Anda di halaman 1dari 56

EKSTRAKSI

Amri Bakhtiar
MATERI
1. Definisi ekstraksi
2. Proses ekstraksi
3. Sampel ekstraksi
4. Tujuan ekstraksi
5. Jenis-jenis ekstraksi
6. Ekstrak dan pembagian ekstrak
5. Pelarut untuk ekstraksi
DEFINISI EKSTRAKSI
Beberapa definisi mengenai ekstrak adalah sebagai berikut :
1. Ekstraksi adalah suatu proses penyarian zat aktif dari bagian
tanaman obat yang bertujuan untuk menarik komponen kimia
yang terdapat dalam bagian tanaman obat.

2. Ekstraksi merupakan proses pemisahan bahan dari


campurannya dengan menggunakan pelarut tertentu.

3. Ekstraksi adalah suatu cara untuk memperoleh sediaan yang


mengandung senyawa aktif dari suatu bahan alam
menggunakan pelarut yang sesuai.

4. Ekstraksi merupakan suatu proses penarikan senyawa dari


tumbuhan-tumbuhan, hewan dan lain-lain menggunakan
pelarut tertentu.
PROSES EKSTRAKSI
 Proses ekstraksi pada dasarnya adalah proses perpindahan
massa dari komponen zat padat yang terdapat pada simplisia ke
dalam pelarut organik yang digunakan.

 Pelarut organik akan menembus dinding seldan selanjutnya


akan masuk ke dalam rongga sel tumbuhan yang mengandung
zat aktif .

 Zat aktif akan terlarut dalam pelarut organik pada bagian luar
sel untuk selanjutnya berdifusi masuk ke dalam pelarut.

 Proses ini akan terus berulang sampai terjadi keseimbangan


konsentrasi zat aktif antara di dalam sel dengan konsentrasi zat
aktif diluar sel.
Tahapan proses ekstraksi
1. Penetrasi cairan penyari ke dalam sel bahan
2. Mengembangnya sel
3. Kontak dan pelarutan kandungan kimia oleh cairan penyari
4. Difusi kandungan kimia keluar sel
SAMPEL EKSTRAKSI
 Pada proses ekstraksi ini dapat digunakan sampel dalam keadaan
segar atau yang telah dikeringkan, tergantung pada sifat
tumbuhan dan senyawa yang akan diisolasi.

 Sebelum dilakukan ekstraksi, sampel segar sebaiknya segera


dimasukkan ke dalam alkohol mendidih. Akan tetapi jika tidak
memungkinkan, maka sampel disimpan dalam keadaan kering
dengan tujuan bahan kimia dalam sampel tidak terlalu banyak
yang berubah.

 Untuk sampel segar mudah ditumbuhi oleh mikroorganisme


karena memiliki kandungan air yang masih di atas 10%.
Kandungan air di atas 10% dapat menyebabkan proses enzimatik
sehingga dapat menguraikan lebih lanjut kandungan zat aktifnya.
SAMPEL EKSTRAKSI
 Tujuan utama proses pengeringan simplisia ialah
1. Menurunkan kadar air sehingga bahan tersebut tidak mudah
ditumbuhi kapang dan bakteri.
2. Menghilangkan aktifitas enzim yang bisa menguraikan lebih
lanjut kandungan zat aktif.
3. Memudahkan dalam hal pengelolaan proses selanjutnya
(ringkas, mudah disimpan, dan tahan lama),

Beberapa istilah umum yang berkaitan dengan ekstraksi :


 Menstrum : Pelarut/campuran pelarut yang digunakan dalam
proses ekstraksi
 Rafinat : Sisa dari suatu proses ekstraksi
 Artefak : Zat lain yang diperoleh selain zat yang terkandung di
dalam sampel.
TUJUAN EKSTRAKSI
 Adalah untuk menarik semua zat aktif dan komponen kimia
yang terdapat dalam simplisia. Dalam menentukan tujuan dari
suatu proses ekstraksi, perlu diperhatikan beberapa kondisi dan
pertimbangan berikut ini :
1. Senyawa kimia yang telah memiliki identitas
Untuk senyawa kimia yang telah memiliki identitas, maka proses
ekstraksi dapat dilakukan dengan cara mengikuti prosedur yang
telah dipublikasikan atau dapat juga dilakukan sedikit
modifikasi untuk mengembangkan proses ekstraksi.
2. Mengandung kelompok senyawa kimia tertentu
Bertujuan untuk menemukan kelompok-kelompok senyawa
kimia metabolit sekunder tertentu dalam simplisia seperti
alkaloid, flavonoid dan lain-lain. Metode umum yang digunakan
adalah studi pustaka dan untuk kepastian hasil yang diperoleh,
ekstrak diuji lebih lanjut secara kimia atau analisa kromatografi
yang sesuai untuk kelompok senyawa kimia yang dituju.
TUJUAN EKSTRAKSI
3. Organisme (tanaman atau hewan)
Penggunaan simplisia dalam pengobatan tradisional biasanya
dibuat dengan cara mendidihkan atau menyeduh simplisia
tersebut dalam air. Dalam hal ini proses ekstraksi yang dilakukan
secara tradisional tersebut harus ditiru dan dikerjakan sedekat
mungkin dengan penggunanya. Apabila metode ini digunakan
dalam pembuatan obat tradisional perlu kajian ilmiah lebih
lanjut.
4. Penemuan senyawa baru
Untuk isolasi senyawa kimia baru yang belum diketahui sifatnya
dan belum pernah ditentukan sebelumnya dengan metoda
apapun maka metoda ekstraksi dapat dipilih random atau dapat
juga dipilih berdasarkan penggunaan tradisonal untuk
mengetahui adanya senyawa kimia yang memiliki aktivitas
biologi khusus.
TUJUAN EKSTRAKSI

Faktor –faktor yang mempengaruhi dalam pembuatan


ekstrak untuk keperluan farmasi :
1. Jumlah simplisia yang akan diekstraksi.
Jumlah ini akan digunakan dalam perhitungan dosis
obat.
2. Derajat kehalusan simplisia.
3. Jenis pelarut yang akan digunakan
4. Suhu/suhu penyari akan menentukan jumlah dan
kecepatan penyaringan
5. Lama waktu penyarian
6. Proses ekstraksi
Cara dingin

Ektraksi dengan
pelarut

Cara panas

Destilasi uap Ekstraksi


Ekstraksi
berkesinambungan

Superkritikal
karbondioksida
Cara ekstraksi
lainnya

Ekstraksi ultrasonik

Ekstraksi energi listrik


Jenis-jenis ekstraksi
1. Berdasarkan bentuk substansi dalam campuran
a. Ekstraksi padat-cair
 Proses ekstraksi padat –cair ini paling banyka
ditemukan dalam mengisolasi suatu subtansi yang
terkandung di dalam suatu bahan alam.
 Proses ini melibatkan substan yang berbentuk padat
di dalam campurannya dan memerlukan kontak
yang sangat lama antara pelarut dan zat padat.
 Kesempurnaan proses ekstraksi sangat ditentukan
oleh sifat dari bahan alam dan sifat dari bahan yang
akan diekstraksi.
Jenis-jenis ekstraksi
b. Esktarksi cair-cair
Ekstraksi ini dilakukan apabila substansi yang akan
diektraksi berbentuk cairan di dalam campurannya.
Jenis-jenis ekstraksi
2. Berdasarkan penggunaan panas
a. Ekstraksi secara dingin
Metoda ekstraksi secara dingin bertujuan untuk
mengekstrak senyawa-senyawa yang etrdapat dalam
simplisia yang tidak tahan terhadap panas atau bersifat
thermolabil.
Ekstarksi secara dingin dapat dilakukan dengan
beberapa cara berikut:
1) Maserasi
adalah proses ekstraksi sederhana yang dilakukan
hanya dengan cara merendam simplisia dalam satu
atau campuran pelarut selama waktu tertentu pada
temperatur kamar dan terlindung cahaya.
Jenis-jenis ekstraksi
2) Perkolasi
adalah proses ekstraksi sederhana yang dilakukan
hanya dengan cara merendam simplisia dalam satu
atau campuran pelarut selama waktu tertentu pada
temperatur kamar dan terlindung dari cahaya.
Jenis-jenis ekstraksi
b. Ekstraksi secara panas
Metoda panas digunakan apabila senyawa-senyawa yang
terkandng dalam simplisia sudah diapstikan tahan panas.
Metoda ekstraksi yang membutuhkan panas diantaranya :
1) Seduhan
Merupakan metoda ekstraksi paling sederhana hanya
dengan merendam simplisia dengan air panas selama waktu
tertentu (5-10 menit ).
2) Coque(penggodokan)
Merupakan proses penyarian dengan cara menggodok
simplisia menggunakan api langsung dan hasilnya dapat
langsung digunakan sebagai obat baik secara keseluruhan
termasuk ampasnya atau hanya hasil godokannya saja.
Jenis-jenis ekstraksi
3) Infusa
Infusa merupakan sediaan cair yang dibuat dengan cara
menyari simplisia nabati dengan air panas pada suhu 90 0c
selama 15 menit. Kecuali dinyatakan lain, infusa dilakuakn
dengan cara sebagai berikut :
Simplisia dengan deajat kehalusan tertentu dimasukan ke
dlaam panci infusa, kemudian ditambahkan air secukupnya.
Panaskan campuran selama 15 menit, dihitung mulai suhu
900c sambil sekali-sekali diaduk. Saring selagi panas dengan
menggunakan kain flanel. Tambahkan air panas
secukupnya melalaui ampas sehingga diperoleh volume
infus yang dikehendaki.
Jenis-jenis ekstraksi
4) Digesti
adalah proses ekstarksi yang cara kerjanya hampir sama
dengan maserasi, hanya saja digesti menggunakan
pemanasan rendah suhu 30-40 0c. Metoda ini biasanay
digunakan untuk simplisia yang tersari baik pada suhu
biasa.
5) Dekokta
Proses penyarian secara dekokta hampir sama dengan
infusa, perbedaannya hanya terletak pada lamanya waktu
pemanasan. Waktu pemanasan pada dekokta lebih lama
dibanding metoda infusa yaitu 30 menit dihitung setelah
suhu 90 0c .
6) Refluks
Merupakan proses ekstraksi dengan pelarut pada titik didih
selama waktu dan jumlah pelarut tertentu dengan adanya
pendingin baik (kondensor)
Jenis-jenis ekstraksi
6) Refluks
Merupakan proses ekstraksi dengan pelarut pada titik didih
selama waktu dan jumlah pelarut tertentu dengan adanya
pendingin baik (kondensor). Proses ini umumnya
dilakukan 3-5 kali pengulangan pada residu petama,
sehingga termasuk proses ekstraksi yang cukup sempurna.
7) Soxhletasi
Proses soxhletasi merupakan proses ekstraksi panas
menggunakan alat khusus berupa ekstraksi soxhlet. Suhu
yang diguanakan lebih rendah dibandingkan dengan suhu
pada metoda refluks.
Soxhlet
Refluks
Jenis-jenis ekstraksi
3. Berdasarkan proses pelaksanaan
a.Ekstraksi berkesinambungan (continous extraction)
Pada proses ekstraksi ini, pelarut yang sama dipakai
berulang-ulang sampai proses ekstraksi selesai.
b. Ekstraksi bertahap (Bath Extraction)
Dalam ekstraksi ini pada setiap tahap ekstarksi selalu
dipakai dipakai pelarut yang selalu baru sampai proses
ekstraksi selesai.
4. Berdasarkan metode ekstraksi
Dalam ekstraksi ini pada setiap tahap ekstraksi selalu
dipakai pelarut yang selalu baru sampai proses
ekstraksi selesai.
Jenis-jenis ekstraksi
4. Berdasarkan metoda ekstraksi
a.Ekstraksi tunggal
Merupakan proses ekstraksi dengan cara
mencampurkan bahan yang akan diekstrak sebanyak
satu kali dengan pelarut. Pada ekstraksi ini sebagian
dari zat aktif akan terlarut dalam pelarut sampai
mencapai suatu keseimbangan. Kekurangan dari
ekstraksi ini adalah rendahnya rendemen yang
dihasilkan.
Jenis-jenis ekstraksi
4. Berdasarkan metoda ekstraksi
b. Ekstraksi multi tahap
Merupakan suatu proses ekstraksi dengan cara
mencampurkan bahan yang akan diekstrak beberapa
kali dengan pelarut yang baru dalam jumlah yang
sama banyak. Ekstark yang dihasilkan dengan cara ini
memiliki rendemen lebih tinggi dibandingkan
ekstraksi tunggal, karena yang ekstrak mengalami
beberapa kali pencampuran dan pemisahan.
Pelarut untuk ekstraksi
 Pelarut pada umumnya adalah zat yang berada pada larutan dalam jumlah
yang besar, sedangkan zat lainnya dianggap sebagai zat terlarut.

 Pelarut yang digunakan pada proses ekstraksi haruslah merupakan pelarut


terbaik untuk zat aktif yang etdapat dalam sampel atau simplisia, sehingga
zat aktif dapat dipisahkan dari simplisia dan senyawa lainnya yang ada pada
dalam simplisia tersebut.

 Hasil akhir dari ekstraksi in adalah didapatkannya ekstrak yang hanya


mengandung sebagian besar dari zat aktif yang diinginkan.

Pelarut yang digunakan dalam proses ekstraksi memiliki beberapa sifat


penting. Diantara sifat-sifat penting tersebut antara lain :
1. Kemampuan melarutkan (solubility)
2. Kecepatan menguap
3. Trayek didih
4. Berat jenis (specific gravity)
5. Flashpoint (titik didih)
Pelarut untuk ekstraksi
A. Macam-macam Pelarut
1. Air
 Air merupakan salah satu pelarut yang mudah,dan dipakai secara luas oleh
masyarakat.

 Pada suhu kamar, air merupakan pelarut yang baik untuk berbagai macam
zat seperti Garam-garam alkaloid, glikosida, asam tumbuh-tumbuhan, zat
warna dan garam-garam mineral lainnya.

 Kekurangan air sebagai pelarut diantaranya air merupakan media yang baik
untuk pertumbuhan jamur dan bakteri, sehingga zat yang diekstrak dengan
air tidak dapat bertahan lama. Dan air juga dapat mengembangkan simplisia
sedemikian rupa, sehingga akan menyulitkan dalam ekstraksi terutama
dengan metoda perkolasi.
Pelarut untuk ekstraksi
2. Etanol
 Etanol dapat melarutkan zat-zat tertentu seperti alkaloid, glikosida,
flavonoid , damar-damar , dan minyak atsiri.
 Etanol tidak bisa digunakan untuk mengekstraksi bahan dari jenis gom,
gula dan albumin.
 Etanol dapat menghambat kerja enzim, menghalangi pertumbuhan
jamur dan bakteri.
 Keuntungan dari penggunaan etanol sebagai pelarut adalah ekstrak yang
dighasilkan lebih spesifik, dapat bertahan lama karena disamping sebagai
pelarut, etanol juga berfungsi sebagai pengawet.
3. Gliserin
 Gliserin digunakan sebagai pelarut terutama untuk menarik zat aktif dari
simplisia yang mengandung zat samak.
 Gliserin juga merupakan pelarut yang baik untuk golongan tanin dan
hasil-hasil oksidannya, berbagai gom dan albumin.
Pelarut untuk ekstraksi
4. Eter
 Eter merupakan pelarut yang sangat mudah menguap sehingga tidak
dianjurkan untuk pembuatan sediaan obat yang akan disimpan dalam
jangka waktu yang lama.
5. Heksana
 Heksana adalah pelarut yang berasal dari hasil penyulingan minyak bumi.
Heksana merupakan pelarut yang baik untuk lemak dan minyak.
 Eter biasanya juga digunakan untuk menghilangkan lemak pengotor dari
simplisia sebelum simplisia tersebut dibuat sediaan galenik.
6. Aceton
 Aceton memiliki kemampuan hampir sama dengan heksana dimana
aceton mampu melarutkan dengan baik berbagai macam lemak, minyak
atsiri dan damar.
 Aceton tidak dipergunakan untuk sediaan galenik untuk pemakaian
dalam.
 Bau aceton kurang enak dan sukar hilang dari sediaan.
Pelarut untuk ekstraksi
7. Chloroform
 Kloroform tidak pergunakan untuk sediaan dalam, karena secara
farmakologi, kloroform mempunyai efek toksik. Kloroform biasanya
digunakan untuk menarik bahan-bahan yang mengandung basa alkaoida,
damar, minyak lemak dan minyak atsiri.
B. Pengelompokan pelarut yang digunakan dalam ekstraksi
1. Berdasarkan fungsinya
a. True solvent
Adalah pelarut yang berfungsi untuk melarutkan zat aktif dalam proses
ekstraksi, pemurnian, pembauatan emulsi dan suspensi.
b. Diluent
adalah pelarut yang berfungsi sebagai pengencer misalnya pada industri
cat.
c. Latent solvent
Merupakan pelarut yang berfungsi untuk meningkatkan daya larut aktif
pelarut.
Pelarut untuk ekstraksi

b. Pelarut semipolar
 Pelarut yang memiliki molekul yang tidak mengandung ikatan O-H.
 Pelarut dalam kategori ini smuanya memiliki momen dipol yang besar. Ikatan
dipol ini biasanya memiliki ikatan rangkap antara karbon dengan oksigen atau
nitrogen.
 Pelarut semipolar memiliki tingkat kepolaran yang lebih rendah dibandingkan
dengan pelarut polar.
 Pelarut ini baik diguankan untuk melarutkan senyawa-senyawa yang bersifat
semipolar dari tumbuhan.
 Contoh : aseton, etil asetat, dimetilsulfoksida dan diklorometane (metilen
klorida)
c. Pelarut nonpolar
 Merupakan senyawa yang memiliki konstanta dilektrik yang rendah dan tidak
larut dalam air.
 Pelarut ini baik digaunakan untuk menarik senyawa-senyawa yang sama sekali
tidka larut dalam pelarut polar seperti minyak.
 Contoh pelarut non polar : heksana, kloroform dan eter.
Pelarut untuk ekstraksi
No Jenis pelarut Jenis senyawa terlarut

1. Heksan, petroleum eter Lemak, terpenoid atau minyak atrisi, steroid


atau aglikon triterpen, aglikon antrakuinon,
flavonoid polimetil , resin , klorofil.
2. Toluen, kloroform dan Semua senyawa di atas, isoflavon, alkaloid bebas
diklorometane (bukan garam), kurkumin, fenil propan, fenol
sederhana.
3. Dietil eter Semua senyawa di atas, flavonoid polihidroksi,
asam fenolat.
4. Etil asetat Semua senyawa di atas, flavonoid
monoglikosida, antrakuinon glikosida, steroid
glikosida, kumarin glikosida.
5. Etanol, metanol Semua senyawa di atas, flavonoid glikoosida,
saponin.
6. Air Semua senyawa yang larut penyari dietil ater
sampai etanol, alkaloid garam, karbohidrat,
protein, asam amino.
Pelarut untuk ekstraksi

C. Persyaratan pelarut yang ideal untuk ekstraksi


1. Selektif
Pelarut dapat melarutkan semua zat dengan cepat, sempurna dan sedikit
mungkin melarutkan bahan lain yang tidak dibutuhkan.
2. Mempunyai titik didih yang rendah dan seragam
3. Tidak toksik dan ramah lingkungan
4. Mampu mengesktark semua senyawa dalam simplisia
5. Stabil secara fisik dan kimia
6. Bersifat inert dan tidak mudah terbakar.
7. Mudah dihilangkan dari ekstrak.
8. Tidka bereaksi dengan senyawa-senyawa dalam simplisia yang diekstrak.
9. Murah/ekonomis
Keuntungan dan Kerugian
1. Maserasi
Keuntungan:
Lebih praktis, pelarut yang digunakan lebih sedikit, dan
tidak memerlukan pemanasan.
Kerugian:
Waktu yang dibutuhkan relatif lama.

2. Perkolasi
Keuntungan:
Tidak diperlukan proses tambahan untuk memisahkan
padatan dengan ekstrak.
Kerugian :
Jumlah pelarut yang dibutuhkan cukup banyak, proses
memerlukan waktu yang cukup lama, dan tidak
meratanya kontak antara padatan dengan pelarut.
Keuntungan dan Kerugian
1. Refluks
Keuntungan:
Padatan yang memiliki tekstur kasar dan tahan
terhadap pemanasan langsung dapat diekstrak dengan
metode ini.
Kerugian:
Membutuhkan jumlah pelarut yang banyak.
2. Soxhlet
Keuntungan:
proses ekstraksi berlangsung secara kontinu,
memerlukan waktu ekstraksi yang lebih sebentar dan
jumlah pelarut yang lebih sedikit bila
dibandingkandengan metode maserasi atau perkolasi.
Kerugian:
dapatmenyebabkan rusaknya solute atau komponen
lainnya yang tidak tahan panas karenapemanasan
ekstrak yang dilakukan secara terus menerus
Keuntungan dan Kerugian

 Infusa
Keuntungan:
Peralatan sederhana dan mudah dipakai, biaya murah,
dapat menyari simplisia dengan pelarut air dalam waktu
singkat.
Sari yang dihasilkan tidak stabil dan mudah tercemar
oleh bakteri dan kapang.
ALKALOID
Metode : Ekstraksi dengan cara dingin (maserasi dan perkolasi)

Alasan : Dilihat dari sifat fisika-kimia alkaloid yaitu:


1. Alkaloid larut dalam senyawa polar, yaitu alkohol dan sedikit larut
dalam air.
(Doughari, 2012)
2. Alkaloid dapat terdekomposisi oleh panas kecuali, kafein.
(El-Sakka, 2010)
FLAVONOID
Metode : Ekstraksi dengan cara dingin (maserasi
dan perkolasi)

Alasan : Dilihat dari sifat fisika-kimia flavonoid, yaitu:


1. Senyawa poli hidroksi atau gugus hidroksil
yang bersifat polar,
sehingga dapat larut dalam pelarut polar.
(Doughari, 2012)
2. Senyawa flavonoid mudah teroksidasi pada
suhu yang tinggi.
(Wiyono,dkk. 2012)
GLIKOSIDA
Metode : Ekstraksi dengan cara dingin (maserasi dan perkolasi)

Alasan : Dilihat dari sifat fisika-kimia glikosida, yaitu:


1. Glikosida larut dalam air dan tidak larut dalam
pelarut organik. Beberapa glikosida larut dalam alkohol.
2. Jembatan glikosida yang menghubungkan glikon dan
aglikon sangat mudah terurai oleh pengaruh asam basa, enzim,
air, dan panas. Bila kadar asam/basa semakin dekat atau bila
semakin panas lingkungannya, maka glikosida akan cepat
terhidrolis.

(Rahayu dan astuti, 2008)


TANIN
Metode : Ekstraksi dengan cara panas (Dekok, Infusa,
Refluks, Digesti)

Alasan : Dilihat dari sifat fisika-kimia tanin, yaitu:


1. Umumnya tannin dapat larut dalam air.
Kelarutannya besar
dan akan meningkat apabila dilarutkan dalam air
panas. Begitu juga tannin akan larut dalam pelarut
organik seperti metanol, etanol, aseton dan pelarut
organik lainnya.
2. Tannin akan terurai menjadi pyrogallol,
pyrocatechol dan
phloroglucinol bila dipanaskan sampai suhu 210ºF-
215ºF (98,89ºC- 101,67ºC).
(Ismarani, 2012)
SAPONIN
Metode : Ekstraksi dengan cara panas (Dekok,
Infusa, Refluks, Digesti)

Alasan : Dilihat dari sifat fisika-kimia tanin, yaitu:


1. Saponin larut dalam alkohol dan air, tetapi
tidak larut
dalam pelarut non polar, seperti benzen dan
n-heksan.
(Doughari, 2012)
2. Saponin bersifat stabil terhadap
pemanasan.
(Hutahayan dkk, 2009)
STEROID

Metode : Ekstraksi dengan cara panas (Dekok,


Infusa, Refluks, Digesti)

Alasan : Dilihat dari sifat fisika-kimia glikosida, yaitu:


1. Umumnya larut dalam lemak/non polar.

(Harborne, 1973)
TRITERPENOID
Metode : Ekstraksi dengan cara panas (Dekok,
Infusa, Refluks, Digesti)

Alasan : Dilihat dari sifat fisika-kimia glikosida, yaitu:

1. Umumnya larut dalam lemak/non polar.


2. Biasanya menggunakan pelarut
eter/kloroform.

(Harborne, 1973)
3. Triterpenoid memiliki titik 205ºC

(Hutahayan dkk, 2009)


Ekstrak dan pembagian ekstrak
1. Pengertian ekstrak
adalah suatu produk hasil pengambilan zat aktif melalui proses
ekstraksi menggunakan pelarut, dimana pelarut yang digunakan
diuapkan kembali sehingga zat aktif ekstrak menjadi pekat.
Bentuk dari ekstrak yang dihasilkan dapat berupa ekstrak kental
atau ekstrak kering tergantung jumlah pelarut yang diuapkan.
2. Pembagian ekstrak
a. Menurut Farmakope Indonesia
1) Ekstrak cair
adalah ekstrak hasil bahan alam dan masih mengandung pelarut.
2)Ekstrak kental
adalah ekstrak yang telah mengalami proses penguapan dan sudah
tidak mengandung cairan pelarut, tetapi konsistensi tetap cair
pada suhu kamar.
Ekstrak dan pembagian ekstrak
3) Ekstrak kering
Adalah ekstrak yang telah mengalami proses penguapan
dan tidak lagi mengandung pelarut dan berbentuk padat
(kering)

b. Berdasarkan konsistensi
1) Ekstark cair (Extracta fluida (Liquida)
2) Ekstrak semi solid (Extracta spissa)
3) Ekstrak kering ( Extracta sicca)
Ekstrak dan pembagian ekstrak
c. Berdasarkan kandungan ekstrak
1) Ekstrak alami
adalah ekstrak murni yang mengandung bahan obat
herbal alami kering, berminyak, tidak mengandung
solvent dan eksipien.

2) Ekstrak non alami


Sediaan ekstrak herbal yang tidak mengandung bahan
alami. Ekstrak non alami dapat berbentuk ekstrak kering
(ampuran gliserin, propilenglikol); ekstrak kering
(maltodextrin, laktosa); ekstrak cair, tinctura; sediaan cair
non alkohol (gliserin, air) dan maserat berminyak.
Ekstrak dan pembagian ekstrak
c. Berdasarkan komposisi yang ada di dalam ekstrak
1) Ekstrak murni
Merupakan ekstrak yang tidak mengandung pelarut
maupun bahan tambahan lainnya dan biasanya
merupakan produk antara, bersifat higroskopis serta
memerlukan proses selanjutnya untuk menjadi sediaan
ekstrak.

2) Sediaan ekstrak
Merupakan sediaan ekstrak herbal hasil pengolahan lebih
lanjut dari ekstrak murni. Sediaan ekstrak baik berbentuk
kental maupun serbuk kering untuk selnajutnya dapat
dibuat menjadi sediaan obat seperti kapsul, tablet, cairan
dan lain-lainnya.
Ekstrak dan pembagian ekstrak
c. Berdasarkan kandungan senyawa aktif :
1) Standardised extracts
 Merupakan ekstrak yang dieproleh dengan cara
menambahkan zat aktif yang aktifitas terapeutiknya
telah diketahui untuk mencapai komposisi yang
dipersyaratkan.
 Selain itu standardised extract juga dapat diperoleh
dengan cara menambahkan bahan pembantu atau
mencampur antara ekstrak yang mengandung senyawa
aktif tinggi dengan ekstrak yang mengandung senyawa
aktif lebih rendah sehingga kandungan senyawa
aktifnya dapat memenuhi persyaratan baku yang telah
ditetapkan.
Contoh: Ekstark kering daun Belladona (mengandung
alkaloid hyoscyamin 0.95 -1.05%)
Ekstrak dan pembagian ekstrak
2) Quantified extract
 Merupakan ekstrak yang diperoleh dengan cara
mengatur kadar senyawa yang telah diketahui aktifitas
farmakologisnya agar memiliki khasiat yang sama.
 Qantified extract memiliki kandungan zat aktif yang
menpunyai aktifitas yang sudah diketahui , tetapi
senyawa yang bertanggung jawab terhadap aktivitas
tersebut tidak diketahui.
 Pengaturan kadar senyawa diperoleh dengan cara
mencampur dua jenis ekstrak yang memiliki spesifikasi
sama dan dalam jumlah konstan.
Contoh: Ekstrak daun Gingko biloba, ekstrak herba
Hypericum perforatum.

.
Ekstrak dan pembagian ekstrak
3) Other extract
 Merupakan ekstrak yang diperoleh dengan cara
mengatur proses produksi serta spesifikasinya. Dalam
hal ini kandungan senyawa yang bertanggung jawab
terhadap efek farmakologisnya belum diketahui.
Contoh: Ekstrak daun Gingko biloba, ekstrak herba
Hypericum perforatum.
Contoh : Crategeus Herba dan Passiflora incarnate

.
Ekstrak dan pembagian ekstrak
f. Berdasarkan pelarut yang diguankan dan hasil akhir dari ekstraksi
1) Ekstrak air
adalah ekstrak yang emnggunakan air sebagai cairan
pengekstraksi. Ekstrak yang diperoleh pada metoda ini dapat
langsung digunakan atau proses kembali dengan cara
pemekatan atau pengeringan.
2) Tinktur
Merupakan sediaan cair yang dibuat secara maserasi ataupun
perkolasi dari suatu simplisia. Pelarut yang umum diguankan
dalam tinktur adalah etanol. Satu bagian simplisia diektrak
dengan 2-10 bagian menstrum.
3) Ekstrak cair
Merupakan bentuk dari kestrak cair yang mirip dengan tinktur
namun ekstrak cair telah melalui proses pemekatan hingga
diperoleh ekstrak yang sesuai dengan ketentuan Farmakope.
Ekstrak dan pembagian ekstrak
4) Ekstrak encer
Merupakan ekstrak yang dibuat sama seperti halnya ekstrak
cair, namun masih perlu diproses lebih lanjut.

5) Ekstrak kental
Merupakan ekstrak yang etlah mengalami proses pemekatan.
Ekstrak kental ini sangat mudah menyerap lembab sehingga
mudah ditumbuhi oleh kapang. Dalam bidang industri ,
ekstrak kental ini sudah tidak lagi digunakan, hanya dijadikan
sebagai produk antara sebelum diproses menjadi ekstrak
kering.
Ekstrak dan pembagian ekstrak
6) Ekstrak kering (extract sicca)
Merupakan ekstrak hasil pengentalan yang kemudian dilanjutkan dengan
pengeringan. Proses pengeringan dari ekstrak kental dapat dilakukan
dengan berbagai macam cara diantaranya :
a. Menggunakan bahan tambahan seperti laktosa, aerosil.
b. Menggunakan proses kering beku
c. Menggunakan proses fluid bed drying (semprot kering)

7) Ekstrak minyak
Merupakan ekstrak yang dibuat dengan cara mensuspensikan simplisia
dengan perbandingan tertentu dalam minyak yang telah dikeringkan,
dengan cara yang menyerupai maserasi.

8) Oleoresin
Merupakan sediaan yang dibuat dengan cara ekstraksi bahan oleoresin
seperti Capsicum fructus dan Zingiberis rhizom dengan pelarut tertentu
(umumnya etanol.
Pelarut untuk ekstraksi
d. Media reaksi
Merupakan pelarut yang berfungsi sebagai media reaksi karena reaksi akan
berlangsung lebih cepat dalam fase cair.
e. Paint remover
Dalah jenis pelarutnyang berfungsi sebagai pembersih atau penghilang cat.

2. Berdasarkan kepolaran
a. Pelarut polar
 Senyawa yang memiliki rumus ROH dan menunjukan adanya atom hidrogen
yang menyerang atom elektronegatif (oksigen) .
 Pelarut dengan tingkat kepolaranyang tinggi merupakan pearut yang cocok
dan baik untuk smeua jenis zat aktif (universal) karena di samping menarik
senyawa yang bersifat polar , pelarut polar juga tetap dapat menarik senyawa-
senyawa dengan tingkat kepolaran lebih rendah.
 Contoh : air, metanol, etanol dan asam asetat
Pelarut untuk ekstraksi

3. Berdasarkan densitas
a. Pelarut yang memiliki densitas lebih rendah dari air
 Sebagian besar pelarut senyawa organik termasuk dalam pelarut golongan ini
diantaranya dietil eter, etil asetat dan hidrokarbon (heksan dan toluen).
b. Pelarut yang memiliki densitas lebih tinggi dari air
 Merupakan pelarut yang mengandung senyawa klorin seperti diklorometan.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai