ABSTRAK
Korosi merupakan proses kegagalan yang terjadi pada suatu material akibat dari
lingkungannya. Korosi ataupun karat ini dapat kita jumpai sehari-hari seperti peralatan rumah
tangga, kedaraan bermotor, dan sebagainya. Karat yang biasa kita lihat terjadi pada logam
besi Fe. Besi akan berkarat menjadi lapisan oksida yang berwarna kecoklatan. Salah satu
penyebab terjadinya korosi yaitu oksigen. Oksigen ini dapat bersentuhan dengan logam dalam
media air, tanah, maupun udara. Oleh karena itu, oksigen berperan penting dalam proses
korosi. Korosi yang terjadi akibat dari perbedaan konsentrasi oksigen ini adalah crevice
corrosion. Oleh karena itu, untuk mengetahui proses terjadinya korosi ini, kami melakukan
percobaan sel aerasi ini. Percobaan ini bertujuan agar kami dapat mengetahui apa yang tejadi
pada suatu logam (besi) jika terletak pada konsentarasi oksigen yang berbeda sehingga
menghasilkan beda potensial yang dapat menyebabkan korosi dalam medium korosif. Dalam
uji praktikum ini bertujuan untuk menunjukkan adanya beda potensial antara 2 larutan dengan
perbedaan konsentrasi oksigen dan menjelaskan proses terjadinya korosi akibat sel aerasi.
Untuk melakukan percobaan ini, bahan yang diperlukan yaitu aerator, sebuah multitester,
jembatan garam, dan dua buah beakerglass 1000ml. Sedangkan bahan yang diperlukan yaitu
dua buah logam besi dan larutan NaCl 3% sebanyak 750ml.Untuk melakukan percobaan ini,
pertama kali yang dilakukan yaitu memasukkan logam besi kedalam beakerglass yang sudah
tersisi larutan NaCl 3%. Lalu kedua beakerglass ini dihubungkan dengan jembatan garam,
sedangkan kedua logam dihubungkan dengan multitester. Mengatur letak logam agar terjadi
beda potensial antara kedua logam sebesar nol. Selanjutnya, aerator diinjeksikan kesalah satu
beakerglass sehingga oksigen dapat masuk kedalam larutan. Hal ini mengakibatkan terjadi
perubahan beda potensial. Beda potensial ini kemudia dicatat tiap menitnya sampai menit kelima.Dari percobaan kami dapat melihat bahwa tiap kenaikan waktu (menit) akan
mengakibatkan beda potensial semakin besar. Hal ini dapat dilihat pada menit pertama sampai
menit ke-empat yaitu -0,78V ; -0,81V; -0,85V; dan -0,88V dengan jumlah oksigen terlarut
sebesar: 0 mol pada deaerasi dan 0,01mol; 3,22.10-3 mol; 1,48.10-3 mol; dan 1,48.10-3 mol pada
aerasi.Dari percobaan ini kami dapat menarik kesimpulan bahwa dengan penambahan oksigen
akan mengakibatkan terjadi perbedaan potensial dengan besar beda potensial 0 pada deaerasi
dan pada aerasi sebesar-0,78V ; -0,81V; -0,85V; dan -0,88V. Pada material yang konsentrasi
oksigen tinggi akan menjadi katoda sedangkan konsentrasi oksigen rendah menjadi anoda sehingga
terkorosi. Pada sel tunggal, elektroda yang terkena oksigen akan terjadi korosi.
DAFTAR ISI
LAPORAN PRAKTIKUM
KOROSI DAN PENGENDALIAN KOROSI
GENAP 2016
ABSTRAK .....i
DAFTAR ISI .ii
BAB I PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang.1
I.2 Rumusan Masalah1
I.3 Tujuan Percobaan 1
BAB II Tinjauan Pustaka
II.1 Mekanisme Korosi..2
II.2 Sel Deferensial Aerasi 4
II.3 Polarisasi.4
II.4 Efek dari Oksigen dan Oksidizer5
BAB III METODE PERCOBAAN
III.1 Diagram Alir.8
III.2 Alat dan Bahan Percobaan....8
III.3 Metode Percobaan.9
III.4 Skema Percobaan .9
BAB IV Analisis Data dan Pembahasan
IV.1 Analisis Data...11
IV.2 Pembahasan..13
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN....15
DAFTARP PUSTAKA .iii
LAMPIRAN LAPORAN SEMENTARA
LAPORAN PRAKTIKUM
KOROSI DAN PENGENDALIAN KOROSI
GENAP 2016
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Korosi merupakan proses kegagalan yang terjadi pada suatu material akibat dari
lingkungannya. Korosi ataupun karat ini dapat kita jumpai sehari-hari seperti peralatan
rumah tangga, kedaraan bermotor, dan sebagainya. Karat yang biasa kita lihat terjadi
pada logam besi Fe. Besi akan berkarat menjadi lapisan oksida yang berwarna
kecoklatan.
Korosi sangatlah dihindari pada kondisi apapun dan , terutama di perusahaan
yang berkecimpung dan berhubungan dengan logam seperti perusahaan minyak dan
gas,perusahaan pertambangan, perusahaan manufaktur logam, dll. Korosi sangat
berbahaya karena dapat menurunkan kekuatan dan sifat mekanik pada suatu logam
seperti Fe. Turunnya kekuatan logam mempengaruhi kinerja dari suatu logam tersebut
dan menyebabkan kurang maksimalnya dari alat tersebut. Hal ini sangat berbahaya
pada suatu industri bila terus dibiarkan. Korosi selain dapat mendegradasi suatu logam
seperti Fe, korosi juga dapat menghasilkan lapisan yang melindungi logam itu sendiri
seperti yang terjadi pada logam Al. Pada kondisi tertentu sudah banyak perlindungan
maupun pengendalian korosi pada suatu logam agar tidak terkorosi.
Salah satu penyebab terjadinya korosi yaitu oksigen. Oksigen ini dapat
bersentuhan dengan logam dalam media air, tanah, maupun udara. Oleh karena itu,
oksigen berperan penting dalam proses korosi. Korosi yang terjadi akibat dari
perbedaan konsentrasi oksigen ini adalah crevice corrosion. Oleh karena itu, untuk
mengetahui proses terjadinya korosi ini, kami melakukan percobaan sel aerasi ini.
Percobaan ini bertujuan agar kami dapat mengetahui apa yang tejadi pada suatu logam
(besi) jika terletak pada konsentarasi oksigen yang berbeda sehingga menghasilkan
beda potensial yang dapat menyebabkan korosi dalam medium korosif.
I.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah dari percobaan ini adalah:
1. Apakah akan terjadi perbedaan potensial pada logam Fe pada 2 larutan dengan konsentrasi
oksigen berbeda ?
2. Apakah proses yang terjadi pada korosi akibat sel aerasi ?
I.3 Tujuan Percobaan
Tujuan dari percobaan Sel Aerasi ini adalah:
1. Menunjukkan adanya beda potensial antara 2 larutan dengan perbedaan konsentrasi
oksigen.
2. Menjelaskan proses terjadinya korosi akibat sel aerasi.
LAPORAN PRAKTIKUM
KOROSI DAN PENGENDALIAN KOROSI
GENAP 2016
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Mekanisme Korosi
Korosi didefinisikan sebagai perusakan, penurunan mutu material (logam) akibat
terjadinya reaksi dengan lingkungannya. Menurut mekanisme terbentuknya korosi,
diklasifikasikan menjadi korosi temperature rendah (low temperature corrosion/wet
corrosion/electrochemical corrosion) reaksi elektrokimia, missal korosi di media elektrolit,
dan korosi temperature tinggi (high temperature corrosion/dry corrosion/chemical
corrosion/oxidation) reaksi kimia, misalkan korosi pada ruang bakar, sudu turbin
(Sulistijono,1999)
Korosi kimia atau korosi kering atau korosi temperature tinggi atau adalah
proses korosi yang terjadi melalui reaksi kimia secara murni yang terjadi tanpa adanya
elektrolit atau bisa dikatakan tidak melibatkan air dengan segala bentuknya. Korosi
kimia biasanya terjadi pada kondisi temperatur tinggi atau dalam keadaan kering yang
melibatkan logam (M) dengan oksigen, nitrogen, sulfida. Proses oksidasinya adalah
sebagai berikut :
M
M + 2e .(2.1)
O2 + 2e
O2 .(2.2)
M +O2
MO . (2.3)
Pertumbuhan Oksida :
1.Awal proses oksida adalah pembentukan oksida dimana terjadi penarikan oksigen ke
permukaan logam.
2.Reaksi antara oksigen dengan logam.
3.Oksidasi terbentuk di permukaan logam
4.Proses berikutnya adalah pertumbuhan oksida yang telah terbentuk.
\
Gambar 2.1 Mekanisme pertumbuhan oksida
LAPORAN PRAKTIKUM
KOROSI DAN PENGENDALIAN KOROSI
GENAP 2016
LAPORAN PRAKTIKUM
KOROSI DAN PENGENDALIAN KOROSI
GENAP 2016
LAPORAN PRAKTIKUM
KOROSI DAN PENGENDALIAN KOROSI
GENAP 2016
Saat arus mengalir potensial dari katoda mengecil , reaksi pada masing-masing
elektroda semakin sulit. Potensial dan arus korosi ini lah yang akan menentukan kapan korosi
berlangsung dalam logam.
Kita dapat melihat dari diagram polarisasi bahwa laju korosi suatu logam ditentukan oleh
besarnya voltage yang dialami.
Adanya kandungan oksigen terlarut atau disebut aerasi dapat mempengaruhi laju korosi.
Prinsip kerjanya adalah dua buah logam yang sama dipasangkan dan dicelup dalam elektrolit
yang konduktif dan korosif. Kemudian, secara bersamaan ke dalam larutan elektrolit yang
konduktif dan korosif. Kemudian, secara bersamaan ke dalam larutan elektrolit itu
dihembuskan H2 ( atau N2 ) dan udara, sehingga terbentuk sel diferensial aerasi diantara dua
logam tersebut.
Reaksi yang terjadi yaitu:
Fe Fe2+ + 2e- (pada anoda) ..(2.4)
2H2O + 2e- 2OH- + H2 (pada katoda) . (2.5)
Reaksi anoda pada daerah yang teraerasi, sama seperti di atas, dan dengan area elektroda yang
sama, kurva polarisasi anodik sama dengan sisi yang tidak teraerasi. Reaksi reduksi yang
terjadi yaitu :
O2 + 2H2O + 4e- 4OH- ..(2.6)
Laju korosi dari katoda yang tidak berpasangan dikontrol oleh polarisasi konsentrasi dan
diffusi oksigen terlarut. Potensial korosi katoda tak berpasangan pada elektroda teraerasi
adalah E corr C. Jika dua buah elektroda dipanaskan, maka luas daerah dan arus merupakan
hasil dari reaksi anoda dan akan meningkat 2 kali, tapi arus katoda tetap dikontrol oleh arus
reduksi pada elektrolit teraerasi. Laju korosi pada anoda akan meningkat, sedang pada katoda
akan menurun. Perbedaan laju korosi antar anoda dan katoda juga dipengaruhi oleh perubahan
konsentrasi (Sulistijono,1999).
II.4 Efek dari Oksigen dan Oxidizer
Efek dari oxidizers pada laju korosi dapat dilihat pada gambar dibawah ini:
LAPORAN PRAKTIKUM
KOROSI DAN PENGENDALIAN KOROSI
GENAP 2016
oksigen
adalah
10
ppm
dan
Mulai
BAB III
METODE PERCOBAAN
Merangkai rangkain listrik
LAPORAN PRAKTIKUM
KOROSI DAN PENGENDALIAN KOROSI
GENAP 2016
Selesai
Larutan NaCl 3%
2 Buah
1 Buah
1 Buah
1 Buah
2 Buah
750 ml
1 Mengisi kedua beaker glass masing-masing dengan larutan 3% NaCl sebanyak 750 ml.
2
3
5
6
potensial nol.
Menginjeksikan oksigen dengan menggunakan aerator di salah satu beaker glass.
Mencatat potensial yang timbul setelah beberapa menit.
2. Menyaipkan alat dan bahan berupa voltameter, kabel, dan jembatan garam
LAPORAN PRAKTIKUM
KOROSI DAN PENGENDALIAN KOROSI
GENAP 2016
10
BAB IV
LAPORAN PRAKTIKUM
KOROSI DAN PENGENDALIAN KOROSI
GENAP 2016
11
Keterangan ( OH
Waktu (Menit)
Dearisasi
-0,78
Aerasi
-0,81
Aerasi
-0,85
Aerasi
-0,88
Aerasi
-0,81
Aerasi
E = 0,44 V
E = 0,40 V
E = 0,84 V
E = 0,44 V
E = - 0,83 V
E = -0,39 V
Setelah di Couple :
Sel Aerator, Bersifat katodik :O2 + 2H2O + 4e- 4OHSel Deaerator, Bersifat anodic :2Fe 2Fe2+ + 4e-
E = 0,40 V
E = -0.44 V
Persamaan Nerst:
E=E
0.059
[OH ]
log
m
n
[ Fe]
..(4.1)
[OH ]n
0.059
E=E
log
n
LAPORAN PRAKTIKUM
KOROSI DAN PENGENDALIAN KOROSI
GENAP 2016
12
10
2
[6]
0.059
OH 4
0,78=0,84
log
4
0,78 = 0,84 0,01475 [4log[OH-] 2log10-6]
0,78 = 0,84 0,01475 [4log[OH-] + 12]
0,78 = 0,84 [0,059log[OH-] + 0,177]
0,06 = 0,059log[OH-] + 0,177
log[OH-] = -1,98
[OH-] = 0,01 mol
Pada waktu (t) 2 menit dan beda potensial (V) 0,81
Fe
[OH ]n
0.059
E=E
log
n
4
0.059
OH
0,81=0,84
log
6 x 2
4
[ 10 ]
0,81 = 0,84 0,01475 [4log[OH-] 2log10-6]
0,81 = 0,84 0,01475 [4log[OH-] + 12]
0,81 = 0,84 [0,059log[OH-] + 0,177]
0,03 = 0,059log[OH-] + 0,177
log[OH-] = -2,49
[OH-] = 3,22.10-3 mol
Pada waktu (t) 3 menit dan beda potensial (V) 0,85
Fe
[OH ]n
0.059
E=E
log
n
0.059
OH 4
0,85=0,84
log
6 x 2
4
[ 10 ]
0,85 = 0,84 0,01475 [4log[OH-] 2log10-6]
0,85 = 0,84 0,01475 [4log[OH-] + 12]
0,85 = 0,84 [0,059log[OH-] + 0,177]
0,01 = 0,059log[OH-] + 0,177
log[OH-] = -2,83
[OH-] = 1,48.10-3 mol
Pada waktu (t) 4 menit dan beda potensial (V) 0,88
LAPORAN PRAKTIKUM
KOROSI DAN PENGENDALIAN KOROSI
GENAP 2016
13
Fe
[OH ]n
0.059
E=E
log
n
4
0.059
OH
0,88=0,84
log
6 x 2
4
[ 10 ]
0,88 = 0,84 0,01475 [4log[OH-] 2log10-6]
0,88 = 0,84 0,01475 [4log[OH-] + 12]
0,88 = 0,84 [0,059log[OH-] + 0,177]
-0,04 = 0,059log[OH-] + 0,177
log[OH-] = -3,68
[OH-] = 2,1.10-4 mol
Pada waktu (t) 5 menit dan beda potensial (V) 0,81
Fe
[OH ]n
0.059
E=E
log
n
0.059
OH 4
0,81=0,84
log
6 x 2
4
[ 10 ]
0,81 = 0,84 0,01475 [4log[OH-] 2log10-6]
0,81 = 0,84 0,01475 [4log[OH-] + 12]
0,81 = 0,84 [0,059log[OH-] + 0,177]
0,03 = 0,059log[OH-] + 0,177
log[OH-] = -2,49
[OH-] = 3,22.10-3 mol
d) Data hasil perhitungan molaritas
Waktu
(Menit)
Beda Potensial
(V)
Keterangan (
OH
OH(Mol)
Dearisasi
-0,78
Aerasi
0,01
-0,81
Aerasi
3,22.10-3
-0,85
Aerasi
1,48.10-3
-0,88
Aerasi
2,1.10-4
-0,81
Aerasi
3,22.10-3
IV.2 Pembahasan
LAPORAN PRAKTIKUM
KOROSI DAN PENGENDALIAN KOROSI
GENAP 2016
14
Sel diferensial aerasi adalah gaya elektromotif yang terjadi akibat perbedaan
konsentrasi oksigen dalam sebuah larutan elektrolit pada elektroda yang sama. Perbedaan
potensial terjadi akibat kelarutan oksigen yang berbeda. Elektroda yang memiliki kelarutan
oksigen paling besar akan bersifat katodik sedangkan kelarutan oksigen yang paling rendah
akan bersifat sebagai anodik.
Dalam praktikum ini bahan yang diperlukan yaitu aerator, sebuah multitester,
jembatan garam, dan dua buah beakerglass 1000ml. Sedangkan bahan yang diperlukan yaitu
dua buah logam besi dan larutan NaCl 3% sebanyak 750ml.
Untuk melakukan percobaan ini, pertama kali yang dilakukan yaitu memasukkan
logam besi kedalam beakerglass yang sudah tersisi larutan NaCl 3%. Lalu kedua beakerglass
ini dihubungkan dengan jembatan garam, sedangkan kedua logam dihubungkan dengan
multitester. Mengatur letak logam agar terjadi beda potensial antara kedua logam sebesar nol.
Selanjutnya, aerator diinjeksikan kesalah satu beakerglass sehingga oksigen dapat masuk
kedalam larutan. Hal ini mengakibatkan terjadi perubahan beda potensial. Beda potensial ini
kemudia dicatat tiap menitnya sampai menit ke-lima.
Dari percobaan kami dapat melihat bahwa tiap kenaikan waktu (menit) akan
mengakibatkan beda potensial semakin besar. Hal ini dapat dilihat pada menit pertama sampai
menit ke-empat yaitu -0,78V ; -0,81V; -0,85V; dan -0,88V. Namun pada menit kelima terjadi
penurunan potensial -0,81V. Hal ini terjadi karena konsentrasi oksigen di dalam beakerglass
yang diinjeksikan aerator mengalami peningkatan konsentrasi oksigen. Logam besi pada
kondisi ini akan mengakibatkan logam menjadi katoda dengan persamaan:
O2 + 2H2O + 4e- 4OHSedangkan pada logam yang miskin oksigen akan bersifat anoda dengan persamaan:
Fe Fe2+ + 2ePada logam yang bersifat anoda akan mengalami oksidasi sehingga logam ini akan terjadi
korosi.
Dari percobaan itu dapat ditarik kesimpulan bahwa pemberian oksigen akan
mengubah nilai potensial dari suatu material dengan jumlah oksigen terlarut sebesar: 0,01mol;
3,22.10-3 mol; 1,48.10-3 mol; dan 1,48.10-3 mol. Dengan perubahannya potensial ini oksigen
mengakibatkan besi menjadi terkorosi.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
Dari percobaan sel aerasi ini, kelompok kami menarik kesimpulan bahwa :
LAPORAN PRAKTIKUM
KOROSI DAN PENGENDALIAN KOROSI
GENAP 2016
15
1. Dengan penambahan oksigen akan mengakibatkan terjadi perbedaan potensial dengan besar
beda potensial 0 pada deaerasi dan pada aerasi sebesar-0,78V ; -0,81V; -0,85V; dan
-0,88V.
2. Pada material yang konsentrasi oksigen tinggi akan menjadi katoda sedangkan konsentrasi oksigen
rendah menjadi anoda sehingga terkorosi
LAPORAN PRAKTIKUM
KOROSI DAN PENGENDALIAN KOROSI
GENAP 2016
16
DAFTAR PUSTAKA
Sulistijono. 1999. Diktat Kuliah Korosi. Surabaya: Fakultas Teknologi Industri ITS
Fontana, Mars G. 1987. Corrosion Engineering Third Volume. Ohio: McGraw-Hill Book
Company
Pinem, Muhammad Daud. 2005. Jurnal Teknik SIMETRIKA Vol. 4 No. 1 Korosi dan
Rekayasa Permukaan. Medan: Politeknik Negeri Medan
LAPORAN PRAKTIKUM
KOROSI DAN PENGENDALIAN KOROSI
GENAP 2016
LAPORAN SEMENTARA
PRAKTIKUM SEL AERASI
KELOMPOK
ASISTEN
ANGGOTA
:1
:Ilmi
:Farisi,Rinush,Faizal,Agny,Hisaya
1. Perubahan Potensial
Waktu (Menit)
Keterangan ( OH
Dearisasi
-0,78
Aerasi
-0,81
Aerasi
-0,85
Aerasi
-0,88
Aerasi
-0,81
Aerasi
Setelah di Couple
Sel Aerator, Sebagai
Sel Dearator, Sebagai
LAPORAN PRAKTIKUM
KOROSI DAN PENGENDALIAN KOROSI
GENAP 2016
:Katodik
O2 + 2H2O + 4e- 4OH: Anodik
2Fe 2Fe2+ + 4e-