Apium graveolens L.
Sri Indrayani
260110160130
Fakultas Farmasi
Universitas Padjadjaran
SELEDRI (Apium graveolens L.)
I. Uraian Tanaman
1.1 Klasifikasi Tanaman Seledri
Klasifikasi seledri berdasarkan Herbarium Medanense (MEDA) :
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledoneae
Bangsa : Apiales
Suku : Apiaceae
Marga : Apium
Jenis : Apium graveolens L.
1.2 Sinonim
Celery, smallage (Inggris), han-ch’in, qincai (Cina), Seleri (Italia), Selinon,
Parsley (Jerman).
1.6 Habitat
Tumbuh di dataran rendah maupun tinggi pada ketinggian 1000 – 1200 m
diatas permukaan laut. Perkebunan seledri di Indonesia terdapat di
SumateraUtara (Brastagi) dan Jawa Barat. Terdapat juga di Eropa (Inggris
dan Rusia Selatan), Asia Barat, Afrika Utara dan Selatan, Amerika Selatan,
Amerika Utara dan Argentina (BPOM, 2010).
II. Identifikasi
2.1 Kandungan Kimia
Herba seledri mengandung flavonoid, saponin, tannin 1% minyak
atsiri 0,033%, flavor-glukosida (apiin), apigenin, kolin, lipase, asparagines,
zat pahit, vitamin A, vitamin B, vitamin C. Setiap 100% herba seledri
mengandung air sebanyak 93 ml, protein 0,9 gr, lemak 0,1 gr, karbohidrat 4
gr, serat 0,9 gr kalsium 50 mg, besi 1 mg, fosfor 40 mg, yodium 150 mg,
kalium 400 mg, magnesium 85 mg, vitamin A 130 IU, vitamin C 15 mg,
riboflavin 0,5 mg, tiamin 0,3 mg dan nikotinamid 0,4 mg. Di dalam akar
seledri mengandung asparagin, manit, zat pati, lender, minyak atsiri,
pentosan, glutamine, dan tirosin. Sedangkan pada biji mengandung apiin,
minyak menguap, apigenin dan alkaloid (Dalimartha, 2005).
2.2 Makroskopik
Pemeriksaan makroskopik dan organoleptik dilakukan dengan mengamati
bentuk, bau dan rasa dari daun seledri segar dan serbuk simplisia daun seledri.
(Makroskopi seledri)
V. Khasiat
Seledri berkhasiat dapat mengurangi rasa nyeri pada penyakit
rheumatoid arthritis, lambung, serta antikejang, selain itu dapat
menurunkan tekanan darah karena bersifat diuretik, menurunkan kadar
asam urat darah, memiliki aktivitas antidiare, dan memicu enzim
pencernaan sehingga nafsu makan meningkat. Untuk pemakaian luar,
seledri banyak digunakan untuk perawatan rambut (Mursito, 2002).
Hasil penelitian di Jerman dan Cina pada tahun 1970-1980
menunjukkan bahwa minyak atsiri yang terdapat dalam seledri mempunyai
efek terhadap sistem saraf pusat sebagai antispasmodinamik dan
antikonvulsan (Hariana, 2011).
Daftar Pustaka
Ashari, S., 1995. Hortikultura Aspek Budidaya. UI-Press, Jakarta.
BPOM RI. (2010). Acuan Sediaan Herbal. Jakarta: Badan
Pengawas Obat dan Makanan RI. Halaman 37-39.
Dalimartha, S. (2000). Atlas Tumbuhan Obat Indonesia Jilid II.
Jakarta: Trubus Agriwidya. Halaman 173.
Depkes RI. (1979). Farmakope Indonesia.Edisi III. Jakarta:
Direktorat Jenderal Pengawas Obat dan Makanan. Halaman
9.
Depkes RI. (1985). Cara Pembuatan Simplisia. Jakarta:
Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan.
Halaman 4.
Depkes RI. (1995). Materia Medika Indonesia Jilid VI. Jakarta:
Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan.
Halaman 333-337.
Depkes RI. (2000). Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan
Obat. Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.
Halaman 10-12.
Depkes RI. (2008). Farmakope Herbal Indonesia Edisi I. Jakarta:
Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan.
Halaman 169-171, 175.
Fransworth, N.R. (1966). Biological and Phytochemical
Schreening of Plant. Journal of Pharmaceutical Sciences.
Halaman 262-263.
Hariana, A. (2011). Tumbuhan Obat dan Khasiatnya Seri 3.
Jakarta: Penebar Swadaya. Halaman 54.
Herbarium Medanese. (2013). Identifikasi Tumbuhan. Medan :
Universitas Sumatera Utara.
Mursito, B. (2002). Ramuan Tradisional Untuk Pengobatan
Jantung. Jakarta : Penebar Swadaya. Halaman: 90.
Soewito. 1991. Bercocok Tanam Seledri. Titik Terang: Jakarta.
World Health Organization. (1998). Quality Control Methods
for Medicinal Plants Materials. England: World Health
Organization. Halaman 32-35.