Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN AKHIR

PRAKTIKUM BAHAN ALAM


PERCOBAAN II
PENYIAPAN SIMPLISIA

OLEH :
NAMA-NAMA KELOMPOK :

 ISBAHI ASRI WANTARI


 KURNIA AUDIAH
 LINA DWI SETYANINGSIH
 MILA PITRIANI
 MONA MONICA
KELOMPOK : 2B
KELAS :B
DOSEN PEMBIMBING : HUSNANI,M.SC,Apt.

AKADEMI FARMASI YARSI PONTIANAK


2019

PERCOBAAN II
PENYIAPAN SIMPLISIA

A. TUJUAN
Setelah mengikuti perkuliahan mahasiswa diharapkan dapat :
1. Menyiapkan simplisia
2. Mampu menghasilkan simplisia setelah melakukan prosedur penyiapan
simplisia.

B. DASAR TEORI
Simplisia yaitu bahan yang belum mengalami perubahan apapun kecuali
bahan alam yang dikeringkan. Simplisia dapat berupa simplisia
nabati,hewani,pelikan dan mineral (Agoes,2007). Simplisia nabati adalah
simplisia berupa tanaman utuh dan bagian tanaman. Simplisia hewani yaitu
simplisia yang dapat berupa hewan utuh,bagian dari hewan atau zat berguna
yang dihasilkan hewan,tetapi bukan berupa zat kimia murni. Simplisia pelikan
atau mineral yang belum diolah atau telah diolah secara sederhana belum berupa
zat kimia murni (Depkes RI,1989 & Agoes,2007).
Kandungan bahan aktif yang terdapat pada tumbuhan sangat dipengaruhi
oleh proses pengeringan. Setiap tanaman mempunyai respon yang berbeda,ada
beberapa tanaman yang peka terhadap penyinaran matahari langsung serta suhu
yang terlalu tinggi. Pengeringan yang tepat akan menghasilkan mutu simplisia
yang tahan disimpan lama dan tidak terjadi perubahan bahan aktif yang di
kandungnya (Manoi,2006).
Pada umumnya pembuatan simplisia melalui tahapan seperti berikut
(Depkes RI,1985) :
1. Pengumpulan bahan baku
Tumbuhan akan diambil secara manual, diambil semua bagian
dari tumbuhan sambiloto yang ada di atas permukaan tanah.
2. Sortasi basah
Dilakukan untuk memisahkan kotoran-kotoran atau bahan-bahan
asing lainnya dari tumbuhan sebelum pencucian dengan cara
membuang bagian-bagian yang tidak perlu sebelum pengeringan,
sehingga didapatkan herba yang layak untuk digunakan. Cara ini
dapat dilakukan secara manual.
3. Pencucian
Dilakukan untuk menghilangkan tanah dan pengotor lainnya yang
melekat pada tumbuhan. Pencucian dilakukan dengan air bersih,
misalnya air dari mata air, air sumur atau air PAM. Pencucian
dilakukan sesingkat mungkin agar tidak menghilangkan zat
berkhasiat dari tumbuhan tersebut.
4. Perajangan
Perajangan dilakukan untuk mempermudah proses pengeringan,
pengepakan dan penggilingan. Sebelum dirajang tumbuhan
dijemur dalam keadaan utuh selama 1 hari. Perajangan dapat
dilakukan dengan pisau, dengan alat mesin perajang khusus
sehingga diperoleh irisan tipis atau potongan dengan ukuran yang
dikehendaki.

5. Pengeringan
Dikering anginkan, terpapar cahaya matahari langsung, Dengan
menggunakan Oven Pengeringan ini berlangsung hingga
diperolehkadar air≤ 10%.
6. Sortasi kering
Dilakukan untuk memisahkan bendabenda asing seperti bagian-
bagian tanaman yang tidak diinginkan dan pengotoranpengotoran
lain yang masih ada dan tertinggal pada simplisia kering. Proses
ini dilakukan secara manual.
7. Penyimpanan dan pengepakan
Selama penyimpanan ada kemungkinan terjadi kerusakan pada
simplisia. Untuk itu dipilih wadah yang bersifat tidak beracun
dan tidak bereaksi dengan isinya sehingga tidak menyebabkan
terjadinya reaksi serta penyimpangan warna, bau, rasa dan
sebagainya pada simplisia. Untuk simplisia yang tidak tahan
panas diperlukan wadah yang melindungi simplisia terhadap
cahaya, misalnya aluminium foil, plastik atau botol yang
berwarna gelap, kaleng dan sebagainya. Penyimpanan simplisia
kering biasanya dilakukan pada suhu kamar (150 C sampai 300
C).

Daun sirsak (Annona muricata lin.) memiliki bentuk telur atau lanset ,ujung
runcing,tepi rata,pangkal meruncing,pertulangan menyirip,panjang tangkai 5 mm dan
berwarna hijau kekuningan (Syamsuhidayat dan Hutapea,1991). Kandungan kimia daun
sirsak diantaranya asam folat,asam kafeat,asam p-kumarat dan asam vanilat
(Kusmardiyanti,1995).

C. ALAT DAN BAHAN


 Alat
1) Pisau stainlaees jumlah 2 buah
2) Kertas HVS putih jumlah 10 lembar
3) Timbangan analitik 1 buah
 Bahan
Daun sirsak segar jumlah 3,5 kg
D. PROSEDUR KERJA

Daun sirsak

- Disipkan daun segar sebanyak 3,5 kg


- Dilakukan sortasi basah
- Dilakukan pencucian dengana air mengalir hingga bersih
- Ditiriskan
- Ditimbang
- Dilakukan pengeringan menggunakan disikator
- Dilakukan sortasi kering
- Ditimbang
- Dihitung rasio pengerigan simplisia

Simplisia kering

- Disiapkan blander
- Disipkan 500 g simplisia kering
- Diblander simplisia hingga halus
- Ditimbang

Serbuk simpisia

- Disimpan didalam wadah kering kedap udara

Simplisia daun
sirsak

E. HASIL
Berat simplisia basah : 3500 g
Berat simplisia kering : 600 g

𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑘𝑒𝑟𝑖𝑛𝑔
𝑅𝑎𝑛𝑑𝑒𝑚𝑒𝑛 𝑆𝑖𝑚𝑝𝑙𝑖𝑠𝑖𝑎 = x 100%
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑏𝑎𝑠𝑎ℎ
600 𝑔
𝑅𝑎𝑛𝑑𝑒𝑚𝑒𝑛 𝑆𝑖𝑚𝑝𝑙𝑖𝑠𝑖𝑎 = x 100%
3500 𝑔
= 17,14 %
F. PEMBAHASAN

Tanaman sirsak ( Annona muricata ) Merupakan salah satu tanaman


buah yang sangat populer dan juga banyak di kenal masyarat. Tanaman ini
memiliki manfaat yang luar biasa bagi kesehatan tubuh, sehingga banyak yang
membudidayakan tanaman ini.
Klasifikasi Tanaman Sirsak
Kingdom : Plantae ( Tumbuhan )

Divisi : Magnoliophyta ( Tumbuhan berbunga )

Kelas : Magnoliopsida ( berkeping dua / di kotil )

Ordo : Magnoliales

Famili : Annonaceae

Genus : Anonna

Spesies : Annona muricata

Tanaman sirsak memiliki daun berwarna hijau mudah dan tua dengan
panjang 6-18 cm, lebar 3-7 cm, berbentuk bulat telur, ujung lancip dan ada juga
yang tumpul, daun bagian atas mengkilap hujai dan gundul kusam di bagian
bawah daun. Daun tanaman sirsak ini memiliki bau yang sangat menyengat
dengan tangkai 3-10 mm.

Tahapan-tahapan pembuatan simplisia :

1. Pengumpulan bahan baku


Kadar senyawa aktif dalam suatu simplisia berbeda-beda antara lain
tergantung pada bagian tanaman yang digunakan, umur tanaman atau bagian
tanaman pada saat panen, waktu panen, dan lingkungan tempat tumbuh. Jika
penanganan ataupun pengolahan simplisia tidak benar maka mutu produk
yang dihasilkan kurang berkhasiat atau kemungkinan dapat menimbulkan
toksik apabila dikonsumsi (Wallis, 1960).
Waktu panen snagat erat hubungan dengan pembentukan senyawaaktif
didalam bagian tanaman yang akan dipanen. Waktu panen yang tepat pada
saat bagian tanaman tersebut mengandung senyawa aktif dalam jumlah yang
terbesar. Senyawa aktif tersebut secara maksiamal dibagain tanaman atau
pada umur tanaman tertentu. Perlu diperhatikan juga waktu panen dalam
sehari perlu dipertimbanhkan stabilitas kimia dan fisik senyawa aktif dalam
simplisia terhadap panas sinar matahari ( Walis,1960).

2. Sortasi basah
Sortasi basah dilakukan untuk memisahkan kotoran-kotoran atau bahan-
bahan asing lainnya dari bahan simplisia. Misalnya pada simplisia yang
dibuat dari akar suatu tanaman obat, bahan-bahan asing seperti tanah, kerikil,
rumput, batang, daun, akar yang telah rusak serta pengotor-pengotor lainnya
harus dibuang (Laksana, 2010). Penyortiran segera dilakukan setelah bahan
selesai dipanen, bahan yang mati, tumbuh lumut ataupun tumbuh jamur
segera dipisahkan yang dimungkinkan mencemari bahan hasil panen. Dalam
proses sortasi basah, setelah daun sirsak dipisahkan dari batangnya, kotoran-
kotoran seperti tanah yang menempel kemudian dipisahkan.
3. Pencucian
Setelah disortir bahan harus segera dicuci sampai bersih. Pencucian
bertujuan untuk menghilangkan kotoran dan mengurangi mikroba-mikroba
yang menempel pada bahan. Pencucian harus dilakukan dalam waktu yang
sesingkat mungkin untuk menghindari larut dan terbuangnya zat yang
terkandung dalam simplisia. Pencucian harus menggunakan air bersih,
seperti air dari mata air, sumur atau PAM (Laksana, 2010). Penggunaan air
perlu diperhatikan. Beberapa mikroba yang lazim terdapat di air yaitu
Pseudomonas, Proteus, Micrococcus, Bacillus, Streptococcus, Enterobacter,
dan E.Coli pada simplisia akar, batang, atau buah.
Cara pencucian dapat dilakukan dengan cara merendam sambil disikat
menggunakan sikat yang halus. Perendaman tidak boleh terlalu lama karena
zat-zat tertentu yang terdapat dalam bahan dapat larut dalam air sehingga
mutu bahan menurun. Penyikatan diperbolehkan karena bahan yang berasal
dari rimpang pada umumnya terdapat banyak lekukan sehingga perlu dibantu
dengan sikat. Tetapi untuk bahan yang berupa daun-daunan cukup dicuci
dibak pencucian sampai bersih dan jangan sampai direndam berlama-lama
(Agoes, 2007). Setelah proses sortasi basah, dilakukan pencucian pada daun
sirsak dengan air mengalir untuk menghilangkan sisa-sisa kotoran yang
masih menempel.
4. Perajangan
Perajangan atau pengubahan bentuk bertujuan untuk memperluas
permukaan sehingga lebih cepat kering tanpa pemanasan yang berlebih.
Pengubahan bentuk dilakukan dengan menggunakan pisau tajam yang
terbuat dari bahan steinles (Laksana, 2010). Dalam perajangan atau
pemotongan daun sirsak dilakukan tanpa pisau, dapat dengan tangan yaitu
dengan cara helaian daun dipetik-petik atau memotong daun menggunakan
gunting.
5. Pengeringan
Hal-hal yang perlu diperhatikan adalah suhu pengeringan, kelembaban
udara, aliran udara, waktu pengeringan (cepat), dan luas permukaan bahan.
suhu pengeringan bergantung pada simplisia dan cara pengeringan.
Pengeringan dapat dilakukan antara suhu 30-900c.
Pengeringan dilakukan untuk mengeluarkan atau menghilangkan air dari
suatu bahan dengan menggunakan sinar matahari. Cara ini sederhana dan
hanya memerlukan lantai jemur. Simplisia yang akan dijemur disebar secara
merata dan pada saat tertentu dibalik agar panas merata. Cara penjemuran
semacam ini selain murah juga praktis, namun juga ada kelemahan yaitu
suhu dan kelembaban tidak dapat terkontrol, memerlukan area penjemuran
yang luas, saat pengeringan tergantung cuaca, mudah terkontaminasi dan
waktu pengeringan yang lama.
Dengan menurunkan kadar air dapat mencegah tumbuhnya kapang dan
menurunkan reaksi enzimatik sehingga dapat dicegah terjadinya penurunan
mutu atau pengrusakan simplisia. Secara umum kadar air simplisia tanaman
obat maksimal 10%. Pengeringan dapat memberikan keuntungan antara lain
memperpanjang masa simpan, mengurangi penurunan mutu sebelum diolah
lebih lanjut, memudahkan dalam pengangkutan, menimbulkan aroma khas
pada bahan serta memiliki nilai ekonomi lebih tinggi (Laksana, 2010).
Cara yang kami gunakan ialah pengeringan di ruangan yang terlindung
dari cahaya matahari namun tidak lembab yaitu desikator. Umumnya dipakai
untuk bagian simplisia yang tidak tahan terhadap cahaya matahari.
Pengeringan dengan metode ini harus memperhatikan sirkulasi udara dari
ruangan. Sirkulasi yang baik akan menunjang proses pengeringan yang
optimal. Pengeringan dengan cara ini memiliki keuntungan yaitu ekonomis,
serta untuk bahan yang tidak tahan panas atau cahaya matahari cenderung
lebih aman. Namun demikian, pengeringan dengan cara ini cenderung
membutuhkan waktu yang lama dan jika tidak dilakukan dengan baik, akan
mengakibatkan tumbuhnya kapang (Agoes, 2007).
6. Sortasi kering
Sortasi setelah pengeringan merupakan tahap akhir pembuatan simplisia.
Tujuan sortasi untuk memisahkan benda-benda asing dan pengotor- pengotor
lain yang masih ada dan tertinggal pada simplisia kering (Laksana, 2010).
Proses sortasi kering dilakukan dengan manual,memisahkan simplisia
yang benar-benar kering dan simplisia yang masih kurang kering,juga
beberapa partikel pengotor lainnya.
7. Pengepakan dan penyimpanan
Pengemasan dapat dilakukan terhadap simplisia yang sudah dikeringkan.
Setelah bersih, simplisia dikemas dengan menggunakan bahan yang tidak
beracun atau tidak bereaksi dengan bahan yang disimpan. Pada kemasan
dicantumkan nama bahan dan bagian tanaman yang digunakan. Tujuan
pengepakan dan penyimpanan adalah untuk melindungi agar simplisia tidak
rusak atau berubah mutunya karena beberapa faktor, baik dari dalam maupun
dari luar. Simplisia disimpan di tempat yang kering, tidak lembab, dan
terhindar dari sinar matahari langsung. Jenis kemasan yang digunakan dapat
berupa plastik, kertas maupun karung goni. Bahan cair menggunakan botol
kaca, atau guci porselen. Bahan beraroma menggunakan peti kayu yang
dilapisi timah atau kertas timah (Laksana, 2010).
Setelah melewati semua proses di atas, daun sirsak yang sudah kering
kemudian dikemas dengan menggunakan kantong kertas atau plastik
kemudian disimpan ditempat yang kering.
G. KESIMPULAN
 Simplisia adalah bahan alamiah yang dipergunakan sebagai obat yang
belum mengalami pengolahan apapun juga dan kecuali dinyatakan lain,
berupa bahan yang telah dikeringkan.
 Simplisia dibedakan menjadi : simpisia nabati, simplisia hewani dan
simplisia pelikan (mineral).
 Tahap-tahap pembuatan simplisia secara garis besar adalah sebagai
berikut: Pengolahan bahan baku, Sortasi basah, Pencucian, Perajangan,
Pengeringan, Sortasi kering, Pengepakan dan penyimpanan.
 Rendemen simplisia daun sirsak yang diperoleh dalam praktikum adalah
sebesar 17,14 %
DAFTAR PUSTAKA

Agoes, Goeswin, 2007,Teknologi Bahan Alam, Penerbit ITB, Bandung.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia.1989.Material Medika Indonesia..Jilid


V.Derektorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan.Jakarta.

Manoi,F.2006.Pengaruh Cara Pengeringan Terhadap Mutu Simplisia Sambiloto.Bull


Littro.Jakarta.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia.1985.Cara Pembuatan Simplisia.DepKes


RI.Jakarta.

Kusmardiyanti,S.1995.Telaah Senyawa Fenolik Daun Sirsak (Annona muricata


L).Sekolah Serjana.ITB.Bandung.

Laksana, Toga, dkk, 2010,Pembuatan Simplisia dan Standarisasi Simplisia, UGM,


Yogyakarta.

Wallis, T. E. 1960,Textbook of Pharmacognosy 4thEdition, J & A. Churcill,London.


DOKUMENTASI

SORTASI BASAH PENCUCIAN

PERAJANGAN PENGEPAKAN

PENYERBUKAN SERBUK DAUN SIRSAK

PENYIMPANAN

Anda mungkin juga menyukai