Anda di halaman 1dari 27

BAB 1

PENGUJIAN HYDROLIC BENCH

1.1 Pendahuluan( DIPENDEKKIN )

Praktikum hydraulic bench merupakan alat untuk mengukur debit hasil


pengukuran dalam pencobaan (debit actual) dimana debit aktual bernilai lebih kecil
dari debit teoritis. Hydraulic bench dilengkapi dengan tuas yang berbentuk jungkat-
jungkit ini tuas tersebut menghubungkan beban dengan bak penampungan debit air.
Tuas tersebut dapat bergerak naik turun berdasarkan massa beban dan debit air
mengalir. Hydraulic bench juga dilengkapi denganCalm lever yang berguna untuk
menaik turunkan pada saat akan membuang air yang ada dalam bak hingga keadaan
setimbang kembali. Mekanisme yang digunakan pada alat hydraulic bench ini adalah
tuas keseimbangan.

1.2Tujuan

Adapun tujuan dari adanya pelaksanaan praktikum hidraulika ini sebagai berikut:

a. Mengetahui cara kerja dari hydraulic bench


b. Mengukur debit aktual aliran fluida dengan menggunakan prinsip kerja hydraulic
bench.
c. Menentukan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi debit air menggunakan
hydraulic bench
1.3 Pembahasan

Hydraulic bench merupakan alat yang digunakan untuk mengukur debit air
(Qaktual) dengan memanfaatkan konsep keseimbangan torsi (torque).Torsi merupakan
besaran yang mengakibatkan benda berotasi atau berputar,seperti ketika kita ingin
melihat suatu benda diam menjadi bergerak translasi (lurus),anda perlu mengerjakan
gaya pada benda itu,untuk membuat benda tegak berotasi terhadap suatu poros
tertentu maka gaya yang diperlukan adalah gaya torsi. Torque merupakan kuantitas
vektor. Namun karena hanya mempertimbangkan rotasi terhadap sumbu tunggal,
notasi tersebut dapat diganti dengan positif (berlawanan arah jarum jam) dan negatif
(searah jarum jam ). Torque juga mengikuti prinsip superposisi : jika beberapa torque
berkerja pada sebuah benda, torque juga mengikuti prinsip superposisi : jika
beberapa torque bekerja pada sebuah benda, torque net (atau torque resultan) adalah
jumlah torque masing masing “ (Halliday : 2010)
Rumus debit air
𝑀𝑎𝑖𝑟 = 𝜌 𝑎𝑖𝑟 × 𝑉 𝑎𝑖𝑟

𝑉 𝑎𝑖𝑟 = 𝑄 𝑎𝑘𝑡𝑢𝑎𝑙 × 𝑡 𝑟𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎

Sehingga :

𝑉 𝑎𝑖𝑟 𝑀 𝑎𝑖𝑟 3 𝑥 𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑏𝑒𝑏𝑎𝑛


𝑄 𝑎𝑘𝑡𝑢𝑎𝑙 = = =
𝑡 𝑟𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎  𝑎𝑖𝑟 𝑥 𝑡 𝑟𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎  𝑎𝑖𝑟 𝑥 𝑡 𝑟𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎

M = massa air (kg)  = massa jenis air (kg/m3)

V = volume air (m3) Q = debit air (m3/s)

t = waktu yang diperlukan sesaat tuas akan bergerak naik (s)

Hubungan massa air dan massa beban :

∑𝜏 = 0

∑ 𝐹𝑙 = 0
(3(𝑀 𝑏𝑒𝑏𝑎𝑛) − 𝑀 𝑎𝑖𝑟). 𝑎 = 0

3(𝑀 𝑏𝑒𝑏𝑎𝑛) − 𝑀 𝑎𝑖𝑟 = 0

𝑀 𝑎𝑖𝑟 = 3(𝑀 𝑏𝑒𝑏𝑎𝑛)

Keterangan :
τ = Torsi (N.m)
F = Gaya yang bekerja (N)
l = Lengan (m)
M = Massa (kg)

Lengan air =1 Lengan beban = 3

Gambar 1. Hubungan massa air dan massa beban

1.3.2 Fungsi Bagian

Gambar 2. Hydraulic bench

Keterangan bagian-bagian hydraulic bench


a. Pompa : Untuk mengalirkan air ke dalam pipa
b. Kran pengatur debit : Kran ini digunakan untuk mengatur debit air yang
diinginkan dalam percobaan, tetapi kran ini tidak memiliki skala.
c. Pipe : Pipa untuk menyalurkan air menuju bak penimbangan.
Pipa bewarna bening untuk mengetahui apakah debit sudah stabil saat waktu
mulai dihiting
d. Drain pipe: Drain pipe digunakan untuk mengalirkan air dari pipa menuju bak
penimbangan air.
e. Measuring tank : Menampung air yang dibuang dari bak penimbangan
melalui drain valve.
f. Drain valve : Untuk membuang air dari bak penimbangan
g. Power cut of switch: Untuk menyalakan dan mematikan hydraulic bench
h. Bench supply valve : Untuk membuka dan menutup drain valve
i. Weight beam : Untuk meletakan beban penahan bak penimbangan air

1.4 Proses Pelaksanaan


a. Mengubungkan bench ke sumber listrik 110V.
b. Mengukur suhu fluida sebelum pecobaan.
c. Menutup valve bench, lalu nyalakan pompa.
d. Memeriksa apakah terjadi kebocoran di perpompaan, perpipaan, atau bagian
lain.
e. Menutup drain di bak dalam weight tank dengan memutar cam lever.
f. Membuka valve dibench (air akan mengalir ke alat percobaan dan kembali ke
bench).
g. Menjalankan stopwatch tepat saat lengan saat lengan (yang menghubungkanbak
dan tempat beban) bergerak ke atas.
h. Memasang beban segera, maka lengan akan turun ke bawah. Setelah beberapa
saat lengan akan naik ke atas.
i. Mematikan stopwatchtepatsaat lengan bergerak ke atas. Catat berat beban yang
digunakan (berat air adalah 3 kali berat beban yang digunakan). Catat waktu
yang tertera pada stopwatch.
j. Mengulangi percobaan sesuai kebutuhan, dengan membuang air dalam bak
melalui pengaturan cam lever.
Catatan :untuk Standar Praktikum, percobaan dengan beban yang sama diulang
sebanyak 3 kali ( 3 kali pencatatan waktu tiap satu jenis beban). Beban yang sama
dapat digunakan, asalkan besar pembukaan valve bervariasi (variasi debit)
k. Khusus untuk 3 variasi debit terakhir, lakukan pengukuran volume air disetiap
variasinya dengan mengalirkan air (selama waktu rerata yang diperoleh dari
pengukuran sebelumnya) melalui selang pada alat kemudian air ditampung pada
ember, lalu ukur volume air menggunakan gelas ukurB
1.5 Kesimpulan
a. Hydraulic bench merupakan alat sederhana yang digunakan untuk menghitung
debit aktual (pasti) dengan menggunakan sistem kesetimbangan/ torsi di saluran
terbuka dengan perbandingan berat air di tanki = 3x berat beban yang diletakan
b. Untuk mendapat debit aktual (Q aktual ) dengan membandingkan volume
dengan waktu rata-rata, Q aktual =, dan volume diperoleh dari, V =.
c. Temperatur secara tidak langsung memperngaruhi besarnya debit karena
hubungan terhadap massa jenis sehingga harus diselesaikan dengan data atau di
regresikan secara polynomial tingkat terlebih dahulu.
Lampiran Foto Alat
BAB 2
PENGUJIAN BERNOULLI

2.1 Pendahuluan (tambahkan pengertin yang lain)


Hukum Bernoulli merupakan sebuah hukum yang menjelaskan besar kecilnya
tekanan dari fluida yang bergerak seperti halnya fluida, dan akan berkurang ketika
fluida tersebut bergerak lebih cepat. Fluida yang disebut dalam Hukum Bernouli
ialah fluida ideal yang memang sudah memenuhi karakteristik mengalir dari aliran
lunak dan garis-garis arus, tak kental, dan bahkan tak comprisable..

2.2 Tujuan

a. Menjelaskan cara kerja Bernoulli


b. Menjelaskan tentang inlet dan outlet
c. Menjelaskan tentang manometer
d. Menjelaskan tentang ventirumeter
e. Menentukan debit air

2.3 Alat

Gambar 1. Konsep bernouli

2.4 Cara pelaksanaan


a. Alat Bernoulli ini dipasang diatas hydraulic bench, diatur dengan scrub agar
horizontal
b. Membuka bagian atas dari Bernoulli agar udara tidak tercampur dengan air,
ketika air masuk kedalam manometer.
c. Air masuk mengisi manometer sampai penuh dan tutup kembali bagian atas
Bernoulli.
d. Membuka kran sambil aktifkan stopwatch dan tutup kran bersamaan hentikan
stopwatch.
e. Menghitung hasil di venturimeter pada selang ke 3 dan ke 6

2.5 Pembahasan (tambahkan rumus rumus yang lain beserta keterangan)

Cara kerja dari alat Bernoulli inidipasang diatas hydraulic bench, diatur
dengan scrub agar horizontal, Buka bagian atas dari Bernoulli agar udara tidak
tercampur dengan air, ketika air masuk kedalam manometer,Air masuk mengisi
manometer sampai penuh dan tutup kembali bagian atas Bernoulli, Buka kran sambil
aktifkan stopwatch dan tutup kran bersamaan hentikan stopwatch, Hitung hasil di
venturimeter pada selang ke 3 dan ke 6.Dalam alat bernoulli ini ada beberapa bagian
diantaranya adalah :
a. Inlet merupakan pipa tepat masuk air yang terdapat di alat Bernoulli
b. Oulet merupakan pipa tepat keluar air yang terdapat di Bernoulli
c. Manometer merupakan tabung kecil yang diisi air, untuk mengukur volume.
d. Venturimeter merupakan pipa yang terdiri dari tiga bagian yaitu bagian pipa
mengecil (konvergen), leher dan pipa pembesar (divergen), digunakan untuk
mengukur debit.

Persamaan bernoulli secara umum :

Tekanan + Ekinetik + Epotensial = konstan


dimana:

P adalah tekanan (Pascal)


 adalah massa jenis fluida (kg/m3)
v adalah kecepatan fluida (m/s)
g adalah percepatan gravitasi (g = 9,8 m/s2)
h adalah ketinggian (m)

Pemakaian Persamaan Bernoulli

a. Tekanan hidrostatis

b. Tekanan stagnasi

c. Alat pengukur kecepatan

d. Alat pengukur debit

Keterangan :

a. Tekanan Hidrostatis

Dengan mrnggunakan persamaan Bernoulli untuk titik 1 dan 2 seperti yang


ditunjukkan pada gambar dibawah ini, dapat dihitung besar tekanan yang bekerja
pada permukaan benda dalam zat cair diam. Persamaan tersebut dapat ditulis dalam
bentuk:

Gambar 2. Konsep persamaan Bernoulli

Oleh karena zat cair dalam keadaan diam maka V1=V2=0 sehingga persamaan
tersebut menjadi:
p2=p1+(z1+z2) γ atau p2=p1 h γ
Apabila tekanan di titik 1 (p1) adalah tekanan atmosfer maka besar tekanan di
titik 2 adalah:
P2= h γ+pa= h γ

b. Tekanan Stagnasi
Gambar dibawah menunjukkan sebuah benda yang berada di dalam zat cair
mengalir (misalnya pilar jembatan di sungai). Garis arus yang sampai disekitar
benda tersebut akan berubah arah kecuali garis arus yang ditengah yang
memotong benda tersebut di titik S di mana garis singgungnya membentuk
sudut siku dengan garis arus tersebut. Zat cair pada titik tersebut mempunyai
kecepatan nol. Titik S disebut titik stagnasi dan tekanan pada titik tersebut
adalah tekanan stagnasi. Jika pada titik berjarak tertentu dari S mempunyai
tekanan p0 dan kecepatan v0, maka tekanan stagnasi dapat dihitung dengan
menggunakan persamaan Bernoulli untuk titik 0 dan S.

Gambar 3. Konsep Tekanan stagnasi

c. Alat Pengukur Kecepatan (Tabung Pitot)


Tabung pitot (dibaca Pitou sesuai fonologi Prancis) adalah instrumen untuk
melakukan pengukuran tekanan pada aliran fluida. Tabung pitot ditemukan oleh
insinyur berkebangsaan Prancis, Henri Pitot pada awal abad ke 18, dan dimodifikasi
oleh ilmuwan berkebangsaan Prancis, Henry Darcy di pertengahan abad ke 19.
Tabung pitot telah digunakan secara luas untuk menentukan kecepatan dari pesawat
terbang dan mengukur kecepatan udara dan gas pada aplikasi industri.
Prinsip stagnasi merupakan dasar dari Tabung Pitot yang digunakan untuk mengukur
kecepatan aliran zat cair. Gambar dibawah menunjukkan pipa berbentuk L yang
berada dalam zat cair yang mengalir dengan salah satu ujungnya menghadap arah
datangnya aliran, sedang ujung yang lain ke atas dan berhubungan langsung dengan
udara luar (tekanan atmosfer). Titik stagnasi terjadi pada ujung bagian pipa yang
mendatar dan tekanannya akan lebih besar dari tekanan zat cair di sekitarnya sebesar
tinggi kecepatannya V2/2g, yang ditunjukkan oleh kenaikan zat cair di dalam tabung.
Gambar 4. Konsep alat pengukur kecepatan

d. Alat Pengukur Debit (Venturimeter)

Debit aliran melalui pipa dapat diukur dengan menggunakan venturi meter.
Bentuk paling sederhana dari venturimeter ini terdiri dari tiga bagian yaitu bagian
pipa mengecil (konvergen),
leher dan pipa membesar
(divergen), seperti yang
ditunhukkan dalam gambar
dibawah. Alat ini dipasang pada
pipa yang akan diukur debit
alirannya. Zat cair yang mengalir
melalui venturi meter akan dipercepat pada bagian pipa konvergen. Karena
percepatan tersebut maka kecepatan zat cair di dalam leher akan lebih besar dari pada
kecepatan pada pipa dimana venturi meter ditempatkan. Kenaikan kecepatan ini akan
mengakibatkan terjadinya penurunan tekanan. Untuk mengukur perbedaan tekanan di
pipa dan di leher venturi meter maka kedua bagian tersebut dihubungkan oleh tabung
kecil (monometer) yang diisi dengan zat cair yang berbeda.

Gambar 5. Konsep pengukur debit (venturimeter)

2.6 Kesimpulan
Cara kerja dari alat Bernoulli inidipasang diatas hydraulic bench, diatur
dengan scrub agar horizontal, Buka bagian atas dari Bernoulli agar udara tidak
tercampur dengan air, ketika air masuk kedalam manometer,Air masuk mengisi
manometer sampai penuh dan tutup kembali bagian atas Bernoulli, Buka kran sambil
aktifkan stopwatch dan tutup kran bersamaan hentikan stopwatch, Hitung hasil di
venturimeter pada selang ke 3 dan ke 6.
Alat dari Bernaulli ini terdiri dari manometer, venturimeter, inlet dan outlet.
Kegunaan alat ini untuk mengukur debit, dalam pengukuran debit digunakan
perhitungan yang terdapat di venturimeter.
2.6.1 Lampiran foto

Manometer

Venturimeter

Gambar 6. Alat penguji bernouli

Gambar 7. Venturimeter
Gambar 8. Manometer
BAB 3

PENGUJIAN ORIFICE DISCHARGE

3.1 Pendahuluan

Orifice merupakan salah satu komponen dari perangkat primer (primary


device) untuk mengukur aliran dengan menggunakan prinsip mengubah kecepatan
aliran, riilnya yaitu mengubah luasan yang dilalui aliran fluida tersebut (orifice).

Orifice adalah salah satu alat yang digunakan untuk mengukur laju aliran
volum atau massa fluida di dalam saluran yang tertutup (pipa) berdasarkan prinsip
beda tekanan. Alat ini berupa plat tipis dengan gagang yang diapit diantara flens
pipa. Fungsi dari gagang orifice adalah untuk memudahkan dalam proses
pemasangan dan penggantian. Orifice termasuk alat ukur laju aliran dengan metode
rintangan aliran (Obstruction Device). Karena geometrinya sederhana, biayanya
rendah dan mudah dipasang atau diganti.

Orifice Plate(Sebuah plat lubang) adalah pelat tipis dengan lubang di tengah.
Hal ini biasanya ditempatkan dalam pipa aliran fluida di mana. Ketika cairan
mencapai pelat orifice, dengan lubang di tengah, cairan dipaksa untuk berkumpul
untuk pergi melalui lubang kecil, titik konvergensi maksimum sebenarnya terjadi tak
lama hilir orifice fisik, pada titik kava disebut contracta (lihat gambar sebelah
kanan). Seperti tidak demikian, kecepatan dan perubahan tekanan. Di luar contracta
vena, cairan mengembang dan kecepatan dan tekanan perubahan sekali lagi. Dengan
mengukur perbedaan tekanan fluida antara bagian pipa normal dan di vena contracta,
tingkat aliran volumetrik dan massa dapat diperoleh dari persamaan Bernoulli.

3.2 Tujuan

a. Menjelaskan fungsi orifice


b. Menjelaskan alat yang dipakai orifice
c. Menjelaskan kelebihan dan kekurangan orifice
d. Menjelaskan prinsip kerja orifice

3.3 Alat

PIPA P1 ORIFICE P2 P3

d Vena contracta
D

Keterangan :
1 3
2
Gambar 1. Prinsip Kerja Orifice
P1 = tekanan upstream

P2 = tekanan downstream (pada vena contracta)

P3 = tekanan setelah terjadi pemulihan (setelah melewati vena contracta)

D = diameter dalam pipa

d = diameter orifice

3.4 Cara Pelaksanaan

a. Siapkan seluruh alat dan bahan yang akan digunakan.


b. 2 buah botol plastik 600ml dilubangi dengan pelubang botol, masing-masing
botol berjumlah 1 lubang kearah bawah botol kira-kira 10 cm dari tutup botol.
c. Dilakukan pengukuran diameter lubang yang telah dibuat.
d. Dillakukan pengukuran dari lubang sampai pangkal botol.
e. Botol plastik 600ml diletakan di bawah keran air dan gelas plastik 240ml
diletakan sejajar dengan botol plastik (kira-kira air dari lubang bisa masuk
kedalam gelas plastik), botol ditutup dan kemudian nyalakan keran air.
f. Buka botol dan usahakan air yang dimasukan kedalam botol air mineral 600ml
dalam keadaan mengalir, dan tunggu hingga keadaan air konstan atau stabil.
g. Setelah botol terisi penuh, diukur air sampai batas garis pertama.
h. Setelah air sudah sampai garis pertama, hidupkan stopwatchdan hitung lamanya
air terisi penuh di gelas plastik 240ml.
Catatan :ketinggian air yang digunakan menggunakan titik paling atas, tengah dan
bawah. Masing-masing dengan ketinggian yang berbeda, dan pada ketinggian yang
sama dilakukan 3 ulangan. Data di catat di dalam selembar kertas. Lakukan
perhitungan debit air.

3.5 Pembahasan (tambahkan rumus yang berkaitan dengan alat, dan jangan
lupa dijabarkan juga)

Orifice memiliki fungsi yangdigunakan untuk mengukur laju aliran volume


atau massa fluida di dalam saluran yang tertutup (pipa) berdasarkan prinsip beda
tekanan.Orifice juga termasuk alat ukur laju aliran dengan metode rintangan aliran
(Obstruction Device). Karena geometrinya sederhana, biayanya rendah dan mudah
dipasang atau diganti. Gambar di bawah menunjukkan geometri orifice yang umum
digunakan.
Gambar 2. Geometri Orifice plate secara umum

Selain menggunakan orifice, untuk mengukur laju aliran dengan metode


rintangan aliran dapat juga menggunakan nozel dan venturi. Alat ini berupa plat tipis
dengan gagang yang diapit diantara flens pipa. Fungsi dari gagang orifice adalah
untuk memudahkan dalam proses pemasangan dan penggantian.

Pada dasarnya orifice berupa plat tipis dengan lubang di bagian tertentu
(umumnya di tengah). Fluida yang mengalir melalui pipa ketika sampai pada orifice
akan dipaksa untuk melewati lubang pada orifice. Hal itu menyebabkan terjadinya
perubahan kecepatan dan tekanan. Titik dimana terjadi kecepatan maksimum dan
tekanan minimum disebut vena contracta. Setelah melewati vena contracta kecepatan
dan tekanan akan mengalami perubahan lagi. Dengan mengetahui perbedaan tekanan
pada pipa normal dan tekanan pada vena contracta, laju aliran volume dan laju aliran
massa dapat diperoleh dengan persamaan Bernoulli.

Prinsip dasar orifice adalah dengan diketahuinya tinggi (h) dan luas lubang
aliran keluar fluida (A) maka dapat dihitung atau ditentukan umlah aliran keluar
fluida (Q),seperti persamaan dibawah ini :

Q = C . A. √2.g.h

Dimana:

Q = Debit air (cm3/ s)


C = Konstanta (0,61)
A = Luas lubang (cm2)
g = Kecepatan gravitasi ( 10 m/s)
h = Ketinggian (cm)

3.6 Kesimpulan

Berdasarkan data pengujian dapat di simpulkan

a. Semakin tinggi RPM yang digunakan terjadi peningkatan kecepatan udara yang
masuk melalui kedua orifice.
b. Semakin tinggi kecepatan yang disebabkan oleh tingginya RPM yang masuk
melalui orifice terjadi peningkatan tekanan pada sisi masuk (P1) dan terjadi
penurunan tekanan pada sisi keluar (P2).
c. Terjadi peningkatan nilai laju aliran massa yang dihasilkan seiring dengan
bertambahnya RPM.
Lampiran foto alat

Gambar 3. Alat orifice


BAB 4

PENGUJIAN OPEN CHANNEL

4.1 Pendahuluan

Aliran dalam saluran terbuka sering di temui dalam saluran alam, namun
saluran terbuka bersifat alami bukan saluran prismatic,artinya penampang melintangnya
berbeda-beda di setiap peninjauan, sehingga sulit menganalisisnya. Pada praktikum ini yang
akan di pelajari adalah aliran dalam saluran terbuka yang dianggap prismatic agar dapat
membantu dalam mengamati dan menganalisisnya.

4.2 Tujuan

a. Memahami tentang open channel

b. Mengetahui cara kerja open channel

c. Mengetahui pengaplikasian open channel

4.3 Alat

a. Pintu sorong

b.

4.4 Cara Pelaksanaan


a. Mengisi air pada tempat penyimpanan air pada flumptest.
b. Mengalirkan air pada flumptest dengan air yang ada dalam penyimpanan air.
c. Memasang sekat dan pintu sorong.
d. Membaca ketinggian pada manometer untuk mengetahui tekanan air.
e. Membaca tinggi air sebelum pintu sorong (saat subkritis).
f. Membaca ketinggian air saat di pintu sorong (loncat air).
g. Membaca ketinggian air setelah pintu sorong (saat superkritis).
h. Membaca ketinggian air saat sebelum ambang.
i. Membaca ketinggian air saat ambang.
j. Membaca ketinggian air setelah ambang.

4.5 Pembahasan

Aliran air dalam suata saluran dapat berupa aliran saluran terbuka dan aliran
saluran pipa. Kedua aliran tersebut sama dalam berbagai hal, namun berbeda dalam
satu hal. Aliran saluran terbuka harus memilike saluran yang bebas, sedangkan aliran
saluran pipa tidak demikian karana aliran ini harus mengisi seluruh area salurn yang
di lewatinya.
Faktor yang memperngaruhi keadaan aliran adalah pengaruh relatif
( viskositas ) dan gaya innersia, jika gaya viskositas yang dominan maka aliranny
laminear, sedangkan gaya inersia yang dominan maka alirannya turbulen. Nisbah
antara gaya kekentalan dan inersia di nyatakan dalam bilangan reynold ( REY ) yan
dinyatakan dalam rumus berikut :

REY = V x L / v
Diamana :
REY = bilangan reynold
V = kecepatan aliran (m/det)
L = panjang karakteristik (m) pada saluran bebas L= R
R = jari – jari hidroik saluran ( m )
V = kekentalan kinematik (m² / det )
Batas peralihan antara aliran luminer dan turbulen terjadi pada bilangan
reynald kurang lebih 600.
Aliran Subkritis, Kritis, dan Superkritis
Aliran dikatakan kritis ( Fr = 1) apabila kecepatan aliran sama dengan
gelombang gravitasi dengan amplitudo kecil. Gelombang gravitasi dapat
dibangkitkan dengan merubah kedalaman. Jika kecepatan aliran lebih kecil dari pada
kecepatan kritis, maka alirannya disebut subkritis ( Fr < 1), sedangkan jika
kecepatannya aliran lebih besar daripada kecepatan kritis, maka alirannya disebut
superkritis ( Fr > 1).
Parameter yang menentukan ketiga jenis aliran tersebut adalahnisbah antara
gaya gravitasi dan gaya inersia, yang dinyatakan dengan bilangan Froude(Fr).
Bilangan Froudeuntuk saluran berbentuk persegi di definisikan sebagai :
𝑽
Fr =
√𝒈𝒙 𝒉

Dimana :
Fr = bilangan Froude
V = kecepatan aliran (m/dt)
H = kedalaman aliran (m)
g = pecepatan gravitasi (m²/dt)
Pada saluran terbuka, debit aliran dapat dihitung dengan menghitung
kecepatan aliran dan luas penampang basah saluran tersebut. Kecepatan aliran irigasi
dapat dihitung dengan rumus matematika :
𝒗 = 𝑺⁄𝒕
v = kecepatan aliran (m/t)
S = panjang aliran yang ditinjau (m)
T = waktu tempuh fluida dari titik awal ke titik akhir sepanjang S (s)

Luas tampang basah dapat dihitung dengan rumus matematika :


A = h.b
A : Luas penampang basah (𝑚2 )
h : tinggi penampang basah (m)
b : lebar penampang basah (m)
Apabila tampang aliran tegak lurus pada aliran adalah A, maka debit aliran
diberikan oleh bentuk berikut

Q = A.v

Q : debit aliran (𝑚3 /𝑠)

A: luas penampang basah saluran (𝑚2 )

v : kecepatan aliran (m/s)

Ambang Lebar

1. Pengertian
Alat ukur ambang lebar adalah bangunan aliran atas (over flow), untuk ini
tinggi energi hulu lebih kecil dari panjang mercu. Karena pola aliran di atas alat ukur
ambang lebar dapat ditangani dengan teori hidrolika yang sudah ada sekarang, maka
bangunan ini bisa mempunyai bentuk yang berbeda-beda, sementara debitnya tetap
serupa.

2. Penggunaan alat ukur ambang lebar


Alat ukur ambang lebar dan flum leher panjang adalah bangunan-bangunan
pengukur debit yang dipakai di saluran di mana kehilangan tinggi energi merupakan
hal pokok yang menjadi bahan pertimbangan. Bangunan ini biasanya ditempatkan di
awal saluran primer, pada titik cabang saluran besar dan tepat di hilir pintu sorong
pada titik masuk petak tersier.
Dalam kondisi kenyataan di lapangan, ambang ini berguna untuk meninggikan
muka air di sungai atau pada saluran irigasi sehingga dapat mengairi areal
persawahan yang luas. Selain itu, ambang juga dapat digunakan mengukur debit air
yang mengalir pada saluran terbuka.

3. Sketsa Aliran Melalui Ambang Lebar


Keterangan:
Q = debit aliran (m3/s)
H = tinggi tekanan total hulu ambang = Yo+ (V2/2g)
P = tinggi ambang (m)
Yo = kedalaman hulu ambang (m)
Yc = tinggi muka air di atas hulu ambang (m)
Yt = tinggi muka air setelah hulu ambang (m)
hu = tinggi muka air di atas hilir ambang = Yo – P (m)

Dengan adanya ambang, akan terjadi efek pembendungan di sebelah hulu


ambang. Efek ini dapat dilihat dari naiknya permukaan air bila dibandingkan dengan
sebelum dipasang ambang.
Pada saat melewati ambang biasanya aliran akan berperilaku sebagai aliran
kritik, selanjutnya aliran akan mencari posisi stabil. Pada kondisi tertentu misalkan
dengan adanya terjunan atau kemiringan saluran yang cukup besar , setelah melewati
ambang aliran dapat pula berlaku sebagai aliran super kritik.

4. Rumus Untuk Menghitung Debit (QR)

Q = Cd . 2/3 .. b .H1,5
Keterangan :
Cd = koef.debit (1,03 untk ambang lebar)
g = Percepatan Gravitasi (9,81 m/s2)
b = lebar ambang (m)
H = Tinggi Air dari atas ambang sampai permukaan air (m)
Q = Debit (m3 /s)

5. Kekurangan dan Kelebihan Ambang Lebar


a. Kelebihan-kelebihan yang dimiliki alat ukur ambang lebar :
- Bentuk hidrolis luwes dan sederhana
- Konstruksi kuat, sederhana dan tidak mahal
- Benda-benda hanyut bisa dilewatkan dengan mudah

b. Kelemahan-kelemahan yang dimiliki alat ukur ambang lebar adalah :


- Bangunan ini hanya dapat dipakai sebagai bangunan pengukur saja
- Agar pengukuran teliti, aliran tidak boleh tenggelam

4.6 Kesimpulan

Faktor yang memperngaruhi keadaan aliran adalah pengaruh relative


(viskositas)dan gaya innersia. Kecepatan aliran di bedakan menjadi tiga yaitu :

a. Aliran kritis
b. Aliran subkritis
c. Aliran super kritis

Anda mungkin juga menyukai