparan lapisan lilin dalam sebuah kaki besar (1 m × 2 m) dan ditumpuk-tumpuk
menjadi beberapa tumpukan baki yang saling menutup rapat. Baki-baki berlapis lilin tersebut
dieramkan, dibiarkan menyerap bau bunga sampai beberapa hari/ minggu. Setiap kali bunga
yang sudah habis masa kerja enzimnya diganti dengan bunga segar.
Demikian seterusnya hingga dihasilkan lilin yang berbau harum (dalam perdagangan dikenal
sebagai pomade). Selanjutnya, pomade dikerok dan diekstraksi menggunakan etanol seperti
lazimnya proses ekstrasi biasa (Gunawan dan Mulvani, 2004). Cara in memanfaatkan
aktivitas enzim yang diyakini masih terus aktif selama sekitar 15 hari sejak bahan minyak
atsiri dipanen.
Tidak satupun minyak atsiri tersusun dari senyawa tunggal, tetapi merupakan
campuran komponen yang terdiri dari tipe-tipe yang berbeda.
Berdasarkan car isolasinya, komponen penyusun minyak atsiri dapat dibedakan menjadi
beberapa kelompok seperti berikut.
bertingkat.
Dengan pesatya kemajuan instrumentasi analitik, telah dapat dilakukan identifikasi yang teat
atas komponen-komponen penyusun minyak atsiri, termasuk konstituen runutannya. Minyak
atsiri sebagian besar terdiri dari senyawa terpena, yaitu senyawa produk alami yang
strukturnya dapat dibagi ke dalam satuan-satuan isoprena. Satuan-satuan isoprena (C;Hs) ini
rantai bercabang lima satuan atom karbon yang menandung 2 ikatan rangkap (Gunawan dan
Mulvani, 2004).
Indonesia terletak di daerah tropis yang banyak ditumbuhi tanaman yang mengandung
minyak atsiri. Beberapa diantaranya adalah minyak nilam, minyak patchouli, minyak kayu
manis, minyak cendana (sandalwood). minyak bunga kenanga, minya kayu putih, minyak
adas, minyak daun jeruk purut, minyak serai, minyak jahe, dan minyak melati. Minyak atsiri
yang kini mulai dikenal adalah minyak lajaguya ( dari tanaman jahe-jahean yang disebut
sebagai Alpinia Malaccensis). Tanaman tersebut semula tidak begitu diperhatikan, tetapi kin
banyak dicari karena minyak hasil penyulingan rimpangnya mulai diperdagangkan. Selain
itu, ada pula minyak kemukus dan beberapa jenis minyak lainnya. Jumlahnya semakin
bertambah karena masih banyak lagi tanaman penghasil minyak atsiri yang baru
(Koensoemardiyah, 2010). Komponen minyak atsiri adalah senyawa yang bertanggung jawab
atas bau dan aroma yang karateristik serta sifat kimia dan fisika minyak.
Demikian pula peranannya sangat besar dalam menentukan khasiat suatu minyak atsiri
sebagai obat. Atas dasar perbedaan komponen penyusun tersebut maka minyak atsiri dibagi
menjadi beberapa golongan sebagai berikut.
a. Minyak Terpentin
Minyak terpentin diperoleh dari tanaman-tanaman bermarga pinus (famili Pinaceae) yang
terbagi dalam 80-90 jenis. di antara jenis-jenis pinus tersebut yang penting da lam
perdagangan antara lain Pinus palustris Miller yang tumbuh di daerah Amerika Selatan dan
Amerika Tenggara, Pinus maritima Lamarck yang tumbuh di daerah Perancis, Pinus
longifolia Roxb. tumbuh di Pakistan dan India, serta Pinus merkusii L. tumbuh di Indonesia.
Cara pengambilan terpentin pada umummya disadap dari batang pohonnya. Setiap sayatan
pada lokasi di batang poon mampu mengahasilkan batang terpentin selama kurang lebih 4
tahun sebelum kemudian pindah kesayatan di tempat lain pada batang yang sama
Aliran sadapan dapat dipercepat dengan cara pemberian rangsangan pada daerah sayatan.
Perangsang berupa asam sulfat 50% yang merupakan hormon tanaman tau pembunuhan
biakan Fusarium sp.
Komponen terpentin sebagian besar berupa asam-asam resin (hingga 90%), ester-ester dari
asam-asam lemak, dan senyawa inert yang netral disebut resena. Sebelum diolah, terpentin
mengandung asam (+)-pimarat dan asam (-)-pimarat. Namun setelah didistilasi, asam (-)-
pimarat mengalami perubahan isomerik menjadi asam abietat dan pada pemanasan lebih
lanjut berubah menjadi asam neo-abietat yang berbau khas.
Terpentin yang dimurnikan adalah minyak atsir yang didestiasi dari oleoresin hasil sadapan
pohon pinus dan telah dimurnian dengan alkali encer untuk menghilangkan tapak-tapak fenol
dan asam-asam resin. Terpentin in berupa cairan tak berwarna dengan bau khas dan rasa
menggigit. Terpentin larut dalam alkohol, eter, kloroform, dan asam asetat glasial. Terpentin
bersifat optis akti dengan pemutaran bidang polarisasi bervariasi, tergantung dari spesies
pohon yang menghasilkannya. Minyak terpentin terutama terdiri dari (+) dan (-)-a-pinena, b-
pinena, serta kamfena. Di udara terbuka, terpentin cenderung teroksidasi membentuk
kompleks resin yang berwarna lebih gelap.
Kegunaan terpentin dalam farmasi adalah sebagai obat luar, melebarkan pembuluh darah
kapiler, dan merangsang keluarnya keringat. Terpentin jarang digunakan sebagai obat dalam.
b. Oleum cubebae
Oleum cubebae adalah minyak atsiri yang diperoleh dari hasil penyulingan buah Piper cubeba
Linn. (Kemukus, famili Piperaceae) yangdisimpan dalam botol gelap tertutup rapat ditempat
sejuk, dan terlindung dari cahaya. Oleum cubebae dengan bau khas kemukus tidak boleh
berwarna atau sedikit hijau sampai kekuning-kuningan. Bobot jenis Oleum cubebae pada
suhu 25°C adalah 0,905-0,925, larutan dalam alkohol menunjukkan reaksi netral dalam
lakmus.
Minyak pipermen merupakan minyak atsiri alkohol yang penting di antara minyak atsiri
alkohol yang lain. Minyak in dihasilkan oleh daun tanaman Mentha piperita Linn. (nama
daerah: poko, famili Labiatae). Tanaman in merupakan herba menahun yang asli dari Eropa.
Kini banyak ditemui di daerah dataran tinggi pegunungan Lawu Tawangmangu, Solo. Jenis
yang berasal dari Jepang adalah Mentha avensis Linn. Var. Piperacens. Kegunaan dari
minyak pipermen antara lain stomachicum, karminativum, kholagoga, dan emenagogum.
Juga untuk korigen odoris dan pelengkap ramuan obat batuk karena sifatnya sebagai sebagai
ekspektora.
Minyak adas merupakan minyak atsiri eterfenol. Berasal dari hasil penyulingan buah
Pimpinella anisum atau dari Foeniculum vulgare (famili Apiaceae dan Umbelliferae). Minyak
adas produksi lokal digunakan sebagai campuran jamu tradisional. Buah dipanen dengan cara
dipetik hati-hati bersama tangkainya, lalu disabetkan ke sebuah papan supaya buah rontok.
Selanjutnya, buah dikeringkan di bawah sinar matahari dengan ditutup kain hitam. Minyak
adas digunakan dalam pelengkap seddiaan obat batuk, sebagai korigen odoris untuk menutup
bau tidak enak pada sediaan farmasi dan bahan parfum (Gunawan dan Mulyani, 2004).
Sirih (Piper betle L.) termasuk tanamanobat yang sering digunakan, dikarenakan khasiatnya
menghentikan pendarahan,sariawan, gatal-gatal dan lain-lain. Ekstrak daunsirih digunakan
sebagai obat kumur dan batuk.Ekstrak daun sirih juga berkhasiat sebagaiantijamur pada kulit.
Khasiat obat inidikarenakan senyawa aktif yang dikandungnyaterutama adalah minyak atsiri
(Noorcholies, etal., 1997; Heyne, 1987; Moeljatno, 2003).
Minyak atsiri dari daun sirih terdiri dari kavikol, eugenol, dan sineol, dilihat dari strukturnya
senyawa-senyawa tersebut tidak atau kurang larut dalam pelarut polar, schingga pada
fraksinasi digunakan pelarut non polar dan semi polar. Sat ini data mengenai aktivitas
tanaman obat lebih banyak didukung oleh pengalaman, belum sepenuhnya dibuktikan secara
ilmiah. Guna pemeliharaan dan pengembangan tanaman obat maka diperlukan adanya
penggalian, penelitian, pengujian, dan pengembangan obat tradisional, tidak terkecuali sirih
yang cukup terkenal sebagai obat mujarab itu (Noorcholies, et al., 1997; Moeljatno, 2003).
Berdasarkan uji pendahuluan yang dilakukan diketahui bahwa minyak atsiri dapat meredam
radikal bebas melalui uji aktivitas peredaman radikal bebas secara UV-Tampak yaitu sebesar
81,91% (Parwata, 2009)
Dari sekian banyak minyak atsiri diatas yang selama in mulai tidak dikembangkan adalah
minyak atsiri serai wangi, karena untuk mendapatkan minyak atsiri tersebut menggunakan
hydro destillation dan steam destilation membutuhkan waktu yang relatif lama yaitu sekitar
4-7 jam. Serai wangi selama ini masih mendominasi dan lebih umum diambil minyaknya
dibanding golongan serai lainnya (Feriyanto, 2013).
Minyak atsiri digunakan sangat banyak, tergantung dari jenis tumbuhan yangdiambil
hasil sulingannya. Minyak atsiri digunakan sebagai bahan baku dalam perisa maupun
pewangi (flavour and fragrance ingredients). Industri kosmetik dan parfum menggunakan
minyak atsiri kadang sebagai bahan pewangi pembuatan sabun, pasta gigi, samphoo, lotion
dan parfum. Industri makanan menggunakan minyak atsiri setelah mengalami pengolahan
sebagai perisa atau menambah cita rasa. Industri farmasi menggunakannya sebagai obat anti
nyeri, anti infeksi, pembunuh bakteri. Fungsi minyak atsiri sebagai fragrance juga digunakan
untuk menutupi bau tak sedap bahan-bahan lain seperti obat pembasmi serangga yang
diperlukan oleh industri bahan pengawet dan bahan insektisida(Gunawan, 2009).
BAB III
METODE PRAKTIKUM
C. Prosedur Kerja
1) Uji Sebar
1 tetes minyak atsiri diatas permukaan + 5 ml aquadest amati (tersebar / tidak)
2) Uji Noda
1 tetes minyak atsiri pada kertas saringamati (transparan / noda)
3) Uji Volume
1 ml minyak atsiri pada gelas ukur 5 ml + NaCl jenuh 1 ml (kocok) amati volume
4) Uji Kelarutan
1 tetes minyak atsiri + 1-20 tetes pelarut ( etanol 90 %, PE, Kloroform)ukur
kelarutan pada tetes ke berapa
5) Uji Reduksi
1 ml minyak atsiri + 1 ml NaOH 1 N amati perubahan volume
6) Uji Ozason
1 tetes minyak kayu manis + 2 tetes fenilhidrazin HCl amati pada mikroskop
7) Uji Eugenol
1 tetes minyak cengkeh + 1 tetes NaOH 3 % + KBR
1 tetes minyak cengkeh + 1 tetes FeCl3 amati kristal pada mikroskop
BAB IV
A. HASIL PERCOBAAN
Minyak Atsiri Uji Sebar Uji Noda Uji Volume Uji Uji Reduksi
Kelarutan
Minyak Negatif Positif Positif Etanol : Positif
Cengkeh Tidak Transparan Volume tetap larut 10 tts volume berkurang
menyebar Kloroform : volume awal :
larut 16 tts 2 ml
PE : Volume akhir :
tidak larut 1,8 ml
Minyak Mawar Positif Positif Positif Etanol : Positif
Menyebar Transparan Volume tetap larut 5 tts Volume berkurang
Kloroform : volume awal :
larut 10 tts 2 ml
PE : Volume akhir :
Larut 10 tts 10,1 ml
Minyak Adas Negatif Positif Positif Etanol : Positif volume
Tidak Transparan Volume tetap larut 10 tts berkurang
menyebar Kloroform : volume awal :
larut 5 tts 2 ml
PE : Volume akhir :
Larut 10 tts 1,9 ml
Minyak Positif Positif Positif Etanol : Positif volume
Lavender Menyebar Transparan Volume tetap larut 10 tts berkurang
Kloroform : volume awal :
larut 10 tts 2 ml
PE : Volume akhir :
Larut 10 tts 1,8 ml
Minyak Jeruk Positif Positif Positif Etanol : Positif volume
Menyebar Transparan Volume tetap larut 15 tts berkurang
Kloroform : volume awal :
larut 5 tts 2 ml
PE : Volume akhir :
Larut 20 tts 1,9 ml
Minyak Kayu Positif Positif Positif Etanol : Positif volume
Putih Menyebar Transparan Volume tetap larut 10 tts berkurang
Kloroform : volume awal :
Tidak larut 2 ml
PE : Volume akhir :
Larut 10 tts 1,9 ml
B. PEMBAHASAN
Minyak Atsiri, atau dikenal juga sebagai Minyak Eteris (Aetheric Oil),
Minyak Esensial, Minyak Terbang, serta Minyak Aromatik, adalah kelompok besar
minyak nabati yang berwujud cairan kental pada suhu ruang namun mudah menguap
sehingga memberikan aroma yang khas. Minyak Atsiri merupakan bahan dasar dari
wangi-wangian atau minyak gosok (untuk pengobatan) alami. Di dalam perdagangan,
sulingan Minyak Atsiri dikenal sebagai bibit minyak wangi.
Minyak atsiri (minyak esensial) adalah komponen pemberi aroma yang
dapat ditemukan dalam berbagai macam bagian tumbuhan. Istilah esensial dipakai
karena minyak atsiri mewakili bau tanaman asalnya. Dalam keadaan murni tanpa
pencemar, minyak atsiri tidak berwarna.Namun pada penyimpanan yang lama, minyak
atsiri dapat teroksidasi dan membentuk resin serta warnanya berubah menjadi lebih tua
(gelap). Untuk mencegah supaya tidak berubah warna, minyak atsiri harus terlindungi
dari pengaruh cahaya, misalnya disimpan dalam bejana gelas yang berwarna gelap .Bejana tersebut
juga diisi sepenuh mungkin sehingga tidak memungkinkan hubungan langsung dengan
udara, ditutup rapat serta disimpan di tempat yang kering dan sejuk.
Minyak atsiri adalah minyak yang dihasilkan dari jaringan tanaman
tertentu, seperti akar, batang, kulit, bunga, daun, biji dan rimpang. Minyak ini bersifat
mudah menguap pada suhu kamar (250C) tanpa mengalami dekomposisi dan berbau
wangi sesuai dengan tanaman penghasilnya, serta umumnya larut dalam pelarut organik
tetapi tidak larut dalam air (Gunther, 1990).
Minyak atsiri bersifat mudah menguap karena titik uapnya rendah. Selain
itu, susunan senyawa komponennya kuat memengaruhi saraf manusia (terutama di
hidung) sehingga seringkali memberikan efek psikologis tertentu. Setiap senyawa
penyusun memiliki efek tersendiri, dan campurannya dapat menghasilkan rasa yang
berbeda. Karena pengaruh psikologis ini, minyak atsiri merupakan komponen penting
dalam aromaterapi atau kegiatan-kegiatan liturgi dan olah pikiran/jiwa, seperti yoga
atau ayurveda.
3) Indeks Bias
Indeks bias suatu zat adalah perbandingan kecepatan cahaya dalam
udara dengan kecepatan cahaya dalam zat tersebut. Penentuan indeks bias
menggunakan alat Refraktometer. Prinsip penggunaan alat adalah penyinaran
yang menembus dua macam media dengan kerapatan yang berbeda, kemudian
terjadi pembiasan (perubahan arah sinar) akibat perbedaan kerapatan media.
Indeks bias berguna untuk identifikasi suatu zat dan deteksi ketidakmurnian
(Guenther, 1987).
Semakin banyak kandungan airnya, maka semakin kecil nilai indek
biasnya. Ini karena sifat dari air yang mudah untuk membiaskan cahaya yang
datang. Jadi minyak atsiri dengan nilai indeks bias yang besar lebih bagus
dibandingkan dengan minyak atsiri dengan nilai indeks bias yang kecil. Selain itu,
semakin tinggi kadar patchouli alcohol maka semakin tinggi pula indeks bias
yang dihasilkan.
Hal ini disebabkan karena penguapan minyak dari bahan berukuran kecil
berlangsung lebih mudah sehingga fraksi berat minyaknya lebih banyak terkandung
dalam minyak, yang mengakibatkan kerapatan molekul minyak lebih tinggi dan sinar
yang menembus minyak sukar diteruskan. Semakin sukar sinar diteruskan dalam suatu
medium (minyak) maka nilai indeks bias medium tersebut semakin tinggi.
4) Putaran optic
Setiap jenis minyak atsiri memiliki kemampuan memutar bidang polarisasi
cahaya ke arah kiri atau kanan. Besarnya pemutaran bidang polarisasi ditentukan oleh
jenis minyak atsiri, suhu, dan panjang gelombang cahaya yang digunakan. Penentuan
putaran optik menggunakan alat Polarimeter (Ketaren, 1985).
Berikut ini adalah hasil pengujian minyak atsiri kayu manis, di mana hanya
ukuran bahan yang berpengaruh terhadap nilai putaran optik minyak. Uji BNJ
menunjukkan bahwa ukuran bahan besar menghasilkan putaran optik yang berbeda
sangat nyata dengan ukuran sedang dan kecil.
A. GOLONGAN HIDROKARBON
Persenyawaan yang termasuk golongan ini terbentuk dari unsur Karbon (C) dan
Hidrogen (H). Jenis hidrokarbon yang terdapat dalam minyak atsiri sebagian besar
terdiri dari monoterpen (2 unit isopren), sesquiterpen (3 unit isopren), diterpen (4 unit
isopren) dan politerpen.
KLASIFIKASI MINYAK ATSIRI HIDROKARBON
Hydrocarbon/hidrokarbon memiliki unsur-unsur hidrogen (H) dan karbon (C).
Hidrokarbon terdiri atas senyawa terpene. Jenis hidrokarbon yang terdapat dalam
minyak atsiri sebagian besar terdiri atas:
Komponen hidrokarbon yang dominan menentukan bau dan sifat khas dari
setiap jenis minyak, sebagai contoh minyak jeruk mengandung 90% limonen.
Oxygeneted Hydrocarbon mengandung unsur-unsur karbon (C), hidrogen (H), dan
oksigen (O). Yang termasuk oxygeneted hydrocarbon adalah persenyawaan alkohol,
aldehida, keton, oksida, ester dan eter. Ikatan karbon dalam oxygeneted hydrocarbon
ada yang jenuh dan ada yang tidak jenuh.
Minyak terpentin merupakan salah satu minyak atsiri golongan hidrokarbon
yang dihasilkan diIndonesia dan diekspor sebagai salah satu sumber devisa. Salah satu
komponen utama penyusun minyak terpentin adalah α -pinena yang bervariasi dari 70-
85%. Perlu dilakukan derivatisasi α -pinena sehingga dapat lebih bermanfaat dan
bernilai ekonomi lebih tinggi, misalnya sebagai bahan baku obat-obatan dan parfum.
Pada umumnya minyak terpentin tersusun oleh campuran isomer tidak jenuh,
hidrokarbon monoterpena bisiklis (C10H16) yaitu (a) α-pinena, (b) β-pinena, (c) Δ –
karena, dan (d) d-longifolena.
Minyak terpentin dapat digunakan dalam berbagai macam bidang industri. Kegunaan
minyak terpentin dapat dijelaskan sebagai berikut :
Minyak terpentin dalam industri kimia dan farmasi seperti dalam sintesis
kamfer, terpineol dan terpinil asetat.
Minyak terpentin dapat digunakan sebagai thiner (pengencer) dalam industry cat
dan pernis.
Minyak terpentin juga digunakan dalam industri perekat dan pelarut lilin.
α-Pinena
α-Pinena atau 2,6,6-trimetil bisiklo [3.1.1]-2-heptena dengan rumus molekul C10H16
adalah cairan yang tidak berwarna dengan bau karakteristik seperti terpentin. Rumus
strukturnya terdiri atas dua cincin yaitu siklobutana dan sikloheksena, maka dari itu α-
pinena termasuk bisiklis. α-Pinena merupakan senyawa monoterpena, yaitu senyawa
hidrokarbon tak jenuh yang mempunyai 10 atom karbon dimana satuan terkecil dalam
molekulnya disebut isoprena. α-Pinena mempunyai kegunaan yang penting sebagai
pembuat lilin, sintesis kamfer, pembuatan geraniol dan sebagainya.
IDENTIFIKASI DAN ISOLASI/PREPARASI MINYAK ATSIRI
Salah satu cara identifikasi komponen minyak atsiri adalah dengan
kromatografi gas (GC). Kromatografi gas adalah tehnik pemisahan suatu
persenyawaan yang mudah menguap didasarkan pada distribusi antara dua fasa yaitu
fasa tetap (stationer) dan fasa bergerak (mobil).
Identifikasi kandungan minyak atsiri dari suatu tanaman dapat diketahui
melalui bau dan rasa. Identifikasi secara kimia dapat dilakukan dengan pemberian
satu tetes asam sulfat pekat pada serbuk buah simplisia akan memberi warna ungu
kemerahan.
Ekstraksi. untuk mendapatkan minyak atsiri dapat dilakukan dengan cara
destilasi. Destilasi atau penyuliangan adalah suatu proses penguapan yang diikuti
pengembunan. Destilasi dilakukan untuk memisahkan suatu cairan dari campurannya
apabila komponen lain tidak ikut menguap (titik didih komponen lain jauh lebih
tinggi). Pada metode ini uap air digunakan untuk menyari simplisia dan dengan
adanya pemanasan kecil uap air tersebut menguap kembali bersama minyak menguap
dan dikondensasikan oleh kondensor sehingga terbentuk molekul – molekul air yang
menetes ke dalam corong pisah penampung yang telah diisi dengan air. Penyulingan
dilanjutkan hingga sempurna.
BIOSINTESIS MINYAK ATSIRI HIDROKARBON
Secara umum, biosintesa dari terpenoid dengan terjadinya 3 reaksi dasar yaitu :
Pembentukan isoprene aktif berasal dari asam asetat melalui asam mevalonat
Penggabungan kepala dan ekor dua unit isoprene akan membentuk mono-, sesqui,
di-, sester-, dan poli-terpenoid.
Penggabungan ekor dan ekor dari unit C-15 atau C-20 menghasilkan triterpenoid
dan steroid.
Berdasarkan sifat tersebut, maka minyak atsiri dapat diekstrak dengan 4 macam cara, yaitu :
1. PENYULINGAN
Penyulingan adalah proses pemisahan komponen yang berupa cairan atau
padatan dari dua macam campuran atau lebih, berdasarkan perbedaan titik uapnya dan
proses ini dilakukan terhadap minyak atsiri yang tidak larut dalam air.
Jumlah minyak yang menguap bersama-sama dengan uap air ditentuka oleh 3 faktor,
yaitu :
a. Besarnya tekanan uap yang digunakan.
b. Berat molekul masing-masing komponen dalam minyak
c. Kecepatan minyak yang keluar dari bahan yang mengandung minyak.
Proses penyulingan minyak dapat dipercepat dengan menaikkan suhu dan tekanan
atau dengan menggunakan sistem “ superheated steam “. Akan tetapi hal ini hanya
dapat dilakukan terhadap minyak atsiri yang sukar mengalami dekomposisi pada suhu
yang lebih tinggi.
Ekstraksi minyak atsiri dengan penyulingan mempunyai beberapa kelemahan yaitu :
a. Tidak baik digunakan terhadap beberapa jenis minyak yang mengalami kerusakan
oleh adanya panas dan air
b. Minyak atsiri yang mengandung fraksi ester akan terhidrolisa karena adanya air
dan panas
c. Komponen minyak yang larut dalam air tidak dapat diekstraksi.
d. Komponen minyak yang bertitik didih tinggi yang menentukan bau wangi dan
mempunyai daya fiksasi terhadap bau sebagian tidak ikut tersuling dan tetap
tertinggal dalam bahan.
e. Bau wangi minyak yang dihasilkan sedikit berubah dari bau wangi alamiah.
2. PENGEPRESAN ( pressing )
Ekstrak minyak atsiri dengan pengepresan umumnya dilakukan terhadap
bahan beruba biji, buah atau kulit buah yang dihasilkan dari tanaman yang termasuk
famili citrus, karena minyak dari famili tanaman tersebut akan mengalami kerusakan
jika diekstraksi dengan penyulingan. Akibat tekanan pengepresan, maka sel – sel yang
mengandung minyak akan pecah dan minyak akan mengalir kepermukaan bahan.
Beberapa jenis minyak yang dapat diekstraksi dengan cara pengepresan adalah
minyak “ almond” , “ apricot “, “ lemon “, minyak kulit jeruk, “ mandarin “, “ grape
fruit “ dan beberapa jenis minyak lainnya.
Berdasarkan tipe, maka alat pengepresan ada 2 macam tipe , yaitu hydraulic pressing
dan expeller pressing.
1. Pemilihan pelarut
Salah satu proses yang menentukan keberhasilan proses ekstraksi adalah jenis dan
mutu pelarut yang digunakan. Pelarut yang baik harus memenuhi persyarata sebagai
berikut :
a. Harus dapat melarutkan semua zat wangi dalam bunga secara sempurna, dan tidak
dapat melarutkan bahan seperti lilin, pigmen, senyawa albumin.
b. Mempunyai titik didih yang cukup rendah, agar pelarut mudah diuapkan, namun
titik didih pelarut tersebut tidak boleh terlalu rendah, karena hal ini akan
mengakibatkan hilangnya sebagian pelarut pada waktu pemisahan pelarut.
c. Pelarut tidak boleh larut dalam air.
d. Pelarut haru bersifat “ inert “, sehingga tidak bereaksi dengan komponen minyak
bunga.
e. Pelarut harus mempunyai titik didih yang seragam, sehingga jika diuapkan tidak
tertinggal dalam minyak.
f. Harga pelarut harus serendah mungkin, dan tidak mudah terbakar
1. Sifat bunga
Pada umumnya bunga setelah dipetik akan tetap hidup secara fisiologis. Daun bunga
terus menjalankan proses hidupnya dan tetap memproduksi minyak atsiri dan minyak
yang terbentuk dalam bunga akan menguap dalam waktu singkat. Kegiatan bunga
dalam memproduksi minyak akan terhenti dan mati jiak kena panas, kontak atau
terendam dalam pelarut organik. Dengan demikian pelarut hanya dapat mengekstraksi
minyak yang terdapat dalam sel bunga yang terbentuk pada saat bahan tersebut kontak
dengan pelarut.
Untuk mendapatkan rendemen minyak yang lebih tinggi dan mutu yang lebih baik,
maka selama proses ekstraksi berlangsung perlu dijaga agar proses fisiologi dalam
bunga tetap berlangsung dalam waktu selama mungkin, sehingga bunga tetap dapat
memproduksi minyak atsiri. Hal ini dapat dilakukan dengan cara mengekstraksi
minyak bunga menggunakan lemak hewani atau nabati.
a. Enfleurasi ( enfleurage )
Pada proses ini, absorbs minyak atsiri oleh lemak dilakukan pada suhu rendah
( keadaan dingin ) sehingga minyak terhindar dari kerusakan yang disebabkan oleh
panas. Proses enfleurasi menghasilkan rendemen minyak yang lebih tinggi
dibandingkan dengan metode lainnya. Kelemahan proses ini adalah karena
memerlukan waktu yang lebih lama, dan membutuhkan tenaga kerja yang terampil
dan berpengalaman.
Akhir dari Proses ekstraksi ini ditandai dengan, jika lemak telah jenuh dengan minyak
bunga, dan selanjutnya minyak bunga dalam pomade diekstraksi dengan
menggunakan alcohol. Hasil ekstraksi minyak bunga dari pomade, menggunakan
alcohol menghasilkan campuran minyak bunga dengan alcohol. Jika alcohol tersebut
dipisahkan, maka akan diperoleh minyak bunga yang larut dalam sejumlah kecil
alcohol, disebut ekstrait.
Lemak mempunyai sifat dapat mengabsorbsi bau disekitarnya dan prinsip ini
digunakan sebagai dasar untuk mengekstraksi minyak dari tanaman bunga.
Keuntungan :
Kerugian :
CENGKEH
Famili : Myrtaceae
Famili: Apiaceae
KESIMPULAN
Minyak atsiri (minyak menguap = volatile oil) adalah jenis minyak yang
berasal dari bahan nabati, bersifat mudah menguap pada suhu kamar tanpa mengalami
peruraian dan apabila dibiarkan terbuka dan memiliki bau seperti tanaman asalnya
(khas).
Minyak atsiri bersifat mudah menguap karena titik uapnya rendah. Selain itu
susunan senyawa komponennya kuat memengaruhi saraf manusia (terutama di
hidung)sehingga sering sekali memberikan efek psikologi tertentu.
Minyak atsiri merupakan senyawa yang penting sebagai dasar wewangian
alat dan juga untuk rempah-rempah serta sebagai cita rasa dalam industri makanan.
Pada industri minuman beralkohol bermanfaat dalam pembuatan butter, cordials, rums,
vermouths, whiskies, wines, dan sebagainya.
pada praktikum kali ini pada sampel Minyak Cengkeh mendapatkan hasil
positif pada uji noda,uji volume dan uji reduksi. mendapatkan uji sebar menghasilkan
negatif, pada uji kelarutan karut dalam etanol dan kloroform tidak larut dalam PE.
untuk Minyak Mawar positif pada uji sebar,uji noda,uji volume dan uji reduksi, larut
dalam uji kelarutan pada etanol kloroform dan PE. Minyak Adas positif uji nosa,uji
volume dan uji reduksi,mendapatkan negatif pada uji sebar larut dalam uji kelarutan
etanol metanol dan PE. Minyak Lavender mendapatkan hasil positif pada uji sebar,uji
noda,uji volume,uji kelarutan dan uji reduksi. Minyak jeruk mendapatkan hasil positif
pada uji sebar,uji noda,uji volume,uji kelarutan dan uji reduksi dan terakhir pada
Minyak Kayu Putih mendapatkan hasil positif pada uji sebar,uji noda,uji volume,uji
kelarutan dan uji reduksi.
pada indentifikasi komponen khusus pada uji ozason untuk minyak kayu
manis mendapatkan hasil terdapat kristal berbentuk jarum pada uji eugenol untuk
minyak cengkeh mendapatkan hasil terdapat kristal berbentuk kotak.
BAB VI
DAFTAR PUSTAKA
Insyani,R.(2018). Komposisi dan Manfaat Senyawa Kimia dalam Minyak Atsiri. Jakarta
Selatan : Universitas Nasional.
Surahman dan Murti Herawati. 2001. Farmakognosi jilid II. Jakarta : Departemen Kesehatan
1) Uji Sebar
2) Uji Noda
3) Uji Volume
4) Uji Kelarutan
5) Uji Reduksi
6) Uji Ozason
7) Uji Eugenol