Anda di halaman 1dari 5

PEMBAHASAN

Menurut Departemen Kesehatan RI (1985) Simplisia adalah bahan alamiah yang


dipergunakan sebagai obat yang belum mengalami pengolahan apapun juga dan kecuali
dinyatakan lain, berupa bahan yang telah dikeringkan. Simplisia dibedakan menjadi : simpisia
nabati, simplisia hewani dan simplisia pelikan (mineral).

1. Simplisia nabati
Simplisia nabati adalah simplisia yang dapat berupa tanaman utuh, bagian tanaman,
eksudat tanaman, atau gabungan antara ketiganya, misalnya Datura Folium dan Piperis
nigri Fructus. Eksudat tanaman adalah isi sel yang secara spontan keluar dari tanaman
atau dengan cara tertentu sengaja dikeluarkan dari selnya. Eksudat tanaman dapat berupa
zat-zat atau bahan- bahan nabati lainnya yang dengan cara tertentu dipisahkan/diisolasi
daritanamannya.
2. Simplisia hewani
Simplisia hewani adalah simplisia yang dapat berupa hewan utuh atau zat-zat berguna
yang dihasilkan oleh hewan dan belum berupa bahan kimia murni, misalnya minyak ikan
(Oleum iecoris asselli) dan madu (Meldepuratum).
3. Simplisia pelikan atau mineral
Simplisia pelikan atau mineral adalah simplisia berupa bahan pelican atau mineral yang
belum diolah atau telah diolah dengan cara sederhana dan belum berupa bahan kimia
murni, contoh serbuk seng dan serbuk tembaga.

Pada praktikum yang kami lakukan kami menggunakan tanaman cabe jawa untuk
menjadi simplisia khusunya pada bagian daunnya. Cabe jawa (Piper retrofractum Vahl) termasuk
famili Piperaceae, yang tumbuh memanjat dan merupakan salah satu jenis tanaman obat yang
banyak digunakan di Indonesia. Di Indonesia cabe jawa banyak ditemukan terutama di Jawa,
Sumatera, Bali, Nusa tenggara dan Kalimantan. Taksonomi cabe jawa :

Kingdom : Plantae

Subkingdom : Tracheobionta

Super Divisi : Spermatophyta


Divisi : Magnoiophyta

Kelas : Magnoliopsida

Sub Kelas : Magnolidae

Ordo : Peperales

Famili : Piperaceae

Genus : Piper

Species : Piper retrofractum Vahl

Nama umum : Cabe jawa (Wawan & Otih, 2009)

Hal pertama yang kammi lakukan untuk pembuatan simplisia yakni :

a) Pengumpulan bahan baku


Kadar senyawa aktif dalam suatu simplisia berbeda-beda antara lain tergantung
pada bagian tanaman yang digunakan, umur tanaman atau bagiantanaman pada saat
panen, waktu panen, dan lingkungan tempat tumbuh. Jika penanganan ataupun
pengolahan simplisia tidak benar maka mutu produk yang dihasilkan kurang berkhasiat
atau kemungkinan dapat menimbulkan toksik apabila dikonsumsi (Wallis, 1960). Pada
pengumpulan bahan baku, kami melakukannya pada sore hari dengan cara memetik daun
dihitung dan diambil 5 daun dari pucuk dan maksimal pengambilan daun sampai daun
kesepuluh, diperoleh sekitar ± 2 kg sampel daun cabe jawa.
b) Sortasi Basah
Sortasi basah dilakukan untuk memisahkan kotoran-kotoran atau bahan - bahan
asing lainnya dari bahan simplisia. Misalnya pada simplisia yang dibuat dari akar suatu
tanaman obat, bahan-bahan asing seperti tanah, kerikil, rumput, batang, daun, akar yang
telah rusak serta pengotor-pengotor lainnya harus dibuang (Laksana, 2010). Penyortiran
segera dilakukan setelah bahan selesai dipanen, bahan yang mati, tumbuh lumut ataupun
tumbuh jamur segera dipisahkan yang dimungkinkan mencemari bahan hasil panen.
Dalam proses sortasi basah, setelah daun semanggi dipisahkan dari batangnya, kotoran-
kotoran seperti tanah yang menempel kemudian dipisahkan.
c) Pencucian
Setelah disortir bahan harus segera dicuci sampai bersih. Pencucian bertujuan
untuk menghilangkan kotoran dan mengurangi mikroba - mikroba yang menempel pada
bahan. Pencucian harus dilakukan dalam waktu yang sesingkat mungkin untuk
menghindari larut dan terbuangnya zat yang terkandung dalam simplisia. Pencucian harus
menggunakan air bersih, seperti air dari mata air,sumur atau PAM (Laksana, 2010).
d) Pengeringan
Hal - hal yang perlu diperhatikan adalah suhu pengeringan, kelembaban udara,
aliran udara, waktu pengeringan (cepat), dan luas permukaan bahan.
suhu pengeringan bergantung pada simplisia dan cara pengeringan. Pengeringan dapat
dilakukan antara suhu 30ᴼC - 90ᴼC.
Pengeringan dilakukan untuk mengeluarkan atau menghilangkan air dari suatu
bahan dengan menggunakan sinar matahari. Cara ini sederhana dan hanya memerlukan
lantai jemur. Simplisia yang akan dijemur disebar secara merata dan pada saat tertentu
dibalik agar panas merata. Cara penjemuran semacam ini selain murah juga praktis,
namun juga ada kelemahan yaitu suhu dan kelembaban tidak dapat terkontrol
memerlukan area penjemuran yang luas, saat pengeringan tergantung cuaca, mudah
terkontaminasi dan waktu pengeringan yang lama.
Dengan menurunkan kadar air dapat mencegah tumbuhnya kapang dan
menurunkan reaksi enzimatik sehingga dapat dicegah terjadinya penurunan mutu
atau pengrusakan simplisia. Secara umum kadar air simplisia tanaman obat maksimal
10%. Pengeringan dapat memberikan keuntungan antara lain memperpanjang masa
simpan, mengurangi penurunan mutu sebelum diolah lebih lanjut, memudahkan dalam
pengangkutan, menimbulkan aroma khas pada bahan
serta memiliki nilai ekonomi lebih tinggi (Laksana, 2010).
Pada praktikum ini kami menggunakan metode pengeringan tidak terkena cahaya
matahari langsung atau diangin – anginkan. Dikarenakan umumnya dipakai untuk bagian
simplisia yang tidak tahan terhadap cahaya matahari. Pengeringan dengan metode ini
harus memperhatikan sirkulasi udara dari ruangan. Sirkulasi yang baik akan menunjang
proses pengeringan yang optimal. Pengeringan dengan cara ini memiliki keuntungan
yaitu ekonomis, serta untuk bahan yang tidak tahan panas atau cahaya matahari
cenderung lebih aman. Namun demikian, pengeringan dengan cara ini cenderung
membutuhkan waktu yang lama dan jika tidak dilakukan dengan baik, akan
mengakibatkan tumbuhnya kapang (Agoes,2007). Pada saat dilakukan pengeringan kami
mendapatkan berat sampel menurun dari 2 kg menjadi 1,67 kg
e) Sortasi Kering
Tujuan sortasi untuk memisahkan benda-benda asing dan pengotor- pengotor lain
yang masih ada dan tertinggal pada simplisia kering (Laksana,2010).
f) Perajangan
Perajangan atau pengubahan bentuk bertujuan untuk memperluas permukaan
sehingga lebih cepat kering tanpa pemanasan yang berlebih. Pengubahan bentuk
dilakukan dengan menggunakan pisau tajam yang terbuat dari bahan steinles (Laksana,
2010). Pada praktikum ini kami melakukan perajangan dibagian akhir pembuatan
simplisia dikarenakan jika kami melakukan perajangan sebelum pengeringan akan
merusak vakuola dalam daun dan akan mempengaruhi zat aktif yang terkandung dalam
daun cabai jawa. Pada perajangan kami menggunakan blender dan disaring untuk
medapatkan hasil simplisia yang halus. Setelah selesai di blender dan penyaringan kami
mendapatkan sampel simplisia yakni 391,0778 gram.

Kami juga menghitung kadar air dari sampel daun cabai jawa yang sudah halus tersebut
kami menghitung kadar air dilakukan secara duplo dengan cara mengoven sekitar 2 gram sampel
lalu dimasukkan kedalam oven. Syarat simplisia yang baik yakni kadar air < 10 %. Dengan data
sebagai berikut :

 Kadar air I
Sebelum oven 2,0021 gram
Sesudah oven 1,8014 gram
Kadar air :

= 0,1002 x 100%
= 10%

 Kadar Air II

Sebelum di oven 2,0025 gram


Sesudah di oven 1,8237 gram
Kadar air :

= 0,089 x 100%
= 8,9 %

DAFTAR PUSTAKA

Laksana, Toga, dkk. (2010). Pembuatan Simplisia dan Standarisasi Simplisia. UGM,
Yogyakarta.

Wawan Haryudin dan Otih Rostiana. (2009). Karakteristik Morfologi Tanaman Cabe Jawa
(Piper Retrofractum. Vahl) Di Beberapa Sentra Produksi. Bul. Littro. Vol. 20(1), 1 – 10

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (1985). Cara Pembuatan Simplisia. Jakarta.

Agoes, Goeswin. (2007). Teknologi Bahan Alam. Penerbit ITB. Bandung.

Wallis, T. E. (1960). Textbook of Pharmacognosy 4th Edition, J & A. Churcill. London.

Anda mungkin juga menyukai