Anda di halaman 1dari 15

PEMBUATAN SIMPLISIA

Amni Hamid (K1A018004)

PENDAHULUAN

Menurut Departemen Kesehatan RI, simplisia adalah bahan alamiah yang


dipergunakan sebagai obat yang belum mengalami pengobatan apapun juga dan kecuali
dinyatakan lain, berupa bahan yang telah dikeringkan. Untuk menjamin keseragaman
senyawa aktif, keamanan maupun kegunaannya, maka simplisia harus memenuhi
persyaratan minimal. Faktor yang mempengaruhi persyaratan minimal tersebut antara
lain bahan baku simplisia, proses pembuatan, serta cara pengepakan dan penyimpanan
(Agoes, 2007).

Pemilihan sumber tanaman sebagai bahan baku simplisia nabati merupakan


salah satu faktor yang sangat berpengaruh pada mutu simplisia, termasuk di dalamnya
pemilihan bibit (untuk tumbuhan hasil budidaya) dan pengolahan maupun jenis tanah
tempat tumbuh tanaman obat (Laksana, 2010).

Tahap-tahap pembuatan simplisia secara garis besar adalah sebagai berikut :


1. Pengumpulan bahan baku
2. Sortasi basah
3. Pencucian
4. Perajangan
5. Pengeringan
6. Sortasi kering
7. Pengepakan dan penyimpanan.
(Laksana, 2010)
Sampel yang digunakan pada praktikum pembuatan simplisia ini adalah daun
delima (Punica granatum). Secara tradisional tanaman delima (Punica granatum L.)
sering digunakan sebagai obat oleh masyarakat di Indonesia. Setiap bagian tanaman
mempunyai khasiat tertentu. Salah satunya bagian daun, berkhasiat mengencerkan
dahak dan batuk, sebagai antioksidan dan antikanker, serta dapat meningkatkan
kekebalan tubuh (Ririn, 2014). Kandungan alkaloid dan tannin pada daun delima aktif
sebagai antibakteri dalam mengatasi diare. Hal ini sesuai dengan penelitian yang
dilakukan oleh Ismail (2011), yang mengemukakan bahwa senyawa aktif sebagai
antibakteri terhadap E. coli pada kulit buah delima adalah alkaloid dan tanin.

Oleh karena itu, pada praktikum kali ini dilakukan pembuatan simplisia agar
dapat mengaplikasikan langkah-langkah pembuatan simplisia dengan benar.
Penggunaan sampel daun delima dipilih selain karena berkhasiat secara empiris, juga
karena daunnya mudah diperoleh di rumah dan cocok digunakan untuk membuat
simplisia dalam jumlah banyak.

MATERIAL DAN METODE PRAKTIKUM

Bahan-bahan Praktikum

- Air pencuci
- Daun delima (Punica granatum L.)

Alat-alat Praktikum

- Baskom pencuci
- Kain penutup hitam
- Wadah simplisia
- Pisau
- Timbangan digital

Metode Praktikum

- Dipisahkan sampel dari kotoran dan bahan asing (tanah, rumput, bagian tanaman
yang rusak serta kerikil).
- Dicuci sampel dengan menggunakan air bersih sebanyak 3 kali dan tiriskan
beberapa saat.
- Ditmbang berat sampel yang akan dikeringkan.
- Dilakukan perajangan (pengecilan) pada sampel dengan menggunakan pisau
atau alat lainnya.
- Dikeringkan sampel yang telah dirajang menggunakan panas matahari (dengan
memberikan kain hitam pada atas sampel pada saat dijemur).
- Dilakukan pemisahan kotoran-kotoran yang masih tertinggal atau bagian
tanaman yang rusak pada sampel yang telah kering.
- Disimpan simplisia kering pada wadah yang telah disediakan.
- didokumentasikan hasil simplisia sebelum dan sesudah dikeringkan.

Hasil

PEMBAHASAN HASIL PRAKTIKUM

Pada praktikum kali ini dilakukan pembuatan simplisia menggunakan sampel


daun delima. Berikut klasifikasi tanaman delima :
Kerajaan : Plantae
Divisi : Tracheophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Myrtrales
Famili : Lythraceae
Genus : Punica L.
Spesies : Punica granatum L.

(Fatmawati, 2019)

Pembuatan simpisia dimulai dari pengumpulan bahan baku, sortasi basah,


pencucian, perajangan, pengeringan, sortasi kering, pengepakan dan penyimpanan
Pertama, dilakukan pengumpulan bahan baku yang menjadi tahap penting dalam
pembuatan simplisia. Kadar senyawa aktif dalam suatu simplisia berbeda-beda,
tergantung pada bagian tanaman yang digunakan, umur tanaman atau bagian tanaman
pada saat panen, waktu panen, dan lingkungan tempat tumbuh. Jika penanganan ataupun
pengolahan simplisia tidak benar maka mutu produk yang dihasilkan kurang berkhasiat
atau kemungkinan dapat menimbulkan toksik apabila dikonsumsi (Wallis, 1960).
Gambar 1. Pohon delima
Daun dipetik langsung dari pohon yang berada di samping rumah, dengan umur
pohon sekitar 20 tahun. Pengumpulan bahan baku dilakukan pada pada waktu panen.
Waktu panen sangat erat hubungannya dengan pembentukan senyawa aktif di dalam
bagian tanaman (Wallis, 1960). Daun yang dipetik yaitu daun yang tidak terlalu muda
dan tidak terlalu tua, dengan menggunakan tangan satu persatu, dengan kadar air
simplisia <5% (Laksana, 2010). Setelah bahan baku terkumpul, dilakukan sortasi basah
untuk memisahkan kotoran dan bahan asing dari tanaman, seperti tanah, rumput, bagian
tanaman yang rusak serta kerikil yang dapat mempengaruhi mutu simplisia. Setelah itu,
dilakukan pencucian sebanyak 3 kali untuk memastikan bahwa pencucian bahan
simplisia benar-benar bersih. Pencucian dilakukan menggunakan baskom dengan air
mengalir.

Gambar 2. Daun delima sebelum dirajang


Selanjutnya, dilakukan perajangan atau pengubahan bentuk yang bertujuan
untuk mempeluas permukaan tanaman sehingga dapat mempercepat proses
pengeringan, tanpa pemanasan yang berlebih. Perajangan dilakukan dengan
menggunakan pisau tajam yang terbuat dari bahan steinlis (Laksana, 2010). Kemudian,
daun delima yang telah dirajang, dipindahkan ke wadah untuk dijemur. Adapun hal-hal
diperhatikan adalah suhu pengeringan, kelembaban udara, aliran udara, waktu
pengeringan (cepat), dan luas perumukaan bahan, suhu pengeringan bergantung pada
simplisia dan cara pengeringan. Pengeringan dapat dilakukan antara suhu 30º-90º C.
Tujuan pengeringan ini untuk mengeluarkan atau menghilangkan air dari suatu bahan
dengan menggunakan sinar matahari. Dengan menurunkan kadar air dapat mencegah
tumbuhnya kapang dan menurunkan reaksi enzmatik sehingga dapat dicegah terjadinya
penurunan mutu atau pengrusakan simplisia. Secara umum kadar air simplisia tanaman
obat maksimal 10%. Pengeringan dapat memberikan keuntungan antara lain
memperpanjang masa simpan, mengurangi penurunan mutu sebelum diolah lebih lanjut,
memudahkan dalam pengangkutan, menimbulkan aroma khas pada bahan serta
memiliki nilai ekonomi lebih tinggi (Laksana, 2010).

Gambar 3. Daun delima yang sudah dirajang

Simplisia yang akan dijemur disebar secara merata dalam wadah dan dibalik
secara berkala agar kering secara merata. Simplisia yang dijemur ditutup menggunakan
kain hitam, agartanaman tidak langsung terkena matahari dan senyawa dalam tanaman
tidak rusak (Eden, 2016). Adapun kelebihan penjemuran dengan matahari langsung
yaitu murah dan praktis. Akan tetapi, kelemahan yaitu suhu dan kelembabannya tidak
dapat dikontrol, memerlukan area penjemuran yang luas, saat saat pengeringan
tergantung cuaca, mudah terkontaminasi dan waktu pengeringan yang lama (Laksana,
2010).

Simplisia yang dijemur membutuhkan waktu sekitar 2-3 jam untuk kering secara
merata di bawah terik matahari. Hasil dari penjemuran atau pengeringan yaitu
mengalami perubahan warna, dari warna hijau menjadi coklat kehijauan. Kemudian,
dilakukan sortasi kering untuk memisahkan benda-benda asing dan pengotor-pengotor
lain yang masih ada dan tertinggal pada simplisia kering (Laksana, 2010). Setelah
bersih, simplisia dihaluskan menggunakan blender, kemudian ditimbang menggunakan
timbangan digital. Simplisia yang masih basah memiliki berat 250 gram, sedangkan
simplisia yang sudah kering memiliki berat 137 gram. Simplisia yang telah ditimbang,
dipindahkan ke dalam wadah tertutup, berbahan plastik, tidak beracun atau tidak
bereaksi dengan simplisia (Laksana, 2010). Kemudian Tujuan pengepakan dan
penyimpanan adalah untuk melindungi agar simplisia tidak rusak atau berubah mutunya
karena beberapa faktor, baik dari dalam maupun dari luar. Simplisia disimpan di tempat
yang kering, tidak lembab, dan terhindar dari sinar matahari langsung. (Laksana, 2010).

Gambar 4. Daun delima yang sudah kering

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh Ririn (2014), di Indonesia,


tanaman delima (Punica granatum L.) sering digunakan secara tradisional sebagai obat
oleh masyarakat. Setiap bagian tanaman mempunyai khasiat tertentu. Salah satunya
bagian daun yang berkhasiat dalam mengencerkan dahak dan batuk, sebagai antioksidan
dan antikanker, serta dapat meningkatkan kekebalan tubuh. Cara penggunaannya yaitu
dengan memilih pucuk daun delima, lalu direbus dan air rebusan tersebut diminum.
Hal ini juga dapat dilihat dari manfaat daun delima bagi manusia yaitu salah satunya
sebagai obat batuk (Dalimartha, 2003). Kandungan alkaloid dan tannin pada daun
delima juga aktif sebagai antibakteri dalam mengatasi diare. Hal ini seseuai dengan
penelitian yang dilakukan oleh Ismail (2011), yang mengemukakan bahwa senyawa
aktif sebagai antibakteri terhadap E. coli pada kulit buah delima adalah alkaloid dan
tanin.

KESIMPULAN

Berdasarkan tujuan praktikum dapat disimpulkan bahwa pembuatan simplisia


yaitu dengan pengumpulan bahan baku, sortasi basah, pencucian, perajangan,
pengeringan, sortasi kering, pengepakan dan penyimpanan.

DAFTAR PUSTAKA

Agoes, G., 2007. Teknologi Bahan Alam. Bandung: Penerbit ITB.

Depkes RI., 1985. Cara Pembuatan Simplisia. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik
Indonesia.

Damayanti, D., 2008. Buku Pintar Tanaman Obat. Jakarta: PT Agromedia Pustaka.

Eden, W.T., Buanasari, Shihabuddin, dan NK Badahdah, 2016. Aktivitas Antioksidan


Ekstrak Metanol Daun Mangkokan (Polyscias Scutellaria (Burn. F.) Fosberg).
Media Farmasi Indonesia, 11(2).

Fatmawati, S., 2019. Bioaktivitas dan Konstituen Kimia Tanaman Obat Indonesia.
Yogyakarta: Deepublish.

Ismail, F.A.B., 2011. Daya Antibakteri Ekstrak Kulit Buah Delima (Punica granatum
L.) terhadap Escherichia coli di RSUD dr. Moewardi Surakarta. Surakarta:
Universitas Sebelas Maret.

Laksana, T., dkk., 2010. Pembuatan Simplisia dan Standarsisasi Simplisia. Jakarta:
UGM.
Ririn, M., 2014. Pengaruh Variasi Komposisi Tanaman Delima (Punica Granatum L.)
terhadap Sifat Fisis Membran Komposis Untuk Menangkap Radikal Bebas Asap
Rokok. UIN Press. Malang.

Wallis, T. E., 1960. Textbook of Pharmacognosy 4th Edition. J & A. London: Churcill.
METODE EKSTRAKSI

Amni Hamid (K1A018004)

PENDAHULUAN

Menurut Departemen Kesehatan RI, ekstraksi adalah kegiatan penarikan


kandungan kimia yang dapat larut sehingga terpisah dari bahan yang tidak dapat larut
dengan menggunakan suatu pelarut cair. Senyawa aktif yang terdapat dalam berbagai
simplisia dapat digolongkan kedalam golongan minyak atsiri, alkaloida, flavanoida, dan
lain-lain. Dengan diketahuinya senyawa aktif yang dikandung simplisia akan
mempermudah pemilihan pelarut dengan cara ekstraksi yang tepat. Ekstrak adalah
sediaan kering, kental, atau cair dibuat dengan menyari simplisia nabati atau hewani
menurut cara yang cocok, diluar pengaruh cahaya matahari langsung. Ekstraksi
merupakan metode pemisahan suatu zat berdasarkan pelarut yang tepat, baik itu pelarut
organik atau pelarut anorganik. Secara umum pelarut etanol merupakan pelarut yang
banyak digunakan dalam proses isolasi senyawa organik bahan alam karena dapat
melarutkan seluruh golongan metabolit sekunder (Hernani, 2007).

Metode ekstraksi yang paling sederhana adalah maserasi. Maserasi adalah


perendaman bahan dalam suatu pelarut. Metode ini dapat menghasilkan ekstrak dalam
jumlah banyak serta terhindar dari perubahan kimia senyawa-senyawa tertentu karena
pemanasan (Pratiwi, 2009). Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi proses ekstraksi
antara lain ukuran bahan, suhu, dan pelarut yang digunakan. Pengecilan ukuran
bertujuan untuk memperluas permukaan bahan sehingga mempercepat penetrasi pelarut
ke dalam bahan yang akan diekstrak. Ekstraksi akan lebih cepat dilakukan pada suhu
tinggi. Larutan yang akan dipakai sebagai pelarut merupakan pelarut pilihan yang
terbaik (Tambun, 2016).

Sampel yang digunakan pada praktikum pembuatan simplisia ini adalah daun
delima (Punica granatum). Secara tradisional tanaman delima (Punica granatum L.)
sering digunakan sebagai obat oleh masyarakat di Indonesia. Setiap bagian tanaman
mempunyai khasiat tertentu. Salah satunya bagian daun, berkhasiat mengencerkan
dahak dan batuk, sebagai antioksidan dan antikanker, serta dapat meningkatkan
kekebalan tubuh (Ririn, 2014). Kandungan alkaloid dan tannin pada daun delima aktif
sebagai antibakteri dalam mengatasi diare. Hal ini sesuai dengan penelitian yang
dilakukan oleh Ismail (2011), yang mengemukakan bahwa senyawa aktif sebagai
antibakteri terhadap E. coli pada kulit buah delima adalah alkaloid dan tanin.

Oleh karena itu, pada praktikum kali ini dilakukan metode ekstraksi dan
optimasi solvent yang digunakan untuk memisahkan komponen kimia dalam tanaman,
agar dapat dimanfaatkan sebagai bahan obat yang berkhasiat. Penggunaan sampel daun
delima dipilih selain karena berkhasiat secara empiris, juga karena daunnya mudah
diperoleh di rumah dan cocok digunakan untuk membuat simplisia dalam jumlah
banyak. Adapun solvent yang digunakan adalah air, karena daun delima dapat
diekstraksi dengan air.

MATERIAL DAN METODE PRAKTIKUM

Bahan-bahan Praktikum

- Aqua destilata
- Serbuk simplisia daun delima (Punica granatum L.)

Alat-alat Praktikum

- Ember plastik (bejana maserasi)


- Corong plastic
- Gelas takar plastik
- Pengaduk
- Kain mori
- Kompor
- Wajan
- Wadah maserat
- Timbangan digital

Metode Praktikum

- Diekstraksi simplisia sebanyak 50 gram serbuk simplisia dengan menggunakan


pelarut air sebanyak 400 mL.
- Dilakukan maserasi selama satu hari, aduk tiap jam pada 6 jam awal proses
maserasi kemudian didiamkan selama 18 jam.
- dipisahkan maserat dengan proses filtrasi menggunakan kain mori dan corong
plastik dan tampung maserat pada wadah.
- diulangi proses penyarian sebanyak 2 kali dengan jumlah pelarut yang sama.
- digabungkan maserat hasil penyarian dan uapkan solven dengan menggunakan
pemanasan sederhana dengan menggunakan wajan dan kompor sampai menjadi
ekstrak kental.
- dihitung rendemen ekstraksi menggunakan rumus :
bobot hasil ekstrak (g)
Rendemen (%) = x 100%
bobot simplisia awal (g)
Hasil

PEMBAHASAN HASIL PRAKTIKUM

Pada praktikum kali ini dilakukan pembuatan simplisia menggunakan serbuk


simplisia daun delima (Punica granatum L.) yang merupakan hasil dari pembuatan
simplisia pada praktikum sebelumnya. Adapun solvent yang digunakan adalah air,
karena daun delima dapat diekstraksi menggunakan air (Yanti, 2014). Jumlah simplisia
yang digunakan yaitu sebanyak 50 gram. Teknik maserasi yang digunakan pmenurut
ada praktikum ini adalah maserasi. Menurut Saifudin (2014), teknik ekstraksi yang
biasa digunakan adalah maserasi atau perendaman bahan dengan pelarut terpilih.
Maserasi merupakan cara ekstraksi paling mudah dengan rendemen ekstrak yang tinggi.

Gambar 1. Serbuk simplisia daun delima


Gambar 2. Perendaman simplisia

Maserasi dilakukan dengan cara merendam serbuk simplisia dengan pelarut air
sebanyak 400mL dalam bejana maserasi. Didiamkan selama 1 hari dan dilakukan
pengadukan secara manual setiap jam pada 6 jam awal. Hal ini bertujuan agar interaksi
antara pelarut dan zat terlarut lebih optimal, sehingga dapat mempercepat
pendistribusian pelarut dalam zat terlarut dan hasil maserasi yang didapat lebih
maksimal (Yulianingtyas, 2016). Setelah diaduk, didiamkan selama 18 jam di tempat
yang aman dan tertutup. Disaring maserat menggunakan kain dan corong ke dalam
wadah. Penyaringan dilakukan menggunakan kain karena serbuk simplisia yang
didapatkan memiliki derajat kehalusan serbuk sangat halus, sehingga memerlukan
media penyaringan yang rapat.

Hasil penyaringan atau maserat dipindahkan ke dalam wadah tertutup rapat,


kemudian dimasukkan ke dalam kulkas agar kandungan kimia yang terkandung dalam
ekstrak daun delima tidak rusak oleh suhu yang tinggi (Pramukantoro, 2020). Setelah
itu, dilakukan pengulangan penyaringan sebanyak 2 kali dengan jumlah pelarut yang
sama, yaitu 400 mL. Hasil maserat digabungkan dan diletakkan dalam wajan dan
dipanaskan menggunakan kompor untuk diekstraksi. Wajan digunakan untuk
memanaskan maserat, karena luas penampang wajan besar. Sehingga, maserat lebih
cepat menguap. Pada proses pemanasan, digunakan api yang paling besar karena suhu
sangat mempengaruhi hasil ekstraksi, di mana akan lebih cepat terbentuk pada suhu
tinggi. Semakin lama dan semakin tingginya suhu ekstraksi yang digunakan, maka
pelarut semakin mudah untuk menarik zat-zat kimia yang terdapat pada daun delima
(Tambun). Untuk mendapat hasil ekstrasi, dibutuhkan waktu pemanasan selama 26
menit.

Gambar 3. Hasil maserat yang telah digabung

Gambar 4. Pemanasan maserat

Gambar 5. Hasil ekstrasi atau rendmen


Hasil ekstraksi yang diperoleh yaitu ekstrak kental daun delima seberat 35 gram.
Ekstrak yang didapat kemudian dihitung menggunakan rumus % rendemen, dengan
membagi bobot hasil ekstrak yaitu 35 gram dengan bobot awal simplisia yaitu 50 gram,
kemudian dikali dengan 100 menghasilkan 70%

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh Ririn (2014), di Indonesia,


tanaman delima (Punica granatum L.) sering digunakan secara tradisional sebagai obat
oleh masyarakat. Setiap bagian tanaman mempunyai khasiat tertentu. Salah satunya
bagian daun yang berkhasiat dalam mengencerkan dahak dan batuk, sebagai antioksidan
dan antikanker, serta dapat meningkatkan kekebalan tubuh. Cara penggunaannya yaitu
dengan memilih pucuk daun delima, lalu direbus dan air rebusan tersebut diminum.
Hal ini juga dapat dilihat dari manfaat daun delima bagi manusia yaitu salah satunya
sebagai obat batuk (Dalimartha, 2003).
.
KESIMPULAN

Berdasarkan tujuan praktikum dapat disimpulkan bahwa, metode ekstraksi air


dapat diaplikasikan pada daun delima dengan teknik maserasi. Hasil ekstrak yang
diperoleh sebesar 70%.

DAFTAR PUSTAKA

Depkes RI., 2000. Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat. Cetakan
Pertama. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia.

Hernani, T. Marwati, C. Winarti, 2007. Pemilihan Pelarut Pada Pemurnian Ekstrak


Lengkuas (Alpinia galanga) Secara Ekstraksi. Jurnal Pascapanen, 4(1), 1 – 8.

Pramukantoro, Ganet E., 2020. Aktivitas Antihiperkolesterolemia Ekstrak Etanol Daun


Stevia Rebaudiana Bertoni Pada Tikus Putih Jantan. Journal Syifa Sciences and
Clinical Research, 2 (1), 12.

Pratiwi, I., 2009. Uji Antibakteri Ekstrak Kasar Daun Acalypha indica terhadap Bakteri
Salmonella choleraesuis dan Salmonella typhimurium. Skripsi. Surakarta: Jurusan
Biologi FMIPA UNS.
Ririn, M., 2014. Pengaruh Variasi Komposisi Tanaman Delima (Punica Granatum L.)
terhadap Sifat Fisis Membran Komposis Untuk Menangkap Radikal Bebas Asap
Rokok. UIN Press. Malang.

Saifudin, A., 2014. Senyawa Alam Metabolit Sekunder : Teori, Konsep, dan Teknik
Pemurnian. Yogyakarta: Deepublish.

Tambun, R., dkk., 2016. Pengaruh Ukuran Partikel, Waktu dan Suhu pada Ekstraksi
Fenol dari Lengkuas Merah. Jurnal Teknik Kimia USU, 5(4), 54.

Yanti, D., Laili Fitri Yeni, dan Reni M., 2014. Uji Daya Antibakteri Daun Delima
Terhadap Escherichia coli dan Implementasinya Dalam Pembuatan Film. Jurnal
Pendidikan dan Pembelajaran Khatulistiwa, 3 (7).

Yulianingtyas, A. dan Bambang K., 2016. Optimasi Volume Pelarut dan Waktu
Maserasi Pengambilan Flavonoid Daun Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi L.).
Jurnal Teknik Kimia, 10 (2), 63.

Anda mungkin juga menyukai