Anda di halaman 1dari 20

Nur Meti Anisa 11161020000003

Hanipah 11161020000005
Imalya Puspitasari 11161020000015
Safna Prameswari 11161020000021
Farda Labibah 11161020000058
Pebriana Astuti 11161020000061
Salsabila Sadya 1116102000062
Luthfia Ainurriza 11161020000063
Muhfadi 11161020000064
Enfleurage

Enfleurage adalah metode penarikan bau minyak atsiri yang dilekatkan pada media
lilin. Metode ini digunakan karena diketahui ada beberapa jenis bunga yang setelah
dipetik enzimnya masih menunjukkan kegiatan dalam menghasilkan minyak atsiri
sampai beberapa hari atau minggu, sehingga perlu perlakuan yang tidak merusak
aktivitas enzim tersebut secara langsung.
Proses enflurasi adalah proses ekstraksi memakai pelarut tidak menguap yang
dingin yaitu berupa lemak padat, cara ini telah dilakukan beberapa puluhan tahun
yang lalu yaitu sebelum dikenal proses ekstraksi yang menggunakan pelarut
menguap.
Metode ini digunakan untuk mendapatkan minyak bunga-bungan, seperti : bunga
melati (Jasminum sambac L),bunga mawar (Rosa sp), bunga sedap malam ( Polianthes
tuberose), bunga bintaro (Carbera odallam G). Proses enflurasi sangat lama dan
komplek, namun kualitas minyak yang didapatkan sangat bermutu tinggi dan harga
jualnya sangat mahal. Biasanya minyak yang didapatkan disebut sebagai minyak
absolut, seperti absolut mawar dan yasmin.
Prinsip Kerja
Prinsip kerja enfleurasi cukup sederhana, yaitu jenis
bunga tertentu (sedap malam dan melati misalnya)
setelah dipetik, masih meneruskan aktivitas fisiologisnya
dan masih berbau wangi dilatakkan diatas lemak. Lemak
mempunyai daya absorpsi tinggi, dan jika kontak dengan
bunga yang berbau wangi, lemak tersebut akan
mengabsorpsi minyak yang dikeluarkan oleh bunga
tersebut. Pada proses ini bunga dijaga agar tetap hidup
dengan cara memberikan O2 secukupnya, agar minyak
atsiri yang dikandung dapat diabsorpsi pada suhu ruang
(25-300) (Guenther, 1987).
Proses Enflurasi (Source)
 Dalam proses enflurasi, dibutuhkan lemak sebagai media
penyerap aroma dari bunga. Disinilah titik kritis kehalalan
minyak atsiri. Jika digunakan lemak yang berasal dari hewan
(terutama di Eropa), kehalalannya masih dipertanyakan.
Tahukah anda? kebanyak lemak hewan yang digunakan dan
dianggap paling bagus dalam proses enflurasi adalah lemak
babi.
 Menurut beberapa literatur, biasanya lemak yang digunakan
berupa mentega putih atau shortening, lemak, dan lilin.
Shortening adalah lemak padat yang mempunyai sifat plastis
dengan kestabilan tertentu, umumnya berwarna putih dan
sering disebut mentega putih. Bahan ini diperoleh dari hasil
pencampuran dua atau lebih lemak atau dengan cara
hidrogenasi.
 Untuk proses enflurasi sendiri adalah lemak dingin yang telah
disiapkan dilumurkan secara merata ke dalam chassis –tempat
lemak, yang berbentuk persegi empat. Setelah itu, kelopak atau
bunga utuh yang telah disiapkan, ditaburkan diatas lemak untuk
selanjutnya disimpan selama 24 jam. Setelah 24 jam, kelopak
bunga atau bunga utuh yang telah jenuh tersebut diganti dengan
kelopak bunga yang baru. Proses tersebut dilakukan selama
beberapa kali, sehingga akan menghasilkan lemak yang disebut
sebagai pomade.

 Jika kelopak bunga telah disebar sebanyak 10 kali, pomade


yang dihasilkan disebut pomade 10. Pomade selanjutnya
diekstrak dengan alkohol yang berkonsentrasi tinggi. Alkohol
tersebut akan melarutkan minyak bunga yang ada dalam
pomade. Selanjutnya, dilakukan penyulingan dalam keadaan
vakum dan suhu yang rendah, sehingga akan dihasilkan
minyak bebas dari alkohol yang disebut enfeurasi absolut.
 Proses pengambilan minyak atsiri menggunakan metode
ini sangat jarang dilakukan. Metode ini khususnya untuk
mendapatkan absolut dan juga atsiri dari suatu tanaman
yang jumlahnya cukup sedikit. Sama seperti enflurasi
diatas, biasanya pelarut yang digunakan berupa alkohol
dan hexane.

 Caranya yaitu bahan baku direndam dalam pelarut selama


1 hari atau lebih, setelah itu larutan ini dievaporasi untuk
menghilangkan alkohol atau hexane. Titik kritis kehalalan
dalam proses ini adalah pada alkohol yang tertinggal dari
proses evaporasi. Jika masih tertinggal dalam larutan,
larutan atsiri ini masih diragukan kehalalannya, hingga
ditentukan batas maksimum ditoleriri alkoholnya.
Skema Proses
Pembuatan minyak mawar banyak dilakukan dengan cara penyulingan dan
menggunakan pelarut seperti yang dilakukan di Turki dan Bulgaria (Atawia et al.
1998). Metode penyulingan memiliki kelemahan yang berpengaruh terhadap kualitas
minyak yang dihasilkan, karena adanya panas dan uap air. Dilaporkan bahwa
komponen fenil etil alkohol tidak terdapat dalam minyak mawar Bulgaria yang
diekstraksi dengan cara penyulingan, karena komponen ini larut dalam air destilat
(Kataren 1985). Banyak pabrik di Indonesia juga yang memakai teknik ekstraksi
menguap, yang mempunyai keuntungan mudah dikembangkan untuk industri dan
pelarut dapat diperoleh kembali dari rangkaian proses. Kelemahannya, selama proses
ekstraksi harus mampu mengendalikan suhu agar tidak lebih dari 55oC, kalau bisa
sekitar 45oC, karena suhu yang lebih tinggi akan merusak komponen zat wangi.
Namun, secara teknis kelemahan ini mudah diatasi, yaitu pada saat penguapan
pelarut diberikan kondisi vakum tertentu untuk menurunkan suhu. Karena mudah
rusak oleh temperatur tinggi itu pula minyak bunga melati kurang baik mutunya jika
dihasilkan melalui penyulingan dengan air/uap panas. Untuk meningkatkan mutu
dan rendemen minyak bunga, Moates dan Reynolds (1991) menyarankan
penggunaan teknik solvent extraction atau enfleurasi.
Teknik enfleurasi merupakan salah satu cara pengambilan minyak atsiri
bunga dari lemak sebagai absorben yang telah jenuh dengan aroma wangi
bunga, di mana proses penyerapan aroma oleh lemak terjadi dalam
keadaan tanpa pemanasan. Metode ini sudah sejak lama digunakan di
wilayah Perancis Selatan, yang sangat terkenal dengan kualitas
parfumnya. Penggunaan teknik enfleurasi pada pembuatan minyak melati
dilaporkan dapat meningkatkan rendemen minyak hingga 4-5 kali lebih
besar bila dibandingkan dengan cara solvent extraction ataupun
penyulingan.
Teknik Enflurasi
A. Metode Enfleurasi
 Mengoleskan lemak sebanyak 120 gr secara merata diatas permukaan bingkai kaca atau
chassis. Chasis yang digunakan sebanyak 3 buah dengan masing-masing lemak tiap chassis
sebanyak 40 gr.
 Permukaan lemak digores untuk memperluas permukaan lemak. Bunga melati yang telah
disortasi diletakkan diatas chassis yang telah dilumuri lemak.
 Chassis kemudian ditutup dan dibiarkan pada suhu ruang.
 Chassis dibuka dan bunga melati dikeluarkan dan diganti setiap 24 jam selama 7 hari.
 Selanjutnya dilakukan pengambilan lemak dari chassis dan ditimbang beratnya. Lemak hasil
enfleurasi disebut dengan pomade.
 Pomade dilarutkan dalam etanol teknis 96% dengan perbandingan 1 (lemak) : 2 (pelarut).
Mendinginkan pomade dan etanol dalam lemari pendingin atau freezer pada suhu -15℃.
 Pomade dipisahkan dari etanol menggunakan kertas saring dan hasilnya merupakan ekstrait
(mengandung minyak melati). Ekstrait kemudian dievaporasi dengan menggunakan rotary
vacuum evaporator pada suhu 45℃ dan tekanan 550 mmHg.
 Minyak melati yang dihasilkan kemudian dianalisa meliputi rendemen, berat jenis, indeks bias
dan analisa GCMS.
Metode Ekstraksi Pelarut Menguap
Skala Lab (Penelitian)
B. Metode Ekstraksi Pelarut menguap
 Bunga melati dimasukkan dalam suatu bejana yang terbuat dari plastik
dan tertutup rapat dengan ukuran 2 liter.
 Menambahkan pelarut dengan perbandingan 1 (melati) : 2 (pelarut),
kemudian diaduk dengan mengunakan overhead stirer selama 4 jam.
 Hasil ekstraksi selanjutnya disaring dengan kain untuk memisahkan
ampas melati dengan filtrat
 Kemudian filtrat dievaporasi dengan menggunakan rotary vacuum
evaporator pada suhu 45℃ untuk pelarut etanol dan 35℃ untuk
pelarut n-heksan pada tekanan 550 mmHg.
 Hasil evaporasi merupakan Concrete melati (campuran minyak atsiri
serta lilin, albumin dan zat warna dalam jumlah sedikit) kemudian
dianalisa meliputi rendemen, berat jenis, indeks bias dan analisa GCMS.
Metode Ekstraksi Pelarut Menguap
Skala Industri

 Menguap Untuk mendapatkan minyak bunga melati diperlukan rangkaian proses, seperti
perendaman sambil diaduk untuk memberi kesempatan kontak antara pelarut dan bahan,
penguapan, dan destilasi. Untuk mendukung proses tersebut diperlukan beberapa
peralatan yaitu leaching apparatus, evaporator, destiller, dan evaporator vakum berputar.

 Leaching apparatus berupa tangki tertutup sebagai wadah perendaman bunga, yang
dilengkapi pengaduk, lubang pemasukan bahan dan lubang pengeluaran cairan/ampas.
Bunga melati dimasukkan ke dalam tangki, ditambahkan heksan, kemudian ditutup dan
pengaduk dijalankan pada kecepatan 20 putaran per menit. Daya muat alat ini sekitar 3 kg
bunga yang memerlukan 6,4 liter heksan. Setelah 20 menit, cairan yang sudah
mengandung wangi melati dikeluarkan, ampas dipisahkan, kemudian cairan dimasukkan ke
dalam evaporator.
• Tahapan berikutnya yaitu penguapan heksan pada suhu di bawah 55oC, dilanjutkan dengan
pengembunan untuk mendapatkan kembali heksan cair sekitar 75%. Sisa cairan heksan 25%
diuapkan lebih lanjut dengan menggunakan evaporator vakum berputar sampai diperoleh pasta
pekat, berwarna coklat kemerahan, agak lengket karena masih mengandung lilin, dengan bau
wangi melati yang kuat. Pasta ini disebut concrete. Meskipun masih merupakan produk antara,
concrete sudah dapat diperdagangkan dan mempunyai keuntungan zat wanginya tidak mudah
menguap karena masih terikat dengan komponen lilin. Untuk menjadi minyak melati yang dapat
digunakan sebagai bahan minyak wangi atau kosmetik, dilakukan proses lanjutannya.
• Proses berikutnya yaitu memisahkan komponen minyak melati dari lilin, pigmen, dan protein
yang terkandung dalam concrete sehingga diperoleh minyak yang harum seperti bunga aslinya atau
dikenal dengan absolut melati. Cara pengambilan minyak melati dari concrete adalah dengan
melarutkannya ke dalam alkohol, kemudian dilakukan pemisahan melalui pendinginan dan
penyaringan. Proses ini dikerjakan berulang kali hingga diperoleh cairan jernih tanpa lilin. Tahap
akhir adalah penguapan alkohol menggunakan evaporator vakum berputar untuk memperoleh
absolut. Absolut berwarna kuning kecoklatan, jernih dengan bau melati sangat kuat.
Variabel dan Kondisi Operasi
A. Metode Enfleurasi
• Lemak yang digunakan terdiri dari 2 jenis, mentega kuning dan mentega putih.
Perbandingan massa mentega kuning dan mentega putih, yaitu:
- 100% mentega putih
- 30% mentega putih : 70% mentega kuning
- 50% mentega putih : 50% mentega kuning
- 70% mentega putih : 30% mentega kuning
- 100% mentega kuning
• Massa lemak : massa bunga = 1 : 3, jumlah massa lemak yang digunakan 40 gram setiap
bingkai kaca atau chasis dengan total chasis sebanyak 3.
• Proses pergantian bunga dilakukan setiap 24 jam.
• Proses enfleurasi dilakukan selama 7 hari.
• Proses enfleurasi berlangsung pada suhu ruang dan tekanan atmosferik
B. Metode Ekstraksi Pelarut menguap
• Pelarut yang digunakan :
- Etanol 96%
- N-heksan 99,5%
• Massa bunga melati : massa pelarut= 1 : 2, jumlah massa bunga melati 350 gram
• Proses enfleurasi berlangsung pada suhu ruang dan tekanan atmosferik
Hasil Perbandingan Enflurasi dan Ekstraksi
Menguap
1) Metode enfleurasi memberikan rendemen yang lebih tinggi dibanding
ekstraksi pelarut menguap, namun aroma yang paling mendekati aroma
bunga melati adalah metode ekstraksi pelarut menguap
2) Rendemen minyak melati paling tinggi dihasilkan oleh metode
enfleurasi yaitu pada variabel 30% mp: 70% mk yaitu 0,416%. Pada
metode ekstraksi pelarut menguap concrete yang dihasilkan 0,320% denga
pelarut n-heksan. Pelarut etanol pada metote ekstraski pelarut menguap
tidak dapat digunakan sebagai solvent untuk mengekstrak bunga melati
karena menyebabkan terekstraknya gum atau resin serta melarutkan air.
3) Aroma yang dihasilkan metode ekstraksi dengan pelarut menguap lebih
menyengat dan dihasilkan bau yang lebih enak dibandingkan dengan
aroma yang dihasilkan dari metode enfleurasi. Hal ini disebabkan karena
pada metode enfleurasi menggunakan adsorben lemak sebagai media
penyerap minyak, sedangkan pada metode ekstraksi dengan pelarut
menguap terjadi kontak secara langsung antara bahan baku dengan
solvent
Bagian-bagian alat enfleurage
 Chassis : Kaca besar berbingkai kayu yang digunakan untuk
meletakkan lemak dan bahan yang akan diekstrak
 Lemak : Lemak yang biasanya dipakai adalah lemak babi atau
sapi yang sudah tidak berbau fungsinya untuk menangkap
aroma yang akan diekstrak
 Bahan yang akan diekstrak : Biasanya kelopak bunya atau
keseluruhan bunga
Keuntungan dan kerugian enfleurage

Keuntungan enfleurage
 Cocok untuk senyawa termolabil
 Cocok untuk senyawa yang sangat sensitive
Kerugian enfleurage
 Membutuhkan waktu yang lama sampai lemak jenuh
 Membutuhkan sumber daya manusia yang banyak
 Membutuhkan biaya yang besar
Kesimpulan
 Enfleurasi merupakan metode pengambilan (ekstraksi) minyak atsiri dengan bantuan lemak
dingin sebagai adsorbennya.
 Proses ekstraksi metode enflurage biasanya digunakan untuk mengekstraksi minyak dari
tanaman bunga-bungaan, contohnya bunga melati (Jasminum sambac L), dan bunga mawar
(Rosa sp)
 Prinsip kerja enflurage adalah penyerapan minyak atsiri dengan lemak, kemudian diekstraksi
dengan pelarut yang sesuai untuk memisahkan minyak atsiri dengan lemaknya
 Produk olahan lanjutan utama minyak atsiri bunga yaitu bahan baku untuk industri parfum
 Proses enflorasi lebih cocok untuk jenis minyak atsiri yang mudah rusak oleh air dan suhu
panas, terutama untuk minyak bunga yang biosintesisnya masih berlangsung terus setelah
dipetik
 Penggunaan metode enflurasi lebih dipilih dalam analisis minyak atsiri pada bunga karena
mutu dan rendemen yang dihasilkan tinggi
 Metode ini lebih cocok digunakan untuk industri karena metode ini membutuhkan biaya dan
sumber daya manusia yang banyak
Daftar pustaka
 Horst Surburg and Johannes Panten.2006.Common
Fragrance and Flavor Materials 5th Edition.
Weinheim:WILEY-VCHVerlag GmbH & Co. KGaA.
 Victor R. Preedy.2015. Essential Oils in Food Preservation,
Flavor and Safety.Amsterdam: Elsevier Science Publishers

Anda mungkin juga menyukai