Anda di halaman 1dari 12

MODUL 01

HYDRAULIC BENCH

Nama Praktikan : Alvin Fajriwan Ramhar

NIM : 15315023

Kelompok : 4

Tanggal Praktikum : 8 September 2016

Jam : 13.00-14.30

PJ Modul : Korry Sidopamungkas Sonbers

Pinandito Wisambudi

Asisten yang Bertugas : Astrid Monica

Ramadian Irvanizar

PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN

FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN

INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG

2016
I. TUJUAN

1. Mengukur debit aktual (Qaktual) aliran fluida dengan menggunakan prinsip kerja
hydraulic bench.
2. Membandingkan debit aktual (Qaktual) hydraulic bench dengan debit aktual (Qaktual)
dari ember
3. Menentukan faktor-faktor yang mempengaruhi debit air dengan menggunakan
hydraulic bench.

II. PRINSIP DASAR


Prinsip yang digunakan pada alat hydraulic bench ini adalah prinsip tuas
keseimbangan. Prinsip kerja hydraulic bench adalah menggunakan beban untuk mengukur
debit yang dihasilkan (debit aktual) dan juga menghitung waktu yang diperlukan oleh debit
dari awal aliran hingga tuas pada keadaan akan terangkat. Debit aliran fluida berbanding
dengan massa jenis fluida. Massa debit air sama dengan tiga kali massa beban. Ini
merupakan hasil perbandingan antara lengan pada hydraulic bench yang diletakkan beban
dengan lengan keseluruhan.

III. TEORI DASAR


Hydraulic bench adalah alat yang digunakan sebagai tempat sumber air dan
pengatur aliran air agar diketahui debit aliran tersebut. Debit yang dihitung dalam
percobaan ini adalah debit aktual. Biasanya hasil debit aktual lebih kecil daripada debit
teoritis. Hydraulic bench dilengkapi dengan tuas yang menghubungkan beban dengan bak
penampungan debit air. Tuas tersebut dapat bergerak naik turun berdasarkan massa beban
dan debit yang mengalir. Apabila tuas tersebut berada pada ketinggian seimbang setelah
diberi beban, maka massa debit air tiga kali massa beban. Hydraulic bench juga dilengkapi
dengan calm lever. Calm lever berfungsi untuk menaik-turunkan tuas pada saat akan
membuang air yang ada dalam bak hingga keadaan setimbang.
Air disuplai dari pompa melalui selang penghubung menuju katup valve. Suplai
air diatur dengan mengatur besar kecil bukaan katup B. Air kemudian masuk ke dalam
alat percobaan dan kemudian keluar melalui corong dan terus ke pipa. Air tersebut masuk
ke dalam bak penimbang air. Bak penampung ini ditahan dengan bak penimbang. Pada
ujung balok lainnya terdapat pemberat yang digantung. Pada saat bak penampung kosong,
maka berat bak sama dengan pemberat
Gambar 1. Hydraulic Bench

Keterangan bagian bagian hydraulic bench:


Pompa : untuk mengalirkan air ke dalam pipa
Kran pengatur debit : kran ini digunakan untuk mengatur debit air yang
diinginkan dalam percobaan, tetapi kran ini tidak memiliki skala.
Pipe: Pipa untuk menyalurkan air menuju bak penimbangan. Pipa berwarna
bening untuk mengetahui apakah debit sudah stabil saat waktu mulai
dihitung
Drain pipe: Drain pipe digunakan untuk mengalirkan air dari pipa menuju
bak penimbangan air.
Measuring tank: digunakan untuk menimbang banyaknya air yang
dihasilkan oleh debit tersebut
Lower tank: menampung air yang dibuang dari bak penimbangan melalui
drain valve, untuk kemudian di gunakan kembali dalam proses pengaliran
air melaluui pipa
Drain valve : untuk membuang air dari bak penimbangan
Power cut of switch: untuk menyalakan dan mematikan hydraulic bench
Bench supply valve: untuk membuka dan menutup drain valve
Weight beam : untuk meletakan beban penahan bak penimbangan air

Rumus untuk menghitung debit air:


= (1)
= (2)
Sehingga,

= = = (3)

= | |/ (4)
dengan :
M = massa air (kg)
V = volume air (m3)
= massa jenis air (kg/m3)
Q = debit air (m3/s)
t = waktu yang diperlukan sesaat tuas akan bergerak naik (s)

IV. DATA AWAL


Massa air : 7,5 kg
Massa beban : 2,5 kg
Suhu awal air : 27C
Suhu akhir air : 27,5C

1010 Densitas terhadap suhu


1000

990

980

970
y = -0.0036x2 - 0.0695x + 1000.6
960 R = 0.9993

950
0 20 40 60 80 100 120

Gambar 1. Kurva non linear suhu-densitas


(Sumber: hasil perhitungan dan regresi)
Tabel 1. Data awal pengukuran waktu dengan hydraulic bench

air m beban t (s)


Variasi
(kg/m3) (kg) 1 2 3

1 996,0329 2,5 20,86 20,12 20,51

2 996,0329 2,5 29 28 28

3 996,0329 2,5 19 18 18

4 996,0329 2,5 17,32 16,62 16,91

5 996,0329 2,5 13,78 13,73 12,86

(Sumber: Pengukuran di Laboratorium)

Tabel 2. Data awal pengukuran waktu dengan ember

air m beban Volume air (l)


Variasi trata-rata (s)
(kg/m3) (kg) V1 V2

3 996,0329 2,5 18,33 8,126 8,097

4 996,0329 2,5 16,95 7,676 7,574

5 996,0329 2,5 13,46 7,978 7,928

(Sumber: Pengukuran di Laboratorium)

V. PENGOLAHAN DATA
Hal yang pertama dilakukan adalah menghitung waktu rata-rata yang pertama dari
hasil pengukuran di laboratorium, lalu didapatkan trata-rata 1 sebesar 20,50 s. Setelah itu,

menghitung debit aktual dengan menggunakan persamaan = =
3
= (3). Lalu, didapatkan Qaktual 1 sebesar 3,67 x 10-4 m3/s.

Setelah itu, dilakukan penghitungan debit aktual dengan trata-rata 2 sebesar 28,33 s.
Maka, didapatkan Qaktual 2 sebesar 2,66 x 10-4 m3/s. Dengan cara yang sama seperti
keterangan di atas, diperoleh trata-rata 3 sebesar 18,33 s dan dengan perhitungan yang sama
didapatkan Qaktual 3 sebesar 4,11 x 10-4 m3/s.
Dengan cara menghitung yang sama, dengan menggunakan trata-rata 4 sebesar 16,95
s didapatkan Qaktual 4 sebesar 4,44 x 10-4 m3/s. Setelah itu dilakukan perhitungan dengan trata-
rata 5 sebesar 13,46 s dan didapatkan Qaktual 5 sebesar 5,59 x 10-4 m3/s.

Setelah mendapatkan hasil debit aktual di hydraulic bench selanjutnya mengukur


debit aktual yang didapat berdasarkan hasil pengukuran di ember. Tidak jauh berbeda
dengan cara yang pertama, bedanya hal ini menggunakan volume rata-rata sama yang
didapatkan pada saat pengukuran diember dibagi dengan waktu rata-rata pada saat
pengkuran seperti persamaan rumus pada persamaan =
(2). Diperoleh trata-rata 3 sebesar 18,33 s dan dengan perhitungan didapatkan Qaktual 3 sebesar
4,44 x 10-4 m3/s.Dengan cara menghitung yang sama, dengan menggunakan trata-rata 4 sebesar
16,95 s didapatkan Qaktual 4 sebesar 4,50 x 10-4 m3/s. Setelah itu dilakukan perhitungan
dengan trata-rata 5 sebesar 13,46 s dan didapatkan Qaktual 5 sebesar 5,91 x 10-4 m3/s
Setelah mendapatkan kedua nilai debit aktual antara hydraulic bench dan ember,
lalu mencari galat dari kedua hasil tersebut dengan menggunakan rumus pada persamaan
= | |/ (4). Galat yang kita cari adalah galat untuk variasi 3
sampai 5. Untuk variasi 3 yaitu debit aktual hydraulic bench 4,11 x 10-4 m3/s dan debit
aktual dari ember 4,44 x 10-4 m3/s didapatkan galat sebesar 0,0803. Dengan menggunakan
cara yang sama didapatkan galat untuk variasi 4 sebesar 0,0135 dan variasi 5 sebesar
0,0572.
Tabel 3. Kerapatan terhadap suhu pada tekanan standar

Temperatur
Kerapatan (kg/m3)
(C)

999.9
0
5 1000

10 999.7

15 999.1

20 998.2
30 995.7

40 992.2

50 988.1

60 983.2

70 977.8

80 971.8

90 965.3

100 958.4

(Sumber: Potter,Merle dan Wiggert, David C. 2007. Page 235)

1010 Densitas terhadap suhu


1000

990

980

970
y = -0.0036x2 - 0.0695x + 1000.6
960 R = 0.9993

950
0 20 40 60 80 100 120

Gambar 2. Kurva non linear suhu-densitas


(Sumber: hasil perhitungan dan regresi)

Qaktual hydraulic bench terhadap Qaktual ember


0.0007
0.0006
0.0005
0.0004
0.0003 y = -31867x2 + 33.989x - 0.0084
0.0002 R = 1
0.0001
0
0 0.0001 0.0002 0.0003 0.0004 0.0005 0.0006 0.0007

Gambar 3. Kurva non linear hydraulic bench-ember


(Sumber: hasil perhitungan dan regresi)
VI. DATA AKHIR

Tabel 4. Hasil perhitungan debit aktual dengan hydraulic bench

Variasi M air (kg) t rata-rata (s) Q aktual (m3/s)

1 7,5 20,50 3,67 x 10-4

2 7,5 28,33 2,66 x 10-4

3 7,5 18,33 4,11 x 10-4

4 7,5 16,95 4,44 x 10-4

5 7,5 13,46 5,59 x 10-4

(Sumber: Perhitungan dari data awal)

Tabel 5. Hasil perhitungan debit aktual dengan ember

Variasi Vrata-rata (l) t rata-rata (s) Q aktual (m3/s)

3 8,1295 18,33 4,44 x 10-4

4 7,625 16,95 4,50 x 10-4

5 7,953 13,46 5,91 x 10-4

(Sumber: Perhitungan dari data awal)

Tabel 6. Hasil perhitungan galat praktikum

Variasi Q aktual bench (m3/s) Q aktual ember (m3/s) Galat

3 4,11 x 10-4 4,44 x 10-4 0,0803

4 4,44 x 10-4 4,50 x 10-4 0,0135

5 5,59 x 10-4 5,91 x 10-4 0,0572

(Sumber: Perhitungan dari data awal)


VII. ANALISIS A HASIL YANG DIDAPAT SETELAH PRAKTIKUM
Dalam penggunaan Hydraulic Bench adalah pertama kita hubungkan alat ke sumber
listrik. Kemudian kita nyalakan alat dan ambil beberapa air untuk diukur suhu awal fluida.
Setelah itu, kita naikkan valve agar air tertampung di weight tank bench. Apabila lengan
beban naik, lalu nyalakan stopwatch bersamaan dengan tambahkan pemberat pada lengan
beban. Apabila lengan beban naik kembali setelah diberi pemberat matikan stopwatch dan
catat waktu yang didapatkan. Lakukan cara tersebut untuk 5 variasi yang berbeda dan setiap
variasi dilakukan sebanyak 3 kali percobaan (triplo). Khusus variasi 3 sampai 5 lakukan
pengukuran juga ke ember untuk mendapatkan hasil diember setelah melakukan 3 kali
pengkuran di bench.
Dalam praktikum Hydraulic Bench ini, terbukti bahwa alat ini dapat mengukur
debit aliran suatu aliran fluida. Dengan pencatatan waktu untuk setiap variasi sebanyak tiga
kali untuk meminimalisasi terjadi kesalahan pengukuran. Hal ini agar dapat membuat galat
penelitian sekecil mungkin. Sebab jika hanya melakukan sekali percobaan saja kita belum
bias mengetahui apakah hal yang tersebut benar.
Adapun pembuktian massa air sama dengan 3 kali massa beban adalah dengan
menggunakan persamaan gaya dan torsi. Adapun hubungan massa air dan massa beban
adalah sebagai berikut:

0
F .l 0
(3( ) ). = 0
3( ) = 0
= 3( )
Keterangan :
= Torsi (N.m)
F = Gaya yang bekerja (N)
l = Lengan (m)
M = Massa (kg)
Lengan air = 1 Lengan beban = 3

Gambar 4. Hubungan massa air dan massa beban


(Sumber: data awal)

Ada beberapa hal yang menjadi analisis dalam percobaan ini. Dalam mengukur
debit aliran fluida ini tentu terdapat beberapa faktor yang mempengaruhinya. Analisis yang
pertama ialah, berdasarkan pada dan Tabel (3) mengenai kerapatan/massa jenis air
terhadap temperatur, dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan diantara keduanya.
Hubungan tersebut adalah semakin tinggi temperatur air, maka massa jenis air akan
semakin kecil. Hal ini disebabkan karena adanya peningkatan volume (berbanding lurus
dengan temperatur) sehingga nilai massa jenis menjadi berkurang. Sehingga dapat
dikatakan bahwa antara massa jenis dan temperatur saling berbanding terbalik.
Berdasarkan pada Tabel (4) dan Tabel (5) didapatkan perbedaaan dalam
mendapatkan debit aktual antara menggunakan hydraulic bench dengan menggunakan
ember. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor seperti perbedaan antara waktu di
pengukuran di hydraulic bench dan ember, dan juga terdapat beberapa air yang tumpah
pada saat pengukuran air dari ember ke gelas ukur dan juga pembacaan gelas ukur yang
tidak sesuai dengan batas nilai ukur.
Berdasarkan pada Tabel (4) mengenai waktu rata-rata terhadap debit aliran fluida,
dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan diantara keduanya. Hubungan tersebut yaitu,
semakin besar debit air, maka semakin sedikit pula waktu yang dibutuhkan. Hal ini
disebabkan adanya peningkatan kecepatan air (berbanding lurus dengan debit air) sehingga
waktu yang dibutuhkan semakin berkurang. Sehingga dapat dikatakan bahwa antara debit
aliran air (Q) dan waktu (t) saling berbanding terbalik.
Berdasarkan pada Tabel (6) diketahui bahwa galat pada praktikum kali ini adalah
berikut, variasi 3 0,0803, variasi 4 0,0135, variasi 5 0,0572. Dari hasil ini diketahui bahwa
galat yang didapatkan pada praktikum ini kurang dari 1. Hal ini dapat diketahui pada
praktikum ini memiliki ketingkat akuratan yang bagus terlepas dari beberapa faktor yang
mempengaruhi pada saat praktikum berlangsung.
Pada penggunaan hydraulic bench ini pastilah tidak lepas dari kesalahan
pengukuran misalnya dalam pengukuran temperatur air yang kurang akurat. Hal tersebut
mengakibatkan nilai massa jenis yang diperoleh tidaklah sama dengan massa jenis
referensi. Kesalahan juga terdapat pada saat pengukuran waktu dimana kurang tepat pada
saat memulai dan mengakhiri waktu pada saat pemberian beban pada hydraulic bench dan
pada saat pengukuran volume untuk diember yang waktunya tidak sesuai dengan waktu
rata-rata pada saat di hydraulic bench. Selain itu, terdapat juga salah pengukuran pada saat
mengukur volume air di ember, dimana kemungkinan terdapat kesalahan pengkuran air di
gelas ukur, dan juga terdapat beberapa air yang menetes tumpah pada saat pengambilan
menggunakan gayung dan membuat tidak sesuai dengan volume diawalnya. Hal ini dapat
dibuktikan dari volume air yang divolume 1 dan volume 2 diember dimana terdapat
perbedaan volume airnya.

VIII. ANALISIS B APLIKASI DI BIDANG TEKNIK LINGKUNGAN


Hydraulic bench merupakan alat untuk skala laboratorium untuk pengukuran
kecepatan maupun debit sederhana secara aktual. Hydraulic bench dihubungkan dengan
beberapa alat fluida seperti venturimeter, orificemeter, rotameter, dll.
Dalam pengolahan limbah cair, hydraulic bench merupakan alat pembanding
ketelitian debit limbah yang dialirkan dari suatu aliran secara aktual bila dibandingkan
dengan hasil perhitungan secara teoritis. Sehingga, hydraulic bench dapat disebut sebagai
alat penguji sederhana.
Hydraulic bench juga digunakan dalam mendesain alat ukur debit PDAM agar
dapat diketahui debit maksimum dan minimumnya, sehingga dapat diketahui banyaknya
pasokan yang digunakan konsumen agar dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari.

IX. KESIMPULAN

1. Hydraulic bench merupakan alat sederhana yang digunakan untuk menghitung debit
secara aktual (pasti) dengan menggunakan prinsip kesetimbangan/torsi, baik di saluran
terbuka maupun tertutup dengan perbandingan berat air di tanki sama dengan tiga kali
berat beban yang diletakkan. Pada praktikum ini, diperoleh beberapa Q aktual dengan
beberapa variasi yaitu:
Q1 = 3,67 x 10-4 m3/s
Q2 = 2,66 x 10-4 m3/s
Q3 = 4,11 x 10-4 m3/s
Q4 = 4,44 x 10-4 m3/s
Q5 = 5,59 x 10-4 m3/s
2. Adapun hasil debit aktual yang didapatkan pada saat menggunakan hydraulic bench
dengan menggunakan ember adalah sebagai berikut :
Hydraulic bench
Q3 = 4,11 x 10-4 m3/s
Q4 = 4,44 x 10-4 m3/s
Q5 = 5,59 x 10-4 m3/s
Ember
Q3 = 4,44 x 10-4 m3/s
Q4 = 4,50 x 10-4 m3/s
Q5 = 5,91 x 10-4 m3/s
3. Terdapat beberapa faktor yang berpengaruh terhadap pengukuran debit dengan
menggunakan hydraulic bench ini, baik secara langsung maupun secara tidak langsung.
Adapun yang secara tidak langsung mempengaruhi adalah temperatur yang berbanding
terbalik dengan debit aliran fluida. Adapun faktor yang berpengaruh secara langsung
antara lain, volume air yang diperoleh dari massa beban di kali tiga, berbanding lurus
dengan debit air. Selain itu waktu rata-rata dan massa jenis air juga berpengaruh dengan
berbanding terbalik dengan besarnya debit air.

X. DAFTAR PUSTAKA
Finnemore, John. 2002. Fluid Mechanics with Engineering Application. New York: Mc
Graw Hill.
Potter,Merle dan Wiggert, David C. 2007. Schaums Outline Fluid Mechanics. New York:
Mc Graw Hill.

Anda mungkin juga menyukai