Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN AKHIR

PRAKTIKUM MEKANIKA FLUIDA


MODUL VIII
PENGAMATAN ALIRAN DALAM DIAMETER PIPA YANG BERBEDA

PERIODE I (2022/2023)

Kelompok III
RAZI TAFTANZANI 104121012
DWIKY HAFIZH L.S 104121034
DHARMA ARYASENA 104121044

FAKULTAS PERENCANAAN INFRASTRUKTUR


PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS PERTAMINA
2022
PENGAMATAN ALIRAN DALAM DIAMETER PIPA YANG BERBEDA

Dharma Aryasena3 , Razi Taftanzani3 , Dwiky Hafizh Luthfiyyah Surachman3


3
Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Perencanaan Infrastruktur, Universitas Pertamina
*
Corresponding author: razitaftanzani46@gmail.com, dwikyhafizh@gmail.com,
dharmaaryas17@gmail.com

Abstrak: Praktikum modul 8 yang berjudul Pengamatan Aliran Dalam Diameter Pipa Yang Berbeda yang
dilakukan pada tanggal 4 November 2022. Praktikum ini dilakukan menggunakan alat untuk mengukur tingkat
tekanan pada fluida cair yaitu hand pressure meter dengan tujuan, menentukan nilai koefisien kehilangan tenaga
pada pipa dengan diameter berbeda, menentukan hubungan nilai debit dengan koefisien kehilangan, dan
menentukan pengaruh nilai head loss pada perhitungan nilai keofisien kehilangan. Berdasarkan perhitungan yang
𝐻𝐻𝐻𝐻 𝑥𝑥 𝐷𝐷5
sudah dilakukan pada data nilai koefisien kehilangan tenaga menggunakan rumus 𝐾𝐾 = , didapat nilai
𝐿𝐿𝐿𝐿2
koefisien kehilangan tenaga pada bukaan 1 sebesar 0,0195, pada bukaan 2 sebesar 0,914, dan pada bukaan 3
sebesar 1,116. Hubungan nilai debit dengan koefisien kehilangan adalah berbanding terbalik, ketika nilai debit
membesar maka nilai koefisien kehilangan akan semakin mengecil. Dalam perlakuan satu nilai debit yang di dapat
adalah 2.685×10-5 dan nilai koefisien kehilangan nya sebesar 0,0195. Untuk perlakuan 2 memiliki nilai debit
2.460×10-5 dan nilai koefisien kehilangan nya sebesar 0,914. Hal ini membuktikan bahwa hubungan nilai debit
dengan koefisien kehilangan adalah berbanding terbalik. Nilai head loss dapat mempengaruhi nilai koefisien
kehilangan dan berbanding terbalik, karena ketika nilai head loss nya membesar maka nilai koefisien kehilangan
nya mengecil. Seperti di dalam hasil, bahwa perlakuan 1 dan perlakuan 2 memiliki nilai head loss yang berbeda.
Dimana perlakuan 1 sebesar 1,267 m dan perlakuan 2 sebesar 0,72 m, dan nilai koefisien kehilangan pun ikut
berubah. Koefisien kehilangan kehilangan perlakuan lebih besar dikarenakan nilai head loss nya lebih kecil dari
perlakuan 1.

Kata kunci: Diameter, Fluida, Hand Pressure Meter, Head Loss, Koefisien Kehilangan.

Abstract: Practicum module 8 entitled Observation of Flow in Different Pipe Diameters which
was carried out on November 4, 2022. This practicum is carried out using a tool to measure the
level of pressure in liquid fluids, namely a hand pressure meter with the aim, determine the
value of the power loss coefficient in pipes with different diameters, determine the relationship
of the discharge value with the loss coefficient, and determine the influence of the head loss
value on the calculation of the loss efficiency value. Based on the calculations already carried
𝐻𝐻𝐻𝐻 𝑥𝑥 𝐷𝐷5
out on the data of the value of the coefficient of power loss using the formula K = ,
𝐿𝐿𝐿𝐿2
obtained the value of the power loss coefficient at aperture 1 of 0.0195, at opening 2 of 0.914,
and at opening 3 of 1.116. The relationship between the discharge value and the loss coefficient
is inversely proportional, when the discharge value increases, the value of the loss coefficient
will decrease. In the treatment of one discharge value obtained is 2.685×10-5 and the value of
the loss coefficient is 0.0195. For treatment 2 has a discharge value of 2,460×10-5 and its loss
coefficient value of 0.914. This proves that the relationship of the discharge value with the loss
coefficient is inversely proportional. The value of the head loss can affect the value of the loss
coefficient and is inversely proportional, because when the head loss value is enlarged, the
value of the loss coefficient decreases. As in the results, that treatment 1 and treatment 2 have
different head loss values. Where treatment 1 is 1.267 m and treatment 2 is 0.72 m, and the
value of the loss coefficient also changes. The loss coefficient of treatment loss is greater
because the head loss value is smaller than treatment 1.

Keywords: Diameter, Fluid, Hand Pressure Meter, Head Loss, Coefficient Of Loss.
I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sistem perpipaan adalah suatu sistem yang digunakan untuk transportasi
fluida dari suatu tempat ke tempat yang lain sehingga proses produksi dapat
berlangsung. Fluida yang dialirkan dari suatu tempat ke tempat yang lain, dilakukan
dengan bantuan pompa maupun dengan memanfaatkan gaya gravitasi.
Pengaplikasiaan sistem perpipaan dengan diameter pipa yang berbeda pada Teknik
Sipil terdapat pada sistem pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) dan pada kilang
minyak. Oleh karena itu, praktikum ini dilakukan untuk mengukur kehilangan
tenaga pada sistem perpipaan dengan diameter pipa yang berbeda. Tidak hanya itu,
dalam praktikum ini dilakukan untuk meninjau faktor-faktor yang menyebabkan
kehilangan tenaga pada sistem perpipaan.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana cara mengetahui nilai koefisien kehilangan tenaga pada pipa yang
memiliki diameter berbeda?
2. Bagaimana hubungan dari nilai debit dengan koefisien kehilangan?
3. Bagaimana pengaruh nilai head loss pada perhitungan nilai koefisien
kehilangan

1.3 Tujuan

1. Menentukan nilai koefisien kehilangan tenaga pada pipa dengan diameter


berbeda
2. Menentukan hubugan nilai debit dengan koefisien kehilangan
3. Mengetahui pengaruh nilai head loss pada perhitungan nilai koefisien
kehilangan

1.4 Dasar Teori


Pada saluran tertutup hal yang harus diperhatikan adalah aliran fluida,
sehingga dibutuhkan proses perancangan dan perencanaan yang sangat optimal.
Salah satu contoh saluran tertutup adalah pipa, pipa adalah saluran tertutup yang
paling sering digunakan dan dijumpai dalam kehidupan sehari hari. Dalam pipa kita
akan sering menemukan hambatan aliran yang disebabkan oleh pipa itu sendiri.
Contoh nya seperti perbedaan dimensi pipa, kecepatan aliran, dan kekasaran pipa.
Jika adanya hambatan aliran maka akan terjadi juga kehilangan energi atau Head
Loss. (Akbar, 2021)
Head loss adalah kehilangan energi mekanik persatuan massa. Satuan Head
Loss adalah satuan Panjang dan sama dengan satuan energi yang dibutuhkan untuk
memindahkan satu satuan massa fluida yang tingginya sama dengan satuan Panjang
yang sesuai. (Wiratama, 2021) Secara umum head loss dibagi menjadi dua tipe
yaitu major head loss dan minor head loss. Major head loss terjadi dikarenakan
adanya kekasaran pada dinding pipa yang menyebabkan timbulnya gaya gesek dan
dikarenakan adanya gaya gesek kehilangan energi dapat terjadi. Minor head loss
terjadi karena adanya aksesoris, contohnya adalah pembelokan pada pipa,
pembesaran penampang, dan pengecilan penampang. Minor head loss akan
menyebabkan tumbukan antara partikel zat cair dan akan meningkatkan gaya gesek,
dan juga kecepatan pada suatu pipa akan menjadi tidak seragam.(Waspodo, 2017)
Head Loss dapat dihitung menggunakan persamaan:
𝑉𝑉 2
𝐻𝐻𝐿𝐿 = 𝐾𝐾𝐿𝐿 ×
2𝑔𝑔
(1.1)
Keterangan
HL = tinggi tenaga yang hilang (m)
KL = koefisien kecepatan
V2/2g = tinggi kecepatan (m)
Jika Head Loss terjadi di dalam pipa dan di sepanjang pipa, maka dapat
dihitung menggunakan persamaan:
𝐿𝐿𝐿𝐿2
𝐻𝐻𝑓𝑓 = 𝐾𝐾( )
𝐷𝐷5
(1.2)
Keterangan
Hf = Kehilangan tenaga akibat gesekan (mH2O)
K = Koefisien kehilangan
L = Panjang pipa 0,7 m (konstan)
Q = Debit aliran
D = Diameter dalam pipa (m)
Sistem perpipaan memilki bagian transisi, yang dimana diameter pipa dapat
berubah ukuran. Perubahan tersebut dapat terjadi secara tiba-tiba atau bertahap,
bergantung terhadap tipe bagian perubahan area. Perubahan laju aliran memberikan
dampak kerugian yang tidak diperhitungkan dalam perhitungan penurunan rumus
Head Loss. (Mahlil, 2022) Kehilangan tenaga atau Head Loss yang terjadi akibat
gesekan H1-H2 dapat dihitung menggunakan persamaan, sehingga nilai K
(Koefisien Kehilangan) dapat diketahui dengan persamaan:
𝐻𝐻1−2 × 𝐷𝐷5
𝐾𝐾 =
𝐿𝐿𝐿𝐿2
(1.3)
II. METODE PENELITIAN
2.1 Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah satu unit Pipe Networks, satu unit
Hydraulic Bench, satu buah Gelas ukur, satu buah Hand pressure meter, dan satu buah
Stopwatch
Sedangkan bahan yang digunakan dalam praktikum ini yaitu fluida (air).

Gambar 2.1 Pipe Networks

Gambar 2.2 Hydraulic Bench

Gambar 2.3 Gelas ukur


Gambar 2.4 Hand pressure meter

Gambar 2.5 Stopwatch

2.2 Cara Kerja


Pada praktikum kali ini yang berjudul “Pengukuran Aliran Dalam
Diameter Pipa Yang Berbeda” langkah pertama yang harus dilakukan adalah
menyiapkan pipe networks dan juga hydraulic bench, sambungkan selang dan
tungu sampai air mengalir secara konstan. Selanjutnya buka katup input dan
output pada tabung tunggal dan buka control valve sesuai yang dibutuhkan,
kemudian ukur headloss yang terjadi pada aliran menggunakan hand pressure
meter. Setelah mengukur headloss menggunakan head pressure meter, hitung
debit dengan mengisi tabung ukur sebanyak 250ml menggunakan selang output
yang terhubung pada hand pressure meter, hitung berapa lama air memenuhi
250ml tabung ukur. Setelah mendapatkan data dari tabung tunggal, ulangi
langkah yang sama untuk tabung paralel dan juga tabung ganda. Amati hasil
yang didapat dan catat pada kertas pengamatan.
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Hasil

Tabel 3.1 Data Hasil Pengamatan


Bukaan Diameter Panjang Headloss Volume Waktu (s) K
Pipa (m) Pipa (L) H1-H2 (V) (𝒎𝒎𝟑𝟑 ) 𝑯𝑯𝒇𝒇 × 𝑫𝑫𝟓𝟓
(m) (mH2O) 𝑳𝑳𝑳𝑳𝟐𝟐
1 6 × 10−3 0,7 m 1,267 m 2,5 0’09’’31 0,0195
× 10−4
2 14 × 10−3 0,7 m 0,72 m 2,5 0’10’’16 0,914
× 10−4
3 9 × 10−3 0,7 m 0,07 m 2,5 0’09’’47 1,116
× 10−4
Perhitungan :
• Q
𝑉𝑉 2,5×10−4
o Perlakuan 1 : 𝑄𝑄 = = = 2.685 × 10−5
𝑡𝑡 9,31
𝑉𝑉 2,5×10−4
o Perlakuan 2 : 𝑄𝑄 = = = 2.460 × 10−5
𝑡𝑡 10,16
𝑉𝑉 2,5×10−4
o Perlakuan 3 : 𝑄𝑄 = = = 2.639 × 10−5
𝑡𝑡 9,47
• K
𝑯𝑯𝒇𝒇 ×𝑫𝑫𝟓𝟓 1,267×(6×10−3 )5
o Perlakuan 1 : = = 0,0195
𝑳𝑳𝑳𝑳𝟐𝟐 0,7×(2.685×10−5 )2
𝑯𝑯𝒇𝒇 ×𝑫𝑫𝟓𝟓 0,72×(6×10−3 )5
o Perlakuan 2 : = = 0,914
𝑳𝑳𝑳𝑳𝟐𝟐 0,7×(2,460×10−5 )2
𝟓𝟓
𝑯𝑯𝒇𝒇 ×𝑫𝑫 0,07×(6×10−3 )5
o Perlakuan 3 : = = 1,116
𝑳𝑳𝑳𝑳𝟐𝟐 0,7×(2.639×10−5 )2

3.2 Pembahasan
Pada praktikum kali ini yang berjudul “Pengukuran Aliran Dalam Diameter
Pipa Yang Berbeda” telah dilakukan pengamatan terhadap pipa-pipa yang memiliki
diameter yang berbeda oleh praktikan, diameter pada pipa tunggal memiliki besar
6 × 10−3 𝑚𝑚, 14 × 10−3 pada pipa parallel, dan 9 × 10−3 pada pipa ganda. Semua pipa
memiliki panjang yang sama yaitu 0,7m.
Pada praktikum kali ini praktikan melakukan pengambilan nilai sebanyak sekali
pada setiap pipa, dan mendapatkan nilai koefisien kehilangan pada perlakuan 1 sebesar
0,0195, perlakuan 2 sebesar 0,914, dan perlakuan 3 sebesar 1,116. Dari data yang telah
dikumpulkan pada tabel 3.1 dapat disimpulkan bahwa nilai koefisien kehilangan
dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti diameter pada pipa yang berbeda-beda, hal
ini bisa dipastikan karena untuk mencari koefisien kehilangan kita membutuhkan nilai
diameter, dan jika diameter bervariasi maka nilai koefisien kehilangan pun akan ikut
berubah.
Pada praktikum ini praktikan menentukan bahwa debit memiliki nilai yang
bertolak belakang dengan koefisien kehilangan, yang dimaksud bertolak belakang oleh
praktikan adalah ketika nilai debit membesar, maka nilai koefisien kehilangan akan
mengecil. Hal ini dapat dilihat pada perhitungan diatas dimana perlakuan 1 memiliki
nilai debit sebesar2.685 × 10−5 dengan nilai koefisien kehilangan sebesar 0,0195, lalu
perlakuan 2 memiliki nilai debit sebesar 2.460 × 10−5 dan nilai koefisien kehilangan
sebesar 0,914. Oleh karena itu koefisien kehilangan dipengaruhi dengan membesar
atau mengecilnya debit.
Untuk menentukan koefisien kehilangan dibutuhkan juga nilai headloss dari
perlakuan yang dilakukan, sebagai contoh pada perlakuan 1 memiliki nilai headloss
sebesar 1,267𝑚𝑚 dan perlakuan 2 sebesar 0,72m/s dimana perlakuan 1 memiliki
koefisien kehilangan sebesar 0,0195 dan perlakuan 2 sebesar 0,914. Maka bisa
ditentukan bahwa ketika nilai headloss membesar maka koefisien kehilangan akan
mengecil.
IV. KESIMPULAN
Berdasarkan praktikum ini, untuk menghitung koefisien kehilangan pada pipa
yang memiliki diameter berbeda adalah,pertama menghitung head loss pada setiap ruas
pipa, dengan menggunakan rumus (1.1). lalu untuk menghitung koefisien kehilangan
dapat menggunakan rumus (1.3) yang dimana H1 dan H2 sudah diketahui dari
perhitungan head loss di setiap ruas pipa.
Berdasarkan hasil yang didapat Hubungan antara debit dengan koefisien
kehilangan adalah berbanding terbalik. Ketika nilai debit membesar maka nilai
koefisien kehilangan akan semakin mengecil. Dalam perlakuan satu nilai debit yang di
dapat adalah 2.685 × 10−5 dan nilai koefisien kehilangan nya sebesar 0,0195. Untuk
perlakuan 2 memiliki nilai debit 2.460 × 10−5 dan nilai koefisien kehilangan nya
sebesar 0,914. Hal ini membuktikan bahwa hubungan nilai debit dengan koefisien
kehilangan adalah berbanding terbalik
Nilai head loss dapat mempengaruhi nilai koefisien kehilangan dan berbanding
terbalik, karena Ketika nilai head loss nya membesar maka nilai koefisien kehilangan
nya mengecil. Seperti di dalam hasil, bahwa perlakuan 1 dan perlakuan 2 memiliki
nilai head loss yang berbeda. Dimana perlakuan 1 sebesar 1,267 m dan perlakuan 2
sebesar 0,72m, dan nilai koefisien kehilangan pun ikut berubah. Koefisien kehilangan
kehilangan perlakuan lebih besar dikarenakan nilai head loss nya lebih kecil dari
perlakuan 1
DAFTAR PUSTAKA
Akbar, Muhammad Taufiq., Sulhairi, Muhammad Arsyad Thaha, dan Bambang Bakri.
(2021). Studi Eksperimental Kecepatan Aliran Slurry Pada Saluran Tertutup. Jurnal
Penelitian Enjiniring: Universitas Hasanuddin Vol. 25 No. 1 Hal 48-50
Wiratama, Caesar. 2021. Presssure drop or Head Loss. Aero Engineering: Yogyakarta.
Diakses pada https://www.aeroengineering.co.id/2021/01/pressure-drop-atau-head-loss/
Waspodo. (2017). Analisa Head Loss Sistem Jaringan Pipa Pada Sambungan Pipa Kombinasi
Diameter Berbeda. Jurnal Suara Teknik: Universitas Muhammdiyah Pontianak Vol. 8 No.1
Hal 6-7

Mahlil, Teuku, Ph.D., dan Teuku Muhammad Rasyif, Ph.D. (2022). Modul Praktikum
Mekanika Fluida dan Hidraulika. Jakarta: Universitas Pertamina.
LAMPIRAN

Gambar 1 Lembar Pengamatan

Anda mungkin juga menyukai