Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PRAKTIKUM

ELEKTROPLATING NIKEL PADA BAJA KARBON


Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Laboratorium Pengendalian Korosi
Dosen Pembimbing : Ir. Yunus Tonapa S, MT

Oleh :
Kelas/Kelompok : 2B/7

Raden Sukmawati 171411057


Rani Husna 171411058
Risa Nurlaili Qodariah 171411060

Tanggal Praktikum : Rabu, 24 April 2019


Tanggal Pengumpulan Laporan : Selasa, 30 April 2019

PROGAM STUDI D3-TEKNIK KIMIA


JURUSAN TEKNIK KIMIA
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
2019
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sebagaimana diketahui bahwa korosi tidak dapat dihindari tetapi lajunya dapat
diperlambat. Korosi adalah sebuah proses kerusakan material yang disebabkan karena
adanya interaksi dengan lingkungan. Untuk menghindari akibat serangan berbagai jenis
korosi yang sangat merugikan tersebut diperlukan langkah-langkah pengendalian korosi
diantaranya adalah pelapisan logam dengan metoda elektroplating (pelapisan listrik).
Pelapisan tembaga (Cu) merupakan lapisan dasar sebelum logam dilapisi dengan logam
lain yang lebih menarik dan tahan terhadap gesekan, lapisan Cu sebagai lapisan dasar
karena lapisan Cu mempunyai sifat daya rekat kuat tetapi penampilan kurang menarik atau
mudah berubah warna.
Elektroplating logam nikel berfungsi sebagai dekoratif untuk membuat permukaan
logam menjadi rata dan mengkilat. Proses elektropalating nikel dapat dilakukan dengan
bebrapa cara yaitu menggunakan tembaga sebagi lapisan dasar selanjutnya dilapisi nikel.
Cara kedua itu langsung dilapisi nikel dan cara ketiga adalah elektroplating dengan Cu-Ni-
Cr. Elektroplating Cr bertujuan untuk mengurangi sifat yang terlalu mengkilat sebagai ciri
khas dari lapisan nikel. Elektroplating nikel banyak diaplikasikan pada peralatan rumah
tangga, automotif, dan interior diperkantoran dengan tujuan dekoratif dan mencgah korosi
logam. Pelapisan menggunakan krom terdapat dua jenis yaitu soft chrom dan hard chrom.
Soft chrom merupakan proses pelapisan logam lain terlebih dahulu selanjutnya dilapisi
oleh chrom contohnya logam dilapisi oleh Cu atau Ni atau Zn setelah itu dilapisi oleh Cr,
sedangkan hard chrom logam langsung dilapisi oleh chrom.
1.2 Tujuan Percobaan
1. Mengetahui menu larutan yang tepat untuk elektroplating nikel.
2. Mengetahui temperature yang tepat untuk elektroplating nikel
3. Mengamati elektoplating logam dengan nikel pada tembaga melalui proses lapis
listrik dengan pengamatan visual.
4. Menghitung efisiensi arus listrik proses elektroplating nikel.
5. Mengetahui rentang waktu yang dibutuhkan untuk elektroplating logam.
BAB II

LANDASAN TEORI

Pelapisan logam atau elektroplating adalah suatu proses pengendapan atau deposisi
logam pada permukaan logam lain yang akan dilindungi, dengan cara elektrolisis.
Elektrolisis dilakukan pada suatu bejana dikenal sebagai sel elektrolisa yang berisi larutan
elektrolit dan dua jenis elektroda masing-masing dihubungkan dengan arus listrik, dimana
kutub positif berfungsi sebagai anoda dan kutub negatif berfungsi sebagai katoda.
Selama proses pelapisan berlangsung akan terjadi reaksi kimia pada antar muka
elektrolit-elektroda, yaitu reaksi reduksi pada katoda dan reaksi oksidasi pada anoda.
Pelapisan logam bertujuan melindungi logam dasar dari korosi, meningkatkan sifat
mekanis permukaan benda kerja, memperbaiki sifat dekoratif, dan lain-lain.

Pelapisan nikel pada besi banyak sekali dilaksanakan baik untuk tujuan pencegahan
karat ataupun untuk menambah keindahan. Dengan hasil lapisannya yang mengkilap maka
dari segi ini nikel adalah yang paling banyak diinginkan untuk melapis permukaan. Nikel
memiliki kekuatan dan kekerasan yang cukup, keliatan yang baik, serta memiliki
dayahantar listrik yang baik. Nikel berwarna putih keperak-perakan, berkristal halus,
sehingga apabila dipoles akan tampak rupa yang indah dan mengkilap. Dalam pelapisan
nikel selain dikenal lapisan mengkilap, terdapat juga jenis pelapisan yang buram hasilnya.
Akan tetapi tampak permukaan yang buram inipun dapat juga digosok hingga halus dan
mengkilap. Jenis lain dari pelapisan nikel adalah pelapisan yang berwarna hitam. Warna
hitam inipun tampak menarik dan digunakan biasanya untuk melapis laras senapan dan
lainnya.
Proses pelapisan nikel dengan menggunakan arus listrik (electroplating) merupakan
salah satu pelapisan yang paling banyak digunakan pada industri sebagai hasil akhir atau
lapisan dasar untuk proses selanjutnya. Proses pelapisan nikel dapat diaplikasikan untuk
produk seperti pada medali yang bertujuan untuk melindungi logam dasar (tembaga) dari
korosi dan permukaannya mempunyai warna yang mengkilap selama masa pakainya. Tebal
lapisan yang dihasilkan pada permukaan medali ini akan dipengaruhi oleh beberapa
parameter proses pelapisan, diantaranya rapat arus, temperatur dan waktu pelapisan. Nikel
digunakan sebagai logam pelapis karena dapat memutus hubungan antara logam dengan
lingkungan penyebab terjadinya korosi.

Gambar 1. skema rangkaian proses elektroplating

Nikel merupakan logam plating yang paling peka responnya atas aditif-aditif bak
platingnya. Nikel terutama dilapiskan ke barang-barang besi,baja, perunggu, seng, plastik,
juga alumunium sampai magnesium, baru sesudahnya dilapiskan krom tipis saja. (Rachmat
Supardi, 1997 : 51). Pelapisan nikel mempunyai banyak pengembangan untuk lapisan dasar
dari logam lainnya, karena pelapisan nikel tahan terhadap korosi, erosi dan abrasi. Nikel
paling banyak digunakan sebagai pelapis dekoratif dengan ketebalan 5 – 40 mikro meter.
Nikel mempunyai sifat-sifat yang berbeda dari
logam lainnya diantara lain :
1. Warna putih mengkilap
2. Berat jenis 8,5
3. Titik cairnya 1450 oC
4. Memiliki bagian luar yang tertutup selaput oksid yang rapat dan liat, tahan
pengaruh udara sehingga bagian dalam sukar teroksidasi oleh oksigen
5. Lebih keras dari Cu, tetapi mempunyai kekuatan yang sama dengan Cu
6. Kerenggangan lebih kecil dari Cu.
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Elektroplating

a. Rapat Arus (current Density)


Makin tinggi rapat arus, makin tinggi rapat kecepatan pelapisan dan memperkecil
ukuran benda kerja. Bila rapat arus terlalu tinggi maka lapisannya akan kasar dan nampak
hitam.
b. Tegangan arus (Voltage).
Digunakan umumnya 3-9 Volt. Untuk pelapisan zinc digunakan 6-9 Volt.
c. Suhu Larutan
Kenaikan suhu larutan menyebabkan bertambahnya ukuran Kristal. Keuntungannya yaitu
terjadi pengurangan garam logam, mengurangi terserapnya H2. Kerugiannya yaitu
viskositas larutan menurun, lapisan menjadi kasar. Suhu sangat penting untuk karena untuk
masing-masing elektroplating ada suhu optimum. Pelapisan Cu pada praktikum ini adalah
sekitar 50°C.
d. pH larutan
Tujuan menentukan derajat keasaman adalah untuk mengecek kemampuan larutan dalam
menghasilkan larutan yang baik. Larutan bersifat basa bila pHnya = 11-14 dan bersifat
asam bila pHnya = 4,5-5,6.
e. Waktu pelapisan
Waktu pelapisan sangat berpengaruh pada ketebalan lapisan yang diharapkan. Semakin
lama pencelupan, maka ketebalan lapisan semakin bertambah.
f. Konduktivitas
Konduktivitas larutan tergantung kepada konsentrasi ion yang besar atau konsentrasi
molekul.
g. Konsentrasi Ion
Konsentrasi ion akan berpengaruh pada stuktur deposit, dengan naiknya konsentrasi logam
dapat menaikkan seluruh kegiatan anion yang membantu mobilitas ion,
h. Agitasi
Agitasi, atau goncangan dapat membantu proses elektroplating, terutama untuk menjaga
lapisan agar semua permukaan mendapat lapisan yang sama tebalnya.
i. Throwing Power
Throwing power adalah kemampuan larutan penyalur untuk menghasilkan lapisan dengan
ketebalan merata dan selama masa proses pelapisan.

Pada saat proses elektroplating berlangsung, reaksi sebagai berikut:

Katoda :

Cu2+ + 2e  Cu

H2O + 2e  H2 + 2OH-

Anoda :

Cu  Cu2+ + 2e

H2O  ½ O2 + 2H+ + 2e

1.1 Perhitungan Berat Menurut Hukum Farraday


Hukum Faraday menyatakan bahwa massa yang dihasilkan dalam suatu sistem sel
elektrolisis berbanding lurus dengan muatan listrik yang mengalir dalam sel tersebut.
Besarnya muatan listrik yang terjadi dalam sel merupakan hasil kali antara kuat arus yang
dialirkan dengan lamanya waktu elektrolisisnya. Pernyataan ini merupakan prinsip dasar
Hukum Faraday yang dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Dalam sel elektrokimia, massa zat yang diendapkan pada suatu elektrode sebanding
dengan besarnya muatan listrik (aliran elektron) yang terlibat di dalam sel.
b. Massa ekuivalen zat yang diendapkan pada elektrode akan setara dengan muatan listrik
yang dialirkan ke dalam sel.

𝐴𝑟(𝑥) × 𝐼 × 𝑡
𝑊=
𝑛𝐹

W= Berat deposit dihitung dengan Hk Faraday (gr)


I = Besar arus yang digunakan (A)
t = Lamanya proses electroplating (detik)
n = Banyaknya electron yang terlibat (2 untuk Cu)

Perhitungan Efisiensi Arus yang Digunakan


(𝑊𝑝𝑟𝑎𝑘𝑡𝑖𝑘 )
𝜂= × 100%
(𝑊𝑡𝑒𝑜𝑡𝑖𝑡𝑖𝑠 )

Wpraktik= Berat deposit yang diperoleh dari praktikum (gr)

Wteoritis= Berat deposit dihitung dengan Hk Faraday (gr)

Efisiensi plating pada umumnya dinyatakan sebagai efisiensi arus anoda maupun
katoda. Efisiensi katoda yaitu arus yang digunakan untuk pengendapan logam pada katoda
dibandingkan dengan total arus masuk. Arus yang tidak dipakai untuk pengendapan
digunakan untuk penguraian air membentuk gas hidrogen, hilang menjadi panas atau
pengendapan logam-logam lain sebagai impuritas yang tak diinginkan. Efisiensi anoda yaitu
perbandingan antara jumlah logam yang terlarut dalam elektrolit dibanding dengan jumlah
teoritis yang dapat larut menurut Hukum Faraday.Kondisi plating yang baik bila diperoleh
efisiensi katoda sama dengan efisiensi anoda, sehingga konsentrasi larutan bila
menggunakan anoda aktif akan selalu tetap.

Efisiensi arus katoda sering dipakai sebagai pedoman menilai apakah semua arus yang
masuk digunakan untuk mengendapkan ion logam pada katoda sehingga didapat efisisensi
plating sebesar 100 % ataukah lebih kecil. Adanya kebocoran arus listrik, larutan yang tidak
homogen dan elektrolisis air merupakan beberapa penyebab rendahnya efisiensi.

Elektrolisis air merupakan reaksi samping yang menghasilkan gas hidrogen pada katoda dan
gas oksigen pada anoda.Reaksi elektrolisis air dapat dituliskan sebagai berikut :

Secara praktis efisiensi plating dinyatakan sebagai perbandingan berat nyata


terhadap berat teoritis endapan pada katoda. Apabila logam dimasukkan pada larutan yang
mengandung ionnya sendiri akan menimbulkan beda potensial antara logam tersebut dengan
larutan. Beda potensial ini disebabkan karena atom dari logam untuk menjadikan satu atau
lebih muatan negatif dan lepas ke dalam larutan dalam bentuk ion. Pada saat yang bersamaan
terjadi reaksi kebalikan dalam larutan. Dua reaksi yang berlawanan tersebut berlangsung
pada kecepatan yang tidak sama, maka potensial ini akan diatur oleh permukaan logam dan
elekrolit yang berhubungan dengan permukaan logam. Akhirnya kondisi setimbang tercapai
dimana ionisasi dan pelepasan berlangsung tepat pada kecepatan yang sama. Kesetimbangan
ini disebut dengan potensial kesetimbangan atau potensial bolak-balik pada partikel logam
pada laruan yang dipergunakan.

Potensial elektroda standar berdasarkan skala hidrogen, dimana semua logam-logam


sebelum hidrogen pada skala hidrogen mampu menggantikan hidrogen dari larutan yang
mengandung ion hidrogen, dan logam-logam setelah hidrogen pada skala hidrogen biasanya
tidak dapat menggantikan hidrogen secara langsung. Berikut ini adalah skala hidrogen :

Logam seng, timah hitam dan timah putih dinamakan logam dasar karena mudah
larut di dalam asam dan ditunjukkan oleh tanda potensial negatif, sedangkan kebalikan dari
ketiga logam diatas adalah logam mulia seperi tembaga, perak dan emas ditunjukkan oleh
tanda potensial positif.
BAB III
PERCOBAAN
3.1 Alat dan Bahan
Nama Alat Jumlah Jenis Bahan Jumlah
Rectifier
1 buah Nikel Sulfat 300 gram
(sumber arus searah)
Bak tempat proses
1 buah Nikel Klorida 30 gram
elektroplating
Elektroda Anoda 2 buah Asam Borat 40 gram
Gelas Kimia (1L) 1 buah Air Demineralisasi 1 liter
Gelas Kimia (100mL) 2 buah Bahan Pengkilat 10 mL
Termometer 1 buah Kawat Tembaga
Tang 1 buah Kertas pH
Hot Plate 1 buah Benda Kerja (baja lunak) 2x5cm
Batang Pengaduk 1 buah Kertas Amplas grit 400, 600, 800 atau 1000
Magrnit Stirer 1 buah Isolasi Kuning Muda
Pipet Volume (10mL) 1 buah
Penjepit buaya 2 buah
3.2 Prosedur Percobaan

Melarutkan komposisi menu senyawa dalam 1 liter air demineralisasi, kemudian


memanaskannya pada rentang T = 50℃

Menyiapkan pelat logam Fe

Mengampelas logam Fe

Menimbang logam sebelum dilakukan proses elektroplating

Membersihkan lemak yang menempel pada logam Fe mengunakan larutan NaOH 5% selama
t = 10 menit

Membilas logam Fe

Melakukan pickling logam Fe selama t =10 menit dalam larutan HCl 10%

Membilas logam Fe

Melakukan proses elektroplating nikel dengan rapat arus 0,4 A/dm2


t = 15 menit

Melakukan pembilasan pada logam hasil elektroplating

Mengeringkan logam yang telah dibilas

Menimbang logam hasil elektroplating


3.3 Keselamatan Kerja
 Hal yang harus diperhatikan :
1. Tidak diperkenankan memegang zat kimia dengan tangan telanjang.
2. Tidak diperkenankan menyentuh larutan kimia tanpa sarung tangan plastic.
3. Tidak diperkenankan terlalu dekat dengan bak electroplating yang sedang
beroperasi, sebab uap larutan berbahaya bagi kesehatan.
 Material Safety Data Sheet (MSDS)
BAB IV
DATA PENGAMATAN
4.1 Data Pengamatan

Plat Besi (Fe) Rapat Arus Waktu Selisih Berat


SAMPEL (A/dm2) (detik) (AW)
W1 (Berat Awal) W2 (berat Akhir)
1
10,260 gram 10,840 gram 0,4 900 0,580 gram
Plat Tembaga (Cu) Rapat Arus Waktu Slisih Berat
SAMPEL
W1 (Berat Awal) W2 (berat Akhir) (A/dm2) (detik) (AW)
2
9,320 gram 10,240 gram 0,2 dan 0,4 600 0,920 gram

4.2 Data Pengamatan Visual


NO. GAMBAR KETERANGAN
1. Logam besi dan tembaga yang
telah di ampelas mengalami
proses degreasing dengan
NaOH 10%, fungsingnya untuk
meghilangkan sisa -sisa lemak
yang menempel pada
permukaan logam ( t = 10
menit)

2. Proses pickling pada besi dan


tembaga dilakukan secara
terpisah dalam larutan HCL
10%, berfungsi untuk
menghilangkan karat-karat
yang masih menempel oada
permukaan logam ( t = 10 menit
)
3. Proses elektroplating pada besi
dilakukan dengan arus 0,4 A
dengan menggunakan elektolit
nikel sulfat.
Pada tembaga dilakukan proses
elektroplating dengan arus 0,2
A lalu diubah menjadi 0,4 A
dengan elektrolit yang sama.
Pada logam yang dicelupkan
dalam larutan elektrolit terjadi
gelembung-gelembung kecil,
yang menandakan adanya
pembentukan gas H2.
4.

5. Logam tembaga yang awalnya


berwarna kuning, setelah
dilakukan proses elektroplating
berubah warna menjadi silver
dan pada bagian permukaan
menjadi mengkilap.
6. Logam besi setelah dilakukan
proses elektroplating tidak
terjadi perubahan warna, tetapi
pada bagian permukaan
menjadi mengkilap.
BAB V
PENGOLAHAN DATA

5.1 Sampel I ( Plat Besi)


Mr Nikel : 58,69 g/mol
F : 96500 C/ekv
t : 900 detik
Wp : 0,0149 gram
 Menentukan Arus (I)
Rapat Arus : 0,4 A/dm2
Luas permukaan logam besi
P = 4,9 cm; L = 2 cm; t = 0,1 cm
A = 2 x [(pxl) + (lxt) + (pxt)]
= 2 x [(4,9x2) + (2x0,1) + (4,9x0,1)]
= 20,98 cm2
= 0,2098 dm2
0,4 𝐴
I = × 0,2098 𝑑𝑚2 = 0,0839 A
𝑑𝑚2

 Menentukan Berat Lapisan Secara Teoritis


𝑀𝑟 × 𝐼 ×𝑡
𝑊𝑡 = 𝑛× 𝐹
58,69 𝑔/𝑚𝑜𝑙 × 0,0839 𝐴 ×900 𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘
= 2 × 96500 𝐶/𝑒𝑘𝑣

= 0,0229 𝑔𝑟𝑎𝑚
 Menentukan Efisiensi Arus
𝑊𝑝
η= × 100%
𝑊𝑡
0,580 𝑔𝑟𝑎𝑚
= 0,0229 𝑔𝑟𝑎𝑚 × 100%

= 2532,75%
5.2 Sampel II
Mr Nikel : 58,69 g/mol
F : 96500 C/ekv
A : 0,2 A dan 0,4 A
t : 600 detik
Wp : gram
 Menentukan Arus (I)
Rapat Arus : 0,2 A/dm2 dan perubahan 0,4 A/dm2
Luas permukaan logam besi
P = cm; L = cm; t = cm
A = 2 x [(pxl) + (lxt) + (pxt)]
= 2 x [() + () + ()]
= 19,74cm2
= 0,1974 dm2
0,2 A
I = × 0,1974 dm2 = 0,03948 A
dm2
0,4 A
I = × 0,1974 dm2 = 0,07788 A
dm2

 Menentukan Berat Lapisan Secara Teoritis


𝑀𝑟 × 𝐼 ×𝑡
𝑊𝑡 = 𝑛× 𝐹
58,69 𝑔/𝑚𝑜𝑙 × 0,07788 𝐴 × 600 𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘
= 2 × 96500 𝐶/𝑒𝑘𝑣

= 0,0142 𝑔𝑟𝑎𝑚
 Menentukan Efisiensi Arus
𝑊𝑝
η= × 100%
𝑊𝑡
0,920 𝑔𝑟𝑎𝑚
= 0,0142 × 100%
𝑔𝑟𝑎𝑚

= 6478, 87 %
BAB VI
PEMBAHASAN

Dilakukan proses elektoplating pada logam besi dan tembaga menggunakan elektrolit nikel.
Elektroplating atau pelapisan logam merupakan proses pengendapan atau deposisi logam pada
permukaan logam yang akan dilindungi dari korosi dengan prinsip elektrolisis, caranya dengan
mengalirkan arus listrik searah dari katoda (kutub negative) menuju anoda (kutub positif).

Sebelum melakukan proses elektroplating, benda kerja yaitu besi dam tembaga harus mengalami
perlakuan mekanik. Dengan cara dibersihkan dengan diamplas untuk menghilangkan sisa karat
dan kotoran yang menempel pada bagian permukaan. Selanjutnya dilakukan proses degreasing
dengan mencelupkan logam pada larutan NaOH 10% selama 10 menit untuk menghilangkan
lemak dan minyak sehingga akan terlepas dari bagian permukan logam. Lapisan tipis lemak dan
minyak akan terapung di larutan.

Proses selanjutnya dilakukan pickling, dengan mencelupkan logam pada larutan HCL 10% selama
10 menit. Larutan HCL dapat memutuskan ikatan antara logam dengan oksidanya (karat).
Pada proses pickling, tidak boleh dilakukan terlalu lama, karena akan merusak bagian logam dan
akan terbentuk karat .

BAB VII
PENUTUP

6.1 Kesimpulan
6.2 Saran

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai