Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI PENGOLAHAN REMPAH DAN MINYAK ATSIRI

Disusun Oleh: Kelompok 3 1. Abdul Rosyid (H3111002)

2. Erlangga Hermawan (H3111022) 3. Hanifah Alfia 4. Margareta Yovita 5. Nunur Doko 6. Rohana (H3111031) (H3111042) (H3111050) (H3111058)

DIPLOMA III TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2013

ACARA III ANALISIS MUTU MINYAK ATSIRI

A. TUJUAN Tujuan praktikum acara 3 Analisis Mutu Minyak Atsiri adalah menentukan karakteristik mutu minyak atsiri daun jeruk purut meliputi analisis warna, bau, berat jenis, dan kelarutan dalam alkohol.

B. TINJAUAN PUSTAKA Salah satu sumber daya alam yang potensial adalah jeruk purut. Tanaman ini berpotensi sebagai penghasil minyak atsiri. Daun jeruk purut mengandung sabinena dan limonena yang berguna untuk kosmetik, aromaterapi, pencuci rambut, antelmintik, obat sakit kepala, nyeri lambung dan biopestisida. Istilah minyak atsiri adalah istilah yang digunakan untuk minyak yang bersifat mudah menguap, yang terdiri dari campuran zat yang mudah menguap, dengan komposisi dan titik didih yang berbeda-beda. Minyak atsiri banyak digunakan dalam industri sebagai pemberi aroma dan rasa. Minyak atsiri yang berasal dari daun jeruk purut disebut combava petitgrain (dalam bahasa afrika) yang banyak digunakan dalam industry makanan, minuman, farmasi, flavor, parfum, pewarna dan lain-lain (Munawaroh dan Handayani, 2010). Minyak atsiri adalah campuran beberapa senyawa yang mudah menguap dan unsur utamanya sering digunakan sebagai agen nabati karena kemampuannya sebagai obat tradisional dan toksisitasnya terhadap kapang patogenik tanaman dan serangga. Sereh dapur (Cymbopogon citratus) adalah salah satu tanaman penghasil minyak atsiri. Di Indonesia, spesies yang lebih dikenal adalah West Indian Lemongrass dan masyarakat umumnya menggunakannya sebagai campuran bumbu dapur dan rempah-rempah karena mempunyai aroma khas seperti lemon. Aroma ini diperoleh dari senyawa sitral yang terkandung dalam minyak atsiri sereh. Minyak atsiri yang terkandung

dalam sereh dapur memiliki khasiat sebagai antijamur dan antibakteri (Ella dkk, 2013). Minyak atsiri merupakan salah satu komoditas ekspor Indonesia yang digunakan dalam industri parfum, kosmetik, farmasi dan makanan. Minyak ini dikenal dengan nama minyak eteris, minyak esensial atau minyak terbang karena mengandung senyawa organik golongan terpen yang mudah menguap pada suhu kamar tanpa mengalami dekomposisi. Minyak atsiri memiliki rasa getir dan berbau wangi yang sesuai dengan bau tanaman aslinya. Minyak atsiri memiliki kandungan aktif yang disebut terpenoid atau terpen. Jika tanaman memiliki kandungan senyawa ini berarti tanaman tersebut berpotensi dijadikan minyak atsiri. Zat inilah yang mengeluarkan aroma atau bau khas yang terdapat pada banyak tanaman misalnya rempah-rempah yang dapat memberikan cita rasa di dalam industri makanan. Di dalam tanaman, minyak atsiri juga mengandung semacam zat yang berguna mengusir serangga dan untuk menarik serangga dalam proses penyerbukan (Simanihuruk, 2013). Daun jeruk purut berwarna hijau kekuningan dan beraroma harum. Bentuk daunnya membulat dengan ujung tumpul dan tangkai daunnya bersayap lebar. Bahan baku pembuatan minyak jeruk purut (kaffir lime oil) adalah bagian daunnya. Untuk menghasilkan minyak atsiri, perlu dilakukan proses penyulingan. Berdasarkan spesies, tanaman kayu manis dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu cinnamomum burmanii yang warna minyaknya kuning kecokelatan, cinnamomum acasia, dan cinnamomum loureirii yang warna minyak kuning kecokelatan hingga cokelat pucat. Bagian kulit batang kayu manis merupakan bahan baku minyak atsiri. Bagian tanaman kayu putih yang dapat disuling menjadi minyak atsiri adalah daunnya. Hindari pengeringan langsung di bawah sinar matahari karena dapat mengurangi kandungan minyak atsiri akibat penguapan (Rusli, 2010). Daun jeruk purut dapat diolah untuk diambil minyak asirinya. Minyak asiri daun jeruk purut tidak berwarna (bening) sampai kehijauan, tergantung pada ekstraksinya. Minyak asiri daun jeruk purut dari hasil penyulingan (destilasi) mengandung sitronelat 81,49%, sitronelol 8,22%, linalol 3,69%,

geraniol 0,31%, dan beberapa komponen lain dalam jumlah sedikit. Pengolahan daun jeruk purut yang dilakukan dengan destilasi menggunakan bahan pelarut etanol, heksana, etilen diklorida, aseton isopropanol, dan metanol (Rukmana, 2003). Daun jeruk purut majemuk, berbentuk bulat telur sampai lonjong, menyirip, beranak daun satu, tangkai sebagian melebar menyerupai anak daun, pangkal membundar atau tumpul, ujung tumpul sampai meruncing, dan tepi beringgit. Permukaan atas daun berwarna hijau tua agak mengilap. Sedangkan permukaan bawah berwarna hijau muda atau hijau kekuningan dan buram. Jika daun diremas, baunya harum dan menyengat. Daun jeruk purut mengandung tanin 1,8%, steroid triterpenoid, dan minyak atsiri 1-1,5%. Kulit buah mengandung saponin, tanin 1%, steroid triterpenoid, dan minyak atsiri yang mengandug sitrat 2-2,5% (Utami, 2008). Minyak atsiri dari jeruk purut dapat diperoleh dengan melakukan penyulingan. Jeruk purut adalah salah satu anggota suku jeruk-jerukan, Rutacea, dari jenis Citrus. Nama latinnya adalah Citrus hystrix. Jika daun jeruk purut disuling, dihasilkan minyak atsiri yang dari tidak berwarna (bening) sampai kehijauan, minyak atsiri berbau harum mirip bau daun jeruk purut. Minyak atsiri hasil destilasi menggunakan uap mengandung 57 jenis komponen kimia (Anonima, 2012). Nilai bobot jenis minyak atsiri berkisar antara 0,696-1,188 dan pada umumnya nilai tersebut lebih kecil dari 1000 untuk tiap jenis minyak. Nilai bobot jenis (BJ) minyak atsiri pada suhu 150C / 150C didefinisikan sebagai perbandingan antara berat minyak pada suhu 150C dengan berat air pada volume air yang sama dengan volume minyak pada suhu 150C. Untuk penetapan nilai bobot jenis, ketelitian angka ditentukan sampai 3 desimal, sehingga alat hydrometer jarang digunakan. Piknometer dapat digunakan untuk menetapkan nilai bobot jenis secara praktis (Saripudin, 2012). Tanaman cengkeh adalah tanaman rempah, dimana bagian utama tanaman cengkeh yang paling komersial adalah bunga cengkeh yang sebagian besar digunakan dalam industri rokok yaitu berkisar 80-90%. Sementara untuk

daun cengkeh belum termanfaatkan secara maksimal dan masih dianggap limbah yang kurang berguna. Padahal daun cengkeh memiliki kandungan minyak atsiri 1-4%. Dengan kandungan tersebut memungkinkan untuk dilakukan penyulingan minyak yang terkandung didalamnya, sehingga limbah tersebut memiliki nilai ekonomis yang tinggi. Kualitas dan kuantitas minyak atsiri yang dihasilkan ditunjang oleh proses pengolahan yang dilakukan. Seringkali pengolahan minyak atsiri dilakukan dengan cara penyulingan (Nuryoto, 2011). Menurut KBBI, piknometer adalah bejana yang dilengkapi dengan termometer untuk mengukur dan membandingkan berat jenis zat cair atau zat padat. Pengukuran dengan piknometer harus dilakukan pada suhu tetap. Selain itu, volume zat cair harus sama dengan volume piknometer. Piknometer terdiri dari tiga bagian, yaitu tutup pikno yang merupakan bagian tutup mempunyai lubang berbentuk saluran kecil, thermometer yang merupakan mengamati bahwa zat yang diukur memiliki suhu yang tetap, labu dari gelas yang merupakan tempat meletakkan zat yang akan di ukur massa jenisnya (Anonimb, 2011). Berat jenis merupakan salah satu kriteria penting dalam menentukan mutu dan kemurnian minyak atsiri. Berat jenis sering dihubungkan dengan fraksi berat komponen-komponen yang terkandung didalamnya. Semakin besar fraksi berat yang terkandung dalam minyak, maka semakin besar pula nilai densitasnya. Biasanya berat jenis komponen terpen teroksigenasi lebih besar dibandingkan dengan terpen tak teroksigenasi. Kelarutan minyak dalam alkohol ditentukan oleh jenis komponen kimia yang terkandung dalam minyak. Pada umumnya minyak atsiri yang mengandung persenyawaan terpen teroksigenasi lebih mudah larut daripada yang mengandung terpen. Makin tinggi kandungan terpen makin rendah daya larutnya atau makin sukar larut, karena senyawa terpen tak teroksigenasi merupakan senyawa nonpolar yang tidak mempunyai gugus fungsional. Hal ini dapat disimpulkan bahwa semakin kecil kelarutan minyak atsiri pada alkohol (biasanya alkohol 90%) maka kualitas minyak atsirinya semakin baik (Ferry, 2007).

Minyak atsiri atau yang dikenal sebagai minyak eteris (aetheric oil), minyak esensial, minyak terbang serta minyak aromatik adalah kelompok besar minyak nabati atau berasal dari tumbuh-tumbuhan yang merupakan bahan dasar dari wangi-wangian atau minyak gosok (untuk pengobatan) alami dan mempunyai aroma khas. Minyak atsiri bersifat mudah menguap karena titik uapnya rendah. Susunan senyawa komponennya kuat mempengaruhi saraf manusia (terutama di hidung) sehingga memberikan efek psikologis tertentu (baunya kuat). Minyak atsiri mempunyai rasa getir (pungent taste), berbau wangi sesuai dengan bau tanaman penghasilnya dan umumnya larut dalam pelarut organik tetapi tidak larut dalam air. Minyak atsiri dapat bersumber pada setiap bagian tanaman yaitu dari daun, bunga, buah, biji, batang atau kulit dan akar atau rhizome (Saraswati, 2012)

C. METODOLOGI 1. Alat a. Penentuan warna dan bau 1) Botol b. Penentuan berat jenis 1) Piknometer 2) Pipet ukur 3) Propipet 4) Neraca analitik c. Pengujian kelarutan dalam alkohol 1) Tabung reaksi 2) Pipet volume 3) Propipet 4) Botol 2. Bahan a. Penentuan warna dan bau 1) Minyak jeruk purut 2) Minyak kayu manis

3) Minyak sereh dapur 4) Minyak cengkeh 5) Minyak citrunella 6) Minyak kayu putih b. Penentuan berat jenis 1) Aquadest 2) Minyak jeruk purut peram 3) Minyak jeruk purut segar 4) Minyak jeruk purut giling kasar 5) Minyak kayu putih 6) Minyak cengkeh 7) Minyak citrunella c. Pengujian kelarutan dalam alkohol 1) Minyak jeruk purut peram 2) Minyak jeruk purut segar 3) Minyak jeruk purut giling kasar 4) Etanol 70% dan 96% 3. Cara kerja a. Penentuan warna dan bau Prinsip: Didasarkan pada pengamatan visual dan dengan menggunakan indra penglihatan dan indra penciuman langsung terhadap sampel minyak atsiri. Catatan: bandingkan aroma bahan baku dengan minyak atsiri.

b. Penentuan berat jenis Piknometer dicuci dan dibersihkan

Dibasuh berturut-turut dengan etanol dan dietil eter, ditunggu hingga kering

Diletakkan didalam lemari timbangan hingga berat konstan (mp)

Diisi dengan aquadest dan dihindarkan adanya gelembung udara

Disisipkan penutupnya dan dikeringkan bagian luar piknometer

Piknometer+aquadest diletakkan didalam lemari timbangan hingga berat konstan (m1)

Piknometer dikosongkan, dicuci dengan etanol dan dietil eter, ditunggu hingga kering

Diisi dengan minyak atsiri daun jeruk purut dan dihindarkan adanya gelembung udara

Disisipkan penutupnya dan dikeringkan bagian luar piknometer

Piknometer+minyak diletakkan didalam lemari timbangan hingga berat konstan (m2)

c. Pengujian kelarutan dalam alkohol

Minyak atsiri daun jeruk purut

Dimasukkan sebanyak 0,5 ml ke dalam tabung reaksi

Ditambahkan etanol sebanyak volume sampel

Penambahan dilakukan dengan kelipatan jumlah awal sampel

Penambahan dilakukan sampai diperoleh suatu larutan yang sebening mungkin

D. HASIL DAN PEMBAHASAN Tabel 3.1 Pengujian Warna dan Bau Minyak Atsiri Jenis Kel. Parameter SNI Minyak Bening sampai Warna kehijauan Jeruk Purut 2 dan 4 Bau Khas jeruk purut Kuning mudaWarna coklat muda Kayu Manis 6 dan 8 Bau Khas kayu manis Kuning pucat Warna sampai kuning Sereh Dapur 1 dan 3 kecoklatan Bau Khas sereh Warna Cengkeh 5 dan 7 Bau Warna Bau Warna Kayu Putih 10 dan 12 Bau
Sumber: Laporan Sementara

Hasil praktikum dan Uraian Putih kekuningan Menyengat Kuning bening Seperti minyak kayu putih Kuning kecoklatan Sangat menyengat Bening, hijau kecoklatan Menyengat khas cengkeh Kuning bening Menyengat Kuning bening Menyengat

Citrunella

9 dan 11

Kuning coklat tua Khas minyak cengkeh Kuning pucatkuning kecoklatan Khas sereh wangi Jernih sampai kuning kehijauan Khas minyak kayu putih

Pembahasan: Praktikum acara 3 ini yaitu Analisis Mutu Minyak Daun Jeruk Purut, pada tabel 3.1 tentang pengujian warna dan bau minyak atsiri, jenis minyak yang digunakan adalah minyak jeruk purut, minyak kayu manis, minyak sereh dapur, minyak cengkeh, minyak citrunella, dan minyak kayu putih. Setiap jenis minyak digunakan untuk dua kelompok, pembagiannya adalah untuk kelompok 2 dan 4 menggunakan minyak jeruk purut, kelompok 6 dan 8 menggunakan minyak kayu manis, kelompok 1 dan 3 menggunakan minyak sereh dapur, kelompok 5 dan 7 menggunakan minyak cengkeh, kelompok 9 dan 11 menggunakan minyak citrunella, dan kelompok 10 dan 12 menggunakan minyak kayu putih.

Pada praktikum ini, dilakukan pengujian warna dan bau terhadap masingmasing minyak tersebut. Dari tiap dua kelompok yang melakukan praktikum, diambil satu hasil saja baik dari warna maupun bau. Masing-masing dari jenis minyak yang diuji, memiliki hasil warna dan bau yang berbeda, tetapi ada juga beberapa minyak yang warna dan baunya sama. Berdasarkan dari hasil praktikum acara 3 ini, untuk minyak jeruk purut warnanya putih kekuningan sedangkan baunya menyengat, minyak kayu manis warnanya kuning bening sedangkan baunya seperti minyak minyak kayu putih, minyak sereh dapur warnanya kuning kecoklatan sedangkan baunya sangat menyengat, minyak cengkeh warnanya bening hijau kecoklatan sedangkan baunya menyengat khas cengkeh, minyak citrunella warnanya kuning bening sedangkan baunya menyengat, minyak kayu putih warnanya kuning bening sedangkan baunya menyengat. Dari hasil praktikum tersebut jika dibandingkan dengan parameter SNI tidak jauh berbeda. Berdasarkan standar mutu SNI minyak jeruk purut memiliki warna bening sampai kehijauan dan baunya khas jeruk purut. Minyak kayu manis memiliki warna kuning muda-coklat muda dan baunya khas kayu manis. Minyak sereh dapur memiliki warna kuning pucat sampai kuning kecoklatan dan baunya khas sereh. Minyak cengkeh memiliki warna kuning cokat tua dan baunya khas minyak cengkeh. Minyak citronella memiliki warna kuning pucat-kuning kecoklatan dan baunya khas sereh wangi. Minyak kayu putih memiliki warna jernih sampai kuning kehijauan dan baunya khas minyak kayu putih.

Tabel 3.2 Pengujian Berat Jenis Minyak Atsiri Ukuran Jenis Minyak Kel. Piknometer+minyak Piknometer 2 5 16,195 Jeruk Purut Peram 4 10 21,758 6 5 16,281 Jeruk Purut Segar 8 10 20,856 10 5 16,282 Jeruk Purut Giling Kasar 12 10 20,605 1 5 16,444 Kayu Putih 3 10 21,244 5 5 17,053 Cengkeh 7 10 22,308 9 5 16,421 Citrunella 11 10 21,847
Sumber: Laporan Sementara

BJ 0,841 0,836 0,859 0,858 0,859 0,831 0,893 0,784 1,018 1,005 0,888 0,846

BJ rata-rata 0,8385 0,8585 0,845 0,839 1,0115 0,867

Perhitungan kelompok 3:

Keterangan: m1 = piknometer + aquades m2 = piknometer + minyak mp = piknometer kosong (ukuran 10) Pembahasan: Pada tabel 3.2 tentang pengujian berat jenis minyak atsiri, menggunakan jenis minyak jeruk purut peram untuk kelompok 2 dan 4, minyak jeruk purut segar untuk kelompok 6 dan 8, minyak jeruk purut giling kasar untuk kelompok 10 dan 12, minyak kayu putih untuk kelompok 1 dan 3, minyak cengkeh untuk kelompok 5 dan 7, dan minyak citrunella untuk kelompok 9 dan 11. Pada praktikum pengujian berat jenis ini, alat yang digunakan adalah piknometer. Masing-masing kelompok menguji berat jenis

minyak atsiri dengan ukuran piknometer yang berbeda. Pada kelompok 2, 6, 10, 1, 5, dan 9 menggunakan piknometer ukuran 5. Sedangkan pada kelompok 4, 8, 12, 3, 7, dan 11 menggunakan piknometer ukuran 10. Dari hasil praktikum berat jenis rata-rata dari sampel minyak berbedabeda. Minyak jeruk purut peram memiliki BJ rata-rata sebesar 0,8385. Minyak jeruk purut segar BJ rata-ratanya sebesar 0,8585. Minyak jeruk purut giling kasar memiliki BJ rata-rata sebesar 0,845. Minyak kayu putih memiliki BJ rata-rata sebesar 0,839. Minyak cengkeh memiliki BJ rata-rata sebesar 1,0115. Minyak citronella memiliki BJ rata-rata sebesar 0,867. Menurut teori Saripudin (2012), nilai bobot jenis minyak atsiri berkisar antara 0,696-1,188 dan pada umumnya nilai tersebut lebih kecil dari 1000 untuk tiap jenis minyak. Jika dibandingkan dengan hasil praktikum, nilai berat jenis hasil praktikum dengan menurut teori sudah sesuai. Maksudnya berat jenis hasil praktikum berada di antara nilai bobot jenis menurut teori, jadi hasil praktikum tidak menyimpang. Berat jenis berhubungan dengan mutu minyak yang dihasilkan. Hubungan antara berat jenis dengan mutu minyak adalah bobot jenis yang tinggi mengarah pada mutu minyak yang baik. Hal ini dikarenakan komponen dengan berat jenis tinggi terkandung dalam minyak. Tabel 3.3 Pengujian Kelarutan Dalam Alkohol Jenis Minyak Kadar Etanol Kelompok 96% Jeruk Purut Peram 70% 50% 96% Jeruk Purut Segar 70% 50% 96% Jeruk Purut Giling Kasar
Sumber: Laporan Sementara

Perbandingan 1:1 1:4 1:8 (tidak bisa bening) 1:1 1:4 1:8 (tidak bisa bening) 1:1 1:4 1:8 (tidak bisa bening)

2 4 1 8 6 dan 10 5 3 dan 7 12 11 dan 9

70% 50%

Pembahasan: Pada tabel 3.3 tentang pengujian kelarutan dalam alkohol, masingmasing kelompok menguji minyak atsiri yang berbeda dengan kadar etanol yang berbeda juga. Pada kelompok 2, 4, dan 1 menggunakan jenis minyak jeruk purut peram, tetapi untuk kadar etanolnya kelompok 2 sebesar 96%, kelompok 4 sebesar 70%, dan kelompok 1 sebesar 50%. Pada kelompok 8, 6, 10, dan 5 menggunakan jenis minyak jeruk purut segar, tetapi untuk kadar etanol kelompok 8 sebesar 96%, kelompok 6 dan 10 sebesar 70%, kelompok 5 sebesar 50%. Pada kelompok 3, 7, 12, 11, dan 9 menggunakan jenis minyak jeruk purut giling kasar, tetapi kadar etanol kelompok 3 dan 7 sebesar 96%, kelompok 12 sebesar 70%, kelompok 11 dan 9 sebesar 50%. Pengujian kelarutan dalam alkohol dilakukan dengan cara masingmasing dari jenis minyak tersebut ditambahkan dengan etanol dengan kadar yang berbeda-beda untuk tiap kelompok. Hasil dari praktikum ini adalah perbandingan minyak jeruk purut peram dengan berbagai kadar etanol yaitu dengan kadar 96% perbandingannya 1:1, dengan kadar 70% perbandingannya 1:4, dengan kadar 50% perbandingannya 1:8 (tidak bisa bening). Lalu perbandingan minyak jeruk purut segar dengan berbagai kadar etanol yaitu dengan kadar 96% perbandingannya 1:1, dengan kadar 70% perbandingannya 1:4, dengan kadar 50% perbandingannya 1:8 (tidak bisa bening). Kemudian perbandingan minyak jeruk purut giling kasar dengan berbagai kadar etanol yaitu dengan kadar 96% perbandingannya 1:1, dengan kadar 70% perbandingannya 1:4, dengan kadar 50% perbandingannya 1:8 (tidak bisa bening). Kelarutan dalam alkohol berhubungan dengan mutu minyak yang dihasilkan. Hubungan antara kelarutan alkohol dengan mutu minyak adalah semakin kecil kelarutan minyak atsiri pada alkohol (biasanya alkohol 90%), maka kualitas minyak atsirinya semakin baik. Sesuai dengan

pernyataan Guenther bahwa kelarutan minyak dalam alkohol ditentukan oleh jenis komponen kimia yang terkandung dalam minyak. Pada umumnya minyak atsiri yang mengandung persenyawaan terpen teroksigenasi lebih

mudah larut daripada yang mengandung terpen. Makin tinggi kandungan terpen makin rendah daya larutnya atau makin sukar larut, karena senyawa terpen tak teroksigenasi merupakan senyawa nonpolar yang tidak mempunyai gugus fungsional. Pengaruh kadar etanol terhadap kelarutan minyak adalah semakin kecil kadar etanolnya maka minyak atsiri semakin sulit larut dalam alkohol.

E. KESIMPULAN Kesimpulan yang di dapat dari praktikum acara 3 ini adalah: 1. Berdasarakan hasil praktikum, karakteristik mutu minyak atsiri jeruk purut meliputi analisis warna dan baunya adalah putih kekuningan dan menyengat. Sedangkan menurut SNI, karakteristik mutu minyak atsiri jeruk purut meliputi warna dan baunya adalah bening sampai kehijauan dan khas jeruk purut. 2. Berdasarakan hasil praktikum, karakteristik mutu minyak atsiri kayu manis meliputi analisis warna dan baunya adalah kuning bening dan seperti minyak kayu putih. Sedangkan menurut SNI, karakteristik mutu minyak atsiri kayu manis meliputi warna dan baunya adalah kuning muda-coklat muda dan khas kayu manis. 3. Berdasarakan hasil praktikum, karakteristik mutu minyak atsiri sereh dapur meliputi analisis warna dan baunya adalah kuning kecoklatan dan sangat menyengat. Sedangkan menurut SNI, karakteristik mutu minyak atsiri sereh dapur meliputi warna dan baunya adalah kuning pucat sampai kuning kecoklatan dan khas sereh. 4. Berdasarakan hasil praktikum, karakteristik mutu minyak atsiri cengkeh meliputi analisis warna dan baunya adalah bening, hijau kecoklatan dan menyengat khas cengkeh. Sedangkan menurut SNI, karakteristik mutu minyak atsiri cengkeh meliputi warna dan baunya adalah kuning coklat tua dan khas minyak cengkeh. 5. Berdasarakan hasil praktikum, karakteristik mutu minyak atsiri citrunella meliputi analisis warna dan baunya adalah kuning bening dan menyengat.

Sedangkan menurut SNI, karakteristik mutu minyak atsiri citrunella meliputi warna dan baunya adalah kuning pucat-kuning kecoklatan dan khas sereh wangi. 6. Berdasarakan hasil praktikum, karakteristik mutu minyak atsiri kayu putih meliputi analisis warna dan baunya adalah kuning bening dan menyengat. Sedangkan menurut SNI, karakteristik mutu minyak atsiri kayu putih meliputi warna dan baunya adalah jernih sampai kuning kehijauan dan khas minyak kayu putih. 7. Karakteristik mutu minyak atsiri berdasarkan berat jenisnya adalah bobot jenis yang tinggi mengarah pada mutu minyak yang baik. Pada hasil praktikum yang memiliki bobot jenis yang tinggi adalah minyak atsiri cengkeh yaitu sebesar 1,0115. 8. Karakteristik mutu minyak atsiri jeruk purut berdasarkan kelarutannya dalam alkohol adalah semakin kecil kelarutan minyak atsiri pada alkohol (biasanya alkohol 90%), maka kualitas minyak atsirinya semakin baik.

DAFTAR PUSTAKA Anonima. 2012. Minyak Atsiri dari Daun Jeruk Purut: Proses Penyulingan dan Ekstraksi. www.artikelkimia.com/minyak-atsiri-dari-daun-jeruk-purutproses-penyulingan-dan-ekstraksi.html. Diakses pada hari Kamis, 18 April 2013 pukul 10.00 WIB Anonimb. 2011. Piknometer. www.wakeriko.blogspot.com/2011/11/piknometer.html. Diakses pada hari Kamis, 18 April 2013 pukul 19.30 WIB Ella, Maria Ulfa dkk. 2013. Uji Efektivitas Konsentrasi Minyak Atsiri Sereh Dapur (Cymbopogon Citratus (DC.) Stapf) Terhadap Pertumbuhan Jamur Aspergillus Sp. Secara In Vitro. Jurnal Agroekoteknologi Tropika Vol. 2 No. 1. Denpasar Ferry. 2007. Parameter Kualitas Minyak Atsiri. http://ferryatsiri.blogspot.com/2007/11/parameter-kualitas-minyak-atsiri.html. Diakses pada hari Kamis, 18 April 2013 pukul 21.00 WIB

Munawaroh, Safaatul dan Handayani, Prima Astuti. 2010. Ekstraksi Minyak Daun Jeruk Purut (Citrus hystrix D.C.) Dengan Pelarut Etanol dan N-Heksana. Jurnal Kompetensi Teknik Vol. 2 No. 1. Semarang Nuryoto dkk. 2011. Karakteristik Minyak Atsiri dari Limbah Daun Cengkeh. Jurnal Pengembangan Teknologi Kimia. Banten Rukmana, H Rahmat. 2003. Usaha Tani Jeruk Purut dalam Pot dan di Kebun. Penerbit Kanisius. Yogyakarta Rusli, Meika Syahbana. 2010. Sukses Memproduksi Minyak Atsiri. PT AgroMedia Pustaka. Jakarta Saripudin. 2012. Teknologi Pengolahan Minyak Atsiri. http://diskoperindagkuansing.blogspot.com/2012/02/teknologi-pengolahan-minyak-atsiri.html. Diakses pada hari Kamis, 18 April 2013 pukul 11.30 WIB Simanihuruk, Naomi. 2013. Ekstraksi Minyak Atsiri Dari Kulit Jeruk Purut (Citrus hystrix D. C.) Di Balai Latihan Transmigrasi Pekanbaru Sebagai Bahan Aktif Minyak Gosok. Jurnal Pengolahan Hasil Pertanian. Pekanbaru Utami, Prapti. 2008. Buku Pintar Tanaman Obat. PT AgroMedia Pustaka. Jakarta Saraswati, Riana. 2012. Minyak Atsiri. http://www.rianasaraswati.com/minyakatsiri/. Diakses pada hari Jumat, 19 April 2013 pukul 08.00 WIB

Anda mungkin juga menyukai