FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN SIPIL
Laboratori Percobaan : 6
um
Topik : Kehilangan energi pada pipa tunggal, pipa seri, pipa
Hidrolika
paralel dan jaring-jaring pipa
I. DISKRIPSI ALAT
Percobaan - 6 Halaman 6 - 1
Gambar 6-2. Pandangan Depan dan Pandangan Samping dari Peralatan C11-
MKII Pipe Network
Keterangan Gambar 6-2.
1 : Katub pengontrol (Control valve)
2 : Katub pengatur debit
3 : Katub isolasi (Isolating valve)
4 : Penghubung pipa percobaan (Conector pipe)
5 : 4 buah pipa percobaan (4 test pipes)
6 : Kelem
7 : Pipa cadangan (Spare pipe)
8 : Katub pengatur kiri
10 : Katub pengatur kanan
12 : Katub pengatur tengah
Pada sistem perpipaan persoalan umum yang dihadapi adalah menentukan debit
aliran dan kehilangan energi yang terjadi pada sistem interkoneksi pipa, seringkali
dikenal sebagai sistem jaringan pipa (pipe network). Jaringan pipa ini dapat berupa
pipa tunggal sampai jaringan pipa rumit yang terdiri atas banyak pipa dengan
Percobaan - 6 Halaman 6 - 2
panjang dan diameter berbeda, melibatkan beberapa titik distribusi air seperti
dijumpai pada sistem jaringan pipa ditribusi air bersih perkotaan. Pemahaman yang
baik tentang perilaku jaringan pipa dan kemampuan untuk memperkirakan distribusi
aliran dan tekanan pada jaringan pipa adalah merupakan hal penting dalam
perencanaan sistem transportasi air.
Peralatan C-11 MKII Pipe Network khusus dirancang untuk membuat konfigurasi
berbagai susunan pipa dan mengukur debit dan tekanan aliran dengan air sebagai
medianya.
Kamampuan dari peralatan C-11 MKII Pipe Network adalah:
1. Mengukur kehilangan energi vs debit untuk berbagai dimensi pipa.
2. Karakteristik aliran melalui pipa paralel.
3. Karakteristik aliran melalui pipa seri.
4. Karakteristik aliran melalui jaringan pipa tertutup (jaring-jaring pipa) dan pengaruh
perubahan besarnya debit aliran masuk dan aliran keluar pada beberapa titik.
5. Aplikasi penggandaan pipa (doubling pipes) pada jaringan pipa eksisting untuk
meningkatkan debitnya.
Percobaan - 6 Halaman 6 - 3
selama praktikum.
Empat buah pipa percobaan (5) dipasang pada sistem jaringan dan sebuah pipa
cadangan (7) terpasang pada panel dengan kelem yang mudah dilepaskan.
Serangkaian percobaan dapat dilakukan dengan 4 buah pipa percobaan pada posisi
standar ( dari kiri ke kanan, pipa 9 mm, 6 mm, 10 mm dan 9 mm). Semua pipa
dipasang menggunakan threaded union dengan O ring seal pada bagian atas dan
bagian bawah. Kondisi ini memudahkan penggantian pipa tanpa menggunakan alat.
Pipa cadangan dengan diameter 14 mm juga dapat digunakan untuk menggantikan
salah satu pipa percobaan.
Perbedaan tekanan (kehilangan energi) dapat diukur dengan menggunakan alat
pengukur tekanan dijital. Dua buah pipa alat pengukur tekanan dapat dihubungkan
pada 2 titik yang akan diukur perbedaan tekanannya (atau tekanannya). Setiap
koneksi pada alat pengukur tekanan terdapat katub pelepas udara. Jika katub ini
dibuka, air akan masuk ke pipa dan mendorong udara yang terjebak dalam pipa
keluar dari pipa tersebut. Alat pengukur tekanan ini harus ditempatkan di atas
Bangku Hidraulik saat mengeluarkan udara dari dalam pipa.
Aliran keluar dari sistem pipa melalui pipa keluaran kiri dapat diatur dengan katub
(8), pipa keluaran tengah dengan katub (12) dan pipa keluaran kanan dengan katub
(10). Pipa vertikal di atas katub (12) mengalirkan air ke pipa keluaran di bagian atas.
Debit aliran keluar melalui setiap pipa keluaran (outlet) dapat diukur menggunakan
alat Bangku Hidraulik.
Alat ini didesain dengan menggunakan sambungan/belokan (fitting) dengan dimensi
lebih besar dibandingkan dengan diameter dalam dari pipa percobaan sehingga
besarnya kehilangan energi pada bagian tersebut adalah kecil dibandingkan dengan
kehilangan energi pada pipa percobaan sehingga dapat diabaikan.
Percobaan - 6 Halaman 6 - 4
Nomenklatur
Judul Kolom Satuan Simbol Tipe Keterangan
Volume Air m3 V Diukur Volume air yang diukur selama waktu tertentu
(t).
Koef. K Empiris
Kehilangan
Energi
Percobaan - 6 Halaman 6 - 5
I. TUJUAN
Tujuan percobaan adalah mengukur kehilangan energi melalui pipa tunggal dengan
berbagai diameter dalam pipa pada berbagai debit aliran sehingga dapat diketahui
hubungan antara kehilangan energi dan debit aliran.
II. METODE
Metode percobaan adalah dengan mengukur debit dan besarnya kehilangan energi
pada debit tersebut yang mengalir melalui pipa dengan diameter dalam yang
berbeda-beda.
Kehilangan energi primer pada aliran dalam pipa disebabkan akibat adanya
gesekan. Besarnya kehilangan energi primer ini dapat dihitung menggunakan rumus
Darcy - Weisbach sebagai berikut :
L f
H f 22
V
= (6.1)
d dimana :
g
Percobaan - 6 Halaman 6 - 6
g = Gravitasi [m/s2] = 9,8 m/s2
VD
Koefisien gesekan f merupakan fungsi dari bilangan Reynold (ν Re = ) dan
kekasaran relatif pipa (e/D), dimana :
Re = Bilangan Reynolds
V = Kecepatan aliran [m/s]
D = Diameter dalam dari pipa [m]
e = Kekasaran pipa [m]
ν = Kekentalan kinematik air, nilainya bervariasi, merupakan fungsi dari temperatur
air [m2/s]. Tabel kekentalan kinematik dapat dilihat pada Tabel 6.1 Bila Re < 2.000
aliran adalah laminair
Bila Re > 4.000 aliran adalah turbulen
Pada aliran turbulen f = f (Re, e/D), dimana e/D merupakan kekasaran relatif. Hal ini
juga dibuktikan oleh Nikuradse dengan percobaan-percobaan pipa yang dikasarkan
dengan pasir berdiameter rata-rata e. Besarnya f berbeda beda untuk pipa hidraulik
licin, kasar maupun transisi dengan rumus berikut:
• Pipa Hidraulik Licin:
f Log
21 f = (6.2)
Re
2,51
Percobaan - 6 Halaman 6 - 7
2
=5v
LQ
H f K [m H2O] (6.5) d
Keterangan:
Hf : Kehilangan energi akibat gesekan [m H 2O]
K : Konstanta, tak berdimensi
L : Panjang pipa = 0,7 m (konstan)
Qv : Debit aliran [m3/s]
d : Diameter dalam pipa [m] (0,006, 0,009, 0,010, atau 0,014)
Gambar 7-2. Kehilangan energi dalam pipa akibat gesekan
5
H d 12
K − = [tak berdimensi] (6.6)
2
LQ v
Grafik hubungan antara Hf dan Qv dapat dibuat seperti gambar di bawah yang
menunjukkan terjadi peningkatan kehilangan energi dengan semakin mengecilnya
diameter pipa.
Percobaan - 6 Halaman 6 - 8
Gambar 6-3. Garfik hubungan antara Hf dan Qv pada berbagai diameter pipa
Percobaan - 6 Halaman 6 - 9
Perco Diamet Panja Kehilang Volu Waktu t Debit K
baan er pipa ng an me Qv
[Detik] 5
d pipa L Energi Air V 3 H fd
[m /s]
H1-2 2
[m] [m] [m3] LQ
[m Air] v
1 0,7
2 0,7
3 0,7
4 0,7
5 0,7
Gambar 6-4 Berbagai konfigurasi pipa untuk percobaan pipa
tunggal
VI. HASIL
1. Bandingkanlah nilai K yang diperoleh pada diameter pipa yang sama pada
berbagai debit aliran dan pada berbagai diameter pipa pada debit yang sama. 2.
Bandingkan nilai Hf (kehilangan energi) saat percobaan dan nilai Hf teoritis. 3.
Gambarkanlah grafik hubungan kehilangan energi dan debit aliran pada berbagai
diameter pipa pada satu grafik sehingga karakteristiknya dapat dibandingkan.
Percobaan - 6 Halaman 6 - 10
VII. KESIMPULAN
Percobaan - 6 Halaman 6 - 12
VIII. TUJUAN
Tujuan percobaan adalah mengukur kehilangan energi versus debit aliran pada
berbagai diameter pipa yang dihubungkan secara paralel.
IX. METODE
Kehilangan energi primer pada aliran dalam pipa disebabkan akibat adanya
gesekan. Besarnya kehilangan energi primer ini dapat dihitung menggunakan
rumus Darcy - Weisbach sebagai berikut :
L f
H f 22
V
=
D
g
(6.7)
dimana :
hf = Kehilangan energi dalam pipa akibat gesekan [m]. f
= Koefisien gesekan Darcy – Weisbach. L = Panjang
pipa [m].
D = Diameter pipa bagian dalam [m].
V = Kecepatan aliran dalam pipa [m/s].
g = Gravitasi [m/s2] = 9,8 m/s2
Percobaan - 6 Halaman 6 - 13
VD
Koefisien gesekan f merupakan fungsi dari bilangan Reynold (ν Re = ) dan
kekasaran relatif pipa (e/D), dimana :
Re = Bilangan Reynolds
V = Kecepatan aliran [m/s]
D = Diameter dalam dari pipa [m]
e = Kekasaran pipa [m]
ν = Kekentalan kinematik air, nilainya bervariasi, merupakan fungsi dari temperatur
air [m2/s]. Tabel kekentalan kinematik dapat dilihat pada Tabel 6.2 Bila Re < 2.000
aliran adalah laminair
Bila Re > 4.000 aliran adalah turbulen
• Transisi :
=−+
21
e Log
f Re2,51
3,7 Df (6.10)
Percobaan - 6 Halaman 6 - 14
Catatan:
Akan ada tambahan kehilangan energi pada jaringan pipa dan fittings
(sambungan, belokan) yang terletak diantara pipa percobaan. Kehilangan ini telah
diminimalisir pada alat C11-MKII dengan menggunakan diameter komponen yang
lebih besar dari pada pipa percobaan. Dalam aplikasi yang sesungguhnya,
kehilangan energi pada fittings akan lebih signifikan besarnya sehingga perlu
diperhitungkan pada perhitungan kehilangan energi pada jaringan pipa. Pada alat
C11-MKII, ke 4 pipa percobaan panjangnya sama, pada aplikasi sesungguhnya
panjang pipa bisa beragam.
Percobaan - 6 Halaman 6 - 15
2. Hubungkan bagian keluaran aliran (water outlet) Bangku Hidraulik dengan
selang aliran masuk C11-MKII.
3. Sebelum alat digunakan, perlu dilakukan langkah untuk mengeluarkan udara
yang terjebak dalam pipa.
4. Aturlah konfigurasi alat dengan membuka dan menutup katub pada beberapa
tempat seperti ditunjukkan pada gambar di bawah sesuai konfigurasi pipa
paralel mana yang akan diteliti.
5. Katub aliran masuk yang berada di bagian bawah alat dibuka penuh, alirkan air
ke dalam alat dengan menghidupkan pompa Bangku Hidraulik. 6. Ukur tekanan air
dalam pipa dengan menggunakan alat pengukur tekanan portabel pada 2 titik (titik
aliran masuk H1 dan titik aliran keluar H2). Catatan: alat pengukur tekanan
portabel supaya diatur agar bacaan tekanan dalam cm H 2O.
7. Lakukanlah percobaan dengan variasi debit dari nol sampai maksimum dengan
mengatur katub keluar di bagian atas atau katub masuk di bagian bawah.
Pada setiap percobaan tunggu sampai kondisi aliran stabil baru dilakukan
pengukuran tekanan dan debit aliran.
8. Ulangi percobaan untuk 3 pipa paralel dan 4 pipa paralel.
Gambar 6-6 Berbagai
konfigurasi pipa paralel, 2 pipa paralel (kiri), 3 pipa paralel (tengah) dan 4 pipa
paralel (kanan)
Percobaan - 6 Halaman 6 - 16
XIII. HASIL
dst
XIV. KESIMPULAN
Berikanlah komentar pada korelasi antara debit total yang diperoleh dari hasil
pengukuran dan debit hasil perhitungan dari kehilangan energi. Bahaslah bila
terjadi perbedaan.
Berikanlah komentar terhadap besarnya debit aliran pada setiap pipa dan
bahaslah perbedaannya.
Praktikan diminta untuk menghitung debit teoritis pada setiap pipa jika diberikan
data beda tinggi tekan dengan menggunakan data geometri pipa dan estimasi
besarnya koefisien gesekan. Bandingkanlah hasil di atas dengan besaran yang
diperoleh dari percobaan, berikanlah ulasan saudara tentang perbedaan yang
terjadi.
Percobaan - 6 Halaman 6 - 17
I. TUJUAN
Tujuan percobaan adalah mengukur kehilangan energi versus debit aliran pada
berbagai diameter pipa yang dihubungkan secara seri.
II. METODE
Percobaan - 6 Halaman 6 - 19
Gambar 6-8 Berbagai
konfigurasi pipa seri
Percobaan - 6 Halaman 6 - 20
VI. HASIL
1 0,7
2 0,7
3 0,7
4 0,7
5 0,7
6 0,7
VII. KESIMPULAN
Dari hasil percobaan, periksalah bahwa kehilangan energi total pada pipa seri H f
sama dengan jumlah kehilangan energi pada setiap pipa untuk semua debit aliran.
Berikanlah komentar terhadap besarnya kehilangan energi pada setiap pipa dan
bahaslah apakah ada perbedaan besarnya debit pada setiap pipa?.
Praktikan diminta untuk menghitung kehilangan energi teoritis pada setiap pipa
jika diketahui debit aliran, geometri pipa dan besarnya koefisien gesekan.
Bandingkan hasil perhitungan dengan besaran yang diperoleh dari percobaan.
Mengapa pengetahuan tentang penurunan energi pada jaringan pipa merupakan
hal penting yang harus dipertimbangkan oleh perencana?. Coba sebutkanlah
aplikasi praktis yang saudara ketahui dimana jaringan pipa seri digunakan!.
Percobaan - 6 Halaman 6 - 21
I. TUJUAN
Tujuan percobaan adalah mengukur kehilangan energi versus debit aliran pada
jaring-jaring pipa.
II. METODE
Percobaan - 6 Halaman 6 - 22
Penyelesaian persoalan aliran pada jaring-jaring pipa tertutup memerlukan analisis
yang komplek, melibatkan kehilangan energi pada setiap titik percabangan
(junction) dan debit aliran melalui setiap pipa dalam jaring-jaring tertutup, dimana
variabel tersebut saling mempengaruhi. Sebagai contoh, pengurangan aliran pada
satu titik keluaran akan mempengaruhi kehilangan energi pada pipa yang
mensuplai air ke titik tersebut, yang berakibat terjadinya perubahan aliran pada
bagian lain dari jaringan.
Pada setiap titik percabangan dalam jaring-jaring tertutup, jumlah aljabar aliran
masuk dan aliran keluar titik percabangan adalah nol. Sebagai contoh pada
Gambar 6-9 di atas:
Qin + QA + QD = 0, dimana QA dan QD adalah negatif karena arah aliran
adalah meninggalkan titik percabangan.
Akan ada tambahan kehilangan energi pada jaringan pipa dan fittings
(sambungan, belokan) yang terletak antara pipa percobaan. Kehilangan ini telah
diminimalisir pada alat C11-MKII dengan menggunakan diameter komponen yang
lebih besar dari pada pipa percobaan. Dalam aplikasi yang sesungguhnya,
kehilangan energi pada fittings akan lebih signifikan besarnya sehingga perlu
diperhitungkan pada perhitungan kehilangan energi pada jaring-jaring pipa.
Percobaan - 6 Halaman 6 - 23
dalam cm H2O.
8. Lakukanlah percobaan dengan mangatur variasi bukaan tiga katub pengeluaran
sehingga diperoleh kombinasi aliran yang berbeda di dalam jaring-jaring pipa.
Gambar 6-10 Konfigurasi jaring-jaring pipa
VI. HASIL
Percobaan - 6 Halaman 6 - 24
Dimana Qin = Qout1 + Qout2 + Qout3
Menggunakan data kalibrasi pada Percobaan 6-1, hitunglah debit dan arah aliran
pada setiap pipa berdasarkan besarnya kehilangan energi dan lengkapilah tabel
berikut. Arah aliran dapat dilihat dari arah penurunan tekanan dalam pipa.
Pipa Diame Kehilang Perkiraan Jumlah Jumlah debit Jumlah debit Jumlah debit
ter pipa an Debit debit pada pada pada
percabangan
d energi pada percabangan percabangan
[m3/s] B/C
terukur percabangan
[m] C/D D/A
[m Air] A/B
Praktikan diminta untuk menghitung besar dan arah debit aliran secara teoritis
pada kasus di atas dan bandingkanlah hasilnya dengan hasil percobaan.
Berikanlah komentar saudara tentang perbedaan yang terjadi.
VII. KESIMPULAN
Periksalah apakah jumlah aljabar debit masuk dan keluar pada setiap
percabangan adalah nol, berikanlah komentar bila ada perbedaan.
Berikanlah komentar perubahan yang terjadi pada debit dan arah aliran pada
setiap pipa jika dilakukan perubahan debit masuk dan keluar dari jaring-jaring
pipa.
Berikanlah komentar tentang distribusi debit pada jaring-jaring pipa dan berikanlah
contoh pemakaian jaring-jaring pipa dalam distribusi air bersih.
Berikanlah komentar kesulitan dalam analisis aliran sekitar dan melalui suatu
jaring-jaring pipa pada kondisi debit masuk dan keluar berubah-ubah.
Percobaan - 6 Halaman 6 - 25
I. TUJUAN
II. METODE
Percobaan - 6 Halaman 6 - 26
Gam
Gambar 6-13. Kurva hubungan Hf dan Qv pada pipa seri dan pipa ganda
Untuk meningkatkan kapasitas aliran pada sistem jaringan pipa, suatu pipa dapat
diganti dengan pipa lain dengan diameter lebih besar atau dengan pipa paralel
seperti pada Percobaan 6-2. Akan tetapi biayanya akan mahal dan seringkali tidak
praktis karena lokasinya tidak memungkinkan.
Alternatif untuk meningkatkan kapasitas jaringan pipa adalah dengan
menambahkan pipa paralel pada sebagian panjang pipa, khususnya jika bagian
pipa tersebut diameternya lebih kecil dari pada bagian lainnya. Penambahan pipa
ini disebut sebagai pipa ganda (doubling pipe).
Jaringan pipa awal dihubungkan secara seri seperti pada Percobaan 6-3,
Percobaan - 6 Halaman 6 - 27
diperlihatkan pada Gambar 6-11. Pipa ganda dipasang pada bagian pertama
sehingga menciptakan pipa paralel seperti ditunjukkan pada Gambar 6-12.
Pada suatu debit tertentu, kehilangan energi pada pipa B tidak terpengaruh karena
debit melalui pipa ini tidak berubah. Akan tetapi debit melalui pipa A akan dibagi ke
pipa C sehingga kehilangan energi pada bagian ini akan berkurang. Umumnya
jaringan pipa dipengaruhi oleh beda elevasi tersedia (dari tampungan atau dari
pompa sirkulasi), maka pengurangan kehilangan energi yang terjadi akan
meningkatkan aliran melalui pipa ganda, dan tentu saja pada pipa B, sehingga
secara keseluruhan jaringan pipa ini akan meningkat kapasitasnya.
Akan ada tambahan kehilangan energi pada jaringan pipa dan fittings (sambungan,
belokan) yang terletak antara pipa percobaan. Kehilangan ini telah diminimalisir
pada alat C11-MKII dengan menggunakan diameter komponen yang lebih besar
dari pada pipa percobaan. Dalam aplikasi yang sesungguhnya, kehilangan energi
pada fittings akan lebih signifikan besarnya sehingga perlu diperhitungkan pada
perhitungan kehilangan energi jaringan pipa.
Percobaan - 6 Halaman 6 - 28
dilakukan pengukuran tekanan dan debit aliran.
10. Lakukan percobaan dengan membuat pipa A paralel dengan pipa C atau pipa
B paralel dengan pipa C seperti pada Gambar 6-15.
Gambar 6-14. Konfigurasi pipa seri D dan C
Percobaan - 6 Halaman 6 - 29
Gambar 6-15. Kofigurasi pipa ganda A dan C (kiri) dan B dan C (kanan)
VI. HASIL
Percobaan - 6 Halaman 6 - 30
D+(C+B) Run-2 0,7
D+(C+B) Run-3 0,7
Buatlah grafik hubungan antara kehilangan energi versus debit pada 2 percobaan
tersebut. Grafik tersebut akan menggambarkan peningkatan kapasitas aliran pada
sistem dengan pipa ganda.
Praktikan diminta untuk menghitung aliran melalui setiap pipa pada pipa ganda
dengan rumus pipa paralel yang digabung dengan pipa seri seperti pada Gambar
6-12.
VII. KESIMPULAN
Percobaan - 6 Halaman 6 - 31
Laboratori Percobaan : 7
um
Hidrolika Topik : Hidraulika Saluran Tertutup dan Saluran Terbuka
I. DISKRIPSI ALAT
Peralatan S-16 Hydraulic Flow Demonstrator (Closed and Open Channel Flow)
dapat digunakan untuk melakukan studi mendasar dari aspek aliran berikut:
Tangki Pemasukan:
Air akan masuk saluran percobaan melalui tangki pemasukan (5) yang dibuat dari
akrilik bening. Air masuk bagian ini melalui penampang terbuka yang diisi dengan
busa berongga (6) untuk mengurangi turbulensi aliran dan menciptakan aliran
yang tenang saat masuk saluran percobaan.
Pintu geser (bendung aliran bawah) (10) dipasang pada bagian keluaran dari
tangki menuju saluran percobaan. Tinggi pintu dapat diatur menggunakan kenop
(8) pada bagian atas dan kelem (9) yang memungkinkan pintu ditahan pada posisi
tertentu antara terbuka penuh dan tertutup penuh.
Sistem limpasan (overflow) (4 & 24) yang dipasang di tangki pemasukan akan
Percobaan - 7 Halaman 7 - 4
melimpaskan kelebihan air langsung masuk ke bangku hidraulik untuk mencegah
meluapnya air di atas tangki pemasukan.
Tangki Pengeluaran:
Air akan keluar dari saluran percobaan melalui Tangki Pengeluaran (21) sebelum
dibuang masuk ke bangku hidraulik untuk diukur debitnya. Air keluar dari tangki
pengeluaran melalui katub (22) yang terhubung dengan pipa vertikal (23) untuk
meminimkan percikan air saat masuk bangku hidraulik.
Kedalaman air dan kondisi aliran di saluran percobaan sangat dipengaruhi oleh
tinggi air di tangki pengeluaran. Ada dua teknik yang digunakan untuk mengatur
tinggi muka air di saluran percobaan sebagai berikut:
▪ Saluran percobaan dioperasikan sebagai saluran tertutup
Saat saluran percobaan dioperasikan sebagai saluran tertutup, katub keluaran
dapat diatur untuk ditahan sedemikian rupa sehingga air di saluran percobaan
mengalir memenuhi penampang melintang. Katub pengeluaran dapat diatur
secara halus dikombinasikan dengan mengatur katub pemasukan (3) untuk
menciptakan kondisi aliran yang diinginkan. Pada kondisi ini bendung di hilir
(25) harus diturunkan penuh sehingga permukaan bendung sejajar dasar
saluran.
▪ Saluran percobaan dioperasikan sebagai saluran terbuka
Jika katub pengeluaran dibuka penuh, saluran percobaan dapat dioperasikan
sebagai saluran terbuka dengan permukaan air bebas sepanjang saluran
percobaan. Berbagai kedalaman air di saluran percobaan dapat dibuat dengan
mengatur bukaan katub pengeluaran, dengan permukaan air tetap
dipertahankan bebas. Bendung di bagian hilir normalnya diturunkan penuh
sehingga puncaknya sejajar dasar saluran pada saat digunakan katub untuk
mengendalikan aliran.
Jika akan melakukan percobaan dengan kontrol muka air hilir, katub harus
dibuka penuh, bendung ditarik ke atas untuk mengatur kedalaman air di ujung
hilir saluran percobaan (tail water). Hal ini digunakan untuk menciptakan
loncat air atau membuat bendung tenggelam. Tinggi bendung dapat diatur
menggunakan kenop (27) di bagian atas dan posisi bendung dapat ditahan
pada posisi tertentu menggunakan kelem (26). Bendung ini dapat diatur
sehingga berfungsi sebagai pelimpah (overshot) atau sebagai pintu (bendung
aliran bawah, undershot) dengan cara menarik bendung ini ke atas.
Percobaan - 7 Halaman 7 - 5
Mistar ukur ini dipasang di dinding depan dan belakang dari saluran percobaan,
untuk memudahkan penempatan pipa Pitot. Kesalahan akibat Parallax dapat
diperkecil dengan cara menjajarkan bacaan kedua mistar ukur tersebut secara
visual sehingga berimpit tepat pada ujung pipa Pitot. Gerakkan pipa Pitot ke atas
atau ke bawah sampai ujung pipa tepat pada skala yang sama pada kedua mistar
ukur.
Percobaan - 7 Halaman 7 - 6
Gambar 7-4. Posisi S16 dan Bangku Hidarulik dengan katub keluaran (kiri) dan
tanpa katub keluaran (kanan)
Percobaan - 7 Halaman 7 - 9
Lubang kecil di dasar saluran digunakan untuk mengukur tinggi statik (static head)
yang terkait dengan tekanan statik (static pressure) pada titik tersebut. Bila lubang
bersih dan tidak mengganggu aliran, suatu manometer yang dihubungkan ke
lubang tersebut akan mengukur tinggi statik h s= ps/(ρ g). Akan tetapi, bila diukur
relatif terhadap bidang referensi nol (datum) yaitu pada dasar saluran maka
tekanan statik yang diukur pada dasar saluran disebut sebagai tinggi pisometrik
(piezometric head) hp. Untuk mendapatkan tekanan statik pada kedalaman lain
(misalnya pada ketinggian pipa Pitot), maka perlu dikurangi dengan tinggi pipa
Pitot dari dasar saluran.
Tinggi pisometrik terukur adalah hp= ps/(ρ g) + (y1+ z), sehingga tinggi statik pada
ketinggian y1 (pada posisi pipa Pitot) adalah hs= hp – (y1+ z).
Pipa Pitot pada prinsipnya adalah pipa kecil yang sejajar aliran dibengkokkan 90 o.
Pada mulut pipa Pitot kecepatan aliran dalam pipa adalah nol yang disebut
sebagai stagnation point (titik dengan kecepatan nol). Tekanan di titik ini disebut
sebagai stagnation pressure (jumlah dari tekanan dinamik dan tekanan statik).
Suatu manometer yang dihubungkan ke pipa Pitot akan mengukur tinggi energi
total terkait dengan stagnation pressure, dengan persamaan Bernoulli dapat
dihitung sebagai berikut:
p u s
H s2 ( )2 u H h y z 2 ( )2
atau
ρ g
= + 1+ + = + 1 + + (8.2)
g yz g
2()()
p g
2
u
Hh (8.3)
−==−
ugHh
2()
sehingga 2
pp
g
Karena u2/(2 g) adalah tinggi kecepan hv, maka perbedaan pembacaan kedua
manometer adalah hv.
Percobaan - 7 Halaman 7 - 10
Dengan demikian maka kecepatan aliran pada posisi pipa Pitot adalah: u = 2 g
hv (m/s) (8.4) Keterangan:
H : tinggi total (m air)
p1/(ρ g) : tinggi tekan (m air)
(y1 + z) : tinggi potensial (m)
u2/(2 g) : tinggi kecepatan = hv (m air)
Jumlah tinggi tekan dan tinggi potensial adalah tinggi pisometrik yang diukur
menggunakan pipa manometer.
Untuk aliran yang sesungguhnya, kecepatan dan tinggi total tidak tetap sepanjang
saluran, akan tetapi pipa Pitot masih bisa digunakan untuk mengukur kecepatan
aliran pada kondisi distribusi tekanan adalah hidrostatis.
Seperti halnya dengan bangunan hidraulik seperti Pelat Berlubang (orifice) dan
Venturimeter, ada koefisien kecepatan empiris k untuk mengkoreksi hasil
pengukuran pipa Pitot. Hal ini karena ada hambatan pada aliran, terjadinya
turbulensi di belakang alat dll. Akan tetapi karena pipa Pitot diletakkan paralel
dengan aliran (mengarah ke hulu dan meminimalkan hambatan) maka
kesalahannya kecil dan koefisien k dianggap nilainya satu (1).
Profil kecepatan aliran pada setiap penampang pada saluran dapat diperoleh
dengan menggerakkan pipa Pitot vertikal, perhatikan perubahan pembacaan tinggi
total dan tinggi pisometrik di pipa manometer pada setiap lokasi dan ubahlah
pembacaan ini menjadi kecepatan sehingga dapat dibuat profil kecepatan.
III. DATA TEKNIS ALAT S16
Saluran percobaan:
▪ Panjang saluran : 1100 mm
▪ Lebar saluran : 77 mm
▪ Tinggi saluran : 150 mm
▪ Tinggi tangki pemasukan dan pengeluaran : 340 mm (relatif terhadap dasar
saluran).
Debit aliran:
Manometer:
▪ Jumlah : 6
Percobaan - 7 Halaman 7 - 11
▪ Rentang skala : 300 mm
▪ Akurasi pengukuran : ± 0,5 mm
Nomenklatur
Judul Kolom Simbol Satuan Definisi
Tinggi energi total dibaca pada manometer H m Diukur dengan pipa Pitot
Percobaan - 7 Halaman 7 - 12
Judul Kolom Simbol Satuan Definisi
Tinggi kecepatan hv m Hv = H - hp
Tekanan statik = ρ g hs ps m
Waktu t s Diukur
o
Temperatur air T C Diukur
Percobaan - 7 Halaman 7 - 13
Jenis percobaan:
Jenis percobaan secara garis besar terbagi menjadi 2 yaitu percobaan pada
saluran tertutup (tertekan) dan percobaan pada saluran terbuka (aliran dengan
permukaan air bebas).
▪ Percobaan 7-1. Kedalaman kritis – Energi Spesifik, halaman 7-15 ▪
Percobaan 7-2. Loncat Air, halaman 7-19.
▪ Percobaan 7-4. Gaya Pada Pintu, halaman 7-23.
Percobaan - 7 Halaman 7 - 14
Laboratori Percobaan : 7- 1
um
Hidrolika Topik : Kedalaman kritis – Energi Spesifik
I. TUJUAN
II. METODE
Percobaan - 7 Halaman 7 - 15
Gambar 7-9. Kurva energi spesifik
Kedalaman dan kecepatan aliran air pada setiap penampang pada saluran
terbuka akan menyesuaikan dengan tersedianya energi pada penampang
tersebut. Untuk debit tetap, energi minimum akan tercapai pada kedalaman kritis.
Parameter ini sangat penting untuk memahami perilaku aliran dengan permukaan
bebas, karena respon aliran pada energi (dan gaya) tergantung apakah
kedalaman air yang sesungguhnya lebih besar atau lebih kecil dari pada
kedalaman kritis.
Pada saluran terbuka, lebih mudah untuk menggunakan dasar saluran sebagai
bidang referensi. Energi dengan dasar saluran sebagai bidang referensi disebut
sebagai Energi Spesifik. Dengan demikian maka energi spesifik adalah
penjumlahan dari energi tekanan (tinggi tekan, dalam air) dan energi kinetik (tinggi
kecepatan) seperti pada rumus berikut:
Ey
2v
2
= + (8.8) g
Keterangan: 2 gby y 2 gy
22 2
Grafik hubungan antara energi spesifik dengan dalam air akan menghasilkan
kurva yang disebut sebagai kurva energi spesifik seperti ditunjukkan pada Gambar
7-10 di atas. Grafik tersebut menunjukkan bahwa untuk suatu energi spesifik
tertentu terdapat dua kemungkinan kedalaman air yang disebut kedalaman
pasangan (alternate depth). Pada titik C pada grafik tersebut energi spesifiknya
akan minimum dan kedalaman airnya disebut kedalaman kritis y c.
Aliran dengan kedalaman air lebih besar dari kedalaman kritis disebut aliran
lambat, subkritis atau tenang. Aliran dengan kedalaman air lebih kecil dari
kedalalman kritis disebut aliran cepat, superkritis atau meluncur (shooting).
Untuk debit yang berbeda maka lengkung energi spesifiknya juga berbeda.
Pada saluran berbentuk segi empat dengan lebar satu satuan, dimana alirannya
paralel, kedalaman kritis dapat dihitung dengan rumus:
2 2
Q
yc = = dan c c E E y 23 = min = (8.10)
3
3 Keterangan:
2
q
gb
g
Perlu diketahui bahwa permukaan air terlihat bergelombang saat aliran mendekati
kedalaman kritis karena perubahan kecil pada energi spesifik akan diikuti dengan
perubahan yang besar pada kedalaman air.
V. PROSEDUR
▪ Hitung E0 dan E1 untuk setiap nilai Q. Buatlah grafik hubungan antara E 0 dengan
y0 dan E1 dengan y1 untuk membuat bentuk kurva energi spesifik pada kedua
sisi dari titik dengan energi spesifik minimum.
▪ Gambarkan hasil perhitungan Ec pada sumbu yang sama.
▪ Pada grafik saudara tariklah garis melalui titik kritis pada setiap kurva untuk
menunjukkan batas kritis (aliran tenang di atas garis dan aliran cepat di bawah
garis tersebut).
VII.KESIMPULAN
Percobaan - 7 Halaman 7 - 18
UNIVERSITAS KATOLIK PARAHYANGAN
FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN SIPIL
Laboratori Percobaan : 7- 2
um
Hidrolika Topik : Loncat air
I. TUJUAN
II. METODE
Persamaan momentum spesifik atau gaya spesifik pada loncat air di salaluran segi
empat dengan kemiringan dasar (So = 0), kedalaman awal loncat air y1 dan
Percobaan - 7 Halaman 7 - 19
kedalaman akhir loncat air y3 adalah :
2 2
Q Q
+ = + (8.11) yA
1
yA
1
1 3
gA gA
11 2 33 2
Untuk Q tetap, hubungan antara kedalaman air dan momentum spesifik dapat
dilihat pada gambar 8-15.
( 1 8 1) 21 21
Saat aliran cepat berubah menjadi aliran tenang, maka akan terbentuk loncatan
air. Fenomena ini dapat dilihat saat air mengalir dengan cepat melewati bawah
pintu air bertemu dengan aliran yang lebih dalam di bagian hilir. Hal ini terjadi saat
aliran dengan kedalaman air lebih kecil dari y c berubah menjadi aliran dengan
kedalaman air lebih besar dari yc dan akan diikuti dengan terjadinya kehilangan
energi.
Suatu locat air berombak (undular jump) akan terjadi bila perubahan kedalaman
Percobaan - 7 Halaman 7 - 20
kecil. Permukaan air berombak dan perlahan-lahan ombak lenyap di daerah
dengan aliran tenang.
Suatu loncatan langsung (direct jump) akan terjadi bila perubahan kedalaman
besar. Energi yang hilang besar, menghasilkan turbulensi air sebelum masuk
daerah dengan aliran tenang.
Dengan mempertimbangkan gaya yang bekerja dalam air pada kedua sisi loncat
air per satuan lebar saluran, maka besarnya energi yang hilang diperlihatkan pada
rumus berikut:
∆=+−+
g
22
V
Hyb
a
y V (8.13)
a
22
b
g
Keterangan:
∆H : Kehilangan energi total pada loncat air (m)
Va : Kecepatan rata-rata air sebelum loncat air (m/s)
ya : Kedalaman air sebelum loncat air (m)
Vb : Kecepatan rata-rata air setelah loncat air (m/s)
yb : Kedalaman air setelah loncat air (m/s)
g : Percepatan gravitasi (9,8 m/s2)
3
()
yy −
H ∆ = (8.14)
31
4yy
13
V. PROSEDUR
yg y1 y3 Q H1 H3 ∆H
gy
y
1
1
y
∆Hvs
dan gambarkan
∆H y1
▪ Hitung
y1
3
y
1
VII.KESIMPULAN
▪ Periksalah besarnya gaya yang bekerja pada aliran pada kedua sisi loncat air
adalah sama dan perkiraan besarnya energi yang hilang menggunakan kurva ∆H
energi spesifik adalah
yc
▪ Berikanlah rekomendasi suatu penerapan dimana kehilangan energi pada loncat
air diinginkan. Bagaimana energi dihancurkan?.
Percobaan - 7 Halaman 7 - 22
I. TUJUAN
Tujuan percobaan adalah mengetahui gaya yang bekerja pada pintu geser akibat
adanya aliran melalui bawah pintu dan pengaruh elevasi muka air di hulu, dihilir
dan tinggi bukaan pintu.
II. METODE
Dengan membuat variasi tinggi muka air di hulu dan hilir pintu dan variasi tinggi
bukaan pintu.
Walaupun gaya yang bekerja pada pintu tidak dapat diukur secara langsung untuk
dibandingkan dengan teori, perhitungan resultante gaya yang bekerja pada pintu
merupakan latihan yang baik untuk menunjukkan aplikasi teori hidraulika.
Percobaan - 7 Halaman 7 - 23
Resultante gaya yang bekerja pada pintu dapat dihitung dengan persamaan
berikut:
= −01
−−
2
y ρ
F g y g ρ (11.10)
20
1 Q y
1 11
2 y 2
1
by 1
y
Keterangan:
Fg : Resultan gaya pada pintu (N)
FH : Resultan gaya hidrostatik (N)
Q : Debit aliran (m3/s)
Cd : Koefisien debit
ρ : Rapat massa air (kg/m3)
g : Percepatan gravitasi (9,8 m/s2)
b : lebar pintu (m)
yg : Tinggi bukaan pintu dari dasar saluran (m)
y0 : Tinggi air di hulu pintu dari dasar saluran (m)
y1 : Tinggi air di hilir pintu dari dasar saluran (m)
Catatan:
Hasil percobaan 11-3 dapat digunakan untuk percobaan 11-4. Jika tidak ada maka
dapat dilakukan percobaan dengan prosedur berikut.
V. PROSEDUR PERCOBAAN
1. Atur kenop yang ada di atas pintu untuk mengatur posisi pintu pada 20 mm di
atas dasar saluran (yg = 20 mm).
2. Perlahan-lahan buka katub aliran masuk sampai dicapai y 0 = 0,200 m.
3. Ukur debit aliran Q, dan y1.
4. Angkat pintu dengan interval 0,010 m dengan tetap mempertahankan y 0 = 0,200
m dengan cara mengubah debit aliran.
5. Pada setiap tahap tinggi pintu, ukur Q dan y 1.
6. Ulangi percobaan pada debit tetap Q dan membiarkan y 0 berubah nilainya.
Catat besarnya y0 dan y1.
Percobaan - 7 Halaman 7 - 24
VI. HASIL
H
Buatlah grafik hubungan rasio F
dengan yg 0 y
g
antara VII.KESIMPULAN F
Percobaan - 7 Halaman 7 - 25