MINYAK NILAM
Disusun Oleh:
Nama : Muhammad Rizki Herasmaya
NIM : H0914063
Gambar 1 Proses pengolahan minyak nilam dengan metode destilasi kukus dan
uap langsung (Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Timur, 2012)
Awal proses diawali dari panen, daun nilam dipanen setelah berumur 6-8
bulan. Selanjutnya dilakukan pengeringan hingga kadar air mencapai 12-15 %,
yang ditandai dengan timbulnya aroma yang kuat dan khas bila dibandingkan
dengan daun yang masih segar. Kemudian segera disuling, namun jika belum dapat
dilakukan penyulingan daun dapat disimpan selama maksimal 7 hari.
Menurut Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Timur (2012), Cara penyulingan
minyak nilam umumnya ada tiga macam, yaitu :
1. Penyulingan cara direbus (Water Distillation),
Pada cara ini bahan yang akan disuling kontak langsung dengan air
mendidih (terendam). Bahan tersebut mengapung di atas air atau
terendam secara sempurna tergantung dari bobot jenis dan jumlah bahan
yang disuling.
2. Penyulingan cara dikukus (Water and Steam Distillation),
Pada cara ini bahan diletakkan di atas rak-rak atau saringan berlobang.
Terna kering berada pada jarak tertentu di atas permukaan air. Ketel
suling diisi air sampai permukaan air berada tidak jauh dari saringan.
Ciri khas metode ini adalah uap selalu dalam keadaan basah, jenuh dan
tidak terlalu panas dan bahan yang disuling hanya berhubungan dengan
uap dan tidak dengan air panas.
3. Penyulingan dengan uap langsung (Steam Distillation),
Penyulingan dengan uap langsung prinsipnya hampir sama dengan
penyulingan uap dan air, tetapi pada penyulingan uap langsung sumber
panas terdapat pada ketel uap yang letaknya terpisah dari ketel suling,
terna kering berada dalam ketel suling dan uap air dialirkan dari ketel
uap pada bagian bawah suling dan menggunakan tekanan lebih tinggi.
Pemilihan cara tersebut berdasarkan sifak fisik dan kimia bahan yang akan
disuling, dan tiap-tiap cara mempunyai keunggulan serta kelemahannya masing -
masing. Untuk mendapatkan rendemen dan mutu minyak yang baik disarankan
untuk pengolahan minyak nilam dengan menggunakan cara penyulingan dikukus
dan uap langsung. Namun demikian karena cara penyulingan dikukus merupakan
penyulingan dengan tekanan uap rendah, cara ini tidak menghasilkan uap dengan
cepat sehingga perpanjangan waktu penyulingan cukup penting artinya baik
ditinjau dari mutu maupun rendemen minyak.
3. Standar Mutu Minyak Nilam
Mutu minyak nilam umumnya ditentukan oleh beberapa faktor, baik
menyangkut pra panen maupun pasca panen. Faktor pra panen yang menyangkut
bahan tanaman, teknik budidaya, cara dan waktu panen maupun faktor lingkungan
sangat berpengaruh terhadap produktivitas dan mutu bahan olah, yang akhirnya
akan berpengaruh terhadap mutu hasil olahannya. Sedangkan faktor pasca panen
yang mencakup penanganan bahan olah, cara pengolahan termasuk alatnya,
pengemasan, dan penyimpanan sangat berpengaruh pula terhadap mutu produk
akhir. Oleh karena itu, untuk meningkatkan mutu minyak nilam Indonesia maka
faktor-faktor tersebut harus diperhatikan dengan baik.
Persyaratan mutu standar Minyak Nilam menurut SNI 06-2385-1998 adalah
sebagai berikut :
Tabel 1 Syarat mutu minyak nilam berdasarkan SNI 06-2385-1998
Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Timur. 2012. Modul Pengolahan Nilam. Surabaya
Ketaren, S., 1985. Pengantar Teknologi Minyak Atsiri. Balai Pustaka. Jakarta
Santoso, H. B. 1990. Nilam Bahan Industri Wewangian. Kanisius. Yogyakarta
Sonwa, M.M. 2001. Isolation And Structure Elucidation of Essential Oil
Constituents: Comparative Study of The Oils of Cyperus Alopecuroides,
Cyperus Papyrus and Cyperus Rotundus. Hamburg:2000. Dissertation
for the fulfillment of the requirements for the degree of doctor from
Mbamougong Cameroon
Tsai, Ying. 2005. -Bulnesene, a PAF Inhibitor isolated from the Essential oil of
Pogostemon cablin. Fitoterapia No 78. 7 11