Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH KIMIA TERAPAN

(Penerapan Prinsip Destilasi pada Industri)

Dosen Pengampu: Dr. Suryadi Budi Utomo, M.Si.

disusun oleh:

1. Agustin Dwi Cahya Merdekawati (S831502035)


2. Ari Syahidul Shidiq (S831502002)
3. Istiqomah Addiin (S831502016)

PROGRAM STUDI MAGISTER PENDIDIKAN SAINS


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA
2015
PENDAHULUAN

Ilmu kimia merupakan ilmu yang sangat bermanfaat dan sangat dekat dengan
kehidupan manusia. Beberapa teori dalam ilmu kimia sering dimanfaatkan untuk
kepentingan di berbagai aspek, termasuk aspek industri baik industri skala kecil
maupun skala besar. Salah satunya adalah dalam proses penyulingan minyak atsiri
yang berasal dari daun sereh wangi, yaitu menggunakan prinsip destilasi. Sereh
wangi adalah tumbuhan dari keluarga rumput-rumputan. Tanaman sereh wangi
memiliki nama lain Cymbopogon nardus, tumbuh berumpun dengan tinggi sekitar
50-100 cm, daunnya tunggal berjuntai seperti pita dengan panjang sampai 1 meter
dan lebar 1,5 cm, batangnya tidak berkayu, berusuk-rusuk pendek dan berwarna
putih. Tanaman sereh wangi berkembang biak dengan sistem bonggol akar.

Gambar 1. Tanaman Sereh Wangi


Tanaman sereh wangi dapat hidup sampai 6 tahun, namun semakin lama
produktivitasnya dapat menurun. Perbanyakan tanaman yang paling mudah adalah
dengan pemecahan rumpun tanaman dewasa. Sereh wangi yang akan diambil minyak
atsirinya dipangkas sebelum muncul bunga, karena jika bunganya sudah muncul
maka mutu minyaknya akan lebih rendah. Panen daun sereh wangi pertama kali pada
saat sudah berumur enam bulan sejak penanaman, panen selanjutnya dapat dilakukan
tiga kali setiap tahunnya. Kriteria saat panen ditetapkan berdasarkan perkembangan,
tinggi dan tingkat kedewasaan tanaman. Ketepatan waktu panen sangat berpengaruh
pada mutu dan rendemen minyak atsirinya. Waktu panen dilakukan sebaiknya pada
pagi hari, pemangkasan daun jangan terlalu rendah cukup di pangkal daun karena
bagian di bawah pangkal daun tidak mengandung minyak atsiri.
Minyak sereh wangi digunakan dalam industri terutama sebagai pewangi
sabun, desinfektan, bahan pengilap dan aneka ragam preparasi teknis. Proses
produksi minyak sereh wangi dilakukan melalui proses penyulingan. Rendemen rata-
rata minyak sereh wangi sekitar 0,6 – 1,2 %, tergantung jenis sereh wangi, serta
penanganan dan efektifitas penyulingannya. Hal penting yang perlu diperhatikan
dalam peningkatan mutu minyak sereh wangi diantaranya adalah penanganan
terhadap daun hasil panen yang akan diambil minyak atsirinya. Sebelum disuling
daun sereh sebaiknya dilayukan atau dikeringkan dulu selama 3 – 4 jam. Selama
pengeringan daun harus dibolak balik agar merata, lalu setelah daun dikeringkan
hendaknya segera dilakukan penyulingan, karena penyimpanan daun yang terlalu
lama akan menurunkan mutu minyak sereh wangi yang diperoleh.
Untuk mengetahui lebih lanjut mengenai proses penyulingan (destilasi) minyak
atsiri dari tanaman sereh wangi, makalah ini akan mengulas jurnal yang berisi
mengenai proses penyulingan (destilasi) minyak atsiri dari tanaman sereh wangi
yang berjudul:
PEMBAHASAN

Indonesia merupakan negara beriklim tropis yang kaya akan beraneka ragam
flora, yakni berbagai jenis tanaman yang memiliki berbagai manfaat, serta dapat
tumbuh dengan mudah. Salah satu komoditas yang dianggap mempunyai nilai
ekonomi tinggi, memiliki banyak manfaat serta mudah diusahakan adalah tanaman
penghasil minyak atsiri (essential oil), antara lainnya adalah sereh wangi dan pala.
Penanganan dan perlakuan awal terhadap bahan baku sangat dibutuhkan untuk
meningkatkan rendemen dan mutu minyak atsiri yang dihasilkan, baik dari segi mutu
fisik dan kimia. Selain itu, proses pengolahan minyak atsiri juga memegang peranan
penting dalam menghasilkan minyak atsiri yang berkualitas tinggi.
Minyak atsiri pada umumnya dihasilkan melalui 4 macam metode pengolahan,
yaitu metode penyulingan, pressing, ekstraksi dengan pelarut yang mudah menguap
dan ekstraksi dengan lemak padat (Ketaren, 1985). Untuk minyak atsiri yang berasal
dari daun, akar dan kulit batang, sebaiknya dihasilkan melalui cara penyulingan
(destillation). Metode penyulingan dapat dilakukan dengan tiga sistem penyulingan
yaitu dengan penyulingan air (water destillation), penyulingan dengan air dan uap
(water and steam destillation) dan penyulingan dengan uap (steam destillation).
Manfaat minyak atsiri dalam bidang industri, adalah digunakan untuk pembuatan
kosmetik, parfum, antiseptik, obat-obatan, “flavoring agent” dalam bahan pangan
atau minuman dan sebagai pencampur rokok kretek.
Sereh wangi di Indonesia ada 2 jenis yaitu Mahapengiri dan Lenabatu.
Mahapengiri dapat dikenal dari bentuk daun yang lebih pendek dan lebih luas
dibandingkan Lenabatu. Jenis Mahapengiri memberikan hasil minyak atsiri yang
lebih tinggi dengan kualitas yang lebih baik, artinya kandungan geraniol dan
sitronellalnya lebih tinggi dari jenis Lenabatu. Selain itu jenis Mahapengiri
memerlukan tanah yang lebih subur, hujan yang lebih banyak dan pemeliharaan yang
lebih baik (Ketaren dan B. Djatmiko, 1978).
Minyak sereh diperoleh dari hasil penyulingan batang atau akar tumbuhan
sereh. Minyak sereh merupakan sumber geraniol dan sitronellal. Mutu minyak sereh
ditentukan oleh kandungan kedua komponen tersebut terutama sitronellal. Sitronellal
termasuk golongan alkanal. Sehingga dapat ditetapkan dengan Metode Asidimetri,
dimana sitronellal direaksikan dengan hidroksilamin-HCl akan membebaskan HCl,
lalu HCl  direaksikan dengan KOH-alkohol berlebih, maka kelebihan KOH-alkohol
akan dititar oleh HCl. Dengan dilakukan blanko, maka kadar sitronellal dapat
diketahui (Ketaren, 1985).
Komponen kimia dalam minyak sereh wangi cukup komplek, namun
komponen yang terpenting adalah sitronellal dan geraniol. Kedua komponen tersebut
menentukan intensitas bau, harum, serta nilai harga minyak sereh wangi. Kadar
komponen kimia penyusun utama minyak sereh wangi tidak tetap, dan tergantung
pada beberapa faktor. Biasanya jika kadar geraniol tinggi maka kadar sitronellal juga
tinggi (Harris, 1987). Komposisi minyak sereh wangi ada yang terdiri dari beberapa
komponen, ada yang mempunyai 30 - 40 komponen, yang isinya antara lain adalah
alkohol, hidrokarbon, ester, aldehid, keton, oksida, lactone, terpene dan sebagainya.
Menurut Guenther (1950), komponen utama penyusun minyak sereh wangi adalah
sebagai berikut:
1. Geraniol (C10H18O)
Geraniol, 3,7-dimethyl-2,6-octadien-l-ol atau sering disebut juga sebagai
rhodinol adalah salah satu senyawa monoterpenoid dan alkohol dengan formula
C10H18O. Senyawa ini tidak dapat larut dalam air, tetapi larut dalam bahan
pelarut organik yang umum. Baunya menyengat dan sering digunakan sebagai
parfum. Struktur atau rumus bangun dari geraniol adalah:

2. Sitronellol
Sitronellol, 3,7-dimethyloct-6-en-1-ol, atau sering disebut juga dihydrogeraniol
adalah suatu monoterpenoid alami dengan formula C10H20O yang diperoleh dari
minyak sitronella. Minyak sitronella atau yang sering disebut grassa, berasal dari
tumbuhan Cymbopogon nardus (sereh wangi) yang merupakan tumbuhan asli
India dan Asia Tenggara. Untuk mendaptkan minyak ini diproses melalui
destilasi daun Cymbopogon nardus atau C. winterianus hingga didapatkan
minyak yang berwarna kuning terang. Rumus bangun sitronellol adalah:
3. Sitronellal
Sitronellal atau biasa juga disebut rhodinal atau 3,7-dimethyloct-6-en-1-
al (C10H18O) merupakan sebuah monoterpenoid, komponen utama dari campuran
senyawa kimia terpenoid dari minyak sitronela yang memberikan bau khas pada
lemon. Sitronellal utamanya diisolasi dalam minyak terdistilasi dari tanaman
Cymbopogon (sereh wangi). Sitronellal mempunyai sifat penolak serangga dan
beberapa penelitian menunjukkan efektivitas penolakan terhadap serangga
(nyamuk) yang tinggi. Rumus bangun sitronellal adalah:

Penyebab bau utama yang menyenangkan pada minyak sereh wangi adalah
sitronellal, yang merupakan bahan dasar pembuatan parfum, oleh karena itu minyak
sereh dengan kadar sitronellal yang tinggi akan lebih digemari. Jenis minyak yang
demikian akan diperoleh dari fraksi pertama penyulingan. Khususnya di Indonesia,
minyak sereh wangi yang diperdagangkan diperoleh dengan cara penyulingan daun
tanaman Cymbopogon nardus. Minyak sereh wangi Indonesia digolongkan dalam
satu jenis mutu utama dengan nama “Java Citronella Oil".
Sebelum bahan baku tanaman penghasil minyak atsiri diolah lebih lanjut,
terlebih dahulu bahan tersebut mengalami perlakuan sebagai berikut: pengeringan,
pengecilan volume atau ukuran bahan, pelayuan, serta pemotongan bahan. Secara
mendetail perlakuan penanganan bahan baku tersebut dapat disimak pada penjelasan
berikut ini:
1. Pengeringan
Perlakuan pendahuluan dengan cara pengeringan bahan akan mempercepat
proses ekstraksi dan memperbaiki mutu minyak, tetapi selama pengeringan
kemungkinan sebagian minyak akan hilang karena penguapan dan oksidasi oleh
oksigen udara (Ketaren, 1985). Misalkan perlakuan untuk pala, bagian pala yang
dikeringkan adalah fuli dan biji pala. Fuli yang semula mengandung 55% air
setelah dijemur mengandung air 10-12 %. Sedangkan biji pala dikeringkan
sampai kadar air 14%. Sebelum dilakukan ekstraksi biji pala biasanya
dihancurkan dahulu menggunakan disk mill.
2. Pengecilan Ukuran
Bahan yang mengandung minyak bersifat permeable (mudah ditembus zat cair
atau uap), misalnya bahan berupa daun, ranting, akar, rumput-rumputan , bunga-
bungaan dan tunas kadang-kadang dilakukan pengecilan ukuran bahan dan
pengeringan dengan tujuan agar minyak dapat diekstraksi dalam waktu yang
lebih singkat.
3. Pelayuan
Sebelum daun disuling, kadang-kadang dilakukan proses pelayuan yang diikuti
dengan proses pemotongan. Proses pelayuan daun dilakukan untuk menurunkan
kadar air pada daun, baik air yang menempel pada permukaan, maupun air sel
yang terdapat di dalam daun. Pelayuan dilakukan sampai kadar air tertentu yaitu
sampai daun mempunyai nilai elastisitas tertinggi, namun tanpa menjadi kering.
Pelayuan dapat dilakukan baik dengan menjemur daun selama waktu tertentu
atau dengan mempergunakan uap panas untuk mempersingkat waktu pelayuan.
4. Pemotongan
Pemotongan daun dilakukan agar jumlah daun yang dimasukkan ke dalam alat
penyuling lebih banyak karena berkurangnya ruangan kosong diantara daun-
daun. Pada umumnya ukuran daun setelah pemotongan berkisar antara 10-15
cm. Proses pemotongan dapat dilakukan sebelum atau sesudah proses pelayuan.
Akan tetapi sebaiknya proses pelayuan dilakukan sebelum proses pemotongan,
untuk mencegah beban yang terlalu berat bagi alat pemotong dan untuk
mencegah berkaratnya alat pemotong.

Setelah penanganan bahan baku selesai, langkah selanjutnya adalah proses


penyulingan. Konstruksi alat penyulingan minyak atsiri dengan menggunakan sistem
air dan uap terdiri dari 3 bagian besar, yaitu:
1. Ketel penyulingan yang berisi air penyulingan dan bahan, yang dipisahkan oleh
angsang berpori.
2. Tabung pendingin (kondensor)
3. Tabung pemisah minyak dan air (florentine flask)
Sistem alat penyulingan ini adalah sistem air dan uap (water and steam destillation)
dibuat dari bahan stainless steel sehingga tahan lama dan diharapkan dapat
menghasilkan minyak atsiri dengan rendemen dan mutu baik. Alat penyulingan ini
konstruksinya cukup sederhana dan mudah diterapkan.
Bagian-bagian alat penyulingan minyak atsiri ini terdiri dari ketel penyulingan,
alat pendingin (kondensor), alat pemisah minyak (oil separator) dan dilengkapi
dengan kompor pemanas bertekanan menggunakan bahan bakar (LPG/ minyak
tanah/ kayu bakar). Tangki penyuling dilengkapi dengan tutup dan pipa penyalur ke
pendingin. Tutup tangki dapat dijepit dengan klem. Bagan atau ilustrasi alat
penyulingan dapat dilihat pada Gambar 2 berikut ini:

Gambar 2. Ilustrasi steam water destillation


Untuk penyulingan air dan uap, maka air yang didihkan dan bahan yang disuling
tidak ada hubungan langsung. Secara terperinci, konstruksi alat penyuling tersebut
beserta bagian-bagian lainnya dapat dilihat pada gambar berikut:
1. Ketel Penyuling
Ketel ini terbuat dari bahan stainless steel. Skema dari ketel beserta ukuran dan
kapasitasnya dapat dilihat pada gambar dan keterangan dibawah ini.
Gambar 3. Ketel Penyulingan
Ketel penyulingan:
Tinggi = 120 cm
Diameter = 50 cm
Tebal dinding = 5 mm
Bagian-bagian ketel terdiri dari:
Tutup ketel
Tinggi = 6 cm
Tebal = 5 mm
Jumlah pengikat tutup (klem) = 8 buah
Lubang pengeluaran uap, diameter = 5 cm
Saringan, tinggi dari dasar ketel = 40 cm
Kaki penyangga ketel, tinggi = 40 cm
2. Tabung Pendingin (kondensor)
Pendingin terdiri dari pipa berbentuk lurus dan spiral. Kecepatan air yang
mengalir yang dipakai sebagai pendingin sudah cukup bila air keluar dari
pendingin mencapai suhu 80 oC dan destilat yang keluar dari pendingin
mencapai suhu 25 oC – 30 oC. Seluruh bagian tabung ini terbuat dari stainless
steel dilengkapi dengan pipa pendingin spiral 250 cm.
Gambar 4. Tabung Pendingin (kiri) tabung spiral (kanan)
Campuran uap (air + minyak) yang masuk ke pipa–pipa kondensor akan
didinginkan oleh air pendingin yang mengalir diatara pipa-pipa pendingin.
Akibatnya uap diembunkan menjadi zat cair berupa campuran (air+minyak)
yang keluar melalui pipa pada bagian ujung pendingin.
3. Tabung Pemisah Minyak (florentine flask)
Tabung ini berfungsi untuk menampung kondensat (air+minyak) dan sekaligus
memisahkan campuran antara air dan minyak. Tabung pemisah minyak ini dapat
memisahkan campuran antara minyak dan air secara otomatis dan kontinyu.
Untuk mengisi air dalam tabung pemisah minyak, harus digunakan air jernih,
tidak mengandung kotoran dan dianjurkan air destilasi. Tabung tersebut terbuat
dari gelas yang sering disebut florentine flask bentuknya seperti pada gambar
berikut ini:

Gambar 4. Florentine flask


Kondisi optimum yang harus terjadi selama penyulingan adalah sebagai berikut:
1. Debit air pendingin yang masuk dan keluar = 3-4 liter/menit
2. Suhu air pendingin yang masuk = 25-30 oC
3. Suhu air pendingin yang keluar = 30-40 oC
4. Suhu dalam ketel = 90 – 100 oC
5. Debit kondensat yang keluar dari tabung pendingin = 20 – 25 ml/menit
6. Suhu kondensat = 25-30 oC
7. Jumlah air yang diisikan dalam ketel = 15 – 20 liter
Kapasitas ketel:
Berupa daun = 30-40 kg
Berupa kulit = 35-45 kg
Berupa buah/biji = 40-50 kg
Berupa akar = 35-45 kg

Teknik penyulingan air dan uap, bahan diletakkan dalam ayakan yang berada
di atas dasar ketel yang berisi air mendidih. Air ini tidak menyinggung ayakan dan
uap air hasil pendidihan akan naik ke atas membawa minyak bersama-sama keluar.
Uap air dilewatkan dalam pipa berbentuk spiral dan didinginkan oleh air kondensor
dan terjadi kondensasi. Hasil kondensasi (kondensat) ditampung dalam florentine
flask. Kecepatan difusi uap melalui bahan dan keluarnya minyak dari sel kelenjar
minyak ditentukan oleh beberapa faktor, yaitu kepadatan bahan dalam ketel
penyuling, tekanan uap, berat jenis dan kadar air bahan. Keuntungan cara ini adalah
uap air yang dihasilkan dalam keadaan jenuh basah. Uap yang dihasilkan bertekanan
rendah dan naik melalui bahan, cara ini suhu dapat dipertahankan sampai 100 oC dan
bahan tidak berhubungan langsung dengan air yang mendidih.
Proses akhir dari penyulingan ditandai atau berpedoman pada berhentinya
minyak menetes dari tabung pemisah minyak. Dalam prakteknya, penghentian proses
penyulingan juga didasarkan penggunaan bahan bakar. Jumlah minyak yang
dihasilkan jika penyulingan dilanjutkan, apakah dapat menutupi biaya bahan bakar
yang digunakan. Bahan bakar yang digunakan rata-rata 1 liter untuk 2 jam.
Penyulingan daun sereh wangi membutuhkan waktu 5-8 jam. Rendemen dan mutu
minyak yang dihasilkan dari proses penyulingan menggunakan alat penyuling
tersebut sebagai berikut:
Jenis bahan Rendemen Minyak (%) Sifat Organoleptik
Daun sereh segar 0,65 Bau khas sereh, kurang
keras, kuning jernih
Daun sereh layu dan 0,85 Bau khas sereh, kuning
dirajang jernih
Batang sereh segar 0,3 Bau khas sereh, kuning
jernih
Limbah padat dari hasil penyulingan minyak atsiri tanaman sereh wangi adalah
berupa ampas daun bisa digunakan sebagai pupuk tanaman. Sementara itu, untuk
limbah cair (berupa sisa air bekas penyulingan) sedang diteliti untuk aromaterapi
atau spa. Limbah cair ini mengandung aroma minyak atsiri yang cukup baik jika
diteteskan ke dalam air panas. Limbah penyulingan tersebut masih mengandung
minyak atsiri terutama dari golongan fraksi berat (titik didih rendah). Dalam limbah
tersebut diperkirakan masih mengandung senyawa volatil maupun non-volatil seperti
terpen-terpen yang dapat digunakan sebagai insektisida, pewangi ruangan dan lain-
lain. Selama ini limbah padat penyulingan baru dimanfaatkan sebagai bahan bakar
penyulingan atau sebagai pupuk organik. Tergantung dari sifat minyaknya, limbah
penyulingan minyak atsiri kemungkinan dapat dimanfaatkan sebagai campuran obat
nyamuk, lilin, dupa atau pewangi ruangan. Pemanfaatan limbah penyulingan minyak
atsiri belum banyak diketahui karena penelitian ke arah ini belum banyak dilakukan.
Destilasi atau penyulingan adalah suatu metode pemisahan bahan kimia
berdasarkan pada perbedaan kecepatan atau kemudahan menguap (volatilitas) bahan
atau zat. Dalam penyulingan, campuran zat dididihkan sehingga menguap, dan uap
ini kemudian didinginkan kembali ke dalam bentuk cairan. Zat yang memiliki titik
didih lebih rendah akan menguap lebih dulu (Syukri, 2007).
Prinsip destilasi adalah penguapan cairan dan pengembunan kembali uap
tersebut pada suhu titik didih. Titik didih suatu cairan adalah suhu dimana tekanan
uapnya sama dengan tekanan atmosfer. Cairan yang diembunkan kembali disebut
destilat. Tujuan destilasi adalah pemurnian zat cair pada titik didihnya, dan
memisahkan cairan tersebut dari zat padat yang terlarut atau dari zat cair lainnya
yang mempunyai perbedaan titik didih cairan murni. Pada destilasi biasa, tekanan
uap di atas cairan adalah tekanan atmosfer (titik didih normal). Untuk senyawa
murni, suhu yang tercatat pada termometer yang ditempatkan pada tempat terjadinya
proses destilasi adalah sama dengan titik didih destilat (Harizul, 1995)
Destilasi merupakan teknik pemisahan yang didasari atas perbedaan perbedaan
titik didik atau titik cair dari masing-masing zat penyusun dari campuran homogen.
Pada prinsipnya zat cair dengan titik rendah memiliki tekanan uap jenuh yang
relative tinggi dari zat lain dengan titik didih tinggi, dengan demikian akan cepat
berubah manjadi fasa uap jika diberi kalor atau panas.
AMDAL ??? IPAL ???
GAMBAR PENDUKUNG LAIN?
VIDEO?
PENERAPAN HUKUM RAOULT??

PENUTUP

Perlakuan penanganan bahan baku untuk mendapatkan minyak atsiri meliputi


pengeringan, pengecilan volume/ ukuran bahan, pelayuan dan pemotongan
disesuaikan dengan jenis bahan baku. Teknik penyulingan air dan uap (steam and
water destillation) mempunyai prinsip kerja yaitu hasil pendidihan akan naik ke atas
membawa minyak bersama-sama keluar, uap air dilewatkan dalam pipa berbentuk
spiral dan didinginkan oleh air kondensor dan terjadi kondensasi. Hasil kondensasi
(kondensat) ditampung dalam florentine flask. Bahan baku yang melalui perlakuan
awal sebelum penyulingan memberikan hasil yang lebih baik dalam rendemen dan
sifat organoleptik yang dihasilkan.
DAFTAR PUSTAKA

http://terrapinfamily.com/images/SteamDistillation.jpg
https://anekaplanta.wordpress.com/2007/12/26/mengenal-geraniol-dan-sitronelol/
https://anekaplanta.wordpress.com/2010/01/29/teknologi-penyulingan-minyak-atsiri-
untuk-petani/
https://en.wikipedia.org/wiki/Citronellal
https://en.wikipedia.org/wiki/Geraniol
https://www.academia.edu/8976764/Ekstraksi_Daun_Sereh_Wangi
Ketaren, S. 1985. Pengantar teknologi minyak atsiri. Jakarta: Balai Pustaka
Tanasale, Marlon. 2012. Aplikasi Perlakuan Bahan Baku dan Penyulingan Air-Uap
terhadap Rendemen dan Sifat Organoleptik Minyak Atsiri. Jurnal Ekologi dan
Sains Vol.01 2012

Anda mungkin juga menyukai