Anda di halaman 1dari 42

LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOGNOSI

IDENTIFIKASI MINYAK ATSIRI

Dosen Pengampu : Maharadingga,M.Si

Disusun oleh :

Kelompok 1

Kelas G2

Kalam Dzul (2004015113)

Arina Sandi Oktaviana (2204015026)

Nadia Ananda Putri (2204015154)

PROGRAM STUDI FARMASI

FAKULTAS FARMASI DAN SAINS

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PROF. Dr. HAMKA

JAKARTA

2023
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tanah Indonesia kaya akan berbagai jenis tanaman rempah-rempah. Kekayaan alam
akan berbagai tanaman hayati, telah menempatkan Indonesia sebagai salah satu negara
pengekspor rempah-rempah terbesar di dunia sampai Sekarang disamping India dan Cina.
Pemerintah mengakui rempah-rempah merupakan salah satu bahan ekspor non migas yang
paling stabil dan sebagai salah satu penyumbang devisa negara cukup besar. Hal ini teruji
pada sat krisis moneter tahun 1998 rempah-rempah merupakan komoditas ekspor Indonesia
yang paling menguntungkan. Berdasarkan data tersebut Indonesia menjadikan rempah-
rempah sebagai salah satu topik penelitian unggulan saat ini.

Minyak yang terdapat di alam dibagi menjadi tiga golongan besar, yaitu: minyak mineral
(mineral oil), minyak yang dapat dimakan (edible fat) dan minyak atsiri (essential oil).
Minyak atsiri dikenal juga dengan nama minyak teris atau minyak terbang (volatile oil) yang
dihasilkan oleh tanaman. Indonesia merupakan penghasil sejumlah minyak atsiri seperti
sereh, minyak kayu cendana, minyak daun cengkeh, minyak kenanga, minyak akar wangi,
minyak nilam dan sebgainya. Sebelum Perang Dunia ke II, bahkan hingga sekarang Indonesia
menduduki peringkat tertinggi dalam perdagangan untuk sejumlah minyak atsiri.

Berdasarkan studi dan percobaan-percobaan yang berskala laboratorium ternyata proses


kimia terhadap minyak atsir seperti yang dilakukan di luar neger dapat dikerjakan oleh pakar-
pakar kimia di Indonesia. Minyak atsiri atau yang disebut juga dengan essential oils, etherial
oils, atau volatile oils adalah komoditi ekstrak alami dari jenis tumbuhan yang berasal dari
daun, bunga, kayu, biji-bijian bahkan putik bunga Setidanya ada 150 jenis minyak atsiri yang
selama ini diperdagangkan di pasar internasional dan 40 jenis di antaranya dapat diproduksi
di Indonesia (lihat web.DAI)

Meskipun banyak jenis minyak atsiri yang bisa diproduksi di Indonesia, baru sebagian kecil
jenis minyak atsiri yang telah berkembang dan sedang dikembangkan di Indonesia.
B. Tujuan Praktikum
Setelah melakukan percobaaan ini diharapkan praktikan akan mampu :
a) Mengidentifikasi bahan-bahan alami nabati yang mengandung minyak atsiri secara
organoleptik,mikroskopik,kimiawi
b) Mengidentifikasi dan mengetahui kemurnian minyak atsiri tertentu secara kimia
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Minyak atsiri adalah zat berbau yang terkandung dalam tanaman. Minyak ini disebut juga
dengan minyak menguap, minyak eteris, atau minyak esensial karena pada suhu biasa atau
suhu kamar mudah menguap di udara terbuka. Istilah esensial dipakai karena minvak atsiri
mewakili bau dari tanaman asalnya. Dalam keadaan segar dan muni tapa pencemar, minyak
atsiri umumnya tidak berwama. Namun pada penyimpanan lama minyak atsiri dapat
teroksidasi dan membentuk resin serta warnanya berubah menjadi lebih tua (gelap). Untuk
mencegah supaya tidak berubah warna, minyak atsiri dihindarkan dari pengaruh cahaya,
misalnya disimpan dalam bejana gelas yang berwarna gelapdan, ditutup rapat, serta disimpan
ditempat yang kering dan sejuk (Gunawan dan Mulyani, 2004).

Secara kimia, minyak atsiri bukan merupakan senyawa tunggal tetapi tersusun dari berbagai
macam komponen yang secara garis besar terdiri dari kelompok terpenoid dan fenil propana.
Melalui asal usul biosintetik, minyak atsiri dapat dibedakan menjadi:

Turunan terpenoid yang terbentuk melalui jalur biosintetis asam asetat mevalonat. Terpenoid
berasal dari senyawa sederhana yang disebut isoprena.

Turunan fenil propanoid yang merupakan senyawa aromatik, terbentuk melalui jalur
biosintesis asam sikimat. Fenil propanoid merupakan gabungan inti benzena (fenil) dan
propana (Gunawan dan Mulyani, 2004).

Minyak atsiri tersusun oleh bermacam-macam komponen senyawa. Memiliki bau khas,
umumnya bau ini mewakili bau tanaman asalnya. Bau minyak atsiri satu dengan yang lainnya
berbeda-beda tergantung dari macam dan intensitas bau dari masing-masing komponen
penyusunnya. Minyak atsiri mempunyai rasa getir, kadang-kadang berasa tajam, menggigit,
memberi kesan hangat sampai panas atau justru dingin ketika terasa sampai di kulit
tergantung dari jenis komponen penyusunnya. Keadaan murni atau belumtercemar oleh
senyawa lain, sifat minyak atsiri mudah menguap pada suhu kamar sehingga bila diteteskan
pada selembar kertas maka ketika dibiarkan menguap, tidak meninggalkan bekas noda pada
benda yang ditempel. Bersifat tidak bisa disabunkan dengan alkali dan tidak bisa berubah
menjadi tengik (rancid). Ini berbeda dengan minyak lemak yang tersusun oleh asam-asam
lemak (Gunawan dan Mulyani, 2004).

Minyak atsiri bersifat tidak stabil terhadap pengaruh lingkungan, baik pengaruh oksigen
udara, sinar matahari, dan panas karena terdiri dari berbagai macam komponen penyusun.
Indeks bias umumnya tinggi, Umumnya bersifat optis aktif dan memutar bidang polarisasi
dengan rotasi yang spesifik karena banyak komponen penyusun yang memiliki atom C
asimetrik.Umumnya tidak dapat bercampur dengan air, tetapi cukup dapat larut hingga dapat
memberikan baunya kepada air walaupun kelarutannya sangat kecil tetapi sangat mudah larut
dalam pelarut organik (Gunawan dan Mulyani, 2004).

Minyak atsiri terkandung dalam berbagai organ, seperti di dalam rambut kelenjar (pada
famili Labiatae), didalam sel-sel parenkim (misalnya famili Piperaseae), di dalam saluran
minyak yang disebut vittae(famili Umbelliferae), didalam rongga-rongga skizogen dan
lisigen (pada famili

Pinaceae dan Rutaceae), terkandung dalam semua jaringan (pada familli Coniferae). Pada
bunga mawar, kandungan minyak atsiri terbanyak terpusat pada mahkota bunga, pada kayu
manis (sinamon) banyak ditemui di kulit batang (korteks), pada famili Umbelliferae banyak
terdapat dalam perikarp buah, pada Menthaesp. Terdapat dalam kelenjar batang dan daun,
serta pada jeruk tetdapat dalam kulit buah dan dalam helai daun (Gunawan dan Mulyani,
2004).

Minyak atsiri dapat terbentuk secara langsung oleh protoplasma akibat adanya penguraian
lapisan resin dari dinding sel atau oleh hidrolisis dari glikosida tertentu. Peranan paling utama
dari minyak atsir terhadap tumbuhan itu sendiri adalah sebagai pengusir serangga (mencegh
daun dan bunga rusak) serta sebagai pengusir hewan pemakan daun lainnya. Namun
sebaliknya minyak atsiri juga berfungsi sebagai penarik serangga guna membantu terjadinya
penyerbukan silang dari bunga (Gunawan dan Mulyani, 2004).

Untuk memeriksa minyak atsiri perlu melakukan suatu analisis Sebagai standar, dapat
menggunakan minyak atsiri yang sama, yang kualitasnya baik. Analisis dapat dilakukan
sendiri atau dilakukan di laboratorium.

Pemeriksaan organoleptis dapat dilakukan dengan pemeriksaansendiri,meliputi:

a. Warna Bila minyak atsiri telah dibebaskan dari air, biasanya tampak
jernih tidak berwarna, kehijauan, atau kekuningan, tergantung dari tumbuhan asal, metode,
dan alat penyulingnya. Biasanya, orang yang sudah lama berkecimpung dalam perdagangan
minyak atsiri dapat segera mengetahui adanya pemalsuan tau penambahan bahan asing hanya
dengan melihat warna minyak atsiri

b. Bau Pemeriksaan bau dapat dilakukan dengan meneteskan minyak

atsiri yang dihasilkan pada ujung dari suatu strip blotting paper (dapat pula digunakan kertas
saring tebal) yang merupakan suatu lembaran tipis dengan panjang kira kira 10cm dan lebar 1
cm. gunakan dua strip kertas. Pada jung strip kertas yang lain, diteteskan minyak dengan
kualitas yang baik (minyak yang digunakan sebagai standar). Kedua keitas itu dipegang
dalam posisi bersilang, kemudian bandingkan baunya. Minyak atsiri dengan kualitas yang
sama akan memberikan bau yang serupa(Koensoemardiyah, 2010). Pemeriksaan sifat-sifat
fisika dan kimia perl dilakukan selain pemeriksaan organoleptis. Tentu saja, hal tersebut
dilakukan di laboratorium. Pemeriksaan fisika yang biasa dilakukan adalah berat jenis, rotasi
optik, kelarutan dalam alkohol cair, dan indeks bias. Pemeriksaan kimia yang dilakukan
untuk mengetahui keseluruhan kandungan minyak atsiri biasanya menggunakan alat yang
disebut "kromotografi gas-spektrometri massa". Alat tersebut hanya dimiliki oleh
laboratorium atau industri yang cukup besar. Dari pemeriksaan yang dilakukan, akan
diperoleh data-data hasil pengukuran yang berupa "spektra". Melalui spektra tersebut,
seorang ahli dapat mengetahui kandungan apa saja yang ada dalam minyak atsiri
(Koensoemardiyah, 2010).

Minyak atsiri umumnya disolasi dengan empat metode yang lazim digunakan sebagai
berikut:

1. Metode Destilasi

Metode destilasi terhadap bagian tanaman yang mengandung minyak. Dasar dari metode ini
adalah memanfaatkan perbedaan titik didih.

Beberapa metode destilasi yang populer dilakukan di berbagai perusahaan industri


penyulingan minyak atsiri, antara lain sebagai berikut:

Metode destilasi kering (langsung dari bahannya tapa menggunakan air). Metode ini paling
sesuai untuk bahan tanaman yang kering dan untuk minyak-minyak yang than pemanasan
(tidak mengalami perubahan bau dan warna sat dipanaskan), misalnya oleoresin dan copaiba.
b. Destilasi air, meliputi destilasi air dan uap air dan destilasi up air langsung. Metode ini
dapat digunakan untuk bahan kering maupun bahan segar dan terutama digunakan untuk
minyak-minyak yang kebanyakan dapat rusak akibat panas kering. Seluruh bahan dihaluskan
kemudian dimasukkan kedalam bejana yang bentuknya mirip dandang. Dalam metode ini ada
beberapa versi perlakuan :

1) Bahan tanaman langsung direbus dalam air.

2) Bahan tanaman langsung masuk air, tetapi tidak direbus. Dari bawah dialirkan up air
panas.

3) Bahan tanaman ditaruh di bejana bagian atas, sementara up air dihasilkan air mendidih dari
bawah dandang.

4 Bahan tanaman ditaruh dalam bejana tanpa air dan disempurkan uap air dari luar bejana

2. Metode Penyarian

Metode penyarian digunakan untuk minyak-minyak atsiri yang tidak tahan pemanasan,
seperti cendana. Kebanyakan dipilih metode ini karena kadar minyaknya di dalam tanaman
sangat rendah/ kecil. Bila dipisahkan dengan metode lain, minyaknya akan hilang selama
proses pemisahan. Pengambilan minyak atsiri menggunakan cara in diyakini sangat efektif
karena sifat minyak atsir yang larut sempurna di dalam bahan pelarut organik nonpolar.
Metode penyarian dengan menggunakan pelarut penyari yang cocok. Dasar dari metode in
adalah adanya perbedaan kelarutan. Minyak atsiri sangatmudah larut dalam pelarut organik
dan tidak larut dalam air.

3. Metode Pengepresan atau pemerasan

Metode pengepresan/ pemerasan dilakukan terutama untuk minyak-minyak atsiri yang tidak
stabil dan tidak than pemanasan seperti minyak jeruk (citrus). Juga terhadap minyak-minyak
atsiri yang bau dan warnanya berubah akibat pengaruh pelarut penyari. Metode ini hanya
cook untuk minyak atsir yang rendemennya relatif besar atau cukup besar. Bila tidak,
nantinya akan habis di dalam proses.

4. Metode enfleurage

Metode enfleurage adalah metode penarikan bau minyak atsiri yang diletakkan pada media
lilin. Metode ini digunakan karena diketahui ada beberapa jenis bunga yang setelah dipetik,
enzimnya mash menunjukkan kegiatan dalam menghasilkan minyak atsiri sampai beberapa
hari/ minggu, misalnya bunga melati, Jasminum sambac, sehingga perlu perlakuan yang tidak
merusak aktivitas enzim tersebut secara lanngsung. Caranya adalah dengan menaburkan
bunga di hamparan lapisan lilin dalam sebuah kaki besar (1 m × 2 m) dan ditumpuk-tumpuk
menjadi beberapa tumpukan baki yang saling menutup rapat. Baki-baki berlapis lilin tersebut
dieramkan, dibiarkan menyerap bau bunga sampai beberapa hari/ minggu. Setiap kali bunga
yang sudah habis masa kerja enzimnya diganti dengan bunga segar.

Demikian seterusnya hingga dihasilkan lilin yang berbau harum (dalam perdagangan dikenal
sebagai pomade). Selanjutnya, pomade dikerok dan diekstraksi menggunakan etanol seperti
lazimnya proses ekstrasi biasa (Gunawan dan Mulvani, 2004). Cara in memanfaatkan
aktivitas enzim yang diyakini masih terus aktif selama sekitar 15 hari sejak bahan minyak
atsiri dipanen.

Tidak satupun minyak atsiri tersusun dari senyawa tunggal, tetapi merupakan
campuran komponen yang terdiri dari tipe-tipe yang berbeda.

Berdasarkan car isolasinya, komponen penyusun minyak atsiri dapat dibedakan menjadi
beberapa kelompok seperti berikut.

1. Kelompok yang mengkristal pada suhu rendah, misalya stearoptena

2. Kelompok senyawa yang dapat dippisahkan melalui proses distilasi bertingkat.

3. Kelompok sennyawa yang dipisahkan melalui proses kristalisasi

bertingkat.

4. Kelompok senyawa yang pemisahannya dilakukan melalui kromatografi.

5. Kelompok senyawa yang disolasi melaui proses-proses kimia.

Dengan pesatya kemajuan instrumentasi analitik, telah dapat dilakukan identifikasi yang teat
atas komponen-komponen penyusun minyak atsiri, termasuk konstituen runutannya. Minyak
atsiri sebagian besar terdiri dari senyawa terpena, yaitu senyawa produk alami yang
strukturnya dapat dibagi ke dalam satuan-satuan isoprena. Satuan-satuan isoprena (C;Hs) ini
rantai bercabang lima satuan atom karbon yang menandung 2 ikatan rangkap (Gunawan dan
Mulvani, 2004).
Indonesia terletak di daerah tropis yang banyak ditumbuhi tanaman yang mengandung
minyak atsiri. Beberapa diantaranya adalah minyak nilam, minyak patchouli, minyak kayu
manis, minyak cendana (sandalwood). minyak bunga kenanga, minya kayu putih, minyak
adas, minyak daun jeruk purut, minyak serai, minyak jahe, dan minyak melati. Minyak atsiri
yang kini mulai dikenal adalah minyak lajaguya ( dari tanaman jahe-jahean yang disebut
sebagai Alpinia Malaccensis). Tanaman tersebut semula tidak begitu diperhatikan, tetapi kin
banyak dicari karena minyak hasil penyulingan rimpangnya mulai diperdagangkan. Selain
itu, ada pula minyak kemukus dan beberapa jenis minyak lainnya. Jumlahnya semakin
bertambah karena masih banyak lagi tanaman penghasil minyak atsiri yang baru
(Koensoemardiyah, 2010). Komponen minyak atsiri adalah senyawa yang bertanggung jawab
atas bau dan aroma yang karateristik serta sifat kimia dan fisika minyak.

Demikian pula peranannya sangat besar dalam menentukan khasiat suatu minyak atsiri
sebagai obat. Atas dasar perbedaan komponen penyusun tersebut maka minyak atsiri dibagi
menjadi beberapa golongan sebagai berikut.

1. Minyak Atsiri Hidrokarbon

a. Minyak Terpentin

Minyak terpentin diperoleh dari tanaman-tanaman bermarga pinus (famili Pinaceae) yang
terbagi dalam 80-90 jenis. di antara jenis-jenis pinus tersebut yang penting da lam
perdagangan antara lain Pinus palustris Miller yang tumbuh di daerah Amerika Selatan dan
Amerika Tenggara, Pinus maritima Lamarck yang tumbuh di daerah Perancis, Pinus
longifolia Roxb. tumbuh di Pakistan dan India, serta Pinus merkusii L. tumbuh di Indonesia.

Cara pengambilan terpentin pada umummya disadap dari batang pohonnya. Setiap sayatan
pada lokasi di batang poon mampu mengahasilkan batang terpentin selama kurang lebih 4
tahun sebelum kemudian pindah kesayatan di tempat lain pada batang yang sama

Aliran sadapan dapat dipercepat dengan cara pemberian rangsangan pada daerah sayatan.
Perangsang berupa asam sulfat 50% yang merupakan hormon tanaman tau pembunuhan
biakan Fusarium sp.

Komponen terpentin sebagian besar berupa asam-asam resin (hingga 90%), ester-ester dari
asam-asam lemak, dan senyawa inert yang netral disebut resena. Sebelum diolah, terpentin
mengandung asam (+)-pimarat dan asam (-)-pimarat. Namun setelah didistilasi, asam (-)-
pimarat mengalami perubahan isomerik menjadi asam abietat dan pada pemanasan lebih
lanjut berubah menjadi asam neo-abietat yang berbau khas.

Terpentin yang dimurnikan adalah minyak atsir yang didestiasi dari oleoresin hasil sadapan
pohon pinus dan telah dimurnian dengan alkali encer untuk menghilangkan tapak-tapak fenol
dan asam-asam resin. Terpentin in berupa cairan tak berwarna dengan bau khas dan rasa
menggigit. Terpentin larut dalam alkohol, eter, kloroform, dan asam asetat glasial. Terpentin
bersifat optis akti dengan pemutaran bidang polarisasi bervariasi, tergantung dari spesies
pohon yang menghasilkannya. Minyak terpentin terutama terdiri dari (+) dan (-)-a-pinena, b-
pinena, serta kamfena. Di udara terbuka, terpentin cenderung teroksidasi membentuk
kompleks resin yang berwarna lebih gelap.

Kegunaan terpentin dalam farmasi adalah sebagai obat luar, melebarkan pembuluh darah
kapiler, dan merangsang keluarnya keringat. Terpentin jarang digunakan sebagai obat dalam.

b. Oleum cubebae

Oleum cubebae adalah minyak atsiri yang diperoleh dari hasil penyulingan buah Piper cubeba
Linn. (Kemukus, famili Piperaceae) yangdisimpan dalam botol gelap tertutup rapat ditempat
sejuk, dan terlindung dari cahaya. Oleum cubebae dengan bau khas kemukus tidak boleh
berwarna atau sedikit hijau sampai kekuning-kuningan. Bobot jenis Oleum cubebae pada
suhu 25°C adalah 0,905-0,925, larutan dalam alkohol menunjukkan reaksi netral dalam
lakmus.

2. Minyak Atsiri Alkohol

Minyak pipermen merupakan minyak atsiri alkohol yang penting di antara minyak atsiri
alkohol yang lain. Minyak in dihasilkan oleh daun tanaman Mentha piperita Linn. (nama
daerah: poko, famili Labiatae). Tanaman in merupakan herba menahun yang asli dari Eropa.
Kini banyak ditemui di daerah dataran tinggi pegunungan Lawu Tawangmangu, Solo. Jenis
yang berasal dari Jepang adalah Mentha avensis Linn. Var. Piperacens. Kegunaan dari
minyak pipermen antara lain stomachicum, karminativum, kholagoga, dan emenagogum.
Juga untuk korigen odoris dan pelengkap ramuan obat batuk karena sifatnya sebagai sebagai
ekspektora.

3. Minyak Atsiri Fenol


Minyak cengkeh merupakan minyak atsiri fenol. Minyak ini diperoleh dari tanaman Eugenia
caryophyllata atau Syzigium caryophyllum(famili Myrtaceae). Bagian tanaman yang
dimanfaatkan adalah bunga dan daun. Namun demikian, bunga lebih utama karena
mengandung minyak atsiri sampai 20%. Minyak cengkeh terutama tersusun oleh eugenol,
yaitu sampai 95% dari jumlah minya atsiri keseluruhan.

4. Minyak Atsiri Eter Fenol

Minyak adas merupakan minyak atsiri eterfenol. Berasal dari hasil penyulingan buah
Pimpinella anisum atau dari Foeniculum vulgare (famili Apiaceae dan Umbelliferae). Minyak
adas produksi lokal digunakan sebagai campuran jamu tradisional. Buah dipanen dengan cara
dipetik hati-hati bersama tangkainya, lalu disabetkan ke sebuah papan supaya buah rontok.
Selanjutnya, buah dikeringkan di bawah sinar matahari dengan ditutup kain hitam. Minyak
adas digunakan dalam pelengkap seddiaan obat batuk, sebagai korigen odoris untuk menutup
bau tidak enak pada sediaan farmasi dan bahan parfum (Gunawan dan Mulyani, 2004).

5. Minyak Atsiri Oksida

Sirih (Piper betle L.) termasuk tanamanobat yang sering digunakan, dikarenakan khasiatnya
menghentikan pendarahan,sariawan, gatal-gatal dan lain-lain. Ekstrak daunsirih digunakan
sebagai obat kumur dan batuk.Ekstrak daun sirih juga berkhasiat sebagaiantijamur pada kulit.
Khasiat obat inidikarenakan senyawa aktif yang dikandungnyaterutama adalah minyak atsiri
(Noorcholies, etal., 1997; Heyne, 1987; Moeljatno, 2003).

Minyak atsiri dari daun sirih terdiri dari kavikol, eugenol, dan sineol, dilihat dari strukturnya
senyawa-senyawa tersebut tidak atau kurang larut dalam pelarut polar, schingga pada
fraksinasi digunakan pelarut non polar dan semi polar. Sat ini data mengenai aktivitas
tanaman obat lebih banyak didukung oleh pengalaman, belum sepenuhnya dibuktikan secara
ilmiah. Guna pemeliharaan dan pengembangan tanaman obat maka diperlukan adanya
penggalian, penelitian, pengujian, dan pengembangan obat tradisional, tidak terkecuali sirih
yang cukup terkenal sebagai obat mujarab itu (Noorcholies, et al., 1997; Moeljatno, 2003).

Berdasarkan uji pendahuluan yang dilakukan diketahui bahwa minyak atsiri dapat meredam
radikal bebas melalui uji aktivitas peredaman radikal bebas secara UV-Tampak yaitu sebesar
81,91% (Parwata, 2009)

6. Minyak Atsiri Ester


Minyak gondoputro merupakan atsiri ester. Minyak atsiri ini diperoleh dari isolasi daun dan
batang Gaultheria procumbens L. (familli Erycaceae). Komponen utama minyak atsiri
gondoputro adalah metil salisilat yang merupakan bentuk ester. Keberadaan komponen
penyusun minyak yang lain mengakibatkan terjadinya perbedaan bau antara minyak
gondoputro alami dengan yang dibuat secara sistentik( Gunawan dan Mulyani, 2004).

Dari sekian banyak minyak atsiri diatas yang selama in mulai tidak dikembangkan adalah
minyak atsiri serai wangi, karena untuk mendapatkan minyak atsiri tersebut menggunakan
hydro destillation dan steam destilation membutuhkan waktu yang relatif lama yaitu sekitar
4-7 jam. Serai wangi selama ini masih mendominasi dan lebih umum diambil minyaknya
dibanding golongan serai lainnya (Feriyanto, 2013).

Minyak atsiri digunakan sangat banyak, tergantung dari jenis tumbuhan yangdiambil
hasil sulingannya. Minyak atsiri digunakan sebagai bahan baku dalam perisa maupun
pewangi (flavour and fragrance ingredients). Industri kosmetik dan parfum menggunakan
minyak atsiri kadang sebagai bahan pewangi pembuatan sabun, pasta gigi, samphoo, lotion

dan parfum. Industri makanan menggunakan minyak atsiri setelah mengalami pengolahan
sebagai perisa atau menambah cita rasa. Industri farmasi menggunakannya sebagai obat anti
nyeri, anti infeksi, pembunuh bakteri. Fungsi minyak atsiri sebagai fragrance juga digunakan
untuk menutupi bau tak sedap bahan-bahan lain seperti obat pembasmi serangga yang
diperlukan oleh industri bahan pengawet dan bahan insektisida(Gunawan, 2009).
BAB III

METODE PRAKTIKUM

A. Waktu dan Tempat

Pada praktikum tentang “Identifikasi minyak Atsiri” ini di lakukan di Laboratorium


Farmakognosi Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka Fakultas Farmasi dan Sains
di lantai dua, pada hari selasa tanggal 05 Desember 2023, pukul 13.00 – 15.30.

B. Alat dan Bahan


Alat : Tabung reaksi, rak tabun reaksi, gelas ukur, kertas saring, kaca preparat, pipet
tetes, mikroskop
Bahan : Minyak cengkeh, minyak mawar, minyak adas, minyak lavender, minyak
jeruk, minyak kayu putih, petroleum eter, etanol, kloroform, fenilhidrazin HCl, NaCl,
NaOH 1 N, NaOH 3%, FeCl3

C. Prosedur Kerja
1) Uji Sebar
1 tetes minyak atsiri diatas permukaan + 5 ml aquadest amati (tersebar / tidak)

2) Uji Noda
1 tetes minyak atsiri pada kertas saringamati (transparan / noda)

3) Uji Volume
1 ml minyak atsiri pada gelas ukur 5 ml + NaCl jenuh 1 ml (kocok) amati volume

4) Uji Kelarutan
1 tetes minyak atsiri + 1-20 tetes pelarut ( etanol 90 %, PE, Kloroform)ukur
kelarutan pada tetes ke berapa

5) Uji Reduksi
1 ml minyak atsiri + 1 ml NaOH 1 N amati perubahan volume
6) Uji Ozason
1 tetes minyak kayu manis + 2 tetes fenilhidrazin HCl  amati pada mikroskop

7) Uji Eugenol
1 tetes minyak cengkeh + 1 tetes NaOH 3 % + KBR
1 tetes minyak cengkeh + 1 tetes FeCl3  amati kristal pada mikroskop

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. HASIL PERCOBAAN

Minyak Atsiri Uji Sebar Uji Noda Uji Volume Uji Uji Reduksi
Kelarutan
Minyak Negatif Positif Positif Etanol : Positif
Cengkeh Tidak Transparan Volume tetap larut 10 tts volume berkurang
menyebar Kloroform : volume awal :
larut 16 tts 2 ml
PE : Volume akhir :
tidak larut 1,8 ml
Minyak Mawar Positif Positif Positif Etanol : Positif
Menyebar Transparan Volume tetap larut 5 tts Volume berkurang
Kloroform : volume awal :
larut 10 tts 2 ml
PE : Volume akhir :
Larut 10 tts 10,1 ml
Minyak Adas Negatif Positif Positif Etanol : Positif volume
Tidak Transparan Volume tetap larut 10 tts berkurang
menyebar Kloroform : volume awal :
larut 5 tts 2 ml
PE : Volume akhir :
Larut 10 tts 1,9 ml
Minyak Positif Positif Positif Etanol : Positif volume
Lavender Menyebar Transparan Volume tetap larut 10 tts berkurang
Kloroform : volume awal :
larut 10 tts 2 ml
PE : Volume akhir :
Larut 10 tts 1,8 ml
Minyak Jeruk Positif Positif Positif Etanol : Positif volume
Menyebar Transparan Volume tetap larut 15 tts berkurang
Kloroform : volume awal :
larut 5 tts 2 ml
PE : Volume akhir :
Larut 20 tts 1,9 ml
Minyak Kayu Positif Positif Positif Etanol : Positif volume
Putih Menyebar Transparan Volume tetap larut 10 tts berkurang
Kloroform : volume awal :
Tidak larut 2 ml
PE : Volume akhir :
Larut 10 tts 1,9 ml

Identifikasi Komponen Khusus Keterangan


Terdapat kristal berbentuk jarum
Uji Ozason Untuk Minyak Kayu Manis
Terdapat kristal berbentuk kotak
Uji Eugenol Untuk Minyak Cengkeh

B. PEMBAHASAN
Minyak Atsiri, atau dikenal juga sebagai Minyak Eteris (Aetheric Oil),
Minyak Esensial, Minyak Terbang, serta Minyak Aromatik, adalah kelompok besar
minyak nabati yang berwujud cairan kental pada suhu ruang namun mudah menguap
sehingga memberikan aroma yang khas. Minyak Atsiri merupakan bahan dasar dari
wangi-wangian atau minyak gosok (untuk pengobatan) alami. Di dalam perdagangan,
sulingan Minyak Atsiri dikenal sebagai bibit minyak wangi.
Minyak atsiri (minyak esensial) adalah komponen pemberi aroma yang
dapat ditemukan dalam berbagai macam bagian tumbuhan. Istilah esensial dipakai
karena minyak atsiri mewakili bau tanaman asalnya. Dalam keadaan murni tanpa
pencemar, minyak atsiri tidak berwarna.Namun pada penyimpanan yang lama, minyak
atsiri dapat teroksidasi dan membentuk resin serta warnanya berubah menjadi lebih tua
(gelap). Untuk mencegah supaya tidak berubah warna, minyak atsiri harus terlindungi
dari pengaruh cahaya, misalnya disimpan dalam bejana gelas yang berwarna gelap .Bejana tersebut
juga diisi sepenuh mungkin sehingga tidak memungkinkan hubungan langsung dengan
udara, ditutup rapat serta disimpan di tempat yang kering dan sejuk.
Minyak atsiri adalah minyak yang dihasilkan dari jaringan tanaman
tertentu, seperti akar, batang, kulit, bunga, daun, biji dan rimpang. Minyak ini bersifat
mudah menguap pada suhu kamar (250C) tanpa mengalami dekomposisi dan berbau
wangi sesuai dengan tanaman penghasilnya, serta umumnya larut dalam pelarut organik
tetapi tidak larut dalam air (Gunther, 1990).

Minyak atsiri dapat digunakan sebagai bahan pewangi, penyedap


(flavoring), antiseptic internal, bahan analgesic, sedative serta stimulan. Terus
berkembangnya penggunaan minyak atsiri di dunia maka minyak atsiri di Indonesia
merupakan penyumbang devisa negara yang cukup signifikan setelah Cina
(Sastrohamidjoyo, 2004).
Minyak atsiri dapat terbentuk secara langsung oleh protoplasma akibat
adanya peruraian lapisan resin dari dinding sel. Minyak atsiri terkandung dalam
berbagai organ tanaman, seperti didalam rambut kelenjar (pada famili Labiatae), di
dalam sel-sel parenkim (pada famili Piperaceae), di dalam rongga-rongga skizogen dan
lisigen (pada famili Pinaceae dan Rutaceae).
Minyak atsiri secara umum di bagi menjadi dua kelompok. Pertama,
minyak atsiri yang komponen penyusunnya sukar untuk dipisahkan, seperti minyak
nilam dan minyak akar wangi. Minyak atsiri kelompok ini lazimnya langsung
digunakan tanpa diisolasi komponen-komponen penyusunnya sebagai pewangi
berbagai produk. Kedua, minyak atsiri yang komponen-komponen senyawa
penyusunnya dapat dengan mudah dipisahkan menjadi senyawa murni, seperti minyak
sereh wangi, minyak daun cengkeh, minyak permen dan minyak terpentin. Senyawa
murni hasil pemisahan biasanya digunakan sebagai bahan dasar untuk diproses menjadi
produk yang lebih berguna.
Pada tanaman, minyak atsiri mempunyai tiga fungsi yaitu: membantu
proses penyerbukan dan menarik beberapa jenis serangga atau hewan, mencegah
kerusakan tanaman oleh serangga atau hewan, dan sebagai cadangan makanan bagi
tanaman. Minyak atsiri digunakan sebagai bahan baku dalam berbagai industri,
misalnya industri parfum, kosmetika, farmasi, bahan penyedap (flavouring agent)
dalam industri makanan dan minuman (Ketaren, 1985).

Ciri-ciri minyak atsiri :

Minyak atsiri bersifat mudah menguap karena titik uapnya rendah. Selain
itu, susunan senyawa komponennya kuat memengaruhi saraf manusia (terutama di
hidung) sehingga seringkali memberikan efek psikologis tertentu. Setiap senyawa
penyusun memiliki efek tersendiri, dan campurannya dapat menghasilkan rasa yang
berbeda. Karena pengaruh psikologis ini, minyak atsiri merupakan komponen penting
dalam aromaterapi atau kegiatan-kegiatan liturgi dan olah pikiran/jiwa, seperti yoga
atau ayurveda.

 SIFAT FISIKA MINYAK ATSIRI


Seperti bahan-bahan lain yang memiliki sifat fisik, minyak atsiri juga memiliki
sifat fisik yang bisa di ketahui melalui beberapa pengujian. Sifat fisik dari setiap
minyak atsiri berbeda satu sama lain. Sifat fisik terpenting dari minyak atsiri adalah
dapat menguap pada suhu kamar sehingga sangat berpengaruh dalam menentukan
metode analisis yang dapat digunakan untuk menentukan komponen kimia dan
komposisinya dalam minyak asal.
Sifat-sifat fisika minyak atsiri, yaitu : bau yang karakteristik, bobot jenis,
indeks bias yang tinggi, bersifat optis aktif.
1) Bau yang karakteristik
Minyak atsiri adalah minyak yang dihasilkan dari jaringan tanaman tertentu,
seperti akar, batang, kulit, bunga, daun, biji dan rimpang. Minyak ini bersifat
mudah menguap pada suhu kamar (250C) tanpa mengalami dekomposisi dan
berbau wangi sesuai dengan tanaman penghasilnya, serta umumnya larut dalam
pelarut organik tetapi tidak larut dalam air (Gunther, 1990).
2) Bobot jenis
Bobot jenis adalah perbandingan bobot zat di udara pada suhu 25 0C terhadap
bobot air dengan volume dan suhu yang sama. Penentuan bobot jenis
menggunakan alat piknometer. Berat jenis minyak atsiri umumnya berkisar antara
0,800-1,180. Bobot jenis merupakan salah satu kriteria penting dalam penentuan
mutu dan kemurnian minyak atsiri (Gunther, 1987).
Besar bobot jenis pada berbagai minyak atsiri sangat di pengaruhi dari
ukuran bahan dan lama penyulingan yang di lakukan. berikut adalah grafik
yang di peroleh dari pengujian bobot jenis pada minyak atsiri kayu manis.
Uji BNJ menunjukkan bahwa perlakuan Bo dan B1 tidak berbeda nyata
terhadap bobot jenis, tapi keduanya berbeda dengan perlakuan B2. Nilai bobot jenis
minyak ditentukan oleh komponen kimia yang terkandung di dalamnya. Semakin
tinggi kadar fraksi berat maka bobot jenis semakin tinggi. Pada waktu penyulingan,
penetrasi uap pada bahan berukuran kecil berlangsung lebih mudah karena
jaringannya lebih terbuka sehingga jumlah uap air panas yang kontak dengan minyak
lebih banyak.
Kondisi tersebut mengakibatkan komponen fraksi berat minyaknya lebih
mudah dan cepat diuapkan. Dari segi ukuran bahan, bobot jenis tertinggi (0,9935)
diperoleh dari bahan ukuran kecil, sedangkan dari segi lama penyulingan, bobot jenis
tertinggi (0,9911) diperoleh pada penyulingan 4 jam. Kombinasi perlakuan yang
menghasilkan bobot jenis paling tinggi (0,9979) adalah A1B1C0, yaitu susunan bahan
bertingkat, ukuran bahan sedang dan lama penyulingan 4 jam. Nilai bobot jenis semua
perlakuan berkisar antara 0,9722 sampai 0,9979.

3) Indeks Bias
Indeks bias suatu zat adalah perbandingan kecepatan cahaya dalam
udara dengan kecepatan cahaya dalam zat tersebut. Penentuan indeks bias
menggunakan alat Refraktometer. Prinsip penggunaan alat adalah penyinaran
yang menembus dua macam media dengan kerapatan yang berbeda, kemudian
terjadi pembiasan (perubahan arah sinar) akibat perbedaan kerapatan media.
Indeks bias berguna untuk identifikasi suatu zat dan deteksi ketidakmurnian
(Guenther, 1987).
Semakin banyak kandungan airnya, maka semakin kecil nilai indek
biasnya. Ini karena sifat dari air yang mudah untuk membiaskan cahaya yang
datang. Jadi minyak atsiri dengan nilai indeks bias yang besar lebih bagus
dibandingkan dengan minyak atsiri dengan nilai indeks bias yang kecil. Selain itu,
semakin tinggi kadar patchouli alcohol maka semakin tinggi pula indeks bias
yang dihasilkan.
Hal ini disebabkan karena penguapan minyak dari bahan berukuran kecil
berlangsung lebih mudah sehingga fraksi berat minyaknya lebih banyak terkandung
dalam minyak, yang mengakibatkan kerapatan molekul minyak lebih tinggi dan sinar
yang menembus minyak sukar diteruskan. Semakin sukar sinar diteruskan dalam suatu
medium (minyak) maka nilai indeks bias medium tersebut semakin tinggi.

Sebagian besar komponen minyak kulit kayumanis terdiri atas kelompok


senyawa terpen-o yang mempunyai berat molekul dan kerapatan yang lebih tinggi
dibanding kelompok senyawa terpen, tetapi relatif mudah larut dalam air. Semakin
lama penyulingan, senyawa terpen-o semakin banyak terlarut dalam air panas yang
mengakibatkan kerapatan minyak menurun sehingga indeks biasnya lebih rendah.
Kombinasi perlakuan yang menghasilkan indeks bias paling tinggi (1,5641) adalah
perlakuan A1B1C0, yaitu susunan bahan bertingkat, ukuran bahan sedang dan lama
penyulingan 4 jam. Nilai indeks bias semua perlakuan berkisar antara 1,5515 sampai
1,5641; nilai ini lebih rendah dibanding standar mutu dari Essential Oil Association of
USA (EOA) tahun 1970 yang mensyaratkan nilai 1,5730 – 1,5910.

4) Putaran optic
Setiap jenis minyak atsiri memiliki kemampuan memutar bidang polarisasi
cahaya ke arah kiri atau kanan. Besarnya pemutaran bidang polarisasi ditentukan oleh
jenis minyak atsiri, suhu, dan panjang gelombang cahaya yang digunakan. Penentuan
putaran optik menggunakan alat Polarimeter (Ketaren, 1985).
Berikut ini adalah hasil pengujian minyak atsiri kayu manis, di mana hanya
ukuran bahan yang berpengaruh terhadap nilai putaran optik minyak. Uji BNJ
menunjukkan bahwa ukuran bahan besar menghasilkan putaran optik yang berbeda
sangat nyata dengan ukuran sedang dan kecil.

Besarnya putaran optik tergantung pada jenis dan konsentrasi senyawa,


panjang jalan yang ditempuh sinar melalui senyawa tersebut dan suhu pengukuran.

Besar putaran optik minyak merupakan gabungan nilai putaran optik


senyawa penyusunnya. Penyulingan bahan berukuran kecil akan menghasilkan minyak
yang komponen senyawa penyusunnya lebih banyak (lengkap) dibanding dengan bahan
ukuran besar, sehingga putaran optik yang terukur adalah putaran optik dari gabungan
(interaksi) senyawa-senyawa yang biasanya lebih kecil dibanding putaran optik
gabungan senyawa yang kurang lengkap (sedikit) yang dihasilkan bahan berukuran
besar. Putaran optik minyak dari semua perlakuan bersifat negatif, yang berarti
memutar bidang polarisasi cahaya kekiri. Nilainya antara (-) 5,03 sampai (-) 6,75
derajat. Nilai ini lebih besar dibanding standar EOA (1970) yang nilainya (-) 2 sampai 0
derajat.

5) Kelarutan dalam alcohol


Kelarutan dalam alkohol merupakan nilai perbandingan banyaknya minyak
atsiri yang larut sempurna dengan pelarut alkohol. Setiap minyak atsiri mempunyai
nilai kelarutan dalam alkohol yang spesifik, sehingga sifat ini bisa digunakan untuk
menentukan suatu kemurnian minyak atsiri.
Minyak atsiri banyak yang mudah larut dalam etanol dan jarang yang
larutdalam air, sehingga kelarutannya mudah diketahui dengan menggunakan
etanolpada berbagai tingkat konsentrasi. Untuk menentukan kelarutan minyak atsiri
jugatergantung pada kecepatan daya larut dan kualitas minyak atsiri tersebut. Kelarutan
minyak juga dapat berubah karena lamanya penyimpanan. Halini disebabkan karena
proses polimerisasi menurunkan daya kelarutan, sehinggauntuk melarutkannya
diperlukan konsentrasi etanol yang tinggi. Kondisipenyimpanan kurang baik dapat
mempercepat polimerisasi diantaranya cahaya,udara, dan adanya air bisa menimbulkan
pengaruh yang tidak baik.
Minyak atsiri mempunyai sifat yang larut dalam pelarut organik dan
tidak larut dalam air. Berikut adalah hasil pengujian tingkat kelarutan minyak dalam
alkohol yang dipengaruhi oleh semua faktor perlakuan dan kombinasinya.

Uji BNJ terhadap pengaruh susunan bahan menunjukkan bahwa susunan


bahan bertingkat (A1) menghasilkan minyak minyak yang secara nyata lebih mudah
larut dalam alkohol, dibanding susunan tidak bertingkat (A0) (Gambar 8). Tingkat
kelarutan minyak dalam alkohol dipengaruhi oleh jenis dan konsentrasi senyawa yang
dikandungnya. Menurut Heath (1978), minyak atsiri yang konsentrasi senyawa
terpennya tinggi, sukar larut; sedangkan yang banyak mengandung senyawa terpen-o
mudah larut dalam etanol. Dalam penyulingan bertingkat, uap panas lebih mudah dan
cepat menembus bahan yang susunannya tidak padat dibanding susunan tidak
bertingkat, sehingga senyawa terpen-o yang titik didihnya lebih rendah, lebih banyak
terdapat dalam minyak sehingga minyaknya mudah larut dalam alkohol. Uji BNJ
pengaruh ukuran bahan menunjukkan bahwa minyak dari bahan berukuran besar (B2)
secara sangat nyata lebih sukar larut dalam alkohol dibanding ukuran kecil (B0) dan
sedang (B1) (Gambar 9). Bahan yang berukuran lebih besar, lebih sukar diuapkan
minyak atsirinya sehingga senyawa fraksi berat dalam minyak seperti seskuiterpen akan
terpolimerisasi akibat pengaruh panas terus menerus dalam penyulingan dan polimer
yang terbentuk tidak dapat diuapkan. Kondisi tersebut mengakibatkan komposisi
terpen-o dalam minyaknya lebih rendah sehingga minyaknya sukar larut dalam alkohol.

Uji BNJ terhadap lama penyulingan menunjukkan bahwa minyak yang


dihasilkan dari penyulingan 6 jam lebih sukar larut dibanding penyulingan 4 jam.

Semakin lama penyulingan maka senyawa fraksi-fraksi berat dalam minyak


akan lebih banyak sehingga kelarutannya dalam alkohol semakin rendah. Kombinasi
perlakuan yang menghasilkan minyak yang lebih mudah larut dalam alkohol dengan
nisbah volume alkohol dan minyak 1,25:1 adalah A1B1C0, yaitu perlakuan susunan
bahan bertingkat, ukuran bahan sedang dan lama penyulingan 4 jam. Menurut standar
EOA (1970), kelarutan minyak dalam etanol 70% adalah dalam nisbah volume alkohol
dengan minyak sebesar 3:1 atau lebih.
6) Warna
Sesuai dengan SNI 06-2385-2006, minyak atsiri berwarna kuning muda
hingga coklat kemerahan, namun setelah dilakukan penyimpanan minyak berubah
warna menjadi kuning tua hingga coklat muda. Guenther (1990) mengatakan bahwa
minyak akan berwarna gelap oleh aging, bau dan flavornya tipikal rempah, aromatik
tinggi, kuat dan tahan lama.

 SIFAT KIMIA MINYAK ATSIRI


1) Bilangan asam
Bilangan asam pada minyak atsiri menandakan adanya kandungan asam
organik pada minyak tersebut. Asam organik pada minyak atsiri bisa terdapat secara
alamiah. Nilai bilangan asam dapat digunakan untuk menentukan kualitas minyak
(Kataren, 1985).
Hasil analisis minyak kilemo menunjukkan bahwa minyak kilemo dari kulit
batang yang disuling dengan metode kukus secara visual mempunyai bilangan asam
tertinggi, sedangkan minyak kilemo dari daun yang disuling dengan metode rebus
mempunyai bilangan asam terendah. Besarnya bilangan asam minyak kilemo dari daun
yang disuling dengan metode kukus adalah 1.22 dan yang disuling dengan metode
rebus 0.72 sedangkan untuk minyak kilemo dari kulit batang yang disuling dengan
metode kukus besarnya 4.20, dan yang disuling dengan metode rebus 1.72. Adanya
perbedaan nilai bilangan asam minyak kilemo hasil penyulingan daun dan kulit batang
disebabkan karena perbedaan kandungan senyawa asam pada minyak. Sedangkan
perbedaan nilai bilangan asam minyak kilemo yang disuling dengan sistem kukus dan
rebus, kemungkinan disebabkan karena terjadi proses oksidasi pada waktu penyulingan
dengan sistem kukus.
2) Bilangan Ester
Bilang ester merupakan banyaknya jumlah alkali yang diperlukan untuk
penyabunan ester. Adanya bilangan ester pada minyak dapat menandakan bahwa
minyak tersebut mempunyai aroma yang baik. Dari hasil analisis diperoleh bahwa
minyak kilemo dari daun yang disuling dengan metode kukus secara visual
mempunyai bilangan ester tertinggi, sedangkan minyak kilemo dari kulit batang yang
disuling dengan metode rebus menghasilkan bilangan ester terendah.
Besarnya bilangan ester minyak kilemo dari daun yang disuling dengan
metode kukus adalah 31.66, dan yang disuling dengan metode rebus 28.55.
Sedangkan untuk minyak kilemo dari kulit batang yang disuling dengan metode
kukus besarnya 18.74 dan yang disuling dengan metode rebus besarnya 17.6.
Perbedaan nilai bilangan ester minyak kilemo hasil penyulingan daun dan kulit batang
tumbuhan kilemo kemungkinan disebabkan karena perbedaan kandungan senyawa
ester pada minyak. Dari pengamatan diperoleh bahwa minyak kilemo dari daun
mempunyai aroma yang lebih segar bila dibandingkan aroma minyak dari kulit
batang. Sifat aroma minyak ini dapat membuat tingginya bilangan ester pada minyak
tersebut.
Minyak atsiri juga dapat mengalami kerusakan yang mengakibatkan
perubahan sifat kimia minyak atsiri yaitu dengan proses oksidasi, hidrolisa, dan
resinifikasi.
A. Oksidasi
Reaksi oksidasi pada minyak atsiri terutama terjadi pada ikatan rangkap dalam
terpen. Peroksida yang bersifat labil akan berisomerisasi dengan adanya air,
sehingga membentuk senyawa aldehid, asam organik, dan keton yang
menyebabkan perubahan bau yang tidak dikehendaki (Ketaren, 1985).
B. Hidrolisis
Proses hidrolisis terjadi pada minyak atsiri yang mengandung ester. Proses
hidrolisis ester merupakan proses pemisahan gugus OR dalam molekul ester
sehingga terbentuk asam bebas dan alkohol. Ester akan terhidrolisis secara
sempurna dengan adanya air dan asam sebagai katalisator (Ketaren, 1985).
C. Resinifikasi
Beberapa fraksi dalam minyak atsiri dapat membentuk resin, yang merupakan
senyawa polimer. Resin ini dapat terbentuk selama proses pengolahan
(ekstraksi) minyak yang mempergunakan tekanan dan suhu tinggi selama
penyimpanan (Ketaren, 1985).
Minyak atsiri yang kita kenal selama ini, memiliki sifat mudah menguap
dan mudah teroksidasi. Hal itulah yang menyebabkan perubahan secara fisika maupun
kimia pada minyak atsiri. Perubahan sifat kimia minyak atsiri dapat terjadi saat :
 Penyimpanan bahan
Penyimpanan bahan sebelum dilakukan pengecilan ukuran bahan mempengaruhi
jumlah minyak atsiri, terutama dengan adanya penguapan secara bertahap yang
sebagian besar disebabkan oleh udara yang bersuhu cukup tinggi. Oleh karena itu,
bahan disimpan pada udara kering bersuhu rendah.
 Proses Ektraksi
a. Proses ekstraksi
Perubahan sifat kimia dapat disebabkan karena suhu ekstraksi terlalu tinggi.
b. Proses distilasi
Perubahan sifat kimia pada proses ini terutama disebabkan karena adanya
air, uap air, dan suhu tinggi.
c. Proses pengepresan
Perubahan sifat kimia pada proses ini terutama disebabkan karena minyak
atsiri berkontak dengan udara.

 LOKALISASI MINYAK ATSIRI


Minyak atsiri terkandung dalam berbagai organ, seperti didalam rambut
kelenjar (pada famili Labiatae), di dalam sel-sel parenkim (misalnya famili
Piperaceae), di dalam rongga-rongga skizogen dan lisigen (pada famili Pinaceae dan
Rutaceae).
Minyak atsiri dapat terbentuk secara langsung oleh protoplasma akibat adanya
peruraian lapisan resin dari dinding sel atau oleh hidrolisis dari glikosida tertentu.
 KOMPOSISI MINYAK ATSIRI
Pada umumnya perbedaan komposisi minyak atsiri disebabkan perbedaan
jenis tanaman penghasil, kondisi iklim, tanah tempat tumbuh, umur panenan, metode
ekstraksi yang digunakan dan cara penyimpanan minyak.
Minyak atsiri biasanya terdiri dari berbagai campuran persenyawaan kimia
yang terbentuk dari unsur Karbon (C), Hidrogen (H), dan oksigen (O). Pada
umumnya komponen kimia minyak atsiri dibagi menjadi dua golongan yaitu:
1) Hidrokarbon, yang terutama terdiri dari persenyawaaan terpen
2) Hidrokarbon teroksigenasi

A. GOLONGAN HIDROKARBON
Persenyawaan yang termasuk golongan ini terbentuk dari unsur Karbon (C) dan
Hidrogen (H). Jenis hidrokarbon yang terdapat dalam minyak atsiri sebagian besar
terdiri dari monoterpen (2 unit isopren), sesquiterpen (3 unit isopren), diterpen (4 unit
isopren) dan politerpen.
 KLASIFIKASI MINYAK ATSIRI HIDROKARBON
Hydrocarbon/hidrokarbon memiliki unsur-unsur hidrogen (H) dan karbon (C).
Hidrokarbon terdiri atas senyawa terpene. Jenis hidrokarbon yang terdapat dalam
minyak atsiri sebagian besar terdiri atas:

 monoterpen (2 unit isoprene),


 sesquiterpen (3 unit isoprene),
 diterpen (4 unit isoprene),
 politerpen,
 parafin,
 olefin dan
 hidrokarbon aromatik.

Komponen hidrokarbon yang dominan menentukan bau dan sifat khas dari
setiap jenis minyak, sebagai contoh minyak jeruk mengandung 90% limonen.
Oxygeneted Hydrocarbon mengandung unsur-unsur karbon (C), hidrogen (H), dan
oksigen (O). Yang termasuk oxygeneted hydrocarbon adalah persenyawaan alkohol,
aldehida, keton, oksida, ester dan eter. Ikatan karbon dalam oxygeneted hydrocarbon
ada yang jenuh dan ada yang tidak jenuh.
Minyak terpentin merupakan salah satu minyak atsiri golongan hidrokarbon
yang dihasilkan diIndonesia dan diekspor sebagai salah satu sumber devisa. Salah satu
komponen utama penyusun minyak terpentin adalah α -pinena yang bervariasi dari 70-
85%. Perlu dilakukan derivatisasi α -pinena sehingga dapat lebih bermanfaat dan
bernilai ekonomi lebih tinggi, misalnya sebagai bahan baku obat-obatan dan parfum.
Pada umumnya minyak terpentin tersusun oleh campuran isomer tidak jenuh,
hidrokarbon monoterpena bisiklis (C10H16) yaitu (a) α-pinena, (b) β-pinena, (c) Δ –
karena, dan (d) d-longifolena.

Minyak terpentin dapat digunakan dalam berbagai macam bidang industri. Kegunaan
minyak terpentin dapat dijelaskan sebagai berikut :

 Minyak terpentin dalam industri kimia dan farmasi seperti dalam sintesis
kamfer, terpineol dan terpinil asetat.
 Minyak terpentin dapat digunakan sebagai thiner (pengencer) dalam industry cat
dan pernis.
 Minyak terpentin juga digunakan dalam industri perekat dan pelarut lilin.

α-Pinena
α-Pinena atau 2,6,6-trimetil bisiklo [3.1.1]-2-heptena dengan rumus molekul C10H16
adalah cairan yang tidak berwarna dengan bau karakteristik seperti terpentin. Rumus
strukturnya terdiri atas dua cincin yaitu siklobutana dan sikloheksena, maka dari itu α-
pinena termasuk bisiklis. α-Pinena merupakan senyawa monoterpena, yaitu senyawa
hidrokarbon tak jenuh yang mempunyai 10 atom karbon dimana satuan terkecil dalam
molekulnya disebut isoprena. α-Pinena mempunyai kegunaan yang penting sebagai
pembuat lilin, sintesis kamfer, pembuatan geraniol dan sebagainya.
 IDENTIFIKASI DAN ISOLASI/PREPARASI MINYAK ATSIRI
Salah satu cara identifikasi komponen minyak atsiri adalah dengan
kromatografi gas (GC). Kromatografi gas adalah tehnik pemisahan suatu
persenyawaan yang mudah menguap didasarkan pada distribusi antara dua fasa yaitu
fasa tetap (stationer) dan fasa bergerak (mobil).
Identifikasi kandungan minyak atsiri dari suatu tanaman dapat diketahui
melalui bau dan rasa. Identifikasi secara kimia dapat dilakukan dengan pemberian
satu tetes asam sulfat pekat pada serbuk buah simplisia akan memberi warna ungu
kemerahan.
Ekstraksi. untuk mendapatkan minyak atsiri dapat dilakukan dengan cara
destilasi. Destilasi atau penyuliangan adalah suatu proses penguapan yang diikuti
pengembunan. Destilasi dilakukan untuk memisahkan suatu cairan dari campurannya
apabila komponen lain tidak ikut menguap (titik didih komponen lain jauh lebih
tinggi). Pada metode ini uap air digunakan untuk menyari simplisia dan dengan
adanya pemanasan kecil uap air tersebut menguap kembali bersama minyak menguap
dan dikondensasikan oleh kondensor sehingga terbentuk molekul – molekul air yang
menetes ke dalam corong pisah penampung yang telah diisi dengan air. Penyulingan
dilanjutkan hingga sempurna.
BIOSINTESIS MINYAK ATSIRI HIDROKARBON

Secara umum, biosintesa dari terpenoid dengan terjadinya 3 reaksi dasar yaitu :

 Pembentukan isoprene aktif berasal dari asam asetat melalui asam mevalonat
 Penggabungan kepala dan ekor dua unit isoprene akan membentuk mono-, sesqui,
di-, sester-, dan poli-terpenoid.
 Penggabungan ekor dan ekor dari unit C-15 atau C-20 menghasilkan triterpenoid
dan steroid.

B. Golongan hidrokarbon teroksigenasi


Komponen kimia dari golongan persenyawaan ini terbentuk dari unsure
Karbon (C), Hidrogen (H) dan Oksigen (O). Persenyawaan yang termasuk dalam
golongan ini adalah persenyawaan alcohol, aldehid, keton, ester, eter, dan fenol.
Ikatan karbon yang terdapat dalam molekulnya dapat terdiri dari ikatan tunggal,
ikatan rangkap dua, dan ikatan rangkap tiga. Terpen mengandung ikatan tunggal dan
ikatan rangkap dua.
Senyawa terpen memiliki aroma kurang wangi, sukar larut dalam alkohol
encer dan jika disimpan dalam waktu lama akan membentuk resin. Golongan
hidrokarbon teroksigenasi merupakan senyawa yang penting dalam minyak atsiri
karena umumnya aroma yang lebih wangi. Fraksi terpen perlu dipisahkan untuk
tujuan tertentu, misalnya untuk pembuatan parfum, sehingga didapatkan minyak atsiri
yang bebas terpen.

 CARA MEMPEROLEH MINYAK ATSIRI


Minyak atsiri diperoleh dengan cara ekstraksi
Proses ekstraksi meliputi beberapa tahapan :
a) Perajangan
Sebelum bahan obat tersebut di suling, sebaiknya dirajang terlebih dahulu
menjadi potongan-potongan kecil. Proses perajangn ini bertujuan untuk
memudahkan penguapan minyak atsiri dri bahan, dan untuk mengurangi sifat
kamba bahan oral. Besar ukuran partikel hasil rajangan bervariasai, tergantung
dari jenis bahan itu sendiri. Selama proses perajangan akan terjadi penguapan
komponen minyak bertitik didih rendah, dan jika dibiarkan beberapa menit
akan terjadi penyusutan bahan sekitar 0,5 % akibat penguapan minyak. Oleh
karena itu, jika di inginkan rendemen dan mutu minyak yang baik, maka hasil
rajangan harus di masukkan dalam ketel suling. Kelemahan bahan yang di
rajang karena :
1) Jumlah total minyak berkurang, akibat penguapan selama perajangan.
2) Komposisi minyak akan berubah, dan akan mempengaruhi bau.

b) penyimpanan bahan olah


Tempat dan kondisi bahan olah sebelum perajangan
mempengaruhi penyusutan minyak atsiri, namun pengaruhnya tidak begitu
besar seperti pada perajangan. Penyimpanan bahan olah dengan cara
penimbunan sering di lakukan akibat terhambatnya proses penyulingan atau
karena kapasitas ketel suling yang kurang besar. Jika bahan olah harus di
simpan sebelum di proses, mka harus di simpan dalam udara kering yang
bersuhu rendah, dan udara tidak d sirkulasi. Jika mungkin ruangan di lengkapi
dengan “air conditioner”. Sirkulasi dan kelembaban udara yang ekstrim
selama penyimpanan mengakibatkan proses resinifikasi, penguapan dan proses
oksidasi. Penyusutan minyak selama penyimpanan dalam udara kering
tergantung dari beberapa faktor, yaitu : kondisi bahan, metode dan lama
penyimpanan, dan komposisi kimia minyak dalam bahan. Bahan olah berupa
daun dan bunga tidak dapat disimpan lama, namun sebaliknya bahan berupa
kulit pohon, akar, kayu lebih tahan disimpan lama, karena jumlah minyak
yang menguap lebih kecil.
c) pelayuan dan pengeringan
Sebagian bahan olah memerlukan proses pengeringan, sebelum di
simpan atau disuling. Tujuan dari pelayuan dan pengeringan bahan olah
adalah :
a. menguapkan sebagian air dalam bahan, sehingga proses penyulingan
mudah, dan singkat.
b. Untuk menguraikan zat tidak berbau sehingga berbau wangi.sebagai
contoh ialah untuk memecahkan glikosida (amigdalin) menjadi
benzaldehid yang berbau wangi pada minyak almon dan akar orris. Hal
yang sam terjadi pula pada minyak nilam dan vanila.
Kehilangan minyak selama periode pelayuan dan pengerian
lebih besar dari kehilangan minyak selama proses penyimpanan. Hal
ini terjadi karena proses pengeringan, air dalam tanaman akan berdifusi
sambil mengangkut minyak atsiri dan akhirnya menguap.
Bahan yang mengandung fraksi minyak yang mudah
menguap, biasanya hanya dilayukan atau dikeringkan pada tingkat
kering udara, sedangkan bahan yang mengandung minyak atsiri yang
sukar menguap, biasanya dikeringkan lebih lanjut.
Minyak atsiri adalah zat cair yang mudah menguap
bercampur dengan persenywaan padat yang berbeda dalam hal
komposisi dan titik cairnya, larut dalam pelarut organik dan tidak larut
dalam pelarut air.

Berdasarkan sifat tersebut, maka minyak atsiri dapat diekstrak dengan 4 macam cara, yaitu :
1. PENYULINGAN
Penyulingan adalah proses pemisahan komponen yang berupa cairan atau
padatan dari dua macam campuran atau lebih, berdasarkan perbedaan titik uapnya dan
proses ini dilakukan terhadap minyak atsiri yang tidak larut dalam air.
Jumlah minyak yang menguap bersama-sama dengan uap air ditentuka oleh 3 faktor,
yaitu :
a. Besarnya tekanan uap yang digunakan.
b. Berat molekul masing-masing komponen dalam minyak
c. Kecepatan minyak yang keluar dari bahan yang mengandung minyak.
Proses penyulingan minyak dapat dipercepat dengan menaikkan suhu dan tekanan
atau dengan menggunakan sistem “ superheated steam “. Akan tetapi hal ini hanya
dapat dilakukan terhadap minyak atsiri yang sukar mengalami dekomposisi pada suhu
yang lebih tinggi.
Ekstraksi minyak atsiri dengan penyulingan mempunyai beberapa kelemahan yaitu :
a. Tidak baik digunakan terhadap beberapa jenis minyak yang mengalami kerusakan
oleh adanya panas dan air
b. Minyak atsiri yang mengandung fraksi ester akan terhidrolisa karena adanya air
dan panas
c. Komponen minyak yang larut dalam air tidak dapat diekstraksi.
d. Komponen minyak yang bertitik didih tinggi yang menentukan bau wangi dan
mempunyai daya fiksasi terhadap bau sebagian tidak ikut tersuling dan tetap
tertinggal dalam bahan.
e. Bau wangi minyak yang dihasilkan sedikit berubah dari bau wangi alamiah.
2. PENGEPRESAN ( pressing )
Ekstrak minyak atsiri dengan pengepresan umumnya dilakukan terhadap
bahan beruba biji, buah atau kulit buah yang dihasilkan dari tanaman yang termasuk
famili citrus, karena minyak dari famili tanaman tersebut akan mengalami kerusakan
jika diekstraksi dengan penyulingan. Akibat tekanan pengepresan, maka sel – sel yang
mengandung minyak akan pecah dan minyak akan mengalir kepermukaan bahan.
Beberapa jenis minyak yang dapat diekstraksi dengan cara pengepresan adalah
minyak “ almond” , “ apricot “, “ lemon “, minyak kulit jeruk, “ mandarin “, “ grape
fruit “ dan beberapa jenis minyak lainnya.
Berdasarkan tipe, maka alat pengepresan ada 2 macam tipe , yaitu hydraulic pressing
dan expeller pressing.

3. EKSTRAKSI DAN PELARUT MENGUAP ( solvent extraction )


Prinsip ekstraksi ini adalah melarutkan minyak atsiri dalam bahan dengan
pelarut organik yang mudah menguap. Proses ekstraksi biasanya dilakukan dalam
suatu wadah ( ketel ) yang disebut “ extractor ”. Berbagai tipe “ extractor “ yang telah
dikenal adalah “ Bonotto extractor “, “ Kennedi extractor “, “ Bpllsman extractor “, “
De Smet extractor “, “ Hilderbrandt extractor “.

Ekstraksi dengan pelarut organik umumnya digunakan untuk mengekstrasi minyak


atsiri yang mudah rusak oleh pemanasan dengan uap dan air, terutama untuk
mengekstrak minyak dari bunga-bungaan misalnya bunga cempaka, melati, mawar,
dll.

1. Pemilihan pelarut
Salah satu proses yang menentukan keberhasilan proses ekstraksi adalah jenis dan
mutu pelarut yang digunakan. Pelarut yang baik harus memenuhi persyarata sebagai
berikut :
a. Harus dapat melarutkan semua zat wangi dalam bunga secara sempurna, dan tidak
dapat melarutkan bahan seperti lilin, pigmen, senyawa albumin.
b. Mempunyai titik didih yang cukup rendah, agar pelarut mudah diuapkan, namun
titik didih pelarut tersebut tidak boleh terlalu rendah, karena hal ini akan
mengakibatkan hilangnya sebagian pelarut pada waktu pemisahan pelarut.
c. Pelarut tidak boleh larut dalam air.
d. Pelarut haru bersifat “ inert “, sehingga tidak bereaksi dengan komponen minyak
bunga.
e. Pelarut harus mempunyai titik didih yang seragam, sehingga jika diuapkan tidak
tertinggal dalam minyak.
f. Harga pelarut harus serendah mungkin, dan tidak mudah terbakar

Penggunaan campuran berbagai pelarut dapat menghasilkan rendemen dan mutu


minyak yang cukup baik, dibandingkan dengan pelarut murni. Beberapa jenis pelarut
yang biasa dipergunakan dalam proses ekstraksi minyak atsiri antara lain petroleum
ether, benzene, alcohol.

4. EKSTRAKSI DENGAN LEMAK PADAT

Proses ekstraksi ini digunakan khusus untuk mengekstraksi minyak


bunga-bungaan, dalam rangka mendapatkan mutu dan rendemen minyak yang tinggi.

1. Sifat bunga
Pada umumnya bunga setelah dipetik akan tetap hidup secara fisiologis. Daun bunga
terus menjalankan proses hidupnya dan tetap memproduksi minyak atsiri dan minyak
yang terbentuk dalam bunga akan menguap dalam waktu singkat. Kegiatan bunga
dalam memproduksi minyak akan terhenti dan mati jiak kena panas, kontak atau
terendam dalam pelarut organik. Dengan demikian pelarut hanya dapat mengekstraksi
minyak yang terdapat dalam sel bunga yang terbentuk pada saat bahan tersebut kontak
dengan pelarut.
Untuk mendapatkan rendemen minyak yang lebih tinggi dan mutu yang lebih baik,
maka selama proses ekstraksi berlangsung perlu dijaga agar proses fisiologi dalam
bunga tetap berlangsung dalam waktu selama mungkin, sehingga bunga tetap dapat
memproduksi minyak atsiri. Hal ini dapat dilakukan dengan cara mengekstraksi
minyak bunga menggunakan lemak hewani atau nabati.

Ekstraksi minyak dari bunga-bungaan dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu “


enfleurage “ dan “ macerate “.

a. Enfleurasi ( enfleurage )
Pada proses ini, absorbs minyak atsiri oleh lemak dilakukan pada suhu rendah
( keadaan dingin ) sehingga minyak terhindar dari kerusakan yang disebabkan oleh
panas. Proses enfleurasi menghasilkan rendemen minyak yang lebih tinggi
dibandingkan dengan metode lainnya. Kelemahan proses ini adalah karena
memerlukan waktu yang lebih lama, dan membutuhkan tenaga kerja yang terampil
dan berpengalaman.
Akhir dari Proses ekstraksi ini ditandai dengan, jika lemak telah jenuh dengan minyak
bunga, dan selanjutnya minyak bunga dalam pomade diekstraksi dengan
menggunakan alcohol. Hasil ekstraksi minyak bunga dari pomade, menggunakan
alcohol menghasilkan campuran minyak bunga dengan alcohol. Jika alcohol tersebut
dipisahkan, maka akan diperoleh minyak bunga yang larut dalam sejumlah kecil
alcohol, disebut ekstrait.

Lemak mempunyai sifat dapat mengabsorbsi bau disekitarnya dan prinsip ini
digunakan sebagai dasar untuk mengekstraksi minyak dari tanaman bunga.

Syarat-syarat lemak yang digunakan

1. Lemak tidak berbau


Lemak yang berbau tidak dikehendaki, karena dapat mencemari bau
minyak atsiri yang dihasilkan. Bau lemak dapat dihilangkan dengan proses
deodorisasi.
2. Lemak mempunyai konsistensi tertentu
Konsistensi lemak yang digunakan perlu diatur, karena lemak yang
terlalu keras mempunyai daya absorbs yang rendah. Jika konsistensi lemak
terlalu lunak, maka lemak banyak melekat pada bunga sehingga sukar
dipisahkan.
Konsistensi lemak dapat diatur dengan cara hidrogenasi atau
mencampur 2 macam lemak yang titik cairnya berbeda, sehingga didapatkan
lemak dengan konsistensi dan titik cair tertentu. Lemak yang sudah sekali
dipakai pada proses ekstraksi tidak dapat dipakai kembali dan biasanya
dijadikan sabun dan kosmetik.

Keuntungan dan kerugian metode absorbs oleh lemak:

Keuntungan :

1. Rendemen minyak yang dihasilkan lebih tinggi dibandingkan dengan


menggunakan cara “ solvent ectraction “.
2. Minyak yang dihasilkan berbau lebih wangi karena kerusakannya relative
kecil.

Kerugian :

1. Metode tersebut penggunaannya terbatas pada beberapa jenis bunga saja.


2. Lemak yang mengandung antioksidan, dapat merubah bau minyak atsiri
3. Ekstraksi minyak atsiri dari “ pomade “ dengan menggunakan alcohol akan
mengekstrak lemak dalam jumlah kecil.
4. Lemak dapat digunakan hanya untuk satu periode ekstraksi, yaitu sampai
lemak sudah jenuh oleh minyak atsiri

CONTOH SUMBER MINYAK ATSIRI YANG DIAMBIL DARI BUNGA:

 CENGKEH

 Nama simplisia : Caryophylli Flos

 Nama Tanaman asal : Eugenia caryophyllus


( spreng )

 Famili : Myrtaceae

 Zat berkhasiat utama : Minyak atsiri


yang mengandung eugenol. Zat serupa
damar, tidak berasa, hablurnya berupa jarum
yang disebut kariofilin, zat penyamak dan
Gom.

 Kegunaan : Stimulansia, obat mulas,


antiemetikum.
CONTOH TANAMAN YANG DIAMBIL DARI BUAH ATAU KULIT BUAH :
 TANAMAN ADAS MANIS

Nama simplisia: Anisi Fructus

Nama Tanaman Asal: Pimpinella anisum

Famili: Apiaceae

Zat berkhasiat: Minyak atsiri yang


mengandung anetol,metilkavinol,anis-keton,
asetal dehida, minyak lemak, zat putih telur,
hidrat arang.

Kegunaan: Karminativa, obat mulas.


BAB V

KESIMPULAN

Berdasarkan data pengamatan dan pembahasan dapat dsimpulkan :

Minyak atsiri (minyak menguap = volatile oil) adalah jenis minyak yang
berasal dari bahan nabati, bersifat mudah menguap pada suhu kamar tanpa mengalami
peruraian dan apabila dibiarkan terbuka dan memiliki bau seperti tanaman asalnya
(khas).
Minyak atsiri bersifat mudah menguap karena titik uapnya rendah. Selain itu
susunan senyawa komponennya kuat memengaruhi saraf manusia (terutama di
hidung)sehingga sering sekali memberikan efek psikologi tertentu.
Minyak atsiri merupakan senyawa yang penting sebagai dasar wewangian
alat dan juga untuk rempah-rempah serta sebagai cita rasa dalam industri makanan.
Pada industri minuman beralkohol bermanfaat dalam pembuatan butter, cordials, rums,
vermouths, whiskies, wines, dan sebagainya.
pada praktikum kali ini pada sampel Minyak Cengkeh mendapatkan hasil
positif pada uji noda,uji volume dan uji reduksi. mendapatkan uji sebar menghasilkan
negatif, pada uji kelarutan karut dalam etanol dan kloroform tidak larut dalam PE.
untuk Minyak Mawar positif pada uji sebar,uji noda,uji volume dan uji reduksi, larut
dalam uji kelarutan pada etanol kloroform dan PE. Minyak Adas positif uji nosa,uji
volume dan uji reduksi,mendapatkan negatif pada uji sebar larut dalam uji kelarutan
etanol metanol dan PE. Minyak Lavender mendapatkan hasil positif pada uji sebar,uji
noda,uji volume,uji kelarutan dan uji reduksi. Minyak jeruk mendapatkan hasil positif
pada uji sebar,uji noda,uji volume,uji kelarutan dan uji reduksi dan terakhir pada
Minyak Kayu Putih mendapatkan hasil positif pada uji sebar,uji noda,uji volume,uji
kelarutan dan uji reduksi.

pada indentifikasi komponen khusus pada uji ozason untuk minyak kayu
manis mendapatkan hasil terdapat kristal berbentuk jarum pada uji eugenol untuk
minyak cengkeh mendapatkan hasil terdapat kristal berbentuk kotak.
BAB VI

DAFTAR PUSTAKA

Insyani,R.(2018). Komposisi dan Manfaat Senyawa Kimia dalam Minyak Atsiri. Jakarta
Selatan : Universitas Nasional.

Ketaren. 1985. Pengantar Teknologi Minyak Atsiri. Jakarta : Balai Pustaka


Kayu Putih ( Melaleuca leucadendron,L.). Banjar baru : Universitas Lambung Mangkurat.

Nurdin,M.(2018). Pemisahan Minyak Atsiri. Kendari : Universitas Haluoleo

Rohiatna,Nanda.(2019). Isolasi dan Identifikasi Komponen Minyak Atsiri Daun

Surahman dan Murti Herawati. 2001. Farmakognosi jilid II. Jakarta : Departemen Kesehatan

Widyastuti, kiki dkk. 2001. Farmakognosi jilid I. Jakarta : Departemen kesehatan


LAMPIRAN

1) Uji Sebar

2) Uji Noda

3) Uji Volume
4) Uji Kelarutan
5) Uji Reduksi
6) Uji Ozason

7) Uji Eugenol

Anda mungkin juga menyukai