Anda di halaman 1dari 18

LABORATORIUM KOROSI DAN PENGENDALIAN KOROSI

JURUSAN TEKNIK MATERIAL DAN METALURGI


FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER

ABSTRAK
Korosi merupakan proses kegagalan yang terjadi pada suatu material akibat dari
lingkungannya. Korosi ataupun karat ini dapat kita jumpai sehari-hari seperti peralatan rumah
tangga, kedaraan bermotor, dan sebagainya. Karat yang biasa kita lihat terjadi pada logam
besi Fe. Besi akan berkarat menjadi lapisan oksida yang berwarna kecoklatan. Salah satu
penyebab terjadinya korosi yaitu oksigen. Oksigen ini dapat bersentuhan dengan logam dalam
media air, tanah, maupun udara. Oleh karena itu, oksigen berperan penting dalam proses
korosi. Korosi yang terjadi akibat dari perbedaan konsentrasi oksigen ini adalah crevice
corrosion. Oleh karena itu, untuk mengetahui proses terjadinya korosi ini, kami melakukan
percobaan sel aerasi ini. Percobaan ini bertujuan agar kami dapat mengetahui apa yang tejadi
pada suatu logam (besi) jika terletak pada konsentarasi oksigen yang berbeda sehingga
menghasilkan beda potensial yang dapat menyebabkan korosi dalam medium korosif. Dalam
uji praktikum ini bertujuan untuk menunjukkan adanya beda potensial antara 2 larutan dengan
perbedaan konsentrasi oksigen dan menjelaskan proses terjadinya korosi akibat sel aerasi.
Untuk melakukan percobaan ini, bahan yang diperlukan yaitu aerator, sebuah multitester,
jembatan garam, dan dua buah beakerglass 1000ml. Sedangkan bahan yang diperlukan yaitu
dua buah logam besi dan larutan NaCl 3% sebanyak 750ml.Untuk melakukan percobaan ini,
pertama kali yang dilakukan yaitu memasukkan logam besi kedalam beakerglass yang sudah
tersisi larutan NaCl 3%. Lalu kedua beakerglass ini dihubungkan dengan jembatan garam,
sedangkan kedua logam dihubungkan dengan multitester. Mengatur letak logam agar terjadi
beda potensial antara kedua logam sebesar nol. Selanjutnya, aerator diinjeksikan kesalah satu
beakerglass sehingga oksigen dapat masuk kedalam larutan. Hal ini mengakibatkan terjadi
perubahan beda potensial. Beda potensial ini kemudia dicatat tiap menitnya sampai menit kelima.Dari percobaan kami dapat melihat bahwa tiap kenaikan waktu (menit) akan
mengakibatkan beda potensial semakin besar. Hal ini dapat dilihat pada menit pertama sampai
menit ke-empat yaitu -0,78V ; -0,81V; -0,85V; dan -0,88V dengan jumlah oksigen terlarut
sebesar: 0 mol pada deaerasi dan 0,01mol; 3,22.10-3 mol; 1,48.10-3 mol; dan 1,48.10-3 mol pada
aerasi.Dari percobaan ini kami dapat menarik kesimpulan bahwa dengan penambahan oksigen
akan mengakibatkan terjadi perbedaan potensial dengan besar beda potensial 0 pada deaerasi
dan pada aerasi sebesar-0,78V ; -0,81V; -0,85V; dan -0,88V. Pada material yang konsentrasi
oksigen tinggi akan menjadi katoda sedangkan konsentrasi oksigen rendah menjadi anoda sehingga
terkorosi. Pada sel tunggal, elektroda yang terkena oksigen akan terjadi korosi.

DAFTAR ISI
LAPORAN PRAKTIKUM
KOROSI DAN PENGENDALIAN KOROSI
GENAP 2016

LABORATORIUM KOROSI DAN PENGENDALIAN KOROSI


JURUSAN TEKNIK MATERIAL DAN METALURGI
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER

ABSTRAK .....i
DAFTAR ISI .ii
BAB I PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang.1
I.2 Rumusan Masalah1
I.3 Tujuan Percobaan 1
BAB II Tinjauan Pustaka
II.1 Mekanisme Korosi..2
II.2 Sel Deferensial Aerasi 4
II.3 Polarisasi.4
II.4 Efek dari Oksigen dan Oksidizer5
BAB III METODE PERCOBAAN
III.1 Diagram Alir.8
III.2 Alat dan Bahan Percobaan....8
III.3 Metode Percobaan.9
III.4 Skema Percobaan .9
BAB IV Analisis Data dan Pembahasan
IV.1 Analisis Data...11
IV.2 Pembahasan..13
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN....15
DAFTARP PUSTAKA .iii
LAMPIRAN LAPORAN SEMENTARA

LAPORAN PRAKTIKUM
KOROSI DAN PENGENDALIAN KOROSI
GENAP 2016

LABORATORIUM KOROSI DAN PENGENDALIAN KOROSI


JURUSAN TEKNIK MATERIAL DAN METALURGI
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER

BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Korosi merupakan proses kegagalan yang terjadi pada suatu material akibat dari
lingkungannya. Korosi ataupun karat ini dapat kita jumpai sehari-hari seperti peralatan
rumah tangga, kedaraan bermotor, dan sebagainya. Karat yang biasa kita lihat terjadi
pada logam besi Fe. Besi akan berkarat menjadi lapisan oksida yang berwarna
kecoklatan.
Korosi sangatlah dihindari pada kondisi apapun dan , terutama di perusahaan
yang berkecimpung dan berhubungan dengan logam seperti perusahaan minyak dan
gas,perusahaan pertambangan, perusahaan manufaktur logam, dll. Korosi sangat
berbahaya karena dapat menurunkan kekuatan dan sifat mekanik pada suatu logam
seperti Fe. Turunnya kekuatan logam mempengaruhi kinerja dari suatu logam tersebut
dan menyebabkan kurang maksimalnya dari alat tersebut. Hal ini sangat berbahaya
pada suatu industri bila terus dibiarkan. Korosi selain dapat mendegradasi suatu logam
seperti Fe, korosi juga dapat menghasilkan lapisan yang melindungi logam itu sendiri
seperti yang terjadi pada logam Al. Pada kondisi tertentu sudah banyak perlindungan
maupun pengendalian korosi pada suatu logam agar tidak terkorosi.
Salah satu penyebab terjadinya korosi yaitu oksigen. Oksigen ini dapat
bersentuhan dengan logam dalam media air, tanah, maupun udara. Oleh karena itu,
oksigen berperan penting dalam proses korosi. Korosi yang terjadi akibat dari
perbedaan konsentrasi oksigen ini adalah crevice corrosion. Oleh karena itu, untuk
mengetahui proses terjadinya korosi ini, kami melakukan percobaan sel aerasi ini.
Percobaan ini bertujuan agar kami dapat mengetahui apa yang tejadi pada suatu logam
(besi) jika terletak pada konsentarasi oksigen yang berbeda sehingga menghasilkan
beda potensial yang dapat menyebabkan korosi dalam medium korosif.
I.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah dari percobaan ini adalah:
1. Apakah akan terjadi perbedaan potensial pada logam Fe pada 2 larutan dengan konsentrasi
oksigen berbeda ?
2. Apakah proses yang terjadi pada korosi akibat sel aerasi ?
I.3 Tujuan Percobaan
Tujuan dari percobaan Sel Aerasi ini adalah:
1. Menunjukkan adanya beda potensial antara 2 larutan dengan perbedaan konsentrasi
oksigen.
2. Menjelaskan proses terjadinya korosi akibat sel aerasi.
LAPORAN PRAKTIKUM
KOROSI DAN PENGENDALIAN KOROSI
GENAP 2016

LABORATORIUM KOROSI DAN PENGENDALIAN KOROSI


JURUSAN TEKNIK MATERIAL DAN METALURGI
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Mekanisme Korosi
Korosi didefinisikan sebagai perusakan, penurunan mutu material (logam) akibat
terjadinya reaksi dengan lingkungannya. Menurut mekanisme terbentuknya korosi,
diklasifikasikan menjadi korosi temperature rendah (low temperature corrosion/wet
corrosion/electrochemical corrosion) reaksi elektrokimia, missal korosi di media elektrolit,
dan korosi temperature tinggi (high temperature corrosion/dry corrosion/chemical
corrosion/oxidation) reaksi kimia, misalkan korosi pada ruang bakar, sudu turbin
(Sulistijono,1999)
Korosi kimia atau korosi kering atau korosi temperature tinggi atau adalah
proses korosi yang terjadi melalui reaksi kimia secara murni yang terjadi tanpa adanya
elektrolit atau bisa dikatakan tidak melibatkan air dengan segala bentuknya. Korosi
kimia biasanya terjadi pada kondisi temperatur tinggi atau dalam keadaan kering yang
melibatkan logam (M) dengan oksigen, nitrogen, sulfida. Proses oksidasinya adalah
sebagai berikut :
M

M + 2e .(2.1)

O2 + 2e

O2 .(2.2)

M +O2

MO . (2.3)

Pertumbuhan Oksida :
1.Awal proses oksida adalah pembentukan oksida dimana terjadi penarikan oksigen ke
permukaan logam.
2.Reaksi antara oksigen dengan logam.
3.Oksidasi terbentuk di permukaan logam
4.Proses berikutnya adalah pertumbuhan oksida yang telah terbentuk.

\
Gambar 2.1 Mekanisme pertumbuhan oksida
LAPORAN PRAKTIKUM
KOROSI DAN PENGENDALIAN KOROSI
GENAP 2016

LABORATORIUM KOROSI DAN PENGENDALIAN KOROSI


JURUSAN TEKNIK MATERIAL DAN METALURGI
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER

Penyebab korosi temperatur tinggi adalah :


1. Oksidasi
Reaksi yang paling penting pada korosi temperatur tinggi, membentuk lapisan oksida yang
dapat menahan serangan dari peristiwa korosi yang lain bila jumlah oksigen dilingkungannya
cukup (jumlah oksigen dalam lingkungan disebut oksigen potensial). Tetapi harus terkontrol
dan oksidasinya terbentuk dari senyawa dengan unsur unsur yang menguntungkan.
2.Karburasi dan metal dusting
Terjadi dalam lingkungan yang mengandung CO, CH4 dan gas hidrokarbon lainnya.
Penguraian C kepermukaan logam mengakibatkan penggetasan dan degradasi sifat mekanik
lainnya.
3.Nitridasi
Terjadi pada lingkungan yang mengandung ammonia, terutama pada potensial oksigen yang
rendah. Penyerapan nitrogen yang berlebihan akan membentuk presipitat nitrida di batas butir
dan menyebabkan penggetasan.
4.Korosi oleh Halogen
Senyawa halida akibat penyerapan halogen oleh logam, dapat bersifat mudah menguap atau
mencair pada temperatur rendah. Kenyataan ini mengakibatkan perusakan yang sangat parah.
5.Sulfidasi
Terjadi dalam lingkungan yang mengandung bahan bakar atau hasil pembakaran yang
mengandung sulfur. Dengan oksigen membentuk SO2 dan SO3 yang bersifat pengoksidasi
yang kurang agresif dibandingkan H2S yang bersifat pereduksi, tetapi dapat terjadi efek
penguatan dengan adanya Na dan K yang akan membentuk uap yang kemudian akan
mengendap kepermukaan logam pada temperatur yang lebih rendah dan merudak permukaan
6.Korosi deposit abu dan garam
Deposit dapat mengakibatkan turunnya aktifitas oksigen dan menaikkan aktifitas sulfur,
sehingga merusak lapisan pasif dan mempersulit pembentukannya kembali. Deposit biasanya
mengandung S, Cl, Zn, Pb dan K
7.Korosi karena logam cair
Terjadi pada proses yang mempergunakan logam cair, misalnya heat treatment dan refining
process. Korosi terjadi dalam bentuk pelarutan logam dan oksidanya akan semakin hebat
dengan adanya uap air dan oksigen

LAPORAN PRAKTIKUM
KOROSI DAN PENGENDALIAN KOROSI
GENAP 2016

LABORATORIUM KOROSI DAN PENGENDALIAN KOROSI


JURUSAN TEKNIK MATERIAL DAN METALURGI
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER

Sedangkan korosi elektrokimia atau korosi basah terjadi bila reaksinya


berlangsung dalam suatu elektrolit dan terjadi perpindahan elektron antara bahanbahan yang bersangkutan. Reaksi inilah yang banyak terjadi pada proses korosi.
II.2 Sel Deferensial Aerasi
Korosi logam dalam lingkungan berair terjadi oleh mekanisme elektro kimia yang
melibatkan pelarutan logam sebagai ion (misal: Fe Fe2+ + 2e). Elektron berlebih yang
dihasilkan dalam elektrolit mereduksi ion hidrogen (khususnya dalam larutan asam) sesuai
reaksi: 2H+ + 2e H2 sehingga gas keluar dari logam, atau membentuk ion hidroksil dengan
mereduksi oksigen yang larut sesuai reaksi: O 2 + 4e + 2H2O 4OH-Jadi laju korosi
berhubungan dengan aliran elektron atau arus listrik. Pada (Gambar 4) diperlihatkan sel aerasi
diferensial ion Fe2+ masuk ke larutan dari anoda dan ion OH- dari katoda, dan apabila
keduanya bertemu mereka membentuk ferohidroksida Fe(OH)2. Namun, bergantung pada
aerasi, oksidasi mungkin menghasilkan Fe(OH)3 karat-merah Fe2O3.H2O atau magnetit-hitam
Fe3O4. Proses seperti ini penting bilamana air, khususnya air laut memenuhi celah (crevice)
yang terjadi selama pemakaian, manufaktur atau disain. Pada korosi jenis ini, pemasukan
oksigen ke daerah katodik besar, sering terjadi serangan lokal yang gawat di daerah anoda
yang kecil sehingga membentuk sumuran, goresan, celah, dan sebagainya (Pinem Muhammad
Daud,2005).

Gambar 2.2 Korosi Besi oleh Aerasi Differensial


II.3 Polarisasi
Polarisasi adalah penyimpangan potensial dari keadaan setimbang akibat
adanya hubungan. Besar dari polarisasi yang dialami oleh suatu elektroda disebut
overvoltage. Polarisasi pada katoda selalu bernilai negative dan sebaliknya polarisasi
pada anoda selalu bernilai positif, polarisasi anoda selalu berorientasi anodic dan
polarisasi anoda akan berorientasi katodik.

LAPORAN PRAKTIKUM
KOROSI DAN PENGENDALIAN KOROSI
GENAP 2016

LABORATORIUM KOROSI DAN PENGENDALIAN KOROSI


JURUSAN TEKNIK MATERIAL DAN METALURGI
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER

Saat arus mengalir potensial dari katoda mengecil , reaksi pada masing-masing
elektroda semakin sulit. Potensial dan arus korosi ini lah yang akan menentukan kapan korosi
berlangsung dalam logam.
Kita dapat melihat dari diagram polarisasi bahwa laju korosi suatu logam ditentukan oleh
besarnya voltage yang dialami.
Adanya kandungan oksigen terlarut atau disebut aerasi dapat mempengaruhi laju korosi.
Prinsip kerjanya adalah dua buah logam yang sama dipasangkan dan dicelup dalam elektrolit
yang konduktif dan korosif. Kemudian, secara bersamaan ke dalam larutan elektrolit yang
konduktif dan korosif. Kemudian, secara bersamaan ke dalam larutan elektrolit itu
dihembuskan H2 ( atau N2 ) dan udara, sehingga terbentuk sel diferensial aerasi diantara dua
logam tersebut.
Reaksi yang terjadi yaitu:
Fe Fe2+ + 2e- (pada anoda) ..(2.4)
2H2O + 2e- 2OH- + H2 (pada katoda) . (2.5)
Reaksi anoda pada daerah yang teraerasi, sama seperti di atas, dan dengan area elektroda yang
sama, kurva polarisasi anodik sama dengan sisi yang tidak teraerasi. Reaksi reduksi yang
terjadi yaitu :
O2 + 2H2O + 4e- 4OH- ..(2.6)
Laju korosi dari katoda yang tidak berpasangan dikontrol oleh polarisasi konsentrasi dan
diffusi oksigen terlarut. Potensial korosi katoda tak berpasangan pada elektroda teraerasi
adalah E corr C. Jika dua buah elektroda dipanaskan, maka luas daerah dan arus merupakan
hasil dari reaksi anoda dan akan meningkat 2 kali, tapi arus katoda tetap dikontrol oleh arus
reduksi pada elektrolit teraerasi. Laju korosi pada anoda akan meningkat, sedang pada katoda
akan menurun. Perbedaan laju korosi antar anoda dan katoda juga dipengaruhi oleh perubahan
konsentrasi (Sulistijono,1999).
II.4 Efek dari Oksigen dan Oxidizer
Efek dari oxidizers pada laju korosi dapat dilihat pada gambar dibawah ini:

LAPORAN PRAKTIKUM
KOROSI DAN PENGENDALIAN KOROSI
GENAP 2016

LABORATORIUM KOROSI DAN PENGENDALIAN KOROSI


JURUSAN TEKNIK MATERIAL DAN METALURGI
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER

Gambar 2.3 Laju Korosi pada penambahan Oxidizer


Gambar ini dibagi menjadi tiga bagian. Perilaku pada bagian pertama, merupakan
karkateristik logam pada umumnya dan juga dalam kondisi aktif. Pasif dapat terjadi jika
jumlah oxidizer dalam medium cukup. Pada grafik 1, laju korosi akan meningkat saat
konsentrasi oksigen juga ditingkatkan. Hal ini terjadi pada monel dan tembaga dalam larutan
asam yang mengandung oksigen. Kedua logam ini tidak dapat di pasifkan. Pada besi, bisa
dipasifkan dengan kelarutan oksigen dalam air terbatas.
Jika aktif-pasif logam membentuk pasif pada suatu medium, penambahan agen
oksidasi tidak akan menimbulkan efek pada laju korosi. Kondisi ini biasanya terjadi pada
aktif-pasif logam diimerse dalam medium asam nitrat ataupun besi klorida. Perilaku ini
tampak pada grafik bagian 2, dan 3 merupakan hasil dari ketika logam pada kondisi pasif,
terkena oxidizer yang sangat kuat dan membuat transisi ke daerah transpasif. Hal ini dapat
terjadi pada stainless steel pada medium korosi yang ditambahkan kromat.
Dari penjelasan diatas, efek penamabahan oksidizer ataupun keberadaan oksigen
dalam laku korosi tergantung pada mediu dan logam itu sendiri. Laju korosi mungkin
meningkat saat penambahan oxidizer, oxidizer mungkin dapat memberi efek tidak berarti,
ataupun pengamatan pada perilaku kompleks (Fontana Mars,1986).
Adanya oksigen yang terlarut akan menyebabkan korosi pada metal seperti laju korosi
pada mild stell alloys akan bertambah dengan meningkatnya kandungan oksigen. Kelarutan
oksigen dalam air merupakan fungsi dari tekanan, temperatur dan kandungan klorida. Untuk
LAPORAN PRAKTIKUM
KOROSI DAN PENGENDALIAN KOROSI
GENAP 2016

LABORATORIUM KOROSI DAN PENGENDALIAN KOROSI


JURUSAN TEKNIK MATERIAL DAN METALURGI
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER

tekanan 1 atm dan temperatur kamar, kelarutan

oksigen

adalah

10

ppm

dan

kelarutannya akan berkurang dengan


bertambahnya temperatur dan konsentrasi garam. Sedangkan kandungan oksigen dalam
kandungan minyak-air yang dapat mengahambat timbulnya korosi adalah 0,05 ppm atau
kurang. Reaksi korosi secara umum pada besi karena adanya kelarutan oksigen adalah
sebagai berikut :
Reaksi Anoda : Fe Fe2- + 2e- .(2.7)
Reaksi katoda : 02 + 2H20 + 4e- 4OH- ..(2.8)

Mulai

Prepasi Alat dan Bahan

III.3 Diagram Alir

BAB III
METODE PERCOBAAN
Merangkai rangkain listrik

Menghubungkan kedua beaker glass dengan jembatan garam

Menginjeksikan oksigen dengan menggunakan aerator

Mencatat potensial yang timbul

Analisis Data dan Pembahasan


9

LAPORAN PRAKTIKUM
KOROSI DAN PENGENDALIAN KOROSI
GENAP 2016
Selesai

LABORATORIUM KOROSI DAN PENGENDALIAN KOROSI


JURUSAN TEKNIK MATERIAL DAN METALURGI
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER

Gambar 3.1 Diagram Alir Skema Percobaan


III.2 Alat dan Bahan Percobaan
III.2.1 Alat-Alat Percobaan
1 Beaker Glass 1000 ml
2 Multitester
3 Jembatan Garam
4 Aerator
III.2.2 Bahan-Bahan Percobaan
1 Logam Fe dengan luas permukaan sama
2

Larutan NaCl 3%

2 Buah
1 Buah
1 Buah
1 Buah
2 Buah
750 ml

III.3 Metode Percobaan

1 Mengisi kedua beaker glass masing-masing dengan larutan 3% NaCl sebanyak 750 ml.
2
3

Menghubungkan kedua beaker glass tersebut dengan jembatan garam pipa U.


Mencelupkan lempeng baja yang sudah diamplas ke dalam masing-masing beaker glass

dan menghubungkan dengan multitester seperti pada gambar.


Mengatur posisi kedua lempeng baja tersebut hingga multitester menunjukan harga beda

5
6

potensial nol.
Menginjeksikan oksigen dengan menggunakan aerator di salah satu beaker glass.
Mencatat potensial yang timbul setelah beberapa menit.

III.4 Skema Percobaan


1. Menyiapkan larutan 3% NaCl sebanyak 750 ml

2. Menyaipkan alat dan bahan berupa voltameter, kabel, dan jembatan garam

LAPORAN PRAKTIKUM
KOROSI DAN PENGENDALIAN KOROSI
GENAP 2016

10

LABORATORIUM KOROSI DAN PENGENDALIAN KOROSI


JURUSAN TEKNIK MATERIAL DAN METALURGI
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER

3. Menyusun rangkaian seperti gambar dibawah ini dan meginjeksikan aerator

4. Mencatat perubahan potensial yang terjadi

BAB IV
LAPORAN PRAKTIKUM
KOROSI DAN PENGENDALIAN KOROSI
GENAP 2016

11

LABORATORIUM KOROSI DAN PENGENDALIAN KOROSI


JURUSAN TEKNIK MATERIAL DAN METALURGI
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER

ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN


IV.1 Analisa Data

Keterangan ( OH

Waktu (Menit)

Beda Potensial (V)

Dearisasi

-0,78

Aerasi

-0,81

Aerasi

-0,85

Aerasi

-0,88

Aerasi

-0,81

Aerasi

a) Reaksi yang terjadi


Sebelum di couple (Aerasi)
Anoda : 2Fe 2Fe2+ + 4eKatoda : O2 + 2H2O + 4e- 4OH: 2Fe + 2O2 + 2H2O 2Fe2+ + 4OHSebelum di couple (Daerasi)
Anoda : 2Fe 2Fe2+ + 4eKatoda : 2H2O + 4e- 4H2 + 2OH-

E = 0,44 V
E = 0,40 V
E = 0,84 V
E = 0,44 V
E = - 0,83 V

: 2H2O + 2Fe 2Fe2+ + 2OH- + 4H2

E = -0,39 V

Setelah di Couple :
Sel Aerator, Bersifat katodik :O2 + 2H2O + 4e- 4OHSel Deaerator, Bersifat anodic :2Fe 2Fe2+ + 4e-

E = 0,40 V
E = -0.44 V

O2 + 2H2O + 2Fe 4OH- + 2Fe2+ E = 0,84 Volt


b) Mencari nilai OHn

Persamaan Nerst:

E=E

0.059
[OH ]
log
m
n
[ Fe]

..(4.1)

Pada waktu (t) 1 menit dan beda potensial (V) 0,78


Fe

[OH ]n
0.059
E=E
log
n

LAPORAN PRAKTIKUM
KOROSI DAN PENGENDALIAN KOROSI
GENAP 2016

12

LABORATORIUM KOROSI DAN PENGENDALIAN KOROSI


JURUSAN TEKNIK MATERIAL DAN METALURGI
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER

10
2
[6]
0.059
OH 4
0,78=0,84
log

4
0,78 = 0,84 0,01475 [4log[OH-] 2log10-6]
0,78 = 0,84 0,01475 [4log[OH-] + 12]
0,78 = 0,84 [0,059log[OH-] + 0,177]
0,06 = 0,059log[OH-] + 0,177
log[OH-] = -1,98
[OH-] = 0,01 mol
Pada waktu (t) 2 menit dan beda potensial (V) 0,81

Fe

[OH ]n
0.059
E=E
log

n
4
0.059
OH
0,81=0,84
log
6 x 2
4
[ 10 ]
0,81 = 0,84 0,01475 [4log[OH-] 2log10-6]
0,81 = 0,84 0,01475 [4log[OH-] + 12]
0,81 = 0,84 [0,059log[OH-] + 0,177]
0,03 = 0,059log[OH-] + 0,177
log[OH-] = -2,49
[OH-] = 3,22.10-3 mol
Pada waktu (t) 3 menit dan beda potensial (V) 0,85
Fe

[OH ]n
0.059
E=E
log
n
0.059
OH 4
0,85=0,84
log
6 x 2
4
[ 10 ]
0,85 = 0,84 0,01475 [4log[OH-] 2log10-6]
0,85 = 0,84 0,01475 [4log[OH-] + 12]
0,85 = 0,84 [0,059log[OH-] + 0,177]
0,01 = 0,059log[OH-] + 0,177
log[OH-] = -2,83
[OH-] = 1,48.10-3 mol
Pada waktu (t) 4 menit dan beda potensial (V) 0,88

LAPORAN PRAKTIKUM
KOROSI DAN PENGENDALIAN KOROSI
GENAP 2016

13

LABORATORIUM KOROSI DAN PENGENDALIAN KOROSI


JURUSAN TEKNIK MATERIAL DAN METALURGI
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER

Fe

[OH ]n
0.059
E=E
log
n
4
0.059
OH
0,88=0,84
log
6 x 2
4
[ 10 ]
0,88 = 0,84 0,01475 [4log[OH-] 2log10-6]
0,88 = 0,84 0,01475 [4log[OH-] + 12]
0,88 = 0,84 [0,059log[OH-] + 0,177]
-0,04 = 0,059log[OH-] + 0,177
log[OH-] = -3,68
[OH-] = 2,1.10-4 mol
Pada waktu (t) 5 menit dan beda potensial (V) 0,81
Fe

[OH ]n
0.059
E=E
log

n
0.059
OH 4
0,81=0,84
log
6 x 2
4
[ 10 ]
0,81 = 0,84 0,01475 [4log[OH-] 2log10-6]
0,81 = 0,84 0,01475 [4log[OH-] + 12]
0,81 = 0,84 [0,059log[OH-] + 0,177]
0,03 = 0,059log[OH-] + 0,177
log[OH-] = -2,49
[OH-] = 3,22.10-3 mol
d) Data hasil perhitungan molaritas
Waktu
(Menit)

Beda Potensial
(V)

Keterangan (

OH

OH(Mol)

Dearisasi

-0,78

Aerasi

0,01

-0,81

Aerasi

3,22.10-3

-0,85

Aerasi

1,48.10-3

-0,88

Aerasi

2,1.10-4

-0,81

Aerasi

3,22.10-3

IV.2 Pembahasan
LAPORAN PRAKTIKUM
KOROSI DAN PENGENDALIAN KOROSI
GENAP 2016

14

LABORATORIUM KOROSI DAN PENGENDALIAN KOROSI


JURUSAN TEKNIK MATERIAL DAN METALURGI
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER

Sel diferensial aerasi adalah gaya elektromotif yang terjadi akibat perbedaan
konsentrasi oksigen dalam sebuah larutan elektrolit pada elektroda yang sama. Perbedaan
potensial terjadi akibat kelarutan oksigen yang berbeda. Elektroda yang memiliki kelarutan
oksigen paling besar akan bersifat katodik sedangkan kelarutan oksigen yang paling rendah
akan bersifat sebagai anodik.
Dalam praktikum ini bahan yang diperlukan yaitu aerator, sebuah multitester,
jembatan garam, dan dua buah beakerglass 1000ml. Sedangkan bahan yang diperlukan yaitu
dua buah logam besi dan larutan NaCl 3% sebanyak 750ml.
Untuk melakukan percobaan ini, pertama kali yang dilakukan yaitu memasukkan
logam besi kedalam beakerglass yang sudah tersisi larutan NaCl 3%. Lalu kedua beakerglass
ini dihubungkan dengan jembatan garam, sedangkan kedua logam dihubungkan dengan
multitester. Mengatur letak logam agar terjadi beda potensial antara kedua logam sebesar nol.
Selanjutnya, aerator diinjeksikan kesalah satu beakerglass sehingga oksigen dapat masuk
kedalam larutan. Hal ini mengakibatkan terjadi perubahan beda potensial. Beda potensial ini
kemudia dicatat tiap menitnya sampai menit ke-lima.
Dari percobaan kami dapat melihat bahwa tiap kenaikan waktu (menit) akan
mengakibatkan beda potensial semakin besar. Hal ini dapat dilihat pada menit pertama sampai
menit ke-empat yaitu -0,78V ; -0,81V; -0,85V; dan -0,88V. Namun pada menit kelima terjadi
penurunan potensial -0,81V. Hal ini terjadi karena konsentrasi oksigen di dalam beakerglass
yang diinjeksikan aerator mengalami peningkatan konsentrasi oksigen. Logam besi pada
kondisi ini akan mengakibatkan logam menjadi katoda dengan persamaan:
O2 + 2H2O + 4e- 4OHSedangkan pada logam yang miskin oksigen akan bersifat anoda dengan persamaan:
Fe Fe2+ + 2ePada logam yang bersifat anoda akan mengalami oksidasi sehingga logam ini akan terjadi
korosi.
Dari percobaan itu dapat ditarik kesimpulan bahwa pemberian oksigen akan
mengubah nilai potensial dari suatu material dengan jumlah oksigen terlarut sebesar: 0,01mol;
3,22.10-3 mol; 1,48.10-3 mol; dan 1,48.10-3 mol. Dengan perubahannya potensial ini oksigen
mengakibatkan besi menjadi terkorosi.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
Dari percobaan sel aerasi ini, kelompok kami menarik kesimpulan bahwa :

LAPORAN PRAKTIKUM
KOROSI DAN PENGENDALIAN KOROSI
GENAP 2016

15

LABORATORIUM KOROSI DAN PENGENDALIAN KOROSI


JURUSAN TEKNIK MATERIAL DAN METALURGI
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER

1. Dengan penambahan oksigen akan mengakibatkan terjadi perbedaan potensial dengan besar
beda potensial 0 pada deaerasi dan pada aerasi sebesar-0,78V ; -0,81V; -0,85V; dan
-0,88V.
2. Pada material yang konsentrasi oksigen tinggi akan menjadi katoda sedangkan konsentrasi oksigen
rendah menjadi anoda sehingga terkorosi

LAPORAN PRAKTIKUM
KOROSI DAN PENGENDALIAN KOROSI
GENAP 2016

16

LABORATORIUM KOROSI DAN PENGENDALIAN KOROSI


JURUSAN TEKNIK MATERIAL DAN METALURGI
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER

DAFTAR PUSTAKA
Sulistijono. 1999. Diktat Kuliah Korosi. Surabaya: Fakultas Teknologi Industri ITS
Fontana, Mars G. 1987. Corrosion Engineering Third Volume. Ohio: McGraw-Hill Book
Company
Pinem, Muhammad Daud. 2005. Jurnal Teknik SIMETRIKA Vol. 4 No. 1 Korosi dan
Rekayasa Permukaan. Medan: Politeknik Negeri Medan

LAPORAN PRAKTIKUM
KOROSI DAN PENGENDALIAN KOROSI
GENAP 2016

LABORATORIUM KOROSI DAN PENGENDALIAN KOROSI


JURUSAN TEKNIK MATERIAL DAN METALURGI
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER

LAPORAN SEMENTARA
PRAKTIKUM SEL AERASI
KELOMPOK
ASISTEN
ANGGOTA

:1
:Ilmi
:Farisi,Rinush,Faizal,Agny,Hisaya

1. Perubahan Potensial
Waktu (Menit)

Beda Potensial (V)

Keterangan ( OH

Dearisasi

-0,78

Aerasi

-0,81

Aerasi

-0,85

Aerasi

-0,88

Aerasi

-0,81

Aerasi

2. Reaksi yang terjadi


Sebelum di Couple
1. Aerasi
Anoda
: Fe Fe2+ + 2eKatoda
: O2 + 2H2O + 4e- 4OH2. Dearasi
Anoda
Katoda

: Fe Fe2+ + 2e: 2H2O + 2 e- H2 + 2OH-

Setelah di Couple
Sel Aerator, Sebagai
Sel Dearator, Sebagai

LAPORAN PRAKTIKUM
KOROSI DAN PENGENDALIAN KOROSI
GENAP 2016

:Katodik
O2 + 2H2O + 4e- 4OH: Anodik
2Fe 2Fe2+ + 4e-

Anda mungkin juga menyukai