Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN PRAKTIKUM BOTANI FARMASI II

PEMBUATAN SIMPLISIA
Orthosiphonis Folium (Daun Kumis Kucing)

Disusun Oleh:
KELOMPOK 6
1. Putri Hamidah Khairunnisa (051511133160)
2. Ida Wayan Gede Bima Astawa (051711133164)
3. Anissah Insyirah Idris (051711133168)
4. Angghia Calvina Izumi (051711133172)
5. Nur Fadhilah (051711133176)
6. Ariffio Dava Prihandoyo (051711133180)
7. Annisa Dayu Syifa Ramadhani (051711133184)

DEPARTEMEN FARMAKOGNOSI DAN FITOKIMIA


FAKULTAS FARMASI
Universitas Airlangga
Surabaya
2018
SIMPLISIA

Simplisia adalah bahan alamiah yang dipergunakan sebagai obat tradisional yang
belum mengalami pengolahan apapun juga dan kecuali dinyatakan lain merupakan bahan
yang dikeringkan (Badan pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia, 2005).

Terdapat 3 jenis simplisia yaitu :


1. Simplisia nabati adalah simplisis yang dapat berupa tanaman utuh, bagian tanaman,
eksudat tanaman, atau gabungan antara ketiganya.
2. Simplisia hewani adalah simplisia berupa hewan utuh atau zat-zat berguna yang
dihasilkan oleh hewan dan belum berupa bahan kimia murni.
3. Simplisia pelikan atau mineral adalah simplisia berupa bahan pelikan atau mineral
yang belum diolah atau telah diolah dengan cara sederhana dan belum berupa bahan
kimia murni.

Proses pembuatan simplisia


1. Pengumpulan bahan baku
Tahapan pengumpulan bahan baku sangat menentukan kualitas bahan baku.
Faktor yang paling berperan dalam tahapan ini adalah masa panen. Panen daun atau
herba dilakukan pada saat proses fotosintesis berlangsung maksimal, yaitu ditandai
dengan saat-saat tanaman mulai berbunga atau buah mulai masak.
2. Sortasi basah
Sortasi basah adalah pemilahan hasil panen ketika tanaman masih segar.
Sortasi dilakukan terhadap tanah dan krikil, rumput-rumputan, bahan tanaman lain
atau bagian lain dari tanaman yang tidak digunakan dan bagian tanaman yang rusak
(dimakan ulat dan sebagainya.
3. Pencucian
Pencucian simplisia dilakukan untuk membersihkan kotoran yang melekat,
terutama bahan-bahan yang berasal dari dalam tanah dan juga bahan-bahan yang
tercemar pestisida.
4. Pengubahan bentuk
Pada dasarnya tujuan pengubahan bentuk simplisia adalah untuk memperluas
permukaan bahan baku. Semakin luas permukaan maka bahan baku akan semakin
cepat kering. Proses pengubahan bentuk untuk rimpang, daun dan herba adalah
perajangan.
5. Pengeringan
Proses pengeringan simplisia terutama bertujuan untuk menurunkan kadar air
sehingga bahan tersebut tidak mudah ditumbuhi kapang dan bakteri serta
memudahkan dalam hal pengolahan proses selanjutnya (ringkas, mudah disimpan,
tahan lama dan sebagainya).
Pengeringan dapat dilakukan lewat sinar matahari langsung maupun tidak
langsung juga dapat dilakukan dalam oven dengan suhu maksimum 60oC.
6. Sortasi Kering
Sortasi kering adalah pemilihan bahan setelah mengalami proses pengeringan.
Pemilihan dilakukan terhadap bahan-bahan yang terlalu gosong, bahan yang rusak
akibat terlindas roda kendaraan (misalnya dikeringkan di tepi jalan raya, atau
dibersihkan dari kotoran hewan.
7. Pengepakan dan penyimpanan
Setelah tahap pengeringan dan sortasi kering selesai maka simplisia perlu
ditempatkan dalam suatu wadah tersendiri agar tidak saling bercampur antara
simplisia satu dengan yang lainnya (Gunawan dan Mulyani, 2004).
PEMBUATAN SIMPLISIA

DAUN KUMIS KUCING

a. Nama latin tanaman asal : Orthosiphon stamineus


b. Nama latin simplisia : Orthosiphonis Folium
c. Nama Indonesia simplisia : Daun Kumis Kucing
d. Berat bersih simplisia : 5 gram
e. Tanggal pembuatan : 24 Agustus 2018
f. Tanggal kadaluarsa (3-6 bulan) : 24 Februari 2019

Tahapan pembuatan :

1. Pengumpulan bahan baku


Pengumpulan bahan baku dilakukan dari habitat asli tumbuhan tersebut yaitu
pada daerah yang teduh, tidak terlalu kering. Kami membeli tanaman kumic kucing di
Jalan Kayon, Embong Kaliasin, Kota Surabaya.
2. Sortasi basah
Penyortiran basah yang dilakukan yaitu memisahkan kotoran-kotoran atau
bahan-bahan asing, bahan yang busuk, serta memisahkan tumbuhan dari organ yang
tidak digunakan. Untuk pembuatan simplisia daun, kami mengambil daun kumis
kucing dengan warna hijau tua dan tidak memudar.
3. Penimbangan
Sebelum dicuci, kami menimbang daun kumis kucing yang sudah kami
kumpulkan dan sortasi. Hal ini bertujuan agar berat yang didapatkan tidak termasuk
berat air pada saat setelah pencucian. Didapatkan berat awal adalah 60 gram.
4. Pencucian
Pencucian dilakukan dengan menggunakan air keran yang mengalir (air bersih)
dengan dua kali pengulangan dengan tujuan agar yang masih menempel dapat hilang
dari tumbuhan yang telah disortasi.
5. Penirisan
Setelah pencucian, bahan langsung ditiriskan di atas kertas hvs.
6. Perajangan
Pada proses pembuatan simplisia daun kumis kucing, kami tidak melakukan
perajangan karena ukuran daun sudah kecil.
7. Pengeringan
Pengeringan yang dilakukan dalam pembuatan daun kumis kucing adalah
dengan diangin-anginkan dan dijemur di sinar matahari pagi yang belum terlalu terik.
8. Penyortiran (Sortir Kering)
Setelah kurang lebih satu bulan proses pengeringan, kami melakukan sortasi
kering, dimana kami memisahkan daun yang masih hijau dengan daun yang sebagian
berwarna coklat atau memiliki warna yang memudar, serta menghindari daun yang
terdapat bintik-bintik putih.
9. Penimbangan
Setelah dilakukan sortir kering, daun kumis kucing ditimbang dan didapatkan
berat sebesar 5 gram
10. Pengemasan
Pengemasan dilakukan dengan memasukkan Daun kumis kucing ke dalam
toples kaca untuk meminimalisir adanya kotoran atau bahan-bahan kimia yang bisa
menempel pada daun.
11. Penyimpanan
Penyimpanan simplisia dapat dilakukan di ruang biasa (suhu kamar) ataupun
di ruang ber AC serta terlindung dari cahaya matahari langsung.

Penghitungan Rendemen Simplisia


berat ba h an kering jadi
% randemen simplisia = x 100 %
berat ba h an segar

5 gram
= x 100 %
60 gram

= 8.33%
LAMPIRAN

Figure 1.1 Proses pengeringan


Figure 2.1. Penimbangan awal

Figure 3.2 Proses pengeringan


setelah daun kumis kucing dicuci
Pustaka :
1. Steenis. V. 2005. Flora ”Untuk Sekolah di Indonesia”. Penerbit
Pradnya Paramita. Jakarta
2. Utami, Prapti dkk. 2013. The Miracle of Herbs. Penerbit PT.
AgroMedia Pustaka. Jakarta
3. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1980. Materia
Medika Indonesia Jilid IV. Jakarta : Direktorat Pengawasan Obat dan
Makanan. P. 85-91

Anda mungkin juga menyukai