Anda di halaman 1dari 25

Industri Kaca

Pera Meilita, Azizah, Intan Apri Resti, Resi Gusmar Lina*

Mahasiswa Kimia, FMIPA, Universitas Negeri Padang


*
Email : perameilita@gmail.com

Abstrak. Kaca merupakan bahan yang memiliki sifat fisik yang


tembus pandang cahaya dan memiliki daya guna yang baik walupun
sudah menjadi limbah sekalipun. Kaca merupakan salah satu produk
dari industri yang banyak dimanfaatkan sebagian orang dalam
berbagai sudut pandang yaitu untuk pembuatan perabot rumah
tangga, kaca rumah, industri mobil dan untuk keperluan dan
kebutuhan sehari- hari lainnya. Tujuan pembuatan jurnal ini yaitu
untuk mengetahui bahan dasar pembuatan kaca, proses pembuatan,
bagaimana pengolahan limbah kaca dan industri kaca yang
berkembang pesat di Indonesia, dengan menggunakan metode
review dan deskriptif kualitatif`. Pada era modern sekarang
perkembangan industri kaca sangat pesat, hal ini juga ditunjang
dengan semakin berkembangnya teknologi dalam industri kaca
tersebut. Di Indonesia industri kaca yang berkembang pesat antara
lain, PT Asahimas Glass, PT Mulia Glass dan PT Tossa Sakti.
Kata kunci : kaca, SiO2, limbah, industri, pengolahan

1. Pendahuluan
Kaca adalah suatu bahan cair yang diolah sedemikian rupa didapatkan
dari beberapa proses kimia, fisika dan biologi yang produknya berupa
padatan[1]. Salah satu bahan utama pembuatan kaca yaitu pasir silika. Oleh
karena itu kaca memiliki sifat fisika yang tembus cahaya[2]. serta bening
karena didukung oleh bahan- bahan yang menunjang kaca menjadi produk
yang banyak diminati banyak orang [3]. Kaca mempunyai nilai positif dan
negatif, nilai positifnya kaca dapat dimanfaatkan untuk menunjang kebutuhan
masyarakat dan berbagai kebutuhan dunia industri seperti industri mobil,
pesawat, perabot rumah tangga dan industri lainya, sedangkan nilai
negatifnya yaitu kaca banyak menghasilkan limbah yang jika tidak ditangani
secara serius akan memberikan efek negatif terhadap lingkungan. Namun hal
lainnya yang belum kita ketahui ternyata limbah kaca bisa dimanfaatkan
untuk didaur ulang menjadi kaca dan berbagai produk kaca[5] lainnya yang
lebih kreatif oleh orang- orang seni lainnya.
Industri kaca di Indonesia sendiri dibangun pada awal tahun 1970-an
dan merupakan industri kaca yang menghasilkan produk setengah jadi (
industri hulu ).Pada tahun 1980 industri ini mulai menjalankan proses
produksi[6]. Namun Industri kaca terus-menerus mengalami jumlah yang
signifikan, sebagian besar merupakan industri hilir yang menghasilkan
produk siap jadi/ akhir. Hasil produk dari pengolahan kaca ini meliputi kaca
cermin[[7], kaca lembaran, serat kaca, kaca untuk pengaman, dan berbagai
produk lainnya.
Salah satu produk setengah jadi kaca yaitu kaca lembaran yang
kemudian diproses menjadi berbagai produk seperti cermin, patterned glass,
kaca berwarna ( tinted float glass ), online reflective glass, dan kaca bening (
clear float glass ). Kapasitas pada industri secara umum naik pada tahun 2008
sekitar 10 % dari 2,3 juta ton setiap tahun menjadi 2,5 juta ton setiap
tahunnya. Sedangkan kapasitas pada industri kaca yang bersifat lembaran di
antaranya sebesar 1,33 ton setiap tahun [8].
Kaca [9] memiliki kekhasan sendiri dibandingkan produk keramik
lainnya. Kekhasan tersebut dikarenakan pada silica (SiO2) [10] yang
digunakan dan pada proses pembentukannya yang unik. Reaksi [11-13]. yang
terjadi pada pada reaksi[14]senyawa kimia secara umum digambarkan yaitu:
CaCO3 + b.SiO2 -> CaO.bSiO2 + CO2(g)
Na2CO3 + a.SiO2-> Na2O.aSiO2 + CO2(g)
Na2SO4 + c.SiO2 + C -> Na2O.cSiO2 + SO2 + SO2 + CO2(g) [15]
Industri kaca merupakan salah satu perusahaan yang penting dan
menjadi perusahaan industri yang diperhitungkan di Indonesia [16].Meskipun
tidak terlalu cenderung baik namun industri kaca terlihat peningkatan selama
2 tahun terakhir. Saat terjadi krisis Internasional pun produksi dan kapasitas
Industri kaca tetap eksis ditengah terjadinya krisis tersebut. Namun hal ini
menunjukkan bahwa Industri ini juga mendapatkan masalah. Salah satunya
yaitu kenaikan tarif listrik, gempuran produk impor, cadangan gas yang tentu
belum terjamin dalam jangka waktu yang panjang, yang di proteksi di
pasar[17] ekspor merupakan sejumlah problematika yang turut menjadi
penghambat dalam perkembangan industry kaca di Indonesia. Kebijakan yang
diberikan oleh badan standarisasi nasional (SNI) yang diberikan oleh
pemerintah dalam negeri mendorong produksi kaca lembaran dalam negeri
lebih aman dari serangan produk impor serta dari produk yang tidak
distandarisasi oleh badan standarisasi nasional. [18].
Persaingan dalam industri kaca menyebabkan perusahaan terus
berupaya memenuhi permintaan konsumen, Sehingga para pelaku pasar terus
melakukan perbaikan dan konsistensi terhadap produk yang dihasilkan secara
berkala guna untuk mengontrol kualitas produk secara intens[19]. Pada tahun
sekitar 3000 sebelum Masehi di Mespotamina dan Egypt[20] orang- orang
sudah mengetahui dan mengenal pembuatan kaca[21]. Pada zaman itu orang-
orang sudah menggunakan bahan- bahan mentah seperti silica, oksida,
natrium oksida,batu kapur yang dapat diperoleh dari pasir laut dan karang laut
dalam pembuatan kaca tersebut [22-23].
Kaca merupakan salah satu produk yang dihasilkan oleh industri[28]
rumahan maupun skala industri besar. Produk kaca dapat berupa kaca
lembaran, gelas, dan produk kaca lainnya. Produk yang dihasilkan dari
Industri kaca dapat berupa kaca lembaran, kaca untuk perabot rumah tangga,
dan untuk industri otomotif. Dengan semakin majunya perubahan zaman
maka produk kaca banyak digunakan sebagai alat komunikasi dan lain- lain,
hal ini juga didorong oleh perkembangan teknologi di industri kaca
sendiri[29]. Massa jenis kaca dalam bentuk kristal lebih besar dari pada
massa jenis kaca oksida. Massa jenis kaca bergantung pada bahan
pembentuknya dan komposisi dari kaca tersebut.[30].
Dalam proses pembuatan kaca di Industri, memerlukan bahan- bahan
dasar yang berguna dalam pembuatan produk ini, diantaranya ada bahan
umum atau bahan utama namun ada juga yang berperan sebagai bahan
penunjang untuk melengkapi kekurangan bahan utamanya.

1.1 Bahan Utama dan bahan penunjang Pembuatan Kaca


Bahan dasar utama dari pembuatan kaca pada Industry yaitu [31] :
1.1.1 Pasir
Pasir [32] adalah salah satu dari sekian banyak bahan penyusun kaca.
Pasir kuarsa merupakan pasir yang digunakan, karena tidak sembarang pasir
bisa digunakan. Hal tersebut dikarenakan pasir kuarsa[33] yang digunakan
harus murni dengan kandungan besi yang terkandung dalam pasir[34]
tersebut tidak boleh lebih dari 0,015% dalam pembuatan kaca optik atau
0,45% untuk barang gelas. Komposisi yang terkandung [35] dalam pasir yang
digunakan, turut menentukan [36] memberikan efek[37-38] terhadap produk
kaca yang dihasilkan.
Mudah tembus cahaya[39]merupakan salah satu sifat khas kaca [40],
sehingga banyak digunakan dalam pembuatan kaca mata ( alat- alat optik ).
Untuk partikel silika[41] sangat diperhatikan karena hal ini sangat
berpengaruh pada temperature saat difurnace. Diperlukan waktu yang banyak
untuk mengolah silica jika ukurannya besar, maka untuk mendapatkan silica
yang sesuai standar tersebut maka harus diayak dan diolah untuk
mendapatkan partikel yang lebih halus yang selanjutnya digunakan dalam
proses pembuatan[42]. Pasir [43] dalam pembuatan kaca berfungsi dalam
membuat cairan kaca tersebut tahan terhadap perubahan suhu secara
mendadak. Pasir kuarsa sendiri banyak ditemukan di Indonesia[44], yaitu
didaerah Sumatera Utara, Pulau bangka, Aceh, Belitung, Pulau Jawa, Pulau
Kalimantan, dan sebagian didaerah Papua.

Gambar 1. Pasir silika

1.1.2 Soda
Soda selain digunakan dalam industri makanan namun juga digunakan
dalam pembuatan kaca. Bahan dasar kaca ini mempunyai rumus Na2O, yang
didapatkan dalam soda abu padat [45] (Na2CO3)[46]. Sumber lainnya adalah
dari bikarbonat, salt cake dan natrium nitrat. Soda merupakan pereaksi yang
kuat, sehingga sangat mudah bereaksi dengan ion lainnya[47]
Soda padat (Na2CO3) memiliki sifat yang spesifik seperti garam.
Penggunaan bahan ini sendiri berfungsi untuk mengurangi titik lebur kaca,
mempercepat pembakaran, mempermudah pembersihan gelembung dan
mengoksidasi besi. NaCO3 mempunyai fungsi utama dalam pembuatan kaca,
natrium karbonat berperan sebagai fluks untuk silika yang berfungsi dalam
menurunkan titik lebur dari campuran [48].
1.1.3 Feldspar ( tanah liat )[49]
Feldspar atau tanah liat[50-51] mempunyai rumus[52] umum
P2O.Al2O3.6SiO2, dimana R2O dapat berupa Natrium Monoksida atau Kalium
Monoksida ataupun dalam bentuk campuranya. Ini merupakan salah satu
bahan dasar pembuatan kaca dan juga merupakan sumber dari Na2O atau K2O
dan SiO2. Alumina[53]yang terkandung didalamnya dapat memperlambat
devitrifikasi dan menurunkan titik didih dari kaca.

Gambar 2. Feldspar[54]
Feldspar[55] merupakan sumber Al2O3, oleh karena itu feldspar
mempunyai beberapa keunggulan di bandingkan produk lainnya. Selain itu
feldspar merupakan bahan yang murni, murah, dan mudah dilebur.
Tabel 1. Komposisi kimia dan fisika feldspar

Feldspar Rumus Komposisi kimia teoritis


Na2O CaO SiO2
Ortoklas K2O.Al2O3.6SiO2 16,9 - - 18,4
Albit Na2O.Al2O8.6SiO2 - 11,8 - 19,4
Anortito CaO.Al2O8.2SiO2 - - 20,1 36,62

1.1.4 Boraks [56]


Boraks merupakan bahan tambahan yang dilakukan dengan
menambah boron oksida dan Na2O dan kepada kaca. Tapi boraks tidak
terlalu sering digunakan, namun ini digunakan untuk kaca lembaran dan kaca
jendela. Sekarang boraks banyak digunakan dalam berbagai jenis kaca
pengemas. Kaca ini telah banyak digunakan sebagai kaca optik [57]. Boraks
merupakan salah satu zat kimia yang banyak digunakan dalam industri seperti
kaca.

1.1.5 Kerak Garam


Kerak garam atau yang lebih dikenal dengansebutan salt cake yang
dipakai sebagai bahan tambahan pada pengolahan kaca, dan beberarapa
sulafat lainnya yaitu ammonium sulfat dan barium sulfat. Kerak kacak
digunakan untuknmembersihkan buih pada tanur tangka.

Gambar 3. Kerak garam[58]


1.1.6 Kullet
Kulet/ kaca pecahan merupakan limbah kaca hancuran atau kaca yang
tidak digunakan lagi yang dikumpulkan dari pecahan gelas[59], barang rusak,
pecahan beling dan kaca limbah. Kullet dapat digunakan sebgai bahan dasr
dalm pengolahan limbah dan segai bahn pencairan dalam pengolahan kaca.
Selain itu kaca pecahan juga banyak digunakan untuk menghasilkan produk
berupa kaca atau produk jadi lainnya. Bahan ini dapat digunakan 10-80% dari
muatan bahan baku yang digunakan.
Tujuan penggunaan kullet ini yaitu untuk mengurangi penggunaan
bahan utama dan biaya produksi, memperkecil titik didih dalam pembuatan
kaca, dan menghemat penggunaan bahan bakar.Karena pada umumnya
limbah kaca merupakan limbah yang mudah untuk diolah kembali menjadi
produk kaca lainnya. Selain itu kullet diumpankankan sebanyak 25% ke
dalam bahan baku.
Gambar 4. Kullet[60]
Selain adanya bahan utama juga terdapat bahan penunjang dalam
proses pembuatan kaca [61] yaitu zat warna, stabilizer refining agent (
penghilang gelembung ), untuk penghilang warna, opacifiers. Fungsi dari
bahan- bahan tersebut yaitu untuk membantu menurunkan kelarutan dari
kaca dalam air, tahan terhadap serangan bahan- bahan kimia lainnya dan
materi lainya yang terdapat di atmosfer.
Bahan penunjang pembuatan kaca tersebut antaranya yaitu :
1. CaCO3 atau limestone berfungsi membuat produk kaca tidak larut
dalam air [62].
2. PbO berfungsi untuk membuat kaca menjadi mengkilap, transparan dan
memiliki indeks bias yang tinggi Jenis timbal yang digunakan yaitu kaca
timbal yaitu PbO. PbO sendiri mempunyai kegunaan yang tersendiri dalam
industrI kaca, diantaranya yaitu :
a. menurunkan viskositas kaca
b. meningkatkan indeks bias kaca
c. meningkatkan kemampuan kaca untuk menyerap sinar-X
d. meningkatkan resistivitas listrik kaca
Menambahkan[63] PbO ke dalam industry kaca dapat membuat bahan
lebih inert secara elektrik maupun magnetis dan sering digunakan untuk
tujuan ini.[64]
3. ZnO[65-68]bermanfaat membuat kaca dan gelas dapat menahan
perubahan temperature panas secara mendadak, selain itu juga
meningkatkan indeks bias dan memiliki sifat- sifat fisika dan kimia yang
khas.
4. BaCO3 berfungsi untuk meningkatkan berat spesifik dan indeks bias,
timball oksida merupakan oksida yang amfoter [69]
5. Al2O3 berfungsi dalam meningkatkan viskositas kaca dan membuat kaca
tahan terhadap zat kimia lainnya[70-71].
6. Arsen Trioksida berperan untuk menghilangkan gelombang- gelombang
yang terdapat pada kaca.
7. Mangan dioksida (MnO2), nikel oksida (NiO), logam selenium (Se)
merupakan bahan penghilang warna (decolorant), hal ini disebabkan
kehadiran senyawa besi oksida yang ditambahkan pada proses pembuatan
kaca.
8. Unsur- unsur transisi yang ditambahkan akan memberikan warna
tertentu terhadap produk kaca yang dihasilkan, terutama golongan pertama
seperti Tc, Ca, Mn, Fe, V, Co, Ni, dan Cu[72] Akibat adanya adsorbs
cahaya maka dihasilkan warna- warna tertentu. Contohnya Krom oksida
akan memberikan warna hijau sampai jingga. NiO akan menghasilkan
heliotrope dalam kaca potas serta akan memberikan warna coklat pada
larutan natrium-timbal. [73]

1.2 Proses Pembuatan Kaca di Industri


Pada proses[76]pembuatan[77]kaca dilakukan dengan beberapa
tahapan. Urutan pembuatan kaca sebagai berikut [78-79 ]:
1.2.1 Proses pencampuran bahan baku
Pada tahap ini akan dilakukan 3 tahap yaitu :
a.Mencampurkan bahan menjadi Mixed Batch
Bahan atau material yang dicampurkan[80]yaitu soda ash, pasir silika,
dolomite, kerak garam, feldspar, lime stone, pewarna dan lain- lain sesuai
dengan kaca yang diproduksi kemudian metode[81] pencampurannya[82]
menggunakan alat yaitu alat yang disebut dengan turbin. Pada proses ini
mixing dibagi menjadi 2 macam yaitu mixing kering. dan mixing basah
b.Pencampuran mixed batch dengan kullet
Setelah dilakukan proses mixing[83], kemudian batch pada mixing
tersebut diangkut dengan belt conveyer dan dibawa leh bucket elevator untuk
masuk ke mixed tank. Setelah itu kullet yang berasal dari circulating cullet.
Setelah itu akan dilanjutkan dengan proses peleburan.

1.2.2 Proses peleburan (Melting)[84]


Pada proses[85] ini, batch dan kullet akan bercampur secara homogen
(molten glass). Pada proses ini terjadi perubahan wujud dari padat menjadi c
air, dan ada beberapa zat yang berubah wuud dari padat[86-87]menjadi gas
atau cair menjadi gas. Pada proses ini terjadi proses endothermic
(membutuhkan panas), Karena pada proses melting diperlukan sejumlah
panas/energi[88] untuk melebur batch dan cullet tersebut, dimana energi ini b
erasal dari pembakaran natural oleh molten glass.
Pada proses ini menggunakan tanur.Tanur tersebut yaitu :
1.Tanur Periuk ( port furnace ), dimana berfungsi untuk membuat kaca
optik dan kaca seni melalui proses cetak. Periuk tersebut terbuat dari suatu
cawan dari platina dan lempung pilihan.
2.Tanur Tangki (tank furnace ), Pada tanur ini kaca akan mengisi dasar
tanur dan membentuk kolam. Sama seperti tanur periuk, dinding tanur
dapat mengalami korosi karena terkena panas. Kualitas kaca dan umur
tangki bergantung pada kualitas blok konstruksi yang digunakan.
Tabel 2. Kandungan [89] bahan dalam proses peleburan

Bahan %
Pasir 45,4
Soda abu 16
Kerak garam 4,5
Serbuk batu bata 0,2
Gamping 6,8
Kullet 22,7
Lain- lain 0,5- 1,0

1.2.3 Proses pembentukan kaca ( Drawing )


Setelah kaca dilebur selanjutnya yaitu proses percetakan,yaitu
proses[90] menciptakn molten glass menjadi lembaran kaca dari melting. Pada
proses ini kaca ketebalan kaca serta lebar kaca dapat diatur sesuai kebutuhan.
Secara alami, jika molten glass dimasukkan ke permukaan yang
rata,maka secara otomatis dia akan menjadi molten glass yang elasti, yang
membuat kaca mudah dibentuk dan dapat ditarik.
Dalam proses pembentukan kaca, dipakai beberapa aksesoris,
dianranya :
a. Pembentukkan kaca
1) A-roll merupakan alat utama yang digunakan dalam membuat kaca.
Dimana dalam hal ini berfungsi untuk memperbesar ukuran ribbon. Cara
kerja A-roll yaitu :
a) Ukuran sudut
Pada proses ini arah dayungan kaca diarahkan keluar untuk
melebarkan kaca serta kedalam untuk membuat kaca menyempit.
b) Speed barel
Kecepatannya bergantung pada posisi A-roll.
c) Nip down A-roll
Nip down bergantung pada seberapa menancapnya A-roll diatas
ribbon.
2) Kamera pemonitor dan Periskope merupakan alat yang digunakan
untuk menyelidiki ribbon secara visual, sehingga pergerakkan dapat
dimonitor dengan baik. Periscope ini bekerja pada kondisi panas, prinsip
yang digunakan tidak jauh beda dengan yang digunakan oleh kapal selam,
hanya saja pada periskop dilindungi ole cooler house yang disertai dengan
purging nitrogen, dimana dia berfungsi sebagai penahan panas.
3.) Carbon fender adalah karbon yang berfungsi untuk membuat kaca
kelhatan tebal.
4.) Carbon extention tile (CET) adalah blok karbon yang dipakai untuk
memajukan restrictor tile. Alat ini dipasang dengan tujuan yaitu untuk
membantu kerja A-roll dalam membawa ribbon ke tengah, terutama saat
membuat thicker[91] glass, dimana diperlukan beberapa kaca yang HOT
untuk membuat kaca yang lebih tebal.
5) Carbon fence berfungsi dalam centering ribbon di exit dan menjaga
ribbon agar tidak menabrak shoulder, jika terjadi ribbon swing
(pembesaran gross yang melebihi kapasitas ).
b. Pengaturan temperatur kaca
Pada tahap ini dilakukan beberapa kontrol yaitu untuk mengatur
temperatur kaca sesuai dengan kebutuhan
c. Pengaturan arus konveksi timah
proses ini timah akan dimasukkan atau dikeluarkan pada kondisi
tertentu.

1.2.4 Proses Pemotongan dan Pengepakan (Cold Line)


a. Proses Pemotongan (Cutting)
Tahap selanjutnya yaitu tahap pemotongan kaca setelah dilakukan
proses pembentukan. Pada tahap pemotongan ini kaca akan dipotong secara
horizontal [92] Pada saat lembaran kaca tersebut berjalan, pisau sudah diatur
dan dikontrol sedemikian rupa, sehingga akan didapatkan lembaran kaca
yang horizontal dan lurus sesuai yang dibutuhkan. Pisau yang
digunakan[93]tersebut yaitu cross wise cutter. Dalam penggunaan pisau
tersebut sudah diatur oleh CPU pada computer yang sinyalnya sudah
dikirimkan ke pisau tersebut untuk menyesuaikan kecepatan pisau dalam
memotong kaca sesuai dengan ukuran potongan yang dibutukan.
Proses pemotongan ini terdiri dari dua teknik[94]pemotongan yaitu
teknik pemotongan secara langsung dan pemotongan secara tidak langsung.
1) Pemotongan langsung (cutting on line)
Pada proses ini kaca dipotong dan dilakukan secara langsung saat
lembaran- lembaran kaca tersebut berjalan. Pada tahap ini akan
disemprotkan sejumlah senyawa kimia [95] dengan tujuan:
 Menghindari reaksi antara kaca dengan kertas
 Menghindarkan terjadinya proses penjamuran
 Meminimalisir terjadinya perubahan warna pada kaca akibat terkena
sinar matahari.
Dalam proses pembuatan kaca digunakan beberapa senyawa
kimia[96-97] untuk menghindari terjadinya chemical coating :
 Asam sitrat (C6H8O7)
 Seng sulfat (ZnSO4.7H2O)
 Mono ethanol amine (NH2C2H5OH)
 Mono ethanol amine (NH2C2H5OH)
 Poly etana glycol [HOCH2(CH2OCH2)nCH2OH]
2) Pemotongan tidak langsung (off line)
Pada pemotonganan ini, kaca- kaca tersebut dipotong menjadi
kaca kecil- kecil yang tidak dapat dipotong secara langsung. Selain itu
untuk memenuhi pesanan kaca dalam jumlah sedikit dapat menggunakan
teknik OMM ( One Man Machine ). Setelah itu kaca dilewatkan pada
main floating table.

3.2.5 Proses Pengepakan


Pada tahap ini produk kaca yang dihasilkan akan dikemas kedalam
box dan pallet yang selanjutnya akan dikirim ke distributor dan tangan
konsumen.
Proses pengepakan dilakukan pada packing section, dimana mempunyai
beberapa fungsi, yaitu :
1) Perencanaan dan persiapan pengepakan material [98]
2) Menyiapkan box atau kotak dari wood yang meliputi box untuk lokal dan
ekspor
3) Control ware house balance yang dikoordinasikan dengan menggunting
secara seimbang
4) Servise glass packing yang meliputi standart [99] untuk ekspor maupun
standar pallet
Kaca yang telah siap dipotong kemudian sudah siap untuk dikemas
dan dilakukan proses pengepakan. Pada proses pengepakan ini dilakukan
dengan 2 cara, yaitu menurut kemana tujuan produk tersebut yaitu :
1) Packed yaitu pengemasan dengan menggunakan box atau peti. Hasil
produk kemasan ini akan diantarkan ke luar pulau maupun untuk ekspor
keluar negeri.
2.) Unpacked yaitu pengemasan/ pengepakan dilakukan menggunakan pallet
saja tanpa menggunakan peti. Ini digunakan untuk produk yang akan
didistribusikan ke dalam daerah dan distributor daerah terdekat.
Material-material yang digunakan packing adalah:
1.) Kertas (paper inserted) digunakan untuk melapisi kaca agar tidak terjadi
kerusakan pad saat terjadi gesekan dan untuk membuat kaca tidak saling
menempel pada saat berhimpitan. Jenis-jenis kertas yang digunakan yaitu
kraft untuk domestik, dan sheinkasi dan AP untuk eksport.
2.) Styrofoam berfungsi dalam penahan guncangan atau peredam guncangan
yang dipasang antar kaca dan peti agar tidak terjadi gesekan secara langsung
ataupun agar kaca tidak pecah saat guncangan terjadi.
3.) Paku dan baut digunakan untuk menguatkan kelembaban dalam tumbukan
kaca.
4.) Softboard digunakan diletakkan pada bagian bawah peti untuk melindungi
kaca dari goncangan dan benturan. Papan yang digunakan yaitu papan yang
keras dan lebih kuat dari pada Styrofoam.
5.) Steelband yaitu pita baja yang digunakan untuk mengikat kaca yang
tersusun dalam box. Dan digunakan dalam mengeratkan ikatan steelband
digunakan klein seng.
6) Karton sebagai pelapis antara kaca, khususnya untuk kaca yang
ketebalannya mencapai 15-19 mm. Jenis karton yang digunakan yaitu single
wave.
7) Plastik berfungsi untuk mencegah masuknya uap air maupun masuknya air
ke dalam box.
8) Silika gel berfungsi untuk mengurangi kelembaban dalam tumpukkan
kaca. Kemudian box tersebut di masukkan ke dalam container khusus. .Untuk
pengiriman dalam negeri kaca tersebut di kemas kedalam box khusus.
Dalam proses pengiriman, digunakan 3 macam kontainer yaitu :
1.) Open Top Container, yaitu kontainer yang pada bagian atasnya terbuka,
sehingga memungkinkan dapat memuat kaca dalam jumlah yang banyak.
2) Hard Top Container, Sama seperti open top tapi pada kontainer ini
penutup bagian atas container terbuat dari besi. Sehingga sa ngat sulit jika
ingin dibuka, sehingga jarang digunakan untuk pengiriman dan hanya
digunakan pada pengiriman tertentu saja.
3.) Dry Container (DC), kontainer jenis ini memiliki satu pintu di salah satu
sisinya saja,oleh karena itu hanya dapat digunakan untuk kaca-kaca dengan
ukuran yang kecil saja.

1.3 Pengolahan Limbah Industri Kaca


Limbah[100-102] merupakan zat hasil buangan dari suatu proses
produksi atau industri yang bisa diolah menjadi produk itu sendiri maupun
jadi produk lainnya. Kaca merupakan salah satu produk industri[103] yang
mempunyai hasil akhir berupa limbah kaca. Untuk itu perlu dilakukan
pengolahan limbah dalam industri[104] kaca agar lingkungan[105] sekitarrnya
tidak tercemar oleh limbah[106] tersebut maka perlu dilakukan
pengolahan[107] limbah. Float glass merupakan salah satu kaca lembaran
yang dibuat menggunakan[108] proses peleburan[109] dan pengembangan
dan digunakan [110] dalam kegiatan bangunan dan bahan baku produk
turunannya[111-112].
Limbah[113] kaca[114] memiliki potensi untuk kembali menjadi
sebuah produk[115] karena limbah kaca yang telah menjadi pecahan-pecahan
tetap memiliki sifat yang sama dengan kaca yang baru yaitu bening, tembus
cahaya, tahan terhadap reaksi kimia dan memiliki titik leleh terhadap panas
yang tinggi [116]. Namun limbah kaca ini merupakan limbah yang bisa
dimanfaatkan kembali, hal ini dikarenakan limbah tersebut masih layak
digunakan[117] dan mudah untuk diolah menjadi produk kaca yang layak
digunakan[118] dan dipakai dalam kehidupan sehari- hari. Tidak heran banyak
orang yang mengolah limbah kaca pecahan menjadi produk kaca yang lebih
bermanfaat [119].
Selain dari karakter[120] kaca yang mendukung untuk kembali
dijadikan sebuah produk, disisi lain harga limbah kaca sangatlah rendah
apabila dibandingkan dengan harga kaca baru yang baru. Salah satu unsur
pokok dari kaca sendiri yaitu silika [121]. Produk kaca seperti cermin
memiliki permukaan yang licin dan dapat menciptakan pantulan sehingga
membentuk bayangan. Cermin awalnya terbuat dari kepingan atau lembaran
logam mengkilap, biasanya logam[122] tembaga atau perak. Namun,
kebanyakan pada zaman sekarang cermin modern terdiri dari lapisan tipis
aluminium dibalut dengan kepingan kaca[123].
Limbah[127-129] kaca sendiri dapat ditemukan dalam bentuk pecahan
botol kaca, piring kaca, gelas kaca, pecahan kaca lembaran, dan sebagainya.
Dari hasil penamatan dari 26 kota besar di Indonesia dapat menghasilkan 38.5
juta ton pertahunnya dan dari jumlah tersebut 0.7 juta ton sampah merupakan
sampah kaca. Dari data tersebut diketahui bahwa[130] pemanfaatan limbah
kaca di Indonesia belum maksimal[131-133]dilakukan, karena selama ini
limbah kaca hanya digunakan[134-137]sebagai bahan baku kerajinan tangan
saja, tanpa diolah[138] menjadi produk[139] lainnya. Bahan yang
terkandung[140-141]dalam limbah kaca sendiri dipandang strategis dan
memiliki potensi[142] karena didominasi oleh bahan penyusunnya yaitu
silica[143] dengan komposisi lebih dari 60%[144] dan memiliki sifat unggul
berupa titik leburnya yang tinggi[145] yaitu berkisar dari suhu [146]1400oC-
1600oC) dan sifat mekanik yang sangat kuat [147].
1.4 Industry Kaca yang ada di Indonesia
Di Indonesia terdapat beberapa industri kaca yang mengalami
perkembangan. Industri kaca sendiri merupakan salah satu industri di
Indonesia yang cukup disegani karena memiliki produsen yang dapat
bersaing baik dalam maupun luar negeri. Meskipun tidak terlalu ekspansif,
dalam kurun waktu 2 tahun terakhir, industri masih terus tumbuh dan
berkembang. Selain itu Kapasitas dan produksi Industri ini
meningkat,walupun krisis keuangan tengah melanda. Industri besar tersebut
ialah:

1.4.1 PT Asahimas Glass


PT. Asahimas Flat Glass Tbk,adalah sebuah Modal Asing (PMA)
yang didirikan pada 1971, dan juga berfungsi sebagai penghsil kaca terbesar
didunia. Perusahaan ini memiliki kapasitas pemghasil yang besar yang pada
saat ini telah ada 630.000 ton/tahun untuk membuat kaca datar, 2,4 juta m3
untuk kaca cermin dan kaca pengaman yaitu 4,5 juta m3. Dari data tersebut
PT Asahimas Glass merupakan salah Industri kaca terbesar di Asia
Tenggara.

1.4.2 PT Mulia Glass


PT Mulia Glass adalah cabang dari PT Mulia Industrindo yang berdiri
pada 5 November 1986. Sedangkan PT Mulia Glass berdiri pada 1989 yang
membuat beberapa jenis kaca diantaranya safety glas, block glass, float glass,
dan container glass.

1.4.3 PT Tossa Sakti


PT Tossa Shakti berdiri pada 1984. PT ini membuat kaca berwarna
hijau, biru dan kuning sebanyak 70 metrik ton/hari dan kaca bening sebanyak
900 metrik ton/hari. Kapasitas tanur pada perusahaan ini telah mencapai 70
ton/ hari.

Gambar 5. PT Tosaa Sakti


Sumber :
https://www.google.com/search?q=pt+tossa+shakti&safe=strict&source=lnms&tb
m=isch&sa=X&ved=0ahUKEwjMyYG2993iAhV1muYKHcBOB-
oQ_AUIESgC&biw=1315&bih=621#imgrc=soNLyccyI1ocIM:
2. Metode Penelitian
Pada jurnal ini metode yang digunakan yaitu review dan metode deskriptif
kualitatif.. Dengan memperoleh sumber data berupa data sekunder yang
didapat dari studi kepustakaan. Pada metodelogi ini pengumpulan data
didasarkan pada data- data artikel, dimana dapat diperoleh hasil dari data
penelitian sebelumnya maupun dari literatur seperti buku jurnal dan media
online lainnya.

3. Pembahasan
Kaca merupakan bahan cair yang menjadi padat setelah dilakukan
proses pendinginan. Kaca merupakan produk industri yang banyak
manfaatnya dan digunakan dalam kehidupan sehari- hari. Kaca sendiri sudah
lama dikenal oleh manusia, dan sudah mengenal bahan pembuatan kaca itu
sendiri. Industri kaca di Indonesia sendiri sudah lama berkembang dan
beberapa kali mengalami hambatan dalam perkembangan Industri ini. Produk
dari Industri[24-25] kaca yang sering digunakan dalam kehidupan sehari- hari
diantaranya yaitu, mangkuk, tingkap, pinggan, botol, kaca lembaran dan
sebagainya. Dengan telah ditemukannya penemuan tentang kaca, maka kaca
dapat juga digunakan sebagai komunikasi, yaitu serabut kaca, dan juga
digunakan[26-27] sebagai alat optik seperti kaca mata, dan sebagai maklumat.
Pekembangan Industri kaca di Indonesia mulai dibangun sejak awal
tahun 1970 yang merupakan industri yang memproduksi bahan baku kaca.
Industri ini terus dikembangkan hingga akhir tahun 1980. Jumlah perusahaan
ini terus bertambah, namun sebagian besar merupakan perusahaan industri
hilir yang mengolah kaca lembaran setengah jadi menjadi produk akhir.
Produk industri kaca meliputi kaca lembaran, kaca cermin, kaca
pengaman, fiber glass, dan kaca lainnya. Kaca lembaran merupakan produk
setengah jadi yang dapat diolah menjadi berbagai produk yakni kaca bening,
kaca berwarna (tinted float glass), (clear float glass), online reflective glass,
patterned glass, dan cermin (mirror).
Kapasitas industri ini meningkat pada tahun 2008 sebesar hampir 10
persen dari 2,3 juta ton per tahun menjadi 2,5 juta ton per tahun. Peningkatan
kapasitas terjadi pada industri kaca lembaran yakni dari 1,33 juta ton per
tahun menjadi 1,55 juta ton per tahun.
Kaca lembaran merupakan salah satu produk unggulan yang
jumlahnya nya paling besar dibandingkan produk kaca lainnya. Produk ini
merupakan bahan yang banyak digunakan untuk jendela bangunan dan
penggunaan lainnya di sektor properti juga. Selain itu kaca pengaman juga
banyak digunakan pada Industri otomotif, kedua produk ini memiliki
jangkauan pasar yang luas dan cukup bagus saat ini baik domestik maupun
ekspor.
Penguasaan teknologi produksi kaca oleh industri kaca di Indonesia
sendiri cukup tergolong tinggi terutama untuk produk kaca otomotif. Negara
industrial dan canggih seperti China pun belum mempunyai teknologi sebaik
Indonesia.
Pengembangan kapasitas masih memungkinkan mengikuti
perkembangan permintaan kaca baik domestik maupun ekspor. Indonesia
memiliki cadangan bahan baku cukup besar yaitu sekitar 80 persen bahan
baku kaca adalah dari pasir khusus yang banyak terdapat di Indonesia,
sedangkan sisanya adalah bahan campuran yaitu soda ash (abu soda) masih
diimpor dari negara Jepang.
Industri kaca di Indonesia adalah salah satu industri yang mampu
terus berkembang bahkan di saat krisis. Hal ini terlihat dari tingkat produksi
yang tersu tumbuh dalam dua tahun terakhir yakni saat perekonomian dunia
sedang lesu dan sektor properti juga terkena dampaknya.
Produksi kaca pada tahun 2007 sebesar 1,84 juta ton. Produksi ini
meningkat 2,6 persen dari tahun 2006. Dua tahun berikutnya produksi masih
terus meningkat. Pada tahun 2008 produksi melonjak mencapai 2,07 juta ton
atau terjadi pertumbuhan cukup tinggi yakni 12,8 persen. Peningkatan
kembali terjadi pada tahun 2009 meskipun lebih kecil yakni 2 persen menjadi
2,12 juta ton.
Dalam pembuatan kaca terdapat 2 jenis bahan penyusun yaitu, bahan
dasar utama dan bahan penunjang. Bahan dasar utama sendiri merupakan
bahan yang komposisinya sebagian besar mendominasi dalam pembuatan
kaca. Untuk bahan penunjang berguna untuk melengkapi komposisi bahan
utama sendiri. Bahan utama pembuatan kaca yaitu pasir kuarsa, feldspar,
kullet, kerak garam (salt cake), soda,dan boraks. Untuk pasir yang digunakan
dalam pembuatan kaca berbeda dengan pasir biasa, dimana pasir yang
digunakan[148] yaitu pasir kuarsa yang terdapat di beberapa daerah di
Indonesia salah satu diantaranya yaitu di daerah Pulau Belitung.
Dalam pembuatan ini juga menggunakan kaca-kaca pecahan yang
disebut kullet. Keberadaan kullet sendiri berfungsi untuk menurunkan titik
didih kaca, dan untuk mengurangi penggunaan bahan bakar dalam proses
produksi. Kaca pada umumnya sudah luas digunakan karena komponen yang
menyusunnya membuat kaca bersifat transparan dan dapat dan dapat tembus
cahaya[74]. Kaca memiliki permukaan yang lembut dan licin hal ini
dikarenakan setelah dilakukan tahap pendinginan tidak dipaksakan
membuang kristalnya, dan megikuti tekanan permukaanya sehingga jika
dilihat secara mikroskpis permukaannya lembut. Bahan- bahan dasar dan
penunjang inilah yang menyebabkan kaca terlihat bening dan tahan walaupun
dapat menyerap cahaya[75].
Selain itu dalam pembuatan kaca sendiri untuk sampai ke tangan
konsumen melalui beberapa proses yaitu proses pencampuran bahan (Mixing),
peleburan kaca (melting), pembentukan kaca, pemotongan kaca sesuai
kebutuhan, dan terakhir proses pengepakan kaca. Setiap proses dalam
pembuatan kaca ini dilakukan dengan teliti agar kaca yang dihasilkan dapat
berkualitas dan bermutu baik ditangan konsumen. Dalam proses pembuatan
kaca sendiri juga ditambahkan beberapa bahan kimia yang berguna untuk
menjaga kualitas kaca dari reaksi- rekasi kimia yang terjadi dan untuk
menjaga agar kaca dapat tahan lama dan bermutu.
Setiap produk yang dihasilkan oleh Industri maupun dari kegiatan
manusia akan menghasilkan sebuah produk sisa yang disebut dengan limbah.
Limbah dari kaca sendiri dapat dihasilkan oleh pecahan botol, piring, gelas,
kaca mobil, kaca rumahan dan lain- lain. Limbah kaca memiliki perbedaan
dibandingkan limbah produk lainnya, hal ini dikarenakan limbah kaca dapat
diolah menjadi berbagai macam produk baru yang lebih kreatif tanpa
mengurangi kualitas kaca tersebut. Hal ini disebabkan oleh komponen
penyusun kaca yang membuat limbah kaca memiliki kualitas seperti kaca
yang baru, namun bedanya kita menggunakan kaca yang sudah tak terpakai
lagi. Selain itu komponen penyusun kaca yaitu silica yang menyebabkan
limbah kaca memiliki potensi untuk diolah menjadi produk baru.
Salah satu pemanfaatan limbah kaca yaitu dalam pembuatan batako.
Kaca merupakan salah satu bahan dari pembuatan batako, pada sebuah
penelitian bahan kaca yang digunakan[124] untuk pembuatan batako tesebut
yaitu serbuk kaca dari berbagai jenis botol minuman bekas yang termasuk
didalamnya yaitu golongan kaca soda gamping [125]. Limbah kaca ditemukan
dalam bentuk pecahan botol kaca, piring kaca, gelas kaca, pecahan kaca
lembaran, dan sebagainya.[126].
Di Indonesia sendiri masih banyak orang yang masih tidak
menggunakan[149] dan memanfaatkan limbah kaca[150], hal ini dapat
diketahui dari data statistik yang telah ada[151]. Dari data tersebut
menunjukkan bahwa masyarakat masih kurang mengetahui bagaimana
memanfaatkan limbah kaca untuk mengurangi dampak limbah kaca terhadap
lingkungan[152].
Di Indonesia terdapat beberapa Industri kaca besar di antaranya yaitu:
PT Asahimas Glass, PT Tossa Sakti dan PT Mulia Glass. PT Asahimas Glass
Tbk adalah Perusahaan Modal Asing (PMA) yang berdiri pada 1971, dan
adalah perusahan cang dari Asahi Glass Co. dimana dia merupakan penghasil
kaca terbanyak untuk PT ini, dimana ia sebagai manufaktur yang
menghasilkan automotive glass dan flat glass yang berada di Jakarta. AMFG
adalah penghasil safety glass dan flat glass terbesar Asai Tenggara.
Jangkauan produk mereka mencapai Indonesia, Australia, Asia, Selandia
Baru, Amerika Serikat, Afrika, dan Eropa. Untuk mengantisipasi adanya
rencana perubahan tata kota berdasarkan Perda DKI Jakarta 1/2014 tentang
RDTR dan Peraturan Zonasi, maka belum lama PT. Asahimas Flat Glass Tbk
telah menutup satu pabrik Tungku F-4 produksi kaca lembarannya di Ancol,
Jakarta Utara dan menggantinya dengan pabrik baru Tungku C-1 berkapasitas
210.000 ton per tahun di Cikampek-Purwakarta, Jawa Barat. Pembangunan
pabrik baru senilai Rp. 796,8 miliar. Pabrik baru ini menggunakan teknologi
baru dari Asahi Glass Co. Ltd. (ACG Group) yang dapat memproduksi kaca
dengan spesifikasi tertentu. Selain menutup satu pabrik Tungku F-4,
perusahaan juga akan menutup satu pabriknya lagi di Ancol, Tungku F-3
berkapasitas produksi 120.000 ton per tahun, dan menggantinya dengan
pabrik baru yang bersebelahan dengan Tungku C-1, yakni Tungku C-2.
PT Mulia Glass, PT ini dalah PT yang menghasilkan float glass yang
di ekspor ke 50 negara, dimana banyak produk yang di ekspor mencapai 56%
produksinya. PT ini pemasarannya lebih didasarkan pada kebutuhan domestik
pada obat-obatan dan container glass` saat ini, PT ini membuat blok glss
45.000 setiap tahun, float glass 612.500 setiap tahun dan container glass
140.000 setiap tahun.
PT Tossa Shakti, PT ini memproduksi menggunakan beberapa
teknologi dari beberapa provider yang berbeda. Teknologi raw material
system, automatically, electronic batching system, menggunakan teknologi
Siemens PLC, sementara teknologi tanur dan forming-nya dari China. Proses
annealing mengunakan mesin Rurex dan Bottero dan juga CNUD.

4. Penutup
4.1 Kesimpulan
Kaca merupakan bahan yang padat dan transparan sehingga banyak
digunakan masyarakat dalam membantu kegiatan sehari- hari, walaupun
secara fisika kaca merupakan zat cair yang berubah padat saat didinginkan.
Selain itu salah satu bahan utama pembuatan kaca yaitu Pasir silika, walaupun
ada beberapa bahan penyusun lainnya yang menyusunya dalam proses
pembuatan kaca. Proses pembuatan kaca dilakukan dalam 5 tahap yaitu :
pencampuran bahan baku, peleburan kaca, pembentukan kaca , pemotongan
kaca, dan pengepakan kaca. Limbah kaca secara umum sendiri akan
menyebabkan dampak negative jika tidak ditangani dan kelola secara khusus,
namun limbah kaca akan memberikan dampak positif jika dikelola dengan
baik dan terstruktur, serta akan menjadi sesuatu yang menguntungkan bagi
mereka yang memanfaatkannya.

4.2 Saran
Penulisan jurnal ini masih mempunyai kakurangan, Untuk kedepannya
penulis akan berusaha lebih teliti dan hati- hati dalam materi yang
disampaikan dengan berpatokan pada sumber- sumber dan literature yang
terpercaya. Diharapkan kritik dan saran pembaca atas jurnal yang telah dibuat
ini. Karena saran dan kritik dari pembaca dapat membantu kami dalam
membuat jurnal- jurnal selanjutnya.

REFERENSI
[1] Alfionita, T., & Zainul, R. (2019). Calcium Chloride (CaCl2): Characteristics
and Molecular Interaction in Solution
[2] Zainul, R., & Prima, C. B. (2017). Desain Geometri Sel PV
[3]Adryanta. 2008. Kaca Sebagai Struktur Pada Bangunan. Skripsi. Universitas
Indonesia. Depok.
[4]Joshua Justin. 2015. Eksplorasi Limbah Kaca. 2(2): 908.
[5] Noel C. Stokes; The Glass and Glazing Handbook; Standards Australia; SAA
HB125-1998
[6]Dr. Kasem Ajram (1992). The Miracle of Islam Science (edisi ke-2nd Edition).
Knowledge House Publishers. ISBN 0-911119-43-4.
[7] R. S. Elliott (1966). Electromagnetics, Chapter 1. McGraw-Hill.
[8]Widjanarka, W. N. 2006. Teknik Digital. Erlangga. Jakarta
[9]Hastutiningrum, S. (2013). Proses Pembuatan Batu Bata Berpori dari Tanah
Liat dan Kaca. Jurnal Teknologi Technoscientia, 5(2), 200-206.
[10]Budiman, A., Bening, A., & Budiharto, S. (2009). PEMECAHAN
SENYAWA KOMPLEKS DALAM KAOLIN DAN PENGAMBILAN
ALUMINA DENGAN METODE KALSINASI DAN ELUTRIASI. Jurnal
Teknologi Technoscientia, 2(1), 107-116.])
[11]Febriani, S. S., Yolanda, T., Arianti, V. A., & Zainul, R. (2018). A Review
Solid Stated: Principles and Methode
[12] Hidayani, T. R. (2018). Grafting Polipropilena Dengan Maleat Anhidrida
Sebagai Pengikat Silang Dengan Inisiator Benzoil Peroksida. EKSAKTA: Berkala
Ilmiah Bidang MIPA, 19(1), 56-62
[13] Aumi, V., & Zainul, R. (2018). Pengembangan Bentuk Lembar Kerja Siswa
(LKS) untuk Aktivitas Kelas dan Laboratorium Berbasis Inkuiri Terbimbing pada
Pokok Bahasan Laju Reaksi
[14] Zainul, R., Oktavia, B., & Dewata, I. efendi, j.(2017, February 4). Studi
Dinamika Molekular dan Kinetika Reaksi pada Pembelahan Molekul Air untuk
Produksi Gas Hidrogen
[15]Wibowo, Levin. 2013. Pengaruh Penambahan Serbuk Kaca dan Water
Reducing High Range Admixtures terhadap Kuat Desak dan Modulus
Elastisitas pada Beton, Tugas Akhir Program Studi Teknik Sipil Universitas Atma
Jaya Yogyakarta. Yogyakarta: UAJY.
[16] Departemen Pekerjaan Umum, 1982. Persyaratan Umum Bahan Bangunan di
Indonesia, Pusat Penelitian dan Pengembangan Permukiman, Departemen
Pekerjaan Umum, Bandung.
[17]Sparisoma, V. dan Novitrian. 2014. Cahaya dan Optik: Pemantulan-cermin
dan PembiasanLensa. Pelatihan penguatan kompentasi guru OSN tingkat SMP
dan SMA se-ACE Batch III.pp. 1-7.
[18]Maya, C. 2013. Kaca Rayban. http://www.citramaya.com. Diakses tanggal 18
April 2014. Pukul 23.54.
[19] Iftikar Z, Sutalaksana. 2006. Tenik Perancangan Sistem Kerja. Bandung :
ITB
[20]William Ellis. (1994). “More Glitter in Glass”. The Star. 7-9.
[21] Azirah, H. (2019). study kinematika gel lidah buaya untuk mengatasi wajah
jerawat
[22]Shih, P. Y. (2004). J. Non-Cryst. Solids. 84: 151-156
[23]Boen, J. 2014. Jenis Kaca dan Aplikasinya.
http://kacadanaluminium.com/jeniskaca-dan-aplikasinya. Diakses tanggal 19
April 2014. Pukul 06.50.
[24] Subbalakshmi, P. and Veeraiah, N. (2003). J. Non-Cryst. Solids. 54 : 1027-
1035.
[25] Pailis, E. A., Ikhsan, M., Yusrizal, Y., & Herry, A. (2018). OPTIMALISASI
KEBIJAKAN STRATEGIS PEMBANGUNAN DALAM MEWUJUDKAN
TATA KELOLA PEMERINTAHAN MENUJU KOTA CERDAS. Dinamika
Madani-Jurnal Pembangunan Daerah dan Inovasi, 1(1), 1-23.
[26] Dinata, M. and Soehardi, F. (2018) “Factor Analysis of Physics Chemistry
Waters that Affects Damage Safety Cliff on the Outskirts of River
Siak”, EKSAKTA: Berkala Ilmiah Bidang MIPA, 19(2), pp. 46-49. doi:
10.24036/eksakta/vol19-iss2/143
[27] Azhar, M., Ahda, Y., Ihsanawati, I., Puspasari, F., Mawarni, S., Risa, B. and
Natalia, D. (2017) “SKRINING BAKTERI PENDEGRADASI INULIN DARI
RIZOSFER UMBI DAHLIA MENGGUNAKAN INULIN UMBI
DAHLIA”, EKSAKTA: Berkala Ilmiah Bidang MIPA, 18(02), pp. 13-20. doi:
10.24036/eksakta/vol18-iss02/44.
[28] Selby, J.E. (1997). “Introcduction to Glass Science and Technology”.
Letchworth:The Royal Society of Chemistry. 133-213
[29]Austin. 2005. Bahan-bahan dan Proses Pembuatan Kaca. [Internet]. Tersedia
di: http://kimiatip.blogspot.com/2013/11/bahan-bahan-dan-proses-pembuatan-
kaca.html?m=1
[30]Prabowo, H. (2018). Penyelidikan Kelayakan Kimia Dan Penyebaran
Cadangan Pasir Besi Daerah Tiku Kabupaten Agam Untuk Bahan Baku Semen
Pada Pt. Semen Padang. EKSAKTA: Berkala Ilmiah Bidang MIPA, 19(1), 39-42.]
[31] Yanuar, F., Tillah, M. and Devianto, D. (2018) “Modeling of Human
Development Index Using Ridge Regression Method”, EKSAKTA: Berkala Ilmiah
Bidang MIPA, 19(2), pp. 1-11. doi: 10.24036/eksakta/vol19-iss2/134.
[32] Anwar, M., Munaf, E., Kosela, S., Wibowo, W., & Zainul, R. (2015). Study
of Pb (II) biosorption from aqueous solution using immobilized Spirogyra
subsalsa biomass. Journal of Chemical and Pharmaceutical Research, 7(11), 715-
722
[33] Setianto, S. (2017) “ANALISA KUANTITATIF CAMPURAN SENYAWA
OKSIDA SEBAGAI DASAR IDENTIFIKASI KANDUNGAN BAHAN
SUMBER DAYA ALAM Studi Kasus : Kandungan Mineral pada Pasir Besi di
Pesisir Pantai Selatan, Jawa Barat”, EKSAKTA: Berkala Ilmiah Bidang MIPA,
18(02), pp. 173-177. doi: 10.24036/eksakta/vol18-iss02/74
[34] Prabowo, H. (2018) “PENYELIDIKAN KELAYAKAN KIMIA DAN
PENYEBARAN CADANGAN PASIR BESI DAERAH TIKU KABUPATEN
AGAM UNTUK BAHAN BAKU SEMEN PADA PT. SEMEN
PADANG”, EKSAKTA: Berkala Ilmiah Bidang MIPA, 19(1), pp. 39-42. doi:
10.24036/eksakta/vol19-iss1/121
[35] Chatri, M., Mansyurdin, M., Bakhtiar, A. and Adnadi, P. (2017)
“PERBANDINGAN KOMPONEN MINYAK ATSIRI ANTARA DAUN MUDA
DAN DAUN DEWASA PADA HYPTIS SUAVEOLENS (L.)POIT”, EKSAKTA:
Berkala Ilmiah Bidang MIPA, 18(02), pp. 1-12. doi: 10.24036/eksakta/vol18-
iss02/41.
[36] Iryani, I., Iswendi, I. and Katrina, I. T. (2017) “UJI AKTIVITAS ANTI
DIABETES MELLITUS SENYAWA METABOLIT SEKUNDER FRAKSI AIR
DARI BERAS KETAN HITAM ( Oryza satival. Var glutinosa) PADA MENCIT
PUTIH”, EKSAKTA: Berkala Ilmiah Bidang MIPA, 18(01), pp. 54-60. doi:
10.24036/eksakta/vol18-iss01/17
[37] Zainul, R., Effendi, J., & Mashuri, M. (2019). Phototransformation of Linear
Alkylbenzene Sulphonate (LAS) Surfactant Using ZnO-CuO Composite
Photocatalyst. KnE Engineering, 1(2), 235-247
[38] Yulis, R., & Zainul, R. (2018). DESAIN DAN KARAKTERISASI SEL
SURYA SISTEM ELEKTRODA TEMBAGA (I) OKSIDA (Cu2O/Al) MODEL
PIPA PADA LARUTAN NATRIUM SULFAT (Na2SO4)
[39] Zainul, R., Alif, A., Aziz, H., & Arief, S. (2015). Disain Geometri Reaktor
Fotosel Cahaya Ruang. Jurnal Riset Kimia, 8(2), 131.
[40]Zainul, R. (2015). Disain dan Modifikasi Kolektor dan Reflektor Cahaya pada
Panel Sel Surya Al/Cu2O-Gel Na2SO4.
[41] Mawardi, M., Deyundha, D., & Zainul, R. (2018, April). Characterization of
PCC Cement by Addition of Napa Soil from Subdistrict Sarilamak 50 Kota
District as Alternative Additional Material for Semen Padang. In IOP Conference
Series: Materials Science and Engineering (Vol. 335, No. 1, p. 012034). IOP
Publishing
[42] Zainul, R., & Prima, C. B. (2018). TEKNOLOGI MATERIAL MAJU
Prinsip Dasar dan Aspek Rekayasa
[43]Wibowo, P.A. 2013. Pengertian Aplikasi dan Kaca. Diakses tanggal 24
Februari 2014. Pukul 12.07.
[44] Susilaningrum, D. (2017) “PEMODELAN REGRESI LOGISTIK PADA
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PHBS PADA RUMAH TANGGA
PENDERITA TBC DI PESISIR SURABAYA”, EKSAKTA: Berkala Ilmiah
Bidang MIPA, 18(02), pp. 121-128. doi: 10.24036/eksakta/vol18-iss02/65
[45]Febriani, S. S., Yolanda, T., Arianti, V. A., & Zainul, R. (2018). A Review
Solid Stated: Principles and Methode.12
[46] Feronika, N. I., & Zainul, R. (2018). Kalium Permanganat: Termodinamika
Mengenai Transport Ionik dalam Air.]
[ Yuliani, F., & Zainul, R. (2018). Analisis Termodinamika Molekul Magnesium
Sulphate (MgSO4
[47] Jumalia, R., & Zainul, R. (2019). Natrium Karbonat: Termodinamika dan
Transport Ion
[48] https://ms.wikipedia.org/wiki/Natrium_karbonat
[49]Hartono. (1993). Teknologi bahan bangunan bata dan genteng. Bandung:
Balai Besar Keramik
[50]Hastutiningrum, S. (2013). Proses Pembuatan Batu Bata Berpori dari Tanah
Liat dan Kaca. Jurnal Teknologi Technoscientia, 5(2), 200-206.
[51] Putri, S. E., & Pratiwi, D. E. (2017). Analisis Kandungan Mineral dalam
Tanah Liat Alam Sulawesi Selatan sebagai Bahan Dasar Sintesis
Keramik. CHEMICA, 18(1), 35-38.]
[52]Yulis, R., & Zainul, R. (2018). DESAIN DAN KARAKTERISASI SEL
SURYA SISTEM ELEKTRODA TEMBAGA (I) OKSIDA (Cu2O/Al) MODEL
PIPA PADA LARUTAN NATRIUM SULFAT (Na2SO4)
[53]Mongkolkachit, C., Wanakitti, S., & Aungkavattana, P. (2010). Investigation
of Extruded Porous Alumina for High Temperature Construction. Journal of
Metals, Materials and Minerals, 20(3), 123-125
[54] www.ecplaza.net
[53] "Weathering and Sedimentary Rocks." Geology. Retrieved on July 18, 2007
[56]Dwynda, I., & Zainul, R. (2018). Boric Acid (H3 (BO3): Recognize The
Molecular Interactions in Solutions.
[57]Donald R. Uhlmann; Norbert J. Kreidl, ed. (1991). Optical properties of
glass. Westerville, OH: American Ceramic Society. ISBN 0-944904-35-1
[58]bisakimia.com
[59]Kristy, D. P., & Zainul, R. (2019). Analisis Molekular dan Transpor Ion
Natrium Silikat
[60]http://indolestari.com/2018/03/19/memproduksi-kaca-dengan-bahan-dasar-
atau-cullet-lebih-untung-mana/
[61]Anonim. (2013, May). All about glass. Dipetik October 21, 2013
[62]http://indolestari.com/2018/03/19/memproduksi-kaca-dengan-bahan-dasar-
atau-cullet-lebih-untung-mana/
[63]Ningsih, S. K. (2017) “SINTESIS DAN KARAKTERISASI
NANOPARTIKEL ZnO DOPED Cu2+ MELALUI METODA SOL-
GEL”, EKSAKTA: Berkala Ilmiah Bidang MIPA, 18(02), pp. 39-51. doi:
10.24036/eksakta/vol18-iss02/51.
[64]Chapter 9, Lead Compounds", Ceramic and Glass Materials: Structure,
Properties and Processing, Springer, 2008
[65]Zainul, R. (2016). Effect of Temperature and Particle Motion against the
ability of ZnO Semiconductor Photocatalyst in Humic Acid
[66]Sanjaya, H. (2018). Degradasi Metil Violet Menggunakan Katalis Zno-Tio2
Secara Fotosonolisis. EKSAKTA: Berkala Ilmiah Bidang MIPA, 19(1), 91-99
[67]Sanjaya, H. (2017) “DEGRADASI METHYLENE BLUE
MENGGUNAKAN KATALIS ZnO-PEG DENGAN METODE
FOTOSONOLISIS”, EKSAKTA: Berkala Ilmiah Bidang MIPA, 18(02), pp. 21-29.
doi: 10.24036/eksakta/vol18-iss02/45.
[68]Amananti, W. (2017) “ANALISIS MIKROSTRUKTUR LAPISAN TIPIS
TiO2:ZnO YANG DIDEPOSISIKAN DIATAS SUBTRAT KACA DENGAN
METODE SPRAY COATING UNTUK DEGRADASI LIMBAH ZAT
WARNA”, EKSAKTA: Berkala Ilmiah Bidang MIPA, 18(02), pp. 210-215. doi:
10.24036/eksakta/vol18-iss02/81.
[69]International Occupational Safety and Health Information Centre. Diakses
tanggal 2009-06-06.
[70]Vogel, & Suehela, G. (1990). Buku Tesks Analisis Anorganik Kualitatif
Makro dan Semi Mikro. (L. Setiono, & A. Pudjaatmaka, Penerj.) Jakarta: Kalman
Media Pustaka
[71]Anon. Alzheimer's and aluminum: canning the myth. Food Insight 1993 Sep-
Oct. Washington, D.C.: International Food Information Council Foundation
[72]Harahap, F. and Lubis, L. (2018) “Analysis of Heavy Metals Distribution in
the River Town of Hamasaki’s Rod Padangsidimpuan”, EKSAKTA: Berkala
Ilmiah Bidang MIPA, 19(2), pp. 50-56. doi: 10.24036/eksakta/vol19-iss2/149
[73]Keenan, & W, C. (1984). Ilmu Kimia Untuk Universitas. Jakarta: Erlangga.
[74]W. Barsoum, Michel (2003). Fundamental of ceramics (2 ed.). Bristol-
IOP. ISBN
[75]Donald R. Uhlmann; Norbert J. Kreidl, ed. (1991). Optical properties of
glass. Westerville, OH: American Ceramic Society. ISBN 0-944904-35-1
[76] Hidayat, D. (2017) “IMPLEMENTASI PENGONTROL PID PADA
MODEL FISIS ELEKTRONIK”, EKSAKTA: Berkala Ilmiah Bidang MIPA,
18(02), pp. 178-185. doi: 10.24036/eksakta/vol18-iss02/75
[77] Nasir, M. (2017) “PENGARUH WAKTU HIGH ENERGY MILLING
TERHADAP KARAKTERISTIK NANOKAOLIN CAPKALA ASAL
KALIMANTAN BARAT”, EKSAKTA: Berkala Ilmiah Bidang MIPA, 18(02), pp.
200-209. doi: 10.24036/eksakta/vol18-iss02/78.
[78] Harahap, A. 2013. Kaca. http://www.sharemyeyes.com/2013/08/kaca.html.
Diakses tanggal 26 Februari 2014. Pukul 17.46.
[79]Schey, J. A. (2009). Pengenalan Kepada Proses Pembuatan. ITBM
[80]Fatimah, Putri, Rima Jumalia, Exsa Rahma Novianti, and Rahadian Zainul.
"A REVIEW Teknik Blended: Prinsip dan Dasar-Dasar." (2018).]
[81]Husna, A. D., & Zainul, R. (2019). Analisis Molekular dan Karakteristik
Hidrogen Sianida (HCN)
[82]Putri, G. E., Arief, S., Jamarun, N., Gusti, F. R., & Zainul, R. (2018).
Microstuctural Analysis and Optical Properties of Nanocrystalline Cerium Oxides
Synthesized by Precipitation Method.
[83]Putri, G. E., Arief, S., Jamarun, N., Gusti, F. R., & Zainul, R. (2018).
Microstuctural Analysis and Optical Properties of Nanocrystalline Cerium Oxides
Synthesized by Precipitation Method.
[84]Suryelita, S., Etika, S. B. and Kurnia, N. S. (2017) “ISOLASI DAN
KARAKTERISASI SENYAWA STEROID DARI DAUN CEMARA NATAL
(Cupressus funebris Endl.)”, EKSAKTA: Berkala Ilmiah Bidang MIPA, 18(01),
pp. 86-94. doi: 10.24036/eksakta/vol18-iss01/23
[85] Zainul, R., Oktavia, B., Dewata, I., & Efendi, J. (2018, December). Study of
Internal Morphology on Preparation of Cu2OThin-Plate using Thermal Oxidation.
In Journal of Physics: Conference Series (Vol. 1116, No. 4, p. 042046). IOP
Publishing
[86] Dinata, A. A., Rosyadi, A. M., Hamid, S., & Zainul, R. (2018). A Review
Chemical Vapor Deposition: Process And Application
[87] Sari, M., & Zainul, R. (2018). Kalium Dikromat (K2Cr2O7) Spektroskopi
dan Transpor K2Cr2O7.
[88]Febriani, Sari Safitri, Tika Yolanda, Visca Alisia Arianti, and Rahadian
Zainul. "A Review Solid Stated: Principles and Methode." (2018)
[89] Iskandar, I., Horiza, H., & Fauzi, N. (2017). Efektivitas Bubuk Biji Pepaya
(Carica Papaya Linnaeaus) Sebagai Larvasida Alami Terhadap Kematian Larva
Aedes Aegypty Tahun 2015. EKSAKTA: Berkala Ilmiah Bidang MIPA, 18(01),
12-18.
[90]Warlinda, Y. A., & Zainul, R. (2019). Asam Posfat (H3Po4): Ionic
Transformation of Phosphoric Acid in Aqueous Solution
[91]Prihatini, R. (2017) “PEMANFAATAN AIR KELAPA UNTUK
MENINGKATKAN PERTUMBUHAN AKAR STEK TUNAS AKSILAR
Andrographis paniculata Nees”, EKSAKTA: Berkala Ilmiah Bidang MIPA,
18(02), pp. 62-68. doi: 10.24036/eksakta/vol18-iss02/54
[92] Advinda, L. (2018) “PERTUMBUHAN STEK HORIZONTAL BATANG
JARAK PAGAR (Jatropha curcas L.) YANG DIINTRODUKSI DENGAN
PSEUDOMONAD FLUORESEN”, EKSAKTA: Berkala Ilmiah Bidang MIPA,
19(1), pp. 68-75. doi: 10.24036/eksakta/vol19-iss1/129
[93]Joebaedi, K., Parmikanti, K. and Badrulfalah, B. (2018) “First Order Space
Time Autoregressive Stationary Model on Petroleum Data”, EKSAKTA: Berkala
Ilmiah Bidang MIPA, 19(2), pp. 62-69. doi: 10.24036/eksakta/vol19-iss2/152
[94] Enjelina, W., Mansyurdin, M. and Meideliza, T. (2018) “Analysis of
Nepenthes Hybrids in Bukik Taratak West Sumatra by RAPD
Technique”, EKSAKTA: Berkala Ilmiah Bidang MIPA, 19(2), pp. 12-20. doi:
10.24036/eksakta/vol19-iss2/137
[95] Zainul, R. SILVER SULFATE (Ag2SO4): MOLECULAR ANALYSIS
AND ION TRANSPORT
[96] Firdaus, A., & Zainul, R. (2018). SESIUM KLORIDA (CsCl): TRANSPORT
ION DALAM LARUTAN
[97] Zainul, R. (2016). Disain, Metode dan Penggunaan Software Pembelajaran
Kimia Berbasis It Untuk Aktivitas Kelas dan Laboratorium Berbasis Inkuiri
Terbimbing
[98] Yolla, A., & Zainul, R. A Review Grinding: Teknik dan Prinsip Dasar pada
Pengolahan Material
[99] Zainul, R., & Dewata, I. (2015). Determination of pH-BOD-COD and
degradation in batang arau watersheds at Padang city
[100]Shadily, Hassan (1984). Ensiklopedi Indonesia Volume 3. Ichtiar Baru-Van
Hoeve. hlm. 1614
[101] Dermawan, D., & Ashari, M. L. (2018). Studi Pemanfaatan Limbah Padat
Industri Pengolahan Minyak Kelapa Sawit Spent Bleaching Earth sebagai
Pengganti Agregat pada Campuran Beton. Jurnal Presipitasi: Media Komunikasi
dan Pengembangan Teknik Lingkungan, 15(1), 7-10
[102] Suyoto, Bagong. (2008). Fenomena Gerakan Mengolah Sampah. Jakarta:
PT. Prima Infosarana Media
[103]Syafei, N. S., Hidayat, D., Emilliano, E., & Men, L. K. (2018). Analysis
Cracking Corrosion on Carbon Steel Pipes API 5L-X65 In Solution 7700 ml
Aquades, 250 ml Acetic Acid and 50 ml Ammonia with Gas CO2 and H2S in
Saturation Condition. EKSAKTA: Berkala Ilmiah Bidang MIPA, 19(2), 21-31
[104] Anwar, M., Munaf, E., Kosela, S., Wibowo, W., & Zainul, R. (2015). Study
of Pb (II) biosorption from aqueous solution using immobilized Spirogyra
subsalsa biomass. Journal of Chemical and Pharmaceutical Research, 7(11), 715-
722.
[105] Firdaus, A., & Zainul, R. (2018). SESIUM KLORIDA (CsCl):
TRANSPORT ION DALAM LARUTAN
[106] Delvi, I. P., & Zainul, R. (2019). Mercury (II) Nitrate (Hg (NO3) 2):
Interaksi Molekul dan Adsorpsi Hg dengan Karbon Aktif
[107]Murni, H. P., Dj, L., & Zainul, R. (2018). Pengembangan Penuntun
Praktikum Kimia Berorientasi Chemoentrepreneurship untuk SMA/MA Kelas XII
Semester Ganjil
[108] Fadjria, N., & Zainul, R. ISOLATION AND MOLECULAR
IDENTIFICATION OF FRESHWATER MICROALGAE IN MANINJAU LAKE
WEST SUMATERA.
[109]Mulia, M. (2017) “ISOLASI KUMARIN DARI KULIT BUAH LIMAU
SUNDAI (Citrus nobilis Lour)”, EKSAKTA: Berkala Ilmiah Bidang MIPA,
18(02), pp. 137-145. doi: 10.24036/eksakta/vol18-iss02/70
[110] Syafei, N. (2019) “Events of corrosion phenomena on carbon steel pipes in
environment of sea water and ammonia solutions due to the presence of sweet
gas”, EKSAKTA: Berkala Ilmiah Bidang MIPA, 20(1), pp. 86-99. doi:
10.24036/eksakta/vol20-iss1/178
[111] Bahan-bahan dan proses pembuatan kaca. (2012). Diperoleh dari
www.kimiatip.com
[112] Bisnis UKM. (2010). “Menyulap Sampah Kaca Menjadi Bisnis Daur
Ulang”
[113] Parbuntari, H., Prestica, Y., Gunawan, R., Nurman, M. and Adella, F.
(2018) “Preliminary Phytochemical Screening (Qualitative Analysis) of Cacao
Leaves (Theobroma cacao L.)”, EKSAKTA: Berkala Ilmiah Bidang MIPA, 19(2),
pp. 40-45. doi: 10.24036/eksakta/vol19-iss2/142.
[114] Zainul, R., & Isara, L. P. (2019, April). Preparation of Dye Sensitized Solar
Cell (DSSC) using anthocyanin color dyes from jengkol shell (Pithecellobium
lobatum Benth.) by the gallate acid copigmentation. In Journal of Physics
Conference Series (Vol. 1185, No. 1).
[115]Munandar, A. Liquid Crystal Display (LCD) 16x2. 2012.
http://www.leselektronika.com/2012/06/liguid-crystal-display-lcd-16-x2.html.
Diakses tanggal 13 April 2014. Pukul 16.59
[116] Zulkifli, Arif . (2014). Pengolahan Limbah Berkelanjutan. Yogyakarta :
Graha Ilmu
[117]Joebaedi, K. (2018) “MODEL STAR(1;1) PADA DATA
PRODUKTIVITAS TEH”, EKSAKTA: Berkala Ilmiah Bidang MIPA, 19(1), pp.
35-38. doi: 10.24036/eksakta/vol19-iss1/118
[118] Suhaemi, Z., Zulkarnaini, Z., Afrijon, A. and Jefri, P. (2019) “The Study of
African Leave (Vernonia amygdalina) in for Improving the Quality of Local Duck
Meats of West Sumatera”, EKSAKTA: Berkala Ilmiah Bidang MIPA, 20(1), pp.
55-59. doi: 10.24036/eksakta/vol20-iss1/174
[119] Limbah Kaca. (2012). Bandung : FSRD ITB
[120]Handayani, D. (2017) “KARAKTERISTIK CENDAWAN DARK
SEPTATE ENDOPHYTE (DSE) PADA AKAR TANAMAN JAGUNG DAN
PADI”, EKSAKTA: Berkala Ilmiah Bidang MIPA, 18(01), pp. 61-68. doi:
10.24036/eksakta/vol18-iss01/20
[121]Setiawan, Budi. 2006. Pengaruh Penggunaan Agregat Kaca pada Beton
Ditinjau dari Segi Kekuatan dan Shrinkage, Tugas Akhir Jurusan Teknik Sipil
Universitas Kristen Petra. Surabaya
[122] Yuliani, F., & Zainul, R. (2018). Analisis Termodinamika Molekul
Magnesium Sulphate (MgSO4).
[123] Suyoto, Bagong. (2008). Fenomena Gerakan Mengolah Sampah. Jakarta:
PT. Prima Infosarana Media
[124] Lubis, A. P., & Zainul, R. (2018). Interaksi Molekuler Amonium
Hidroksida
[125] Utomo, Hendratmo Muji. 2010. Analisis Kuat Tekan Batako dengan
Limbah Karbit Sebagai Bahan Tambah, Tugas Akhir Program Studi Teknik Sipil
Universitas Negeri Yogyakarta. Yogyakarta: UNY
[126] Gunawan, Gilang. 2016. STUDI PEMANFAATAN LIMBAH KACA DAN
PISTON BEKAS SEBAGAI MATERIAL ALTERNATIF KANVAS REM
SEPEDA MOTOR DENGAN MENGGUNAKAN METODE METALURGI
SERBUK. Pekanbaru: Universitas Riau. Jom FTEKNIK Volume 3 No. 2 Oktober
2016.].
[127] Shafitri, M., & Zainul, R. (2019). Vanadium Pentaoksida (V2O5):
Termodinamika Molecular dan Interaksi Ion dalam Larutan
[128]Kurniawati, D., Lestari, I., Harmiwati, S. S., Chaidir, Z., Munaf, E., Zein, R.,
... & Zainul, R. (2015). Biosorption of Pb (II) from aqueous solutions using
column method by lengkeng (Euphoria logan lour) seed and shell. Journal of
Chemical and Pharmaceutical Research, 7(12), 872-877
[129] ] Samah, S. (2017) “KARAKTERISASI PLASTIK BIODEGRADABEL
DARI LDPE-g-MA DAN PATI TANDAN KOSONG SAWIT”, EKSAKTA:
Berkala Ilmiah Bidang MIPA, 18(02), pp. 30-38. doi: 10.24036/eksakta/vol18-
iss02/48
[130] Syafei, N. (2018) “Riset Material ANALISA FENOMENA KOROSI
PELAT PIPA BAJA KARBON API 5L-X65 DALAM LARUTAN 7900 ML AIR
LAUT DAN 100 ML AMONIAK PADA KONDISI GAS CO2 DAN H2S
JENUH PADA SUHU RUANG.”, EKSAKTA: Berkala Ilmiah Bidang MIPA,
19(1), pp. 7-13. doi: 10.24036/eksakta/vol19-iss1/83
[131] Zainul, R., Dewata, I., & Oktavia, B. (2019, April). Fabrication of
hexagonal photoreactor indoor lights. In Journal of Physics: Conference Series
(Vol. 1185, No. 1, p. 012007). IOP Publishing
[132] Zainul, R., Oktavia, B., Dewata, I., & Efendi, J. (2018, December). Study of
Internal Morphology on Preparation of Cu2OThin-Plate using Thermal Oxidation.
In Journal of Physics: Conference Series (Vol. 1116, No. 4, p. 042046). IOP
Publishing.
[133] Yulis, R., & Zainul, R. (2018). DESAIN DAN KARAKTERISASI SEL
SURYA SISTEM ELEKTRODA TEMBAGA (I) OKSIDA (Cu2O/Al) MODEL
PIPA PADA LARUTAN NATRIUM SULFAT (Na2SO4)
[134] Zainul, R., Alif, A., Aziz, H., Arief, S., & Darajat, S. (2015). Modifikasi
dan Karakteristik IV Sel Fotovoltaik Cu2o/Cu-Gel Na2so4 Melalui Iluminasi
Lampu Neon. Eksakta, 2, 50.
[135] Hidayani, T. (2018) “GRAFTING POLIPROPILENA DENGAN MALEAT
ANHIDRIDA SEBAGAI PENGIKAT SILANG DENGAN INISIATOR
BENZOIL PEROKSIDA”, EKSAKTA: Berkala Ilmiah Bidang MIPA, 19(1), pp.
56-62. doi: 10.24036/eksakta/vol19-iss1/127
[136] Hakimi, A., & Zainul, R. (2019). Asam Arsenat (H3AsO4): Analisis
Molekular dan Karakteristik Senyawa.
[137] Enjelina, W., Mansyurdin, M. and Meideliza, T. (2018) “Analysis of
Nepenthes Hybrids in Bukik Taratak West Sumatra by RAPD
Technique”, EKSAKTA: Berkala Ilmiah Bidang MIPA, 19(2), pp. 12-20. doi:
10.24036/eksakta/vol19-iss2/137.
[138] Azirah, H. (2019). study kinematika gel lidah buaya untuk mengatasi wajah
jerawat.
[139] Permana, D. (2017) “MODEL STOKASTIK RANTAI MARKOV EMPAT
STATUS PADA PENENTUAN NILAI HIDUP PELANGGAN”, EKSAKTA:
Berkala Ilmiah Bidang MIPA, 18(01), pp. 78-85. doi: 10.24036/eksakta/vol18-
iss01/22.
[140] Putri, D., Anika, M. and Wahyuni, W. (2019) “Bioinformatics Study Genes
Encoding Enzymes Involved in the Biosynthesis of Carotenoids Line Cassava
(Manihot esculenta)”, EKSAKTA: Berkala Ilmiah Bidang MIPA, 20(1), pp. 10-16.
doi: 10.24036/eksakta/vol20-iss1/161
[141] Putri, D., Fifendy, M. and putri, M. (2018) “DIVERSITAS BAKTERI
ENDOFIT PADA DAUN MUDA DAN TUA TUMBUHAN ANDALEH (Morus
macroura miq.)”, EKSAKTA: Berkala Ilmiah Bidang MIPA, 19(1), pp. 125-130.
doi: 10.24036/eksakta/vol19-iss1/122
[142] Amir, H., Akmam, A., Bavitra, B. and Azhari, M. (2017) “PENENTUAN
KEDALAMAN BATUAN DASAR MENGGUNAKAN METODE
GEOLISTRIK TAHANAN JENIS DENGAN MEMBANDINGKAN
KONFIGURASI DIPOLE-DIPOLE DAN WENNER DI BUKIT APIT PUHUN
KECAMATAN GUGUK PANJANG KOTA BUKITTINGGI”, EKSAKTA:
Berkala Ilmiah Bidang MIPA, 18(01), pp. 19-30. doi: 10.24036/eksakta/vol18-
iss01/13
[143] Zainul, R., Nurakhbari, D., & Salim, M. Optimization of Spirulina Platensis
Culture for Antioxidant Production
[144] Horiza, H. (2018) “The influence of the use of activated carbon Fibres of
the cane Against the drop in Salinity In the well Dig In RT 003 RW 006 Village
Cape Town Unggat Tanjungpinang Year 2017”, EKSAKTA: Berkala Ilmiah
Bidang MIPA, 19(1), pp. 1-6. doi: 10.24036/eksakta/vol19-iss1/97.
[145] Anhar, A., Sumarmin, R., & Zainul, R. (2016). Measurement of Glycemic
Index of West Sumatera Local Rice Genotypes for Healthy Food
Selection. Journal of Chemical and Pharmaceutical Research, 8(8), 1035-1040
[146] Tamarani, A., Zainul, R., & Dewata, I. (2019, April). Preparation and
characterization of XRD nano Cu-TiO2 using sol-gel method. In Journal of
Physics: Conference Series (Vol. 1185, No. 1, p. 012020). IOP Publishing.
[147] Kumagai S. & Sasaki, J. 2009. Carbon/Silica composite fabricated from rice
husk by means of binderless hot-pressing, Bioresource Technol 100: 3308–3315
[148] Handayani, D. (2017) “KARAKTERISTIK CENDAWAN DARK
SEPTATE ENDOPHYTE (DSE) PADA AKAR TANAMAN JAGUNG DAN
PADI”, EKSAKTA: Berkala Ilmiah Bidang MIPA, 18(01), pp. 61-68. doi:
10.24036/eksakta/vol18-iss01/20
[149] Badrulfalah, B., Irianingsih, I. and Joebaedi, K. (2018) “Some Operations
on Mixed Monotone Operator in Banach Spaces”, EKSAKTA: Berkala Ilmiah
Bidang MIPA, 19(2), pp. 57-61. doi: 10.24036/eksakta/vol19-iss2/150.
[150] Akbar, Y. R., Aqualdo, N., & Pailis, E. A. (2016). Analisis Faktor–Faktor
Yang Mempengaruhi Produksi Industri Furniture Kaca Dan Alumunium Di Kota
Pekanbaru. Jurnal Online Mahasiswa (JOM) Bidang Ilmu Ekonomi, 4(1), 434-
444.
[151] Ramalisa, Y., Febriyanti, A. and Multahadah, C. (2019) “Analysis of Non
Hierarchical Bomb for Collection of Community Health Degrees in Jambi and
Muaro Jambi City”, EKSAKTA: Berkala Ilmiah Bidang MIPA, 20(1), pp. 25-34.
doi: 10.24036/eksakta/vol20-iss1/167.
[152] Suratno, T., Rarasati, N. and Z`G. (2019) “Optimization of Genetic
Algorithm for Implementation Designing and Modeling in Academic
Scheduling”, EKSAKTA: Berkala Ilmiah Bidang MIPA, 20(1), pp. 17-24. doi:
10.24036/eksakta/vol20-iss1/166.

Anda mungkin juga menyukai