Anda di halaman 1dari 8

Pengolahan Minyak Atsiri sebagai Penunjang Ekonomi

Dwiarni fitri wulansari


16630040 - Kimia UIN Sunan Kalijaga
dwiarnisari@gmail.com
A. Pendahuluan

Indonesia merupakan salah satu negara dengan berbagai kekayaan alam


yang melimpah mulai dari barang tambang, aneka flora dan fauna, kekayaan
bawah laut, air yang melimpah ruah, keindahan alam yang mampu menarik
wisatawan, tanah yang subur, serta yang tak kalah pentingnya yakni berbagai
jenis tanaman yang penting bagi dunia dapat tumbuh subur di Indonesia. Salah
satu jenis tanaman tersebut adalah tanaman yang mampu menghasilkan minyak
atsiri. Indonesia sendiri merupakan salah satu produsen terbesar dalam
perdagangan minyak atsiri bahkan sebelum Perang Dunia II. Menurut Ma’mun
(2015) terdapat 90 jenis minyak atsiri yang diperdangangkan di pasar
internasional, 40 jenis diantaranya tumbuh di Indonesia dimana 14 diantaranya
menjadi komoditi ekspor (minyak sereiwangi, akarwangi, nilam, pala, daun
cengkeh, kenanga, cendana, anis/adas, jahe, massoi, lada, kayu putih, daun
jeruk purut dan kemukus). Minyak-minyak atsiri tersebut diekspor sebagai
minyak utuh (crude oil), kecuali minyak daun cengkeh yang sudah banyak
dibuat derivatnya di dalam negeri.

Minyak atsiri atau dikenal juga dengan sebutan essensial oil, etherial
oil, volatile oil atau minyak terbang merupakan senyawa yang pada umumnya
berwujud cairan, yang diperoleh dari bagian tanaman, akar, kulit, batang, daun,
buah, biji maupun dari bunga dengan cara penyulingan dengan uap. Meskipun
kenyataannya untuk memperoleh minyak atsiri dapat juga diperoleh dengan
cara lain seperti dengan cara ekstraksi dengan menggunakan pelarut organic
maupun dengan cara dipres atau dikempa dan secara enzimatik. Minyak atsiri
dapat dibagai menjadi dua kelompok. Pertama, minyak atsiri yang mudah
dipisahkan menjadi komponen-komponen penyusunnya dimana komponen ini
dapat menjadi bahan dasar untuk diproses menjadi produk lain. Contoh
kelompok pertama ini yaitu minyak sereh, minyak daun cengkeh, minyak
permen, dan minyak terpentin. Kelompok kedua yakni minyak atsiri yang sukar
dipisahkan menjadi komponen murninya, contohnya antara lain minyak akar
wangi, minyak nilam dan minyak kenanga. Biasanya minyak-minyak ini
langsung dapat digunakan sebagai pewangi berbagai produk (Sastrohamidjojo,
2004).

Karakteristik dari bahan-bahan tersebut berbeda-beda, sehingga cara


penanganan dan penyulingannya pun berbeda pula. Randemen dan mutu
minyak atsiri hasil penyulingan dipengaruhi oleh beberapa factor, antara lain
varietas, lingkungan tempat tumbuh, kesuburan tanah, umur panen, cara
penanganan bahan dan cara penyulingan (Ma'mun, 2015). Minyak atsiri
memiliki berbagai manfaat, khususnya dibidang industri antara lain dalam
bidang kosmetik (sabun, pasta gigi, shampoo, lotion), industri makanan
digunakan sebagai bahan penyedap atau penambah cita rasa, di industri parfum
sebagai pewangi dalam berbagai produk minyak wangi, dalam industri farmasi
atau obat-obatan (antinyeri, antiinfeksi, pembunuh bakteri), dalam industri
pengawet, bahkan digunakan sebagai insektisida (Khozali, dkk., 2012)

Khozali, dkk (2012) dalam studi kasusnya di Kendal, Jawa Tengah


menyatakan bahwa tanaman cengkeh merupakan komoditas perkebunan yang
paling banyak di tanam di Kecamatan Sukorejo Kabupaten Kendal. Unit
Kegiatan Masyarakat (UKM) yang telah ada, perlu mendapatkan perhatian agar
mampu berproduksi secara maksimal dengan harapan volume ekspor minyak
atsiri semakin meningkat mengingat Indonesia merupakan salah satu produsen
minyak atsiri terbesar di dunia. Selain itu, minyak daun cengkeh tidak hanya
memproduksi minyak daun cengkeh sebagai komoditas ekspor yang
menghasilkan devisa, namun juga menyerap tenaga kerja yang cukup banyak
dimana setiap unit usaha dapat menyerap rerata 6 orang tenaga kerja dan seratus
lebih sebagai tenaga pencari (pengumpul) daun cengkeh yang umumnya
merupakan pekerjaan sambilan.
Salah satu yang menyita perhatian dalam jurnalnya, Khozali (2012)
mengatakan bahwa pada musim kemarau pekerja mampu mendapatkan
keuntungan sedangkan pada musim hujan akan mengalami kerugian. Hal ini
tentunya akan sangat mengganggu dalam proses dan kesejahteraan pekerjanya.
Tentu harus ada terobosan lain yang mampu meningkatkan mutu dan nilai
ekonomi dari penyulingan tersebut.

B. Metode

Untuk menjaga kualitas, tentu perlu kita ketahui terlebih dahulu tahapan
pekerjaan penyulingan dan metode apa saja yang dapat digunakan
(Sastrohamidjojo, 2004) :

1. Perlakuan Bahan Tanaman


a. Pemotongan atau memperkecil bahan tanaman
Cara ini dilakukan untuk mmepercepat proses difusi sebelum
penyulingan dan mempermudah lepasnya minyak atsiri setelah bahan
ditembus oleh uap. Bila bahan telah dipotong-potong harus segera
disuling agar minyak atsiri yang mudah menguap tidak segera
teruapkan. Dua hal yang dapat merugikan proses ini: pertama, hasil total
minyak atsiri yang diperoleh berkurang karena ada yang menguap;
kedua, komposisi minyak atsiri akan berubah dan dapat mempengaruhi
baunya.
b. Penyimpanan bahan tanaman
Hilangnya minya atsiri oleh penguapan relatof sedikit, tetapi
hilangnya minyak atsiri kebanyakan disebabkan oleh peristiwa oksidasi
dan pendamaran atau resinifikasi. Jika bahan harus disimpan sebelum
diproses maka bahan tersebut harus ditempatkan pada ruangan yang
tidak terkena sinar matahari langsung yang udaranya kering pada suhu
rendah, dan bebas terhadap sirkulasi udara.
c. Hilangnya minyak atsiri dalam bahan tanaman sebelum penyulingan
Hilangnya minyak atsiri selama waktu pelayuan dan
pengeringan bahan jauh lebih besar daripada hilangnya minyak atsiri
yang terjadi selama penyimpanan behan tanaman setelah tanaman
tersebut dikeringkan. Setiap hilangnya minyak atsiri selama
penyimpanan yang kering udara tergantung pada beberapa faktor antara
lain: kondisi bahan, cara dan lamanya penyimpanan, dan komposisi
kimia minyak atsiri. Sebagai aturan umum, bunga-bunga, daun-daun
dan herba jangan disimpan terlalu lama, sedangkan biji-bijian, kulit,
akar dan kayu, karena sifat alamnya, menahan minyak mudah
menguapnya jauh lebih lama tergantung cara panyimapanan
(pengepakan dalam karung, atau pembungkus yang rapat, atau
disebarkan di atas lantai dan penumpukan yang longgar) sangat
memainkan peranan yang penting dalam penanganan bahan yang akan
diproses. Pencegahan yang harus diupayakan adalah penguapan,
pendamaran dan oksidasi.
d. Perubahan sifat-sifat fisika kimia minyak atsiri selama pengeringan
tanaman
Minyak atsiri yang dihasilkan dari bagian tanaman yang basah
maupun kering menunjukkan variasi yang cukup besar dalam sifat-sifat
fisika kimia maupun komposisi kimia yang terkandung. Sifat-sifat ini
ditunjukkan pada miyak atsiri yang berasal dari bunga-bunga, daun,
herba, dan akar dimana dalam keadaan basah mengandung banyak uap
air.
e. Fermentasi
Penelitian yang telah dilakukan pada ekstraksi minyak nilam
dengan metode fermentasi dan biolignifikasi menggunakan kapang
Phanerochaete chrysosporium menunjukkan bahwa dengan teknik
tersebut dapat menghasilkan mutu minyak nilam terbaik. Pada minyak
daun cengkeh proses fermentasi memberikan hasil terbaik dengan
kenaikan rendemen sebesar 57,7%; delignifikasi 39,9% dan penurunan
rendemen dari gabungan delignifikasi dan fermentasi sebesar 19,4%
(Wijaya, dkk., 2015).
2. Cara Umum Penyulingan
Prinsip isolasi minyak atsiri yaitu uap menembus jaringan tanaman dan
menguapkan semua senyawa yang mudah menguap. Isolasi minyak atsiri
dari tanaman dengan cara hidrodestilasi merupakan proses yang sederhana,
hanya membutuhkan jumlah uapa yang cukup. Dalam pengertian industry
minyak atsiri dibedakan tiga tipe hidrodestilasi, yaitu:
a. Penyulingan Air
Cara ini dilakukan dengan merebus bahan secara langsung.
Bahan yang akan disuling kemungkinan mengambang atau terendam
seluruhnya tergantung dengan berat jenis dan kuantitas bahan yang
diproses.
b. Penyulingan uap dan air
Bahan tanaman yang akan dirposes secara penyulingan uap dan
air ditempatkan dalam suatu tempat yang bagian bawah dan tengah
berlobang-lobang yang ditopang di atas dasar alat penyulingan. Bagian
bawah alat penyulingan diisi air sedikit di bawah dimana bahan
ditempatkan. Air dipanaskan dengan api seperti pada penyulingan air.
c. Penyulingan uap langsung
Perangkat yang digunakan pada penyulingan ini mirip dengan
kedua lat penyuling sebelumnya hanya saja tidak ada air di bagian
bawah alat. Uap yang digunakan lazim memiliki tekanan yang lebih
besar daripada tekanan atmosfer dan dihasilkan dari hasil penguapan air
yang berasal dari suatu pembangkit uap air. Uap air yang dihasilkan
kemudian dimasukka dalam alat penyulingan.
C. Peningkatan Mutu

Mutu minyak atsiri didasarkan atas kriteria atau Batasan yang


dituangkan di dalam standar mutu pada Tabel 1.1. standar mutu mencantumkan
sifat-sifat yang umum terdapat dalam minyak atsiri, sifat-sifat tersebut bukan
merupakan hal yang dipaksakan, akan tetapi sifat yang seharusnya dimiliki
setiap jenis minyak atsiri (Megawati, 2010).
Tabel 1. 1 Parameter Mutu Minyak Atsiri berdasarkan SNI 06-4267-1996
No. Parameter Mutu Syarat
1 Warna Tak berwarna - Kuning muda
2 Bobot Jenis 25/25oC 1,030 – 1,060
3 Indeks Bias 25oC 1,527 – 1,535
4 Putaran Optik 0o - 1o35
5 Kelarutan dalam Etanol 70% 1:2 jernih, seterusnya jernih
6 Eugenol Total (v/v) 80-95%
7 Minyak Pelikan Negatif
8 Lemak Negatif

Pemurnian merupakan proses penghilangan bahan-bahan yang tidak


diinginkan dari minyak hasil penyulingan. Proses ini bertujuan untuk
meningkatkan kualitas minyak agar mempunyai nilai jual yang lebih tinggi.
Metode pemurnian yang dikenal adalah pemurnian secara kimia dan secara
fisika berikut:

1. Proses Fisika
Pemurnian dengan proses fisika biasanya menggunakan metode
redestilasi dan destilasi fraksinasi, yakni dengan mendestilasi ulang minyak
atsiri hasil penyulingan dengan menambahkan air dengan perbandingan 1:5
agar didapatkan minyak yang lebih jernih dan murni (Nurjanah, dkk., 2016).
2. Proses Kimia
Pernunian secara kimi dapat dilakukan dengan beberapa cara
diantaranya:
a. Pengkelatan
Pengkelatan adalah pengikatan logam dengan cara
menambahkan senyawa pengkelas dan membentuk kompleks logam
senyawa pengkelat. Proses pengkelat dilakukan dengan cara yang sama
dengan asdorpsi hanya dengan mengganti adsorben dengan senyawa
pengkelat. Sneyawa pengkelat yang cukup dikenal dalam proses
pemurnian minyak atsiri antara lain asam sitrat, asam malat, asam
tartarat dan EDTA. Proses pengikatan logam merupakan proses
keseimbangan pembentukan kompleks logam dengan senyawa
pengkelat (Nurjanah, dkk., 2016).
b. Adsorpsi
Adsorpsi adalah proses difusi suatu komponen pada suatu
permukaan atau antar partikel. Dalam adsorpsi terjadi proses pengikatan
oleh permukaan adsorben terjadi proses pengikatan oleh permukaan
adsorben padatan atau cairan terhadap adsorbat atom-atom, ion-ion atau
molekul lainnya. Adsorpsi dapat menggunakan adsorben yang bersifat
polar (silica, alumina, dan tanah diatome) ataupun non polar (arang
aktif), dan juga dapat menggunakan bentonite (Nurjanah, dkk., 2016).
c. Menghilangkan senyawa terpen (terpeneless) untuk meningkatkan efek
flavoring, sifat kelarutan dalam alkohol encer, kestabilan dan daya
simpan dari minyak (Harunsyah, 2011).

Selain dengan pemurnian, Usmiati, dkk. (2005) telah melakukan


penelitian dengan memanfaatkan limbah padat penyulingan serai wangi dan
nilam sebagai bahan aktif untuk membuat dupa penolak lalat rumah. Dengan
ini, maka ada kemungkinan dapat diaplikasikan pada limbah minyak atsiri
lainnya sehingga diharapkan mampu meminimalisir limbah dan mampu
memproduksi barang yang dapat menunjang ekomi warga sekitar.

Daftar Pustaka

Harunsyah, 2011. Peningkatan Mutu Minyak Nilam Rakyat Melalui Proses


Pemurnian. Jurnal Teknologi, Oktober, XI(1), pp. 1-7.
Khozali, A., Supardi, S. & Hastuti, D., 2012. Analisa Usaha Penyulingan Minyak
Daun Cengkeh (Syzygium aromaticum, syn. Eugenia aromaticum) (Studi Kasus
di Kecamatan Sukorejo Kabupaten Kendal). VIII(2), pp. 32-42.
Ma'mun, 2015. Petunjuk Teknis Penanganan Bahan dan Penyulingan Minyak
Atsiri. [Online]
Available at: http://balittro.litbang.pertanian.go.id?p=844
[Accessed 09 April 2019].
Megawati, R. F., 2010. Analisis Mutu Minyak Atsiri Bunga Cengkeh (Syzygium
aromaticum (L.) Meer. & Perry) dari Maluku, Sumatera, Sulawesi dan Jawa
dengan Metode Metabolomic Berbasis GC-MS, Surakarta: Universitas
Muhammadiyah Surakarta.
Nurjanah, S., Zain, S., Rosalinda, S. & Fajri, I., 2016. Kajian Pengaruh Dua Metode
Pemurnian terhadap Kejernihan dan Kadar Patchouli Alcohol Minyak Nilam
(Patchouly oil) asal Sumedang. Jurnal Teknotan, Agustus, X(1), pp. 24-29.
Sastrohamidjojo, H., 2004. Kimia Minyak Atsiri. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press.
Usmiati, S., Nurdjannah, N. & Yuliani, S., 2005. Limbah Penyulingan Sereh Wangi
dan NIlam sebagai Insektisida Pengusir Lalat Rumah (Musca domestica. Jurnal
Teknik Industri, XV(1), pp. 10-16.
Wijaya, C., Jayuska, A. & Alimuddin, H., 2015. Peningkatan Rendemen Minyak
Atsiri Daun Cengkeh (Syzygium aromaticum) dengan Metode Delignifikasi
dan Fermentasi. Jurnal JKK, IV(4), pp. 15-20.

Anda mungkin juga menyukai