Anda di halaman 1dari 14

I.

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumber daya alam. Berbagai jenis
tanaman dapat ditemukan di Indonesia. Di Indonesia terdapat banyak tanaman penghasil
minyak atsiri, sehingga Indonesia merupakan salah satu negara pengekspor minyak atsiri
terbesar di dunia. Akan tetapi, Indonesia masih mengimpor minyak atsiri dari negara lain.
Impor minyak atsiri yang masih tinggi antara lain disebabkan teknologi pengolahan
minyak atsiri di Indonesia belum mampu mengikuti perkembangan teknologi di negara
lain yang telah maju pesat. Umumnya petani minyak atsiri masih menerapkan teknologi
hulu dan bersifat tradisional, sehingga belum mampu menjamin kontinuitas pengadaan
produk dengan mutu yang konsisten. Oleh karena itu, perlu dipelajari dan diterapkan cara
– cara dan teknologi dalam mendapatkan mutu minyak atsiri yang berkualitas.
Untuk mendapatkan minyak atsiri dapat dilakukan dengan bebrbagai macam cara
yaitu penyulingan, pengepresan, ekstrasi dengan pelarut menguap dan ekstrasi dengan
lemak padat (enfleurasi). Penyulingan adalah suatu proses pemisahan secara fisik suatu
campuran dua atau lebih produk yang mempunyai titik didih yang berbeda, dengan cara
mendidihkan terlebih dahulu komponen yang mempunyai titik didih rendah terpisah dari
campuran. Dalam industri minyak atsiri dikenal tiga macam penyulinagn yaitu,
penyulinagan dengan air, penyulingan dengan air – uap, dan penyulingan dengan uap
langsung.
Selain dengan penyulingan minyak atsiri dapat didapatkan dengan cara adsorbsi
oleh lemak padat ( enfleurasi ). Pada proses ini, adsorbsi minyak atsiri oleh lemak
dilakukan pada suhu dingin, sehingga tidak merusak minyak yang disebabkan oleh panas.
Proses enfleurasi menghasilkan rendemen yang lebih tinggi dibandingkan dengan metode
lainnya, namun prosesnya lebih lama dan membutuhkan tenaga kerja yang trampil dan
berpengalaman.
Minyak atsiri yang berasal dari rempah – rempah memiliki minyak dan resin yang
dinamakan oleoresin. Oleoresin diperoleh dari hasil ekstraksi dan pemekatan komponen
non volatile dari rempah – rempah. Oleoresin dapat dimanfaatkan sebagi bahan baku
penyedap untuk pemberi cita rasa dalam produk – produk olahan seperti pada industri
minuman segar, bahan baku obat, kosmetik, kembang gula dan roti.
Oleh karena itu, praktikum kali ini akan membahas mengenai penyulingan,
enfleurasi dan juga ekstraksi oleoresin, sehingga praktikan akan lebih mengetahui
mengenai minyak atsiri dan bagaimana cara mendapatkan minyak atsiri yang berkualitas.
B. Tujuan
Tujuan praktikum kali ini adalah utnuk mempelajari proses penyulingan minyak
atsiri, proses adsorbsi oleh lemak padat (enfleurasi), dan ekstraksi oleoresin.
II. METODOLOGI
A. Alat dan Bahan
Alat yang digunakan pada praktikum kali ini adalah ketel suling, labu florentine,
gelas ukur, timbangan, pisau, talenan, erlenmeyer, pendingin balik, klafenger, aufhauser,
neraca, casis, rotary evaporator, gelas piala, spatula, soxlet, an oven pengering.
Bahan yang digunakan pada praktikum kali ini adalah, daun nilam, air,
shortening, etanol 90 %, bunga sedap malam, bunga melati, heksan, kertas saring,
cengkeh dan lada.
B. Prosedur
b.1 Penyulingan air – uap
Ketel suling diisi dengan air sebanyak kurang lebih 5 cm di bawah saringan,
kemudian isi ke dalam ketel bahan yang akan disuling yang sebelumnya ditimbang
terlebih dahulu. Labu Florentine di pasang dan alirkan air melalui kondensor. Ketel
dipanaskan dengan api langsung, saat tetesan kondesat pertama diamati dan dicatat.
Penyulinagn dilakukan selama kurang lebih 2 jam. Mianyak yang dihasilkan sipisahkan
dalam labu Florentine dan disimpan dalm botol untuk dianalisa pada minggu berikutnya.
Dihitung rendemen yang dihasilkan.
b.2 Adsorbsi oleh Lemak Padat ( enfleurasi )
Alat enfleurasi disiapkan, pada sisi dasar alat dioleskan lemak setebal 1 – 2 cm.
Di atas lapisan lemak tersebut ditaburkan bunga segar yang telah ditimbang sampai 2/3
bagian dari rak terisi oleh bunga. Diamkan selama 24 jam pada suhu kamar dan disimpan
dalam ruangan tertutup. Pada hari berikutnya larutkan lemak tersebut dalam alcohol 90%
sampai semua lemak larut. Dinginkan campuran tersebut pada alt pendingin ( freezer )
pada suhu sekitar -15 ºC, sampai bagian lemak membeku. Bagian lemak dipisahkan dari
alcohol dengan cara menyaring, sehingga diperoleh filtrate yang disebut ekstrait. Filtrate
yang dihasilkan dipekatkan dengan cara menyuling sebagian besar alcohol menggunakan
rotary evaporator. Cairan yang dihasilkan disebut absolute enfleurasi.
b.3 Ekstraksi Oleoresin
Bahan yang berupa umbi diiris tipis – tipis, kemudian dikeringkan dan selanjutnya
dihaluskan. Untuk bahan selain umbi bisa langsung dikeringkan lalu dihaluskan. Bahan
ditimbang sebanyak kurang lebih 50 gram ( jumlah bahan menyesuaikan besar soxlet),
kemudian dibungkus dengan kertas saring. Dimasukan ke dalam soxlet, lalu
ditambahkan pelarut, pasang pendingin dan selanjutnya dipanaskan menggunakan
pemanas listrik. Lakukan pemanasan sampai larutan yang tersirkulasi pada bagian atas
soxlet jernih. Ampas dikeluarkan dari soxlet, pelarut diuapkan di dalam labu soxlet. Berat
oleoresin ditimbang di dalam labu, kemudian dihitung rendemen oleoresin.
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Pengamatan
Terlampir
B. Pembahasan
Minyak atsiri adalah salah satu jenis minyak yang terdapat di alam. Minyak atsiri
dikenal juga dengan nama minyak eteris, minyak terbang (essential oil, volatile oil) yang
dihasilkan dari bagian tanaman ( daun, bunga, buah/biji, batang, kulit batang, dan akar).
Minyak atsiri mudah menguap pada suhu kamar tanpa mengalami dekomposisi, mempunyai
rasa getir (pungent taste), berbau wangi sesuai bau tanaman penghasilnya, umumnya larut
dalam pelarut organic dan tidak larut dalam air.
Minyak atsiri memiliki fungsi yang banyak, dalam tanaman minyak atsiri dapat
membantu proses penyerbukan (menarik beberrapa jenis serangga), mencegah kerusakan
tanaman oleh binatang, dan sebagai cadangan makanan dalam tanaman. Dalam industry
minyak atsiri dapat digunakan untuk kosmetik, pewangi, flavouring agent, antiseptic, obat –
obatan dan sebagainya.
Minyak atsiri merupakan salah satu hasil sisa proses metabolisme dalam tanaman
yang terbentuk karena reaksi antara berbagai persenyawaan kimia dengan air. Minyak
tersebut disintesa dalam sel kelenjar (glandula sel) pada jaringan tanaman dan terbentuk juga
dalam pembuluh resin (misalnya : minyak terpentin dari pohon pinus). Tanaman yang dapat
menghasilkan minyak atsiri diperkirakan berjumlah 150 – 200 spesies, yang termasuk
family : Pinaceae, Labiatae, Compositae, Lauraceae, Mirtaceae, dan Umbelliferaceae.
Minyak atsiri selain dihasilkan oleh tanaman dapat juga terbentuk dari hasil degradasi
trigliserida oleh enzim atau dapat dibuat dengan sintesis, misalnya vanilla.
Untuk mendapatkan minyak atsiri dapat dilakukan dengan berbagai macam cara,
dapat dilakukan dengan penyulingan, pengepresan, ekstrasi dengan pelarut menguap, dan
dengan ekstraksi dengan lemak padat. Pada praktikum kali ini akan dilakukan penyulingan
nilam sehingga dihasilkan minyak nilam dan dilakukan proses ekstraksi dengan lemak padat
(enfleurasi) terhadap bunga sedap malam dan bunga melati.
1. Penyulingan
Penyulingan adalah proses pemisahan komponen yang berupa cairan atau padatan
dari dua macam campuran atau lebih, berdasarkan perbedaan titik uapnya dan proses ini
dilakukan terhadap minyak atsiri yang larut dalam air. Jumlah minyak yang mneguap
bersama – sama dengan uap air ditentukan oleh tiga faktor, yaitu besarnya tekanan uap yang
digunakan, berat molekul masing – masing komponen dalam minyak, dan kecepatan minyak
yang keluar dari bahan yang mengandung minyak.
Hasil penyulingan sebagian besar terdiri dari, yang pertama tersuling komponen
minyak yang bertitik didih rendah, disusul dengan komponen bertitik didih lebih tinggi, dan
mendekati akhir jumlah yang tersuling lebih sedikit. Sistem penyulingan ada tiga yaitu,
penyulingan dengan air ( water destilation ), penyulingan dengan air dan uap (water and
steam destilation), dan penyulingan dengan uap (steam destilation).
Minyak nilam (patchouli oil) adalah minyak atsiri yang diperoleh dari penyulingan
terna daun tanaman nilam (Pogostemon cablin Benth). Penyulingan adalah pemisahan
komponen-komponen suatu campuran dari dua jenis cairan atau lebih berdasarkan perbedaan
titik uapnya. Proses ini dilakukan terhadap minyak atsiri yang tidak larut dalam air.
Dalam industri pengolahan minyak atsiri dikenal tiga macam sistem penyulingan,
yaitu penyulingan air, penyulingan dengan uap dan air, serta penyulingan uap. Cara
penyulingan yang paling sederhana untuk memperoleh minyak nilam adalah dengan
penyulingan air dan uap atau dikukus. Cara ini biasa dilakukan untuk skala kecil, sedangkan
untuk skala industri menggunakan cara penyulingan uap. Penyulingan terna daun nilam
untuk mendapatkan minyak atsiri dilakukan antara 6-8 jam.
Indonesia merupakan penghasil minyak nilam terbesar di dunia yang tiap tahun
memasok sekitar 75% kebutuhan dunia. Dari jumlah itu, 60% diproduksi di Nanggroe Aceh
Darussalam dan sisanya berasal dari Sumatera Utara, Sumatera Barat, dan Jawa Tengah
(Sumangat dan Risfaheri 1998). Republik Rakyat Cina merupakan produsen minyak nilam
terbesar kedua setelah Indonesia. Negara-negara lain yang memproduksi minyak nilam
adalah Brasil, Malaysia, India, dan Taiwan (Tasma dan Hamid 1989). Hampir seluruh
produksi minyak nilam Indonesia diekspor terutama ke Amerika Serikat, negara-negara
Eropa Barat, dan Jepang.
Komponen utama yang menentukan mutu minyak nilam adalah patchouli alcohol
(Walker 1968). Minyak nilam merupakan bahan utama untuk mengikat bahan pewangi pada
industri parfum dan kosmetik. Selain itu, minyak nilam dapat digunakan untuk
mengendalikan hama (Yusron dan Wiratno 2001). Kandungan minyak nilam tertinggi
terdapat pada bagian daun yaitu 4-5%. Sebelum disuling, daun nilam dijemur di bawah sinar
matahari selama 4 jam (dari pukul 10.00 sampai 14.00) selama 3-5 hari bergantung pada terik
matahari. Selama penjemuran, daun dibolak-balik agar kering merata dan tidak lembap.
Kadar air terna daun nilam kering optimal adalah 1215%.
Penyulingan dengan air sangat sederhana, bahan yang akan disuling kontak langsung
dengan air mendidih. Namun hal ini yang menyebabkan peluang terjadinya hidrolisa pada
konstituen minyak sangat besar, tingginya resiko terjadinya penggosongan bila pemanasan
tidak dilakukan secara merata, membutuhkan ketel yang lebih besar dan jumlah bahan bakar
yang banyak.
Pada penyulingan dengan air dan uap, bahan diletakkan di atas rak – rak atau saringan
berlubang. Ketel suling diisi dengan air sampai permukaan air berada tidak jauh dari bawah
saringan. Bahan yang disuling hanya berhubungan dengan uap dan tidak dengan air panas.
Uap yang digunakan adalah uap jenuh atau uap kelewat panas pada tekanan lebih dari 1
atmosfir. Uap dialirkan melaui pipa uap berlingkar yang berpori yang terletak di bawah
bahan, dan uap bergerak ke atas melalui bahan yang terletak di atas saringan ( Guenther,
1955).
Penyulingan dengan uap langsung memiliki efisiensi penyulinan yang lebih tinggi
dibandingkan penyulingan air dan penyulingan air-uap, karena waktu penyulingan relatif
sinngkat dan rendemen yang dihasilkan tinggi, tetapi membutuhkan peralatan yang lebih
kompleks dan mahal. Pada praktikum kali ini yang dilakukan adalah metode penyulingan air
– uap dengan bahan berupa daun nilam.
Pada praktikum kali ini, bahan yang digunakan adalah daun nilam seberat 6300 gr.
Dimasukkan kedalam ketel penyulingan selama ± 2 jam. Setelah 2 jam didapatkan berat
akhir minyak nilam seberat 68.5 gr dan didapatkan rendemen sebesar 1.087 %. Dari hasil
pada praktikum kali ini, tidak dilakukan analisis lebih jauh terhadap kandungan minyak
nilam yang dihasilkan, dan dalam waktu 2 jam belum bisa diapatkan seluruh komponen
minyak yang berasal dari daun nilam. Menurut rancangan revisi SNI tahhun 2003 standar
mutu minyak nilam untuk kadar patchouli alcohol adalah 31%, tetapi untuk mendapatkan
kadar minyak nilam sebesar 31% membutuhkan waktu lebih lama dari 2 jam.
Minyak nilam tergolong dalam minyak atsiri dengan komponen utamanya adalah
patchoulol. Daun dan bunga nilam mengandung minyak ini, tetapi orang biasanya
mendapatkan minyak nilam dari penyulingan uap terhadap daun keringnya (seperti pada
minyak cengkeh). Di Indonesia minyak nilam juga disuling dari kerabat dekat nilam yang
asli dari Indonesia, nilam Jawa (Pogostemon heyneani), yang memiliki kualitas lebih rendah.
Minyak nilam yang baik umumnya memiliki kadar PA di atas 30%, berwarna kuning
jernih, dan memiliki wangi yang khas dan sulit dihilangkan. Minyak nilam jenis ini didapat
dengan menggunakan teknik penyulingan uap kering yang dihasilkan mesin penghasil uap
(boiler) yang diteruskan ke dalam tangki reaksi (autoklaf) selanjutnya uap akan menembus
bahan baku nilam kering dan uap yang ditimbulkan diteruskan ke bagian pemisahan untuk
dilakukan pemisahan uap air dengan uap minyak nilam dengan sistem penyulingan. Minyak
nilam yang baik dihasilkan dari tabung reaksi dan peralatan penyulingan yang terbuat dari
baja tahan karat (stainless steel) dan peralatan tersebut hanya digunakan untuk menyuling
nilam saja (tidak boleh berganti-ganti dengan bahan baku lain).
Karena sifat aromanya yang kuat, minyak ini banyak digunakan dalam industri
parfum. Sepertiga dari produk parfum dunia memakai minyak ini, termasuk lebih dari
separuh parfum untuk pria. Minyak ini juga digunakan sebagai pewangi kertas tisu,
campuran deterjen pencuci pakaian, dan pewangi ruangan. Fungsi yang lebih tradisional
adalah sebagai bahan utama setanggi dan pengusir serangga perusak pakaian. Aroma minyak
nilam dianggap 'mewah' menurut persepsi orang Eropa, tetapi orang sepakat bahwa
aromanya bersifat menenangkan.
2. Enfleurasi
Praktikum selanjutnya adalah adsorbsi oleh lemak padat ( enfleurasi ). Pada proses
ini, adsorbsi minyak atsiri oleh lemak dilakukan pada suhu dingin, sehingga tidak merusak
minyak yang disebabkan oleh panas. Proses enfleurasi menghasilkan rendemen yang lebih
tinggi dibandingkan dengan metode lainnya, namun prosesnya lebih lama dan membutuhkan
tenaga kerja yang terampil dan berpengalaman.
Lemak merupakan molekul trigliserida yang mampu mengabsorbsi zat –zat yang
dapat menguap termasuk minyak atsiri. Daya absorbs lemak terhadap bau tergantung dari
plastisitas dan titik cair lemak tersebut. Pada praktikum kali ini bahan yang digunakan adalah
bunga sedap malam dan bunga melati yang menggunakan lemak berupa shortening.
Enfleurasi merupakan suatu teknik menghasilkan minyak bunga dengan cara
menagkap minyak bunga yang mneguap dari kuntum bunga yang merekah menggunakan
campuran lemak. Selanjutnya, minyak bunga dipisahkan dari campuran lemak dengan
melarutkannya dalam alkohol hingga diperoleh minyak bunga alami. Keunggulan cara ini
adalah mampu menghasilkan minyka bunga dengan jumlah dan mutu yang tinggi, karena
selama proses tidak banyak bersentuhan dengan panas sehingga kehilangan dan kerusakan
zat wangi sangat rendah. Kelemahannya, teknik ini menyisakan limbah lemak yang perlu
dicarikan cara pemanfaatannya, dan perlu tenaga terampil untuk pekerjaan defleurasi atau
mengangkat kuntum – kuntum bunga layu dari lapisan campuran lemak setelah proses
penyerapan / penagkapan minyak.
Proses enfleurasi sampai saat ini masih digunakan dalam industri minyak atsiri di
daerah Perancis dan India. Minyak atsiri yang dihasilkan dari proses enfleurasi sangat
mendekati minyak bunga alamiah dan paling baik dibandingkan proses ekstraksi pelarut
menguap. Walaupun telah ditemukan proses ekstraksi yang lain, namun proses enfleurasi
masih memegang peranan penting dan berjalan terus hingga saat ini dan terus disempurnakan
prosesnya. Peralatan yang digunakan adalah chasis yang terbuat dari kaca, chasis kaca
disusun bertingkat. Diusahakan terbebas dari sinar matahari dan udara bebas. Karena jika
terganggu dua hal diatas dapat menyebabkan kerusakan lemak dan terganggunya proses yang
pada akhirnya gagal produksi.
Keberhasilan dari proses enfleruasi terletak pada proses persiapan lemak sebagai alat
absorpsi. Lemak yang digunakan untuk proses enfleurasi harus memenuhi syarat – syarat
berikut :
1. Lemak yang digunakan harus benar – benar bersih dari kontaminan.
2. Tidak berbau dan bebas air.
3. Tidak terlalu lunak dan tidak terlalu keras.
Ada beberapa jenis lemak yang digunakan untuk proses enfleurasi ini, yakni, lemak
sapi, lemak domba, lemak babi, dan lemak hewani lainnya. Selain menggunakan lemak,
enfleurasi juga bisa dicampur dengan beberapa minyak nabati seperti minyak kedelai,
minyak canola, dan minyak kacang – kacangan. Bahkan penelitian terakhir dapat
menggunakan mentega putih sebagai penjerap pengganti lemak hewan. Pada beberapa
literatur ada yang menyebutkan campuran lemak sapi dan lemak babi dengan perbandingan 1
: 2 sangat baik untuk proses enfleurasi. Namun di Indonesia kita terkendala dengan status
halal dan haram dimana sebagian besar warga negara Indonesia adalah muslim. Untuk itu
perlu dikembangkan suatu campuran baru untuk menggantikan lemak babi dalam proses
enfleurasi.
Lemak yang diperoleh dari pasar kita bersihkan dari kotoran, seperti darah, kulit dan
rambut yang masih tertinggal. Tangaskan diatas air yang dipanaskan sembari diberi air jeruk
untuk mempertahankan kerapatan lemak, selain air jeruk, menurut literatur juga dapat
menggunakan air mawar dan air kemenyan. Namun pemberian air jeruk akan berpengaruh
terhadap bau produk akhir. Setelah dipisahkan dari kotoran dan ditangaskan maka lemak
didinginkan dan siap untuk dipakai. Lemak yang siap dipakai tadi dibentuk seperti bubur,
setelah itu kemudian ditaruh diatas plat kaca, dengan susunan dalam plat kaca tersebut dibuat
bolak – balik depan belakang. Susunan lemak pada plat kaca sengaja disusun demikian
dengan fungsi saat disusun nantinya, lemak bagian atas kaca untuk menaruh bunga yang akan
diserap minyaknya, bagian bawahnya berguna untuk menyerap minyak bunga yang menguap
dari chasis dibawahnya. Setelah disusun seperti diatas, maka bunga siap ditaburkan.
Pada praktikum kali ini dilakukan adsorbsi minyak dengan lemak padat ( enfleurasi )
pada bunga melati dan bunga sedap malam. Bobot awal bunga melati yang digunakan adalah
seberat 234,21 gr setelah dilakukan proses enfleurasi selama 24 jam didapatkan bobot
minyak seberat 3,98 gr dan didaptkan rendemen sebesar 1,7 %. Sedangkan bobot awal bunga
sedap malam yang digunakan adalah seberat 324,63 gr setelah dilakukan proses enfleurasi
didaptkan bobot minyak sebesar 2,77 gr dan didaptkan rendemen sebesar 0,85 %.
Minyak melati merupakan bahan baku parfum kualitas tinggi. Harga minyak melati di pasar
internasional tergolong tinggi, sekitar 6.000 dolar Amerika Serikat per liter atau setara dengan 54 juta
rupiah (Purba 2000). Di Indonesia, kebutuhanminyak atsiri untuk industri kosmetik, sabun, dan
parfum masih dipenuhi dari impor. Pada tahun 1995 volume impor minyak atsiri berbahan baku
bunga tercatat 29 ton dengan nilai 415,4 dolar dan pada tahun 1999 meningkat menjadi 336 ton
dengan nilai 845,5 dolar (Biro Pusat Statistik 1995; 1999).
Metode produksi minyak melati antara lain adalah ekstraksi dengan pelarut menguap dan
enfleurasi (ekstraksi menggunakan lemak dingin). Rendemen minyak melati yang dihasilkan dengan
pelarut menguap berkisar antara 0,054-0,0536% (Prabawati et al. 1999 Atawia et al. 1988a; 1988b).
Rendemen minyak melati yang diekstrak dengan pelarut menguap dipengaruhi oleh perbandingan
pelarut yang digunakan dan cara ekstraksi. Hasil penelitian Prabawati et al. (2002) menunjukkan
bunga melati Gambir yang diekstrak dengan perbandingan pelarut dan bunga 1 : 2 dan ekstraksi
dilakukan dua tahap dihasilkan rendemen minyak tertinggi (0,135%). Menurut Guenther (1955)
rendemen minyak yang dihasilkan dengan metode enfleurasi lebih tinggi. Suyanti et al. (2001)
melaporkan rendemen minyak melati yang diekstrak dengan menggunakan adsorben lemak berkisar
antara 5,62 - 11,51 g/kg bunga.
Pada praktikum kali ini tidak dapat dibandingkan hasil antara minyak melati yang
dihasilkan dari proses ekstraksi dengan pelarut dan minyak melati yang dihasilkan dari
metode enfleurasi. Tetapi menurut literatur minyak melati yang dihasilkan dari proses
enfleurasi pada bobot bunga melati yang sama menghasilkan rendeman minyak melati yang
lebih tinggi dibandingkan ekstraksi minyak melati dengan menggunakan pelarut. Hal ini
dikarenakan dengan teknik enfleurasi bahan tidak terkena panas,sehingga kemungkinan
rusaknya komponen yang terkandung pada bahan lebih kecil jika dibandingkan dengan
menggunakan ekstraksi dengan pelarut atau dengan penyulingan. Pada praktikum ini juga
hanya dilakukan satu kali enfleurasi pada bunga melati tidak dilakukan penggantian dengan
bura baru sebanyak empat kali atau lebih.
Bukan hanya pada minyak melati, minyak sedap malam juga dapat dihasilkan dengan
menggunakan metode ekstraksi dengan pelarut dan metode enfleurasi. Minyak sedap malam
yang dihasilkan dari metode enfleurasi juga lebih tinggi dibandingkan dengan menggunakan
metode ekstraksi dengan pelarut.
Mutu minyak yang diproduksi dengan cara enfleurasi sangat dipengaruhi oleh jenis
adsorben yang digunakan dan frekuensi penggantian bunga. Jenis adsorben yang paling baik
adalah campuran lemak babi dan lemak sapi (1:2). Namun, metode enfleurasi dengan
menggunkan adsorben lemak babi jarang digunakan karena mempertimbangkan bagi
pengguna yang muslim. Sebagai penggantinya dapat digunakan, jenis ”shortening” untuk kue
dan roti yaitu campuran lemak sapid an lemak nabati. Rendemen absolute yang dihasilkan
dengan cara enfleurasi lebih besar dibandingkan dengan cara ekstraksi menggunakan pelarut
menguap. Rendemen minyak sedap malam hasil enfleurasi berkisar antara 0,52 – 0,72 %.
Rendemen minyak tertinggi diperoleh dengan menggunakan jenis “shortening snow white”
(0,72%) dan terendah dihasilkan oleh adsorben campuran lemak sap dan minyak bunga
matahari dengan rendemen minyak 0,52 % (Sailah et al, 2000).
Pada praktikum kali ini dihasilkan 0,85 % rendemen, hasil ini melampaui rendemen
minyak sedap malam berdadsarkan praktikum, hal ini dapt disebabkan banyak faktor, bisa
saja saat menyuling alkohol tidak semua alkohol menguap, sehingga masih ada yang tersisa
di bahan, sehingga minyak yang dihasilkan masih mengandung alkohol.

Nit.. tinggal masukkin yg oleoresin sm kesimpulan sm daftar pustaka


yang oleoresin.. thx nit
Oiya cover gw jg blm bikin. Trus data yg isolasi jg gw ga punya, tinggal
dimasukkin ke lampiran aja ya nit…
DAFTAR PUSTAKA
Atawia, B.A., S.A.S. Hallabo, and M.K. Morsi. 1988a. Effect of type of solvent on quality and
quality of jasmine concrete and absolut. Egyptian J. Food Sci. 16(1-2):212-224.
Atawia, B.A., S.A.S. Hallabo, and M.K Morsi. 1988b. Hexan extraction of acidified jasmine
flower. Egyptian J. Food Sci. 16(1-2)225-235.
Badan Pusat Statistik. 1999. Statistik tanaman obat-obatandan hias. Badan Pusat Statistik.
Jakarta Indonesia.
Biro Pusat Statistik. 1995. Data impor dan ekspor. Biro Pusat Statistik. Jakarta Indonesia.
Biro Pusat Statistik. 1999. Data impor dan ekspor. Biro Pusat Statistik. Jakarta Indonesia.
Guenther, E. 1955. The essential oil. Volume 5. Robert F. Krieger Publishing Co. Inc.
Huntington New York.
Prabawati, S., D.A. Endang, dan A.S.B. Dondy. 1999. Potensi kandungan dan sifat fisiko
kimiawi concret melati. Balai Penelitian Tanaman Hias Jakarta.
Sailah, I., S. Ketaren, Sunarmani, dan Suyanti. 2000. Ekstraksi Minuak Atsiri dari Bunga Sedap
Malam. Laporan Hasil Penelitian Kerja Sama Penelitian Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Sumangat, D. dan Risfaheri. 1998. Standar dan masalah mutu minyak nilam Indonesia.
Monograf Nilam (5). Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat, Bogor. hlm. 108-115.
Suyanti, S. Prabawati, D.A. Endang, dan Sjaifulah. 2001.Pengaruh jenis absorbent dan
frekuensi penggantian bunga terhadap mutu minyak melati. J. Hort. 11(1):51-57.
Tasma, I.M. dan A. Hamid. 1989. Hasil penelitian dan pengembangan tanaman minyak atsiri
Indonesia. Prosiding Simposium I Hasil Penelitian dan Pengembangan Tanaman Industri,
Buku VII. Tanaman Minyak Atsiri. hlm. 1075-1082. Pusat Penelitian dan Pengembangan
Tanaman Industri, Bogor
Walker, G.T. 1968. The structure and synthesis of patchouly alcohol. Manufacturing Chemist
and Aerosol News. p. 27-28.
Yusron, M. dan Wiratno. 2001. Budidaya Tanaman Nilam. Circular (3) Balai Penelitian
Tanaman Rempah dan Obat, Bogor. 29 hlm.
LAMPIRAN

Hasil Pengamatan

Penyulingan
Bahan Berat awal Berat akhir Rendemen
Nilam 6300 gr 68.5 gr 1.087%

Enfleurasi
Bunga Bobot awal bunga Bobot Minyak Rendemen
Melati 234.21 gr 3.98 gr 1.70%
Sedap Malam 324.63 gr 2.77 gr 0.85%

Oleoresin
Bahan Bobot Awal Bobot Akhir Rendemen
Cengkeh 8.67 gr 7.69 gr 88.70%
Lada 7.77 gr 4.78 gr 61.50%

Anda mungkin juga menyukai