Anda di halaman 1dari 7

TUGAS INDIVIDU TEKNOLOGI PENGOLAHAN PANGAN

MINYAK NILAM

Disusun Oleh:
Nama : Muhammad Rizki Herasmaya
NIM : H0914063

PROGRAM STUDI ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2017
1. Asal Minyak Nilam
Nilam (Pogostemon cablin Benth) merupakan salah satu jenis tanaman
penghasil minyak atsiri. Di pasar perdagangan internasional, nilam diperdagangkan
dalam bentuk minyak dan dikenal dengan nama Patchoulioil (Santoso,1990).
Minyak hasil penyulingan masih mengandung persenyawaan kompleks
yang terbentuk dalam tumbuhan karena pengaruh air atau uap panas.Kandungan
yang terdapat dalam minyak nilam meliputi, patchouli alkhohol, eugenol,
benzaldehyde, cinamic aldehyde, dan cadinene. Namun komponen yang paling
menentukan mutu minyak nilam adalah patchouli alkhohol karena merupakan
penciri utama (Santoso, 1990).
Patchouli alcohol merupakan sesquiterpene alcohol yang dapat diisolasi dari
minyak nilam. Tidak larut dalam air, larut dalam alkohol, eter atau pelarut organik
yang lain. Mempunyai Mempunyai titik didih 280,37C dan kristal yang terbentuk
mempunyai titik lebur 56C.
Minyak nilam berasal dari tanaman nilam (Pogestemon cablin), berupa
semak dan dapat tumbuh diberbagai jenis tanah (andosol, latosol, regosol, podsolik,
dan grumusol) dengan tekstur lempung, liat berpasir dengan drainase yang baik dan
pH tanah 5-7. Tanaman ini membutuhkan curah hujan atau ketersediaan air yang
cukup dengan suhu 24-28 C. Indonesia merupakan negara tropis yang mempunyai
curah hujan dan kelembaban yang cukup tinggi, oleh karena itu tanaman nilam
dapat tumbuh baik. Penyebaran nilam di Indonesia terdapat di beberapa daerah
yaitu NAD, Sumatra Barat, Sumatra Utara, Bengkulu, Jawa Tengah dan Jawa Barat.
Minyak nilam dapat dihasilkan atau diisolasi dengan beberapa teknik antara lain
teknik destilasi, ekstraksi dan fermentasi. Remdemen minyak nilam dari daun
kering yang diperoleh dengan menggunakan teknik destilasi sebanyak 0,73%,
teknik ekstraksi sebanyak 3,56% sedangkan teknik fermentasi sebanyak 6,22%
(Yuliana,2003).
2. Proses Pengolahan Minyak Nilam

Gambar 1 Proses pengolahan minyak nilam dengan metode destilasi kukus dan
uap langsung (Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Timur, 2012)
Awal proses diawali dari panen, daun nilam dipanen setelah berumur 6-8
bulan. Selanjutnya dilakukan pengeringan hingga kadar air mencapai 12-15 %,
yang ditandai dengan timbulnya aroma yang kuat dan khas bila dibandingkan
dengan daun yang masih segar. Kemudian segera disuling, namun jika belum dapat
dilakukan penyulingan daun dapat disimpan selama maksimal 7 hari.
Menurut Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Timur (2012), Cara penyulingan
minyak nilam umumnya ada tiga macam, yaitu :
1. Penyulingan cara direbus (Water Distillation),
Pada cara ini bahan yang akan disuling kontak langsung dengan air
mendidih (terendam). Bahan tersebut mengapung di atas air atau
terendam secara sempurna tergantung dari bobot jenis dan jumlah bahan
yang disuling.
2. Penyulingan cara dikukus (Water and Steam Distillation),
Pada cara ini bahan diletakkan di atas rak-rak atau saringan berlobang.
Terna kering berada pada jarak tertentu di atas permukaan air. Ketel
suling diisi air sampai permukaan air berada tidak jauh dari saringan.
Ciri khas metode ini adalah uap selalu dalam keadaan basah, jenuh dan
tidak terlalu panas dan bahan yang disuling hanya berhubungan dengan
uap dan tidak dengan air panas.
3. Penyulingan dengan uap langsung (Steam Distillation),
Penyulingan dengan uap langsung prinsipnya hampir sama dengan
penyulingan uap dan air, tetapi pada penyulingan uap langsung sumber
panas terdapat pada ketel uap yang letaknya terpisah dari ketel suling,
terna kering berada dalam ketel suling dan uap air dialirkan dari ketel
uap pada bagian bawah suling dan menggunakan tekanan lebih tinggi.
Pemilihan cara tersebut berdasarkan sifak fisik dan kimia bahan yang akan
disuling, dan tiap-tiap cara mempunyai keunggulan serta kelemahannya masing -
masing. Untuk mendapatkan rendemen dan mutu minyak yang baik disarankan
untuk pengolahan minyak nilam dengan menggunakan cara penyulingan dikukus
dan uap langsung. Namun demikian karena cara penyulingan dikukus merupakan
penyulingan dengan tekanan uap rendah, cara ini tidak menghasilkan uap dengan
cepat sehingga perpanjangan waktu penyulingan cukup penting artinya baik
ditinjau dari mutu maupun rendemen minyak.
3. Standar Mutu Minyak Nilam
Mutu minyak nilam umumnya ditentukan oleh beberapa faktor, baik
menyangkut pra panen maupun pasca panen. Faktor pra panen yang menyangkut
bahan tanaman, teknik budidaya, cara dan waktu panen maupun faktor lingkungan
sangat berpengaruh terhadap produktivitas dan mutu bahan olah, yang akhirnya
akan berpengaruh terhadap mutu hasil olahannya. Sedangkan faktor pasca panen
yang mencakup penanganan bahan olah, cara pengolahan termasuk alatnya,
pengemasan, dan penyimpanan sangat berpengaruh pula terhadap mutu produk
akhir. Oleh karena itu, untuk meningkatkan mutu minyak nilam Indonesia maka
faktor-faktor tersebut harus diperhatikan dengan baik.
Persyaratan mutu standar Minyak Nilam menurut SNI 06-2385-1998 adalah
sebagai berikut :
Tabel 1 Syarat mutu minyak nilam berdasarkan SNI 06-2385-1998

4. Pemanfaatan Minyak Nilam


Minyak nilam merupakan komoditi ekspor, karenanya memiliki prospek
yang cukup cerah dan selalu dibutuhkan secara berkesinambungan dalam industri-
industri parfum, wewangian, kosmetik, sabun, farmasi, flavouring agent dan lain-
lain. Minyak nilam dalam industri digunakan sebagai fiksasi yang belum dapat
digantikan oleh minyak lain sampai dengan saat ini. Minyak nilam terdiri dari
komponen-komponen yang bertitik didih tinggi sehingga sangat baik dipakai
sebagai zat pengikat dalam industri parfum dan dapat membentuk aroma yang
harmonis.Zat pengikat adalah suatu persenyawaan yang mempunyai daya menguap
lebih rendah atau titik uapnya lebih tinggi daripada zat pewangi sehingga kecepatan
penguapan zat pewangi dapat dikurangi atau dihambat. Penambahan zat pengikat
di dalam parfum dimaksudkan untuk mengikat aroma wangi dan mencegah
penguapan zat pewangi yang terlalu cepat sehingga aroma wangi tidak cepat hilang
atau lebih tahan lama (Ketaren,1985).
Minyak nilam selain sebagai bahan baku dalam industri parfum, diketahui
juga mempunyai aktivitas biologi tertentu. Senyawa Patchoulol yang merupakan
komponen yang paling banyak ditemukan dalam minyak nilam bersama dengan -
patchoulene diketahui potensial sebagai aktivitas antifungal (Sonwa,2001).
Senyawa -bulnesene diketahui mempunyai aktivitas anti inflamasi terhadap PAF
(Platelet Activiting Factor) sebuah phospolipid mediator yang dihasilkan berbagai
sel pada saat terkena penyakit alergi, inflamasi, asma, dan lain-lain (Tsai, 2005).
Tanaman nilam telah banyak dimanfaatkan sebagai obat tradisional. Akar dari
tanaman ini digunakan untuk pencahar, bagian daun sebagai deodoran, obat luka,
bawasir, disentri, stomakikum, penyakit empedu, sielagogum, stemutatori, ganguan
haid dan obat peluruh haid. Semua bagian dari tumbuhan ini juga dapat
dimanfaatkan sebagai karminatif, obat sakit kepala, emetik, obat diare, dan
insektisida (Kasahara dan Hemmi, 1995).
DAFTAR PUSTAKA

Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Timur. 2012. Modul Pengolahan Nilam. Surabaya
Ketaren, S., 1985. Pengantar Teknologi Minyak Atsiri. Balai Pustaka. Jakarta
Santoso, H. B. 1990. Nilam Bahan Industri Wewangian. Kanisius. Yogyakarta
Sonwa, M.M. 2001. Isolation And Structure Elucidation of Essential Oil
Constituents: Comparative Study of The Oils of Cyperus Alopecuroides,
Cyperus Papyrus and Cyperus Rotundus. Hamburg:2000. Dissertation
for the fulfillment of the requirements for the degree of doctor from
Mbamougong Cameroon
Tsai, Ying. 2005. -Bulnesene, a PAF Inhibitor isolated from the Essential oil of
Pogostemon cablin. Fitoterapia No 78. 7 11

Anda mungkin juga menyukai