Anda di halaman 1dari 23

TABUNG PITOT

LAPORAN

OLEH:

KELOMPOK II

LABORATORIUM MEKANIKA FLUIDA


PROGRAM STUDI KETEKNIKAN PERTANIAN
F A K U L T A S P E R T A N I A N
UNIVERISTAS SUMATERA UTARA
2014
TABUNG PITOT

LAPORAN

OLEH:

KELOMPOK II

Sri Ayu Febriani 130308064


Putri Azzahra 130308042
Eka Trikarlina 130308010
Evi Tri Ulina Ginting 130308090
Sahat Marito Marbun 130308011
Thomas H Panjaitan 130308074
Hasanul Basri Siregar 130308007

Laporan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Dapat Mengikuti Praktikal Test
Di Laboratorium Keteknikan Pertanian Program Studi Keteknikan
Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara

Medan, 10 Desember 2014


Asisten Korektor Asisten Korektor

(Ade Rahmi Alhas) (Ardelimas ARS)


NIM: 110308033 NIM: 110308046

Diketahui Oleh:
Dosen Penanggung Jawab

(Prof. Dr. Ir. Sumono M. S.) (Achwil Putra Munir STP M. Si)
NIP. 194809281976031003 NIP. 197003121999031002

LABORATORIUM MEKANIKA FLUIDA


PROGRAM STUDI KETEKNIKAN PERTANIAN
F A K U L T A S P E R T A N I A N
UNIVERISTAS SUMATERA UTARA
2014
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kepada tuhan Yang Maha Esa karena berkat

dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan Laporan ini tepat pada waktunya.

Adapun judul dari Laporan ini adalah “Tabung Pitot” yang merupakan

salah satu syarat untuk dapat mengikuti Praktikal Tes di Laboratorium Mekanika

Fluida Program Studi Keteknikan Pertanian Fakultas Pertanian Universitas

Sumatera Utara.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Achwil Putra Munir STP, M. Si.,

dan Prof. Dr. Ir. Sumono M. S., selaku dosen penanggung jawab mata kuliah

Mekanika Fluida serta abang kakak asisten yang telah membantu dalam

pembuatan laporan ini.

Penulis menyadari laporan ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena

itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar terciptanya

laporan yang bermanfaat.

Medan, Desember 2014

Penulis

i
DAFTAR ISI

Hal
KATA PENGANTAR ........................................................................... i
PENDAHULUAN .................................................................................. 1
Latar Belakang ........................................................................................ 1
Tujuan Penulisan ..................................................................................... 3
TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................ 4
BAHAN DAN METODE ...................................................................... 6
Waktu dan Tempak Praktikum ................................................................ 6
Bahan dan Alat ....................................................................................... 6
Prosedur Praktikum.................................................................................. 7
HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................... 9
Hasil ...................................................................................................... 9
Perhitungan .............................................................................................. 10
Pembahasan ............................................................................................ 15
KESIMPULAN ...................................................................................... 18
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................ 20
LAMPIRAN

ii
PENDAHULUAN

Latar Belakang

Zat yang tersebar di alam dibedakan dalam tiga keadaan (fase) yaitu fase

padat, cair dan gas. Beberapa perbedaan di antara ketiganya adalah: 1) fase padat,

zat mempertahakan suatu bentuk dan ukuran yang tetap, meskipun suatu gaya

yang besar dikerjakan pada benda tersebut. 2) Fase cair, zat tidak

mempertahankan bentuk yang tetap melainkan mengikuti bentuk wadahnya.

Tetapi seperti halnya fase padat, pada fase cair, zat tidak mudah dimampatkan,

dan volumenya dapat diubah hanya jika dikerjakan gaya yang sangat besar. 3)

Fase gas, zat tida mempunyai bentuk tetap, tetapi akan berkembang mengisi

seluruh wadah.

Karena fase cair dan gas memilik karakter tidak mempertahankan suatu

bentuk yang tetap, maka keduanya mempunyai kemampuan untuk mengalir;

dengan demikian keduanya disebut fluida. Fluida adalah zat alir, yaiitu zat yang

dalam keadaan biasa dapat mengalir. Salah satu ciri fluida adalah kenyataan

bahwa jarak antar molekulnya tidak tetap, bergantung pada waktu. Ini disebabkan

oleh lemahnya ikatan antara molekul (gaya kohesi).

Gaya kohesi antar molekul gas sangat kecil jika dibandingkan gaya kohesi

antar molekul zat cair. Keadaan ini menyebabkan molekul-molekul gas menjadi

relatif bebas sehingga gas selalu memenuhi ruang. Sebaliknya molekul-molekul

zat cair terikat satu sama lainnya sehingga membentuk suatu kesatuan yang jelas,

meskipun bentuknya sebagian ditentukan oleh wadahnya.

1
2

Pengukuran aliran mulai dikenal sejak tahun 1732 ketika Henry Pitot

mengukur jumlah fluida yang mengalir. Dalam pengukuran fluida perlu

ditentukan besaran dan vektor kecepatan aliran pada suatu titik dalam fluida dan

bagaimana fluida tersebut berubah dari titik ke titik.

Tabung pitot mengukur kecepatan air disuatu titik berdasarkan kenyataan

bahwa tabung tersebut mengukur tekanan stagnasinya, yang melampaui tekanan

statik setempat sebesar (v2/2) dalam suatu arus fluida, terbuka karena tekanan

setempatnya adalah nol meteran, maka kecepatannya diukur sesuai dengan

ketinggian dimana cairannya naik dalam tabung tersebut.

Tabung pitot yang dipasang didalam aliran fluida dengan mulut

menghadap arah aliran fluida. Untuk mengukur perbedaan takanan sehingga

kecepatan fluida dapat diketahui, keuntungan tabung pitot adalah pengukuran

yang tidak hanya dapat dilakukan dalam pipa tertutup tetapi juga terbuka.

Kerugiannya adalah tidak dapat untuk kecepatan fluida menggunakan benda-

benda padat.

Tabung pitot sederhana terdiri dari tabung yang mengarah secara langsung

kealiran fluida. Tabung ini bersifat fluida, sehingga tekanan bisa diukur dengan

tinggi dari fluida tersebut, tekanan stagasi dari fluida juga disebut dengan tekanan

total atau tekanan pitot. Tabung pitot berfungsi sebagai navigasi pesawat untuk

mengetahui ketinggian, kecepatan dan tekanan tabung pitot digunakan untuk

membandingkan tekanan total yang didapat dari tabung pitot dan tekanan yang

didapat dari tabung statik.


3

Ada banyak piranti yang telah digunakan dalam praktek pereyasaan untuk

mengukur aliran fluida. Pengukuran kecepatan kecepatan dilakukan dengan

tabung pitot, meteran arus dan anometer putar dan anemometer kawat panas.

Cara-cara sering kali digunakan dalam mempelajari model. Pengukuran besaran

telah dilaksanakan dengan mempergunakan mulut sempit (orifice), tabung-tabung

nosel, venturi meter dan saluran-saluran meteran siku, bendungan-bendungan,

bermacam-macam modifikasi dari alat-alat tersebut dan berbagai meteran yang

telah dipatenkan. Agar dapat memakai peralatan hidrolik. Secara ahli, penggunaan

persamaan bernoulli alat menjadi sangat penting dalam hal dimana tersedia harga-

harga dari koefisien-koefisien yang bisa dipercaya, sebuah piranti harus

dikalibrasi untuk kondisi-kondisi yang diharapkan.

Sifat dari fluida ideal adalah tidak dapat ditekan (volume tetap karena

tekanan), dapat berpindah tanpa mengalami gesekan, mempunyai aliran stasioner

dan kecepatan pertikel-partikelnya sama pada penampang yang sama.

Tujuan Praktikum

Untuk mengetahui koefisien debit dari pipa bambu, pipa PVC, pipa besi,

pipa aluminium.
TINJAUAN PUSTAKA

Tabung pitot adalah alat untuk menentukan kecepatan pada titik yang

diperlukan dalam sungai yang mengalir. Dalam bentuk yang paling sederhana,

pitot berbentuk tabung yang memiliki sudut 90. Ujung tabung menghadapi pada

arah aliran. Air naik sampai tabung karena tekanan yang diberikan oleh air yang

mengalir (Khurmi, 1970).

Tabung pitot merupakan alat yang dihunakan untuk mengukur laju aliran

suatu gas atau udara. Alat ini dilengkapi dengan manometer raksa. Dengan

mengetahui perbedaan ketinggian raksa pada kedua kaki manometer, aliran gas

dapat ditentukan kelajuannya. Alat ukur yang dapat digunakan untuk mengukur

kelajuan gas adalah tabung pitot gas (misalnya udara) mengalir melalui lubang-

lubang. Lubang-lubang ini sejajar dengan arah aliran dan dibuat cukup jauh

dibelakang sehingga kelajuan dan tekanan gas diluar lubang-lubang tersebut

mempunyai nilai seperti halnya dengan aliran bebas (Sutarto, 2009).

Dasar penggunaan tabung pitot merupakan penerapan persamaan bernoulli

dengan mengarahkan tabung berlawanan arah fluida dalam pengukuran tekanan

dinamis serta mengarahkan tegak lurus aliran untuk mengukur tekanan statik pada

aliran fluida (Boyle, 1986).

Debit adalah besaran yang menyatakan banyaknya fluida yang mengalir

selama 1 detik yang melewati suatu penampang luas. Maka dapat dikatakan pula

debit sebagai hasil kali kecepatan dan luas penampang.

4
5

Untuk mengetahui hubungan antara debit, kecepatan dan luas penampang

aliran selain digunakan rumus debit, juga dapat digunakan nomogram hubungan

antara diameter, debit dan kecepatan; Q=V.A. Jika kecepatan bertambah maka

akan terjadi aliran melintang (impuls) yang menyebabkan benturan/gesekan antara

elemen-elemen air, sehingga terjadi percampuran antara lapisan-lapisan yang lain

(Maryono, 2003).

Zat cair yang ada di alam ini mempunyai kekentalan meskipun demikian

dalam berbagai perhitungan mekanika fluida ada yang dikenal atau dianggap

sebagai fluida ideal, adanya kekentalan pada fluida akan menyebabkan terjadinya

tegangan geser pada waktu bergerak. Tegangan geser ini akan merubah sebagian

energi aliran menjadi bentuk energi lain. Koefisien debit ait dapat dihidrolika

dengan persamaan bernoulli. Perubahan penampang dan perubahan kekerasan

permukaan akan kehilangan tenaga pada penampang pipa (Muhfari, 2011).

Tabung pitot digunakan untuk mencuri perhitungan kecepatan pada setiap

titikan aliran fluida yang kempersibel tabung pitot sebenarnya harus dikalikan

dengan faktor, untuk memperoleh kecepatan yang benar pada titik cairan mengalir

untuk menjadi faktor-faktor dalam koreksi aliran sonik (Bansal, 2008).

Garis energi adalah sebuah garis yang menunjukkan head total yang

tersedia pada fluida. Ketinggian dari garis energi dapat diperoleh dengan

mengukur tekanan stagnasi dengan sebuah tabung pitot/sebuah tabung pitot

adalah bagian dari tabung pitot statik yang melingkar tekanan stagnasi. Titik

stagnasi pada tabung pitot memberikan sebuah ukuran head (atau energi) total

dari aliran (Harinaldi, 2003).


BAHAN DAN METODE

Waktu dan Tempat Praktikum

Praktikum ini dilaksanakan pada hari Sabtu tanggal 20 September 2014

pada pukul 13.00 WIB sampai dengan selesai di Laboratorium Keteknikan

Pertanian Program Studi Keteknian Pertanian Fakultas Pertanian Universitas

Sumatera Utara.

Bahan dan Alat

Adapun bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah air yang

berfungsi sebagai objek percobaan untuk mengetehui koefisien debit (Cd) dari

bahan yang diujikan. Plastisin yang digunakan berfungsi untuk menutupi

kebocoran pada rangkaian percobaan tabung pitot. Isolasi yang berfungsi untuk

menghubungkan selang dengan pipa percobaan. Pipa yang berfungsi untuk

mengalirkan air dari selang ke tabung pitot.

Adapun alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah tabung pitot yang

berfungsi untuk menghitung koefisien debit dari suatu aliran fluida, ember yang

berfungsi untuk menampung air yang akan dihitung volumenya, gelas ukur untuk

mengukur volume air yang ditampung oleh ember. Stopwatch yang berfungsi

untuk mengitung waktu air yang dialirkan selama satu menit, selang air yang

berfungsi untuk mengalirkan air dari kran ke pipa, kran air yang berfungsi untuk

membuka atau menutup aliran air, alat tulis yang berfungsi untuk mencatat data

hasil percobaan.

6
7

Prosedur Percobaan

1. Dibuat pipa-pipa (Pipa PVC, Pipa Alumunium, Pipa Besi, dan Pipa

Bambu) dengan diameter ¾ inchi dan panjangnya 30 cm

2. Dilubangi bagian tengah dari masing-masing pipa tersebut

3. Dimasukkan dan disumbat tabung pitot pada bagian tengah pipa percobaan

dengan lubang pitot menghadap air yang mengalir

4. Dihubungkan selang dengan pipa percobaan dan pada sambungan diisolasi

5. Dihubungkan ke kran air

6. Di buka kran air sehingga air mengalir pada pipa percobaan dan dicatat

ketinggian air pada tabung pitot yang terletak pada bagian tengah pipa

7. Dicatat waktu untuk mengalirkan air selama satu menit.

8. Ditampung air yang mengalir dan diukur volumenya.

9. Diulangi percobaan sebanyak tiga kali pada setiap percobaan

10. Dihitung luas penampang pipa-pipa percobaan, debit aktual (Qa) pada

pipa, debit teori (Qt), dan koefisien debit (Cd), masing-masing dengan
1 𝑉 𝑄𝑎
rumus: 𝐴 = 4 𝐷² 𝑄𝑎 = 𝑄𝑡 = 𝐴. √2. 𝑔. ℎ 𝐶𝑑 =
𝑡 𝑄𝑡

Keterangan:

A = Luas Penampang

D = Diameter Pipa

Qa = Debit Aktual

Qt = Debit Teori

V = Volume Air

t = Waktu

Cd = Koefisien Debit
8

g = Percepatan Gravitasi

h = Tinggi Muka Air Pada Tabung Pitot


HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Pipa Bambu
Ulangan t (s) h (m) D (m) A (m²) V (m³) Qa (m³/s) Qt (m³/s) Cd
I 60 3X10ˉ² 1,905X10̄ˉ² 2,848X10ˉ⁴ 3,85X10ˉ³ 6,416X10ˉ⁵ 2,183X10ˉ⁴ 0,293
II 60 3X10ˉ² 1,905X10̄ˉ² 2,848X10ˉ⁴ 4,9X10ˉ³ 8,166X10ˉ⁵ 2,358X10ˉ⁴ 0,346
III 60 3X10ˉ² 1,905X10̄ˉ² 2,848X10ˉ⁴ 3,8X10ˉ³ 6,333X10ˉ⁵ 2,358X10ˉ⁴ 0,268

Rata-Rata 0,302

Pipa PVC
Ulangan t (s) h (m) D (m) A (m²) V (m³) Qa (m³/s) Qt (m³/s) Cd
I 60 3X10ˉ² 1,905X10̄ˉ² 2,848X10ˉ⁴ 4X10ˉ³ 6,666X10ˉ⁵ 1,993X10ˉ⁴ 0,334
II 60 3X10ˉ² 1,905X10̄ˉ² 2,848X10ˉ⁴ 3,5X10ˉ³ 5,833X10ˉ⁵ 3,088X10ˉ⁴ 0,188
III 60 3X10ˉ² 1,905X10̄ˉ² 2,848X10ˉ⁴ 3,65X10ˉ³ 6,083X10ˉ⁵ 2,183X10ˉ⁴ 0,278

Rata-Rata 0,266

Pipa Besi
Ulangan t (s) h (m) D (m) A (m²) V (m³) Qa (m³/s) Qt (m³/s) Cd
I 60 3X10ˉ² 1,905X10̄ˉ² 2,848X10ˉ⁴ 3,27X10ˉ³ 5,45X10ˉ⁵ 1,993X10ˉ⁴ 0,273
II 60 3X10ˉ² 1,905X10̄ˉ² 2,848X10ˉ⁴ 3,5X10ˉ³ 5,833X10ˉ⁵ 2,183X10ˉ⁴ 0,267
III 60 3X10ˉ² 1,905X10̄ˉ² 2,848X10ˉ⁴ 3,65X10ˉ³ 6,083X10ˉ⁵ 2,358X10ˉ⁴ 0,257

Rata-Rata 0,265

Pipa Aluminium
Ulangan t (s) h (m) D (m) A (m²) V (m³) Qa (m³/s) Qt (m³/s) Cd
I 60 3X10ˉ² 1,905X10̄ˉ² 2,848X10ˉ⁴ 3,3X10ˉ³ 5,5X10ˉ⁵ 2,521X10ˉ⁴ 0,218
II 60 3X10ˉ² 1,905X10̄ˉ² 2,848X10ˉ⁴ 3,26X10ˉ³ 5,443X10ˉ⁵ 4,367X10ˉ⁴ 0,124
III 60 3X10ˉ² 1,905X10̄ˉ² 2,848X10ˉ⁴ 3,04X10ˉ³ 5,066X10ˉ⁵ 3,214X10ˉ⁴ 0,157

Rata-Rata 0,166

9
10

Perhitungan
3
D = 4 Inchi

3
= 4 2, 54 𝑐𝑚

= 1, 905X10-2
1
A = 4 𝐷²

1
= (3,14)(1,905𝑋10ˉ2 𝑚)²
4

= 2,848 m²

1. Pipa Bambu

𝑉₁ 3,85𝑋10ˉ³ 𝑚³
Qa = = = 6,416X10-5 m3/s
𝑡 60𝑠

𝑉₂ 3,85𝑋10ˉ³𝑚³
Qa = = = 8,166X10-5 m3/s
𝑡 60𝑠

𝑉₃ 3,8𝑋10ˉ³𝑚³
Qa = = = 6,333X10-5 m3/s
𝑡 60𝑠

Qt = 𝐴√2. 𝑔. ℎ

𝑚
= 2, 848X10-4 m2 . √2.9,8 𝑠2 . 3𝑋10ˉ² 𝑚

= 2,183X10-4 m3/s

Qt = 𝐴√2. 𝑔. ℎ

𝑚
= 2, 848X10-4 m2 . √2.9,8 𝑠2 . 3,5𝑋10ˉ² 𝑚

= 2,358X10-4 m3/s

Qt = 𝐴√2. 𝑔. ℎ

𝑚
= 2, 848X10-4 m2 . √2.9,8 𝑠2 . 3,5𝑋10ˉ² 𝑚

= 2,358X10-4 m3/s
11

𝑄𝑎 6,146𝑋10ˉ5 𝑚3 /𝑠
Cd₁ = = = 0,293
𝑄𝑡 2,183𝑋10ˉ4 𝑚³/𝑠

𝑄𝑎 6,166𝑋10ˉ5 𝑚3 /𝑠
Cd2 = = = 0,346
𝑄𝑡 2,358𝑋10ˉ4 𝑚³/𝑠

𝑄𝑎 6,333𝑋10ˉ5 𝑚3 /𝑠
Cd3 = = = 0,268
𝑄𝑡 2,358𝑋10ˉ4 𝑚³/𝑠

𝐶𝑑₁+𝐶𝑑₂+𝐶𝑑₃ 0,293+0,346+0,268
̅̅̅̅
𝐶𝑑 = = = 0,302
3 3

2. Pipa PVC

𝑉₁ 4𝑋10ˉ³ 𝑚³
Qa = = = 6,666X10-5 m3/s
𝑡 60𝑠

𝑉₂ 3,5𝑋10ˉ³𝑚³
Qa = = = 5,833X10-5 m3/s
𝑡 60𝑠

𝑉₃ 3,65𝑋10ˉ³𝑚³
Qa = = = 6,083X10-5 m3/s
𝑡 60𝑠

Qt = 𝐴√2. 𝑔. ℎ

𝑚
= 2, 848X10-4 m2 . √2.9,8 𝑠2 . 2,5𝑋10ˉ² 𝑚

= 1,993X10-4 m3/s

Qt = 𝐴√2. 𝑔. ℎ

𝑚
= 2, 848X10-4 m2 . √2.9,8 𝑠2 . 6𝑋10ˉ² 𝑚

= 3,088X10-4 m3/s

Qt = 𝐴√2. 𝑔. ℎ

𝑚
= 2, 848X10-4 m2 . √2.9,8 𝑠2 . 6𝑋10ˉ² 𝑚

= 2,183X10-4 m3/s

𝑄𝑎 6,666𝑋10ˉ5 𝑚3 /𝑠
Cd₁ = = = 0,334
𝑄𝑡 1,993𝑋10ˉ4 𝑚³/𝑠
12

𝑄𝑎 5,833𝑋10ˉ5 𝑚3 /𝑠
Cd2 = = = 0,188
𝑄𝑡 3,088𝑋10ˉ4 𝑚³/𝑠

𝑄𝑎 6,083𝑋10ˉ5 𝑚3 /𝑠
Cd3 = = = 0,278
𝑄𝑡 2,183𝑋10ˉ4 𝑚³/𝑠

𝐶𝑑₁+𝐶𝑑₂+𝐶𝑑₃ 0,334+0,188+0,278
̅̅̅̅
𝐶𝑑 = = = 0,302
3 3

3. Pipa Besi

𝑉₁ 3,27𝑋10ˉ³ 𝑚³
Qa = = = 5,45X10-5 m3/s
𝑡 60𝑠

𝑉₂ 3,5𝑋10ˉ³𝑚³
Qa = = = 5,833X10-5 m3/s
𝑡 60𝑠

𝑉₃ 3,65𝑋10ˉ³𝑚³
Qa = = = 6,083X10-5 m3/s
𝑡 60𝑠

Qt = 𝐴√2. 𝑔. ℎ

𝑚
= 2, 848X10-4 m2 . √2.9,8 𝑠2 . 2,5𝑋10ˉ² 𝑚

= 1,993X10-4 m3/s

Qt = 𝐴√2. 𝑔. ℎ

𝑚
= 2, 848X10-4 m2 . √2.9,8 𝑠2 . 3𝑋10ˉ² 𝑚

= 2,183X10-4 m3/s

Qt = 𝐴√2. 𝑔. ℎ

𝑚
= 2, 848X10-4 m2 . √2.9,8 𝑠2 . 3,5𝑋10ˉ² 𝑚

= 2,358X10-4 m3/s

𝑄𝑎 5,45𝑋10ˉ5 𝑚3 /𝑠
Cd₁ = = = 0,273
𝑄𝑡 1,993𝑋10ˉ4 𝑚³/𝑠

𝑄𝑎 5,833𝑋10ˉ5 𝑚3 /𝑠
Cd2 = = = 0,267
𝑄𝑡 3,183𝑋10ˉ4 𝑚³/𝑠
13

𝑄𝑎 6,083𝑋10ˉ5 𝑚3 /𝑠
Cd3 = = = 0,257
𝑄𝑡 2,358𝑋10ˉ4 𝑚³/𝑠

𝐶𝑑₁+𝐶𝑑₂+𝐶𝑑₃ 0,243+0,266+0,265
̅̅̅̅
𝐶𝑑 = = = 0,265
3 3

4. Pipa Aluminium

𝑉₁ 3,3𝑋10ˉ³ 𝑚³
Qa = = = 5,5X10-5 m3/s
𝑡 60𝑠

𝑉₂ 3,26𝑋10ˉ³𝑚³
Qa = = = 5,433X10-5 m3/s
𝑡 60𝑠

𝑉₃ 3,04𝑋10ˉ³𝑚³
Qa = = = 5,066X10-5 m3/s
𝑡 60𝑠

Qt = 𝐴√2. 𝑔. ℎ

𝑚
= 2, 848X10-4 m2 . √2.9,8 𝑠2 . 4𝑋10ˉ² 𝑚

= 2,521X10-4 m3/s

Qt = 𝐴√2. 𝑔. ℎ

𝑚
= 2, 848X10-4 m2 . √2.9,8 𝑠2 . 12𝑋10ˉ² 𝑚

= 4,367X10-4 m3/s

Qt = 𝐴√2. 𝑔. ℎ

𝑚
= 2, 848X10-4 m2 . √2.9,8 𝑠2 . 6,5𝑋10ˉ² 𝑚

= 3,214X10-4 m3/s

𝑄𝑎 5,5𝑋10ˉ5 𝑚3 /𝑠
Cd₁ = = = 0,218
𝑄𝑡 2,521𝑋10ˉ4 𝑚³/𝑠

𝑄𝑎 5,433𝑋10ˉ5 𝑚3 /𝑠
Cd2 = = = 0,214
𝑄𝑡 4,367𝑋10ˉ4 𝑚³/𝑠
14

𝑄𝑎 5,066𝑋10ˉ5 𝑚3 /𝑠
Cd3 = = = 0,157
𝑄𝑡 3,214𝑋10ˉ4 𝑚³/𝑠

𝐶𝑑₁+𝐶𝑑₂+𝐶𝑑₃ 0,218+0,124+0,157
̅̅̅̅
𝐶𝑑 = = = 0,166
3 3
15

Pembahasan

Pada praktikum tabung pitot, air yang mengalir dari beberapa pipa

percobaan memiliki gerakan air yang mengaibatkan terdapat debit suatu air,

kecepatan aliran, gesekan pada dinding-dinding pipa-pipa percobaan dan memiliki

energi aliran. Sesuai dengan literatur (Khurmi: 1970) yang menyatakan bahwa

tabung pitot adalah alat untuk menentukan kecepatan pada titik yang diperlukan

dalam aliran mengalir, dalam sederhananya gesekan bengkok melalui 90.

Dimana, perhitungannya yaitu V=√2. 𝑔. ℎ diamana g adalah gaya gravitasi dan h

adalah tinggi air yang ada pada atas permukaan tabung pitot.

Pada pipa bambu diperoleh koefisiennya yaitu percobaan pertama 0,293,

debit total 2,183X10-4 m3/s dan debit aktual 6,416X10-5 m3/s. Percobaan kedua

koefisiennya yaitu 0,346, debit total 2,358X10-4 m3/s dan debit aktual 8,166X10-5

m3/s. Percobaan ketiga koefisiennya 0,268, debit total 2,358X10-4 m3/s dan debit

aktual 6,333X10-5 m3/s, dan koefisien debit rata-ratanya adalah 0,302.

Pada pipa PVC diperoleh koefisiennya yaitu percobaan pertama 0,334,

debit total 1,993X10-4 m3/s dan debit aktual 6,666X10-5 m3/s. Percobaan kedua

koefisiennya yaitu 0,188, debit total 3,088X10-4 m3/s dan debit aktual 5,833X10-5

m3/s. Percobaan ketiga koefisiennya 0,278, debit total 2,183X10-4 m3/s dan debit

aktual 6,083X10-5 m3/s, dan koefisien debit rata-ratanya adalah 0,266.

Pada pipa besi diperoleh koefisiennya yaitu percobaan pertama 0,273,

debit total 1,993X10-4 m3/s dan debit aktual 5,45X10-5 m3/s. Percobaan kedua

koefisiennya yaitu 0,267, debit total 2,183X10-4 m3/s dan debit aktual 5,833X10-5
16

m3/s. Percobaan ketiga koefisiennya 0,257, debit total 2,358X10-4 m3/s dan debit

aktual 6,083X10-5 m3/s, dan koefisien debit rata-ratanya adalah 0,265.

Pada pipa alummunium diperoleh koefisiennya yaitu percobaan pertama

0,218, debit total 2,521X10-4 m3/s dan debit aktual 5,56X10-5 m3/s. Percobaan

kedua koefisiennya yaitu 0,124, debit total 4,367X10-4 m3/s dan debit aktual

5,433X10-5 m3/s. Percobaan ketiga koefisiennya 0,157, debit total 3,214X10-4

m3/s dan debit aktual 5,066X10-5 m3/s, dan koefisien debit rata-ratanya adalah

0,166.

Aplikasi tabung pitot salah satunya adalah pada tangki bensin dalam

menentukan ketinggian. Hal ini sesuai dengan literatut (Harinaldi: 2003) yang

menyatakan bahwa, salah satu aplikasi tabung pitot adalah dalam navigasi

pesawat untuk ketinggian, kecepatan, dan tekanan yang didapat pada tabung

dengan tekanan pada tabung pitot statik.

Kekurangan dari tabung pitot adalah arah tabung harus disesuaikan dengan

arah aliran fluidanya. Kelebihan tabung pitot yaitu murah dan mudah dipakai,

serta praktis. Namun hasil yang didapat belum tentu akurat

Tabung pitot berfungsi untuk menghitung kecepatan dan ketinggian seuatu

pesawat. Dengan perbedaan tekanan yang didapat ini sesuai dengan literatur

(Harinaldi: 2011) yang menyatakanan bahwa tabung pitot berfungsi sebagai

navigasi pesawat untuk mengetahui ketinggian, kecepatan dan tekanan.

Perbandingan koefisien lebih dari masing-masing pipa adalah pipa bambu

memiliki koefisien lebih tertinggi yaitu 0,302. Pipa PVC memiliki koefisien debit
17

ke II tertinggi yaitu 0,266. Pipa besi memiliki koefisien debit tertinggi III yaitu

0,265. Sedangkan pada pipa alumunium memiliki koefisien debit tertinggi IV

yaitu 0,166.

Faktor yang mempengaruhi kecepatan atas besarnya debit adalah diameter

pipa, dimana semakin besar diameternya maka debitnya semakin kecil, begitu

juga sebaliknya. Faktor lain adalah jenis pipa yang dialirkan tasbung pitot,

kecepatan gravitasi, dan waktu aliran juga mempengaruhi koefisien debit pada

masing-masing pipa.
KESIMPULAN

1. Dari hasil praktikum diperoleh koefisien debit (cd) pada pipa bambu pada

pengulangan pertama, kedua, ketiga secara berurut sebesar 0, 293; 0, 346;

0,268, dan koefisien debit (cd) rata-ratanya sebesar 0, 302.

2. Dari hasil praktikum diperoleh koefisien debit (cd) pada pipa PVC pada

pengulangan pertama, kedua, ketiga secara berurut sebesar 0, 334; 0, 188;

0,278, dan koefisien debit (cd) rata-ratanya sebesar 0, 266.

3. Dari hasil praktikum diperoleh koefisien debit (cd) pada pipa besi pada

pengulangan pertama, kedua, ketiga secara berurut sebesar 0, 273; 0, 267;

0,257, dan koefisien debit (cd) rata-ratanya sebesar 0, 265.

4. Dari hasil praktikum diperoleh koefisien debit (cd) pada pipa aluminium

pada pengulangan pertama, kedua, ketiga secara berurut sebesar 0, 218; 0,

124; 0,157, dan koefisien debit (cd) rata-ratanya sebesar 0, 166.

5. Dari hasil praktikum diperoleh koefisien debit (Cd) rata-rata yang tertinggi

adalah pada pipa bambu sebesar 0,302. Dan koefisien debit (Cd) rata-rata

yang terendah pada pipa aluminium sebesar 0,166.

18
DAFTAR PUSTAKA

Bansal, R.K. 2008. Of Fluida Mechanics. Laxmix Publicat. London.

Boyle, W.P. 1986. Aplied Fluid Mechanics. Saint Mary’s University. New York.

Harinaldi. 2003. Mekanika Fluida. Erlangga. Jakarta.

Khurmi, R.S. 1970. Hydraulics, Fluids Mechanics and Hydraulic Machines.


S Chand Company LTD. New Delhi.

Maryono, Agus, dkk. 2003. Hidrolika Terapan. PT Penebar Swadya. Jakarta.

Muhfari. 2011. Aliran Fluida. http://muhfari.files.com. (24 Desember 2014).

Sutarto, N, 2009. Mekanika Fluida. Universitas Terbnuka. Jakarta.

19

Anda mungkin juga menyukai