Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN AKHIR

PRAKTIKUM MEKANIKA FLUIDA

MODUL VI

PERIODE I (2019/2020)

NAMA MAHASISWA/NIM : CHRISTA G . KOEN/104218034

PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN

FAKULTAS PERENCANAAN INFRASTRUKTUR

UNIVERSITAS PERTAMINA
2019

PENGUKURAN KEHILANGAN ENERGI PADA PIPA

Rofiah1 , Christa G. Koen1* , Fifik S. Kahalnashiri1

Program Studi Teknik Lingkungan, Fakultas Perencanaan Infrastruktur,


Universitas Pertamina

*Corresponding author : christakoen_05@yahoo.com

ABSTRAK

Percobaan ini didasarkan pada percobaan Newton, dimana kekentalan dari suatu zat cair
menyebabkan terbentuknya gaya geser antara dua elemen Zat cair. Adanya kekentalan
menyebabkan terjadinya kehilangan energi saat suatu fluida mengalir dalam pipa. Kehilangan
energi sendiri merupakan kerugian per satuan massa fluida, dalam aliran fluida di sistem
perpipaan. Ada 2 jenis kehilangan tenaga, kehilangan tenaga mayor dan kehilangan tenaga minor.
Praktikum ini bertujuan untuk menentukan hubungan antara kehilangan tenaga dengan aliran,
menentukan verivikasi mengenai hukum energi dalam sistem perpipaan dan membandingkan
perhitungann secara eksperimental dan teoritis. Pada praktikum ini ada 3 perlakuan.
Masing-masing perlakuan memiliki volume mulai dari 50 mL sampai 100 mL dengan waktu
mulai dari 33 detik sampai 44 detik. Pada praktikum ini didapatkan hasil yang berbeda antara
perhitungan teoritis dan perhitungan eksperimental yang diakibatkan oleh kesalahan pembacaan
skala dan kesalahan saat proses perhitungan.

Kata kunci : kekentalan, kehilangan tenaga, kehilangan tenaga mayor, kehilangan tenaga minor

ABSTRACT

This experiment is based on Newton's experiment, where the thickness of a liquid causes the
formation of shear forces between two elements of a liquid substance. The presence of thickness
causes energy loss when a fluid flows in a pipe. Energy loss itself is a loss per unit mass of fluid,
in fluid flow in the piping system. There are 2 types of energy loss, major energy loss and minor
energy loss. This practicum aims to determine the relationship between power loss and flow,
determine verification of energy laws in the piping system and compare calculations
experimentally and theoretically. In this practicum there are 3 treatments. Each treatment has a
volume ranging from 50 mL to 100 mL with time ranging from 33 seconds to 44 seconds. In this
practicum, it is obtained different results between theoretical calculations and experimental
calculations caused by scale reading errors and errors during the calculation process.

Keywords: thickness, loss of energy, loss of major energy, loss of minor energy

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Pada percobaan Newton, kekentalan dari suatu zat cair menyebabkan


terbentuknya gaya geser antara dua elemen zat cair. Adanya kekentalan
menyebabkan terjadinya kehilangan energi selama mengalir di dalam sebuah pipa.
Percobaan ini juga mengacu pada percobaan Bernoulli, yang merupakan
perkembangan dari Hukum Newton. Dimana setiap aliran fluida yang melalui
pipa, akan menimbulkan hambatan yang disebabkan oleh gesekan yang terjadi
antara fluida dengan permukaan pipa. Gesekan yang terjadi antara fluida dengan
permukaan pipa menyebabkan kerugian mekanis, yang menyebabkan penurunan
tekanan resultan dari hambatan viskos dan aliran turbulen.

2. Rumusan Masalah
- Apa yang menyebabkan terjadinya kehilangan tenaga pada zat cair yang
mengalir dalam pipa?
- Apa faktor yang mempengaruhi kehilangan tenaga pada aliran fluida dalam
pipa?
- Bagaimana pengaruh pengaruh luas penampang terhadap kehilangan tenaga?

3. Tujuan Penelitian
- Menentukan hubungan antara kehilangan tenaga dan aliran pada sistem
perpipaan
- Menentukan verivikasi mengenai hukum energi dalam sistem perpipaan
- Menentukan perbandingan antara perhitungan kehilangan tenaga secara
eksperimental dan teoritis
4. Teori Dasar
Headloss adalah kerugian per satuan berat fluida, dalam aliran fluida di sistem
perpipaan. Headlos atau kehilangan tenaga terjadi akibat adanya gesekan antar
fluida dengan permukaan pipa, serta gesekan antara partikel-partikel fluida itu
sendiri. Headloss dapat dihitung dengan persamaan,

V2
HL = KL
2g
dengan, HL = Tinggi tenaga yang hilang (m)
KL = Koefisien Kecepatan

V2
= Tinggi Kecepatan (m)
2g
Kehilangan tenaga dalam sistem perpipaan dibagi menjadi dua,
1. Mayor less atau kehilangan energi primer yang disebabkan oleh gesekan yang
terjadi di sekeliling pipa dan di sepanjang pipa. Secara teoritis kehilangan energy
primer dapat diperoleh dengan menggunakan persamaan yang menurut white
(1986) merupakan persamaan Darcy-Weisbach (Aini,2015) :

L V2
hf = f .
D 2g
dengan, f = koefisien gesekan darcy
L = panjang pipa (m)
D = diameter pipa (m)

V2
= tinggi kecepatan (m)
2g
2. Minor less atau kerugian minor yang terjadi akibat gesekan yang terjadi pada
katup-katup, T junction, sambungan dan penampang yang tidak konstan ( satria,
2015). Headloss minor dapat dihitunh dengan persamaan :

V2
hlf = n.k
2g

dengan, n = jumlah fitting


k = koefisien gesekan
V2
= tinggi kecepatan (m)
2g
Ada beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya kehilangan energi pada pipa.
1. Kehilangan tenaga pada pipa lurus dengan diameter konstan
Besarnya kehilangan tenaga yang terjadi akibat gesekan antara zat cair
dengan faktor gesekan pada pipa. Faktor gesekan yang terjadi bergantung
pada besarnya bilangan Reynold dan kekasaran relatif pada permukaan
pipa.
2. Kehilangan tenaga pada pipa yang mengalami perubahan penampang
ada beberapa perubahan penampampang yang dapat terjadi pada pipa,
a . sambungan membesar siku-siku ( menyudut dan tanpa
menyudut)
b . sambungan mengecil siku-siku ( menyudut dan tanpa
menyudut)

METODE PENELITIAN

1. Alat dan Bahan


Alat : Pipe Frition Apparatus, Hydraliuc Bench, Stopwatch, Bak Penampang,
Termometer

2. Cara Kerja
Pompa pada Hydraliuc Bench dipancing hingga aliran konstan. Setelah aliran
konstan, Hydraliuc Bench dimatikan dan selang pancing diganti dengan
apparatus. Pastikan keadaan kran output sudah sesuai dengan perlakuan.
Hydraliuc bench dinyalakan dan katup disesuaikan untuk mendapatkan aliran
yang lambat melalui pipa. Kran output dibuka sesuai dengan perlakuan. Nilai
skala pada piezometer dicatat dan volume diukur saat waktu dan suhu aliran
keluar. Prosedur 3-6 diulangi untuk perlakuan selanjutya.
HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Hasil
Tabel 2.1 Data Pengamatan
Perlakuan Volume Waktu Suhu Pembacaan piezometer
H1 H2 ΔH
1 100 ml 39,90 s 30 ℃ 287 mm 227 mm 0,051

2,5 50 ml 40,85 s 30 ℃ 260 mm 230 mm 0,00251

3,5 100 ml 33,77 s 30 ℃ 288 mm 206 mm 0,0596

Gambar 2.1 Proses Pengukuran Suhu


Gambar 2.2 Proses Pengukuran ΔH

Gambar 2.3 jumlah fluida yang keluar dari apparatus

2. Pembahasan
Secara teoiri, nilai dari faktor friksi dari dari pipa friksi stainless steel adalah,
0,07. Nilai tersebut dapat dilihat dari diagram moodi yang ada pada modul
praktikum mekanika fluida Universitas Pertamina. Terdapat perbedaan hasil nilai
faktor friksi secara tori dan eksperimental. Dimana, nilai faktor friksi
eksperimental untuk perlakuan 1 adalah 0,048. Nilai faktor friksi untuk perlakuan
2,5 adalah 0,0988. Dan nilai faktor friksi untuk perlakuan 3,5 adalah 0,040.
ketidaksamaann nilai faktor friksi yang terjadi disebabkan karena adanya
kesalahan yang terjadi selama praktikum berlangsung. Antara lain, kesalahan
pembacaan skala, dan kesalahan penghitungan.
Grafik Ln f dan Ln Re
7.6

7.4

7.2

6.8

6.6

6.4

6.2

6
3.03 2.31 3.21

Grafik 2.1 Graik Ln f dan Ln Re

Pada grafik Ln f dan Ln Re dapat dilihat bahwa, nilai dari ln f berbanding lurus
dengan nilai dari Ln Re. Hal ini menunjukan semakin besar nilai bilangn Reynold
semakin besar pula nilai dari faktor fraksi.

Grafik Ln H dan Ln V
4

3.5

2.5

1.5

0.5

0
1.039 1.753 0.896

Grafik 2.2 Grafik Ln h dan Ln V

Dari grafik di atas dapat diliht bahwa semakin tinggi nilai Ln V nya semkin tinggi
pula nilai Ln h nya hal ini menunjukn perbedaan keinggian berbanding lurus
dengan volume fluida.
Grafik Ln Q dan Ln HF
4

3.5

2.5

1.5

0.5

0
5.991 9.009 12.729

Grafik 2.3 Grafik Ln Hf d Ln Q

Ada kesalahan perhitungan pada grafik ini sehingga nilai dari Ln kedua varibel
tidak berkaitan dengan baik.

KESIMPULAN
Headloss atu kehilanga tenaga pada sistem perpipaan berbanding lurus dengan
nilai bilanga Reynold hal ini menunjukan semakin besar nilai bilangan Reynold
semakin besar pula Headloss nya. Bilangan Reynold menjadi penentu dari jenis
suatu aliran. Semakin besar bilangan Reynold dari suatu aliran, semakin tidak
teratur alira dalam suatu sistem perpipaan. Semakin tidak teratur aliran dari suatu
pipa, semakin besar headloss nya.
Dalam sisem perpipaan, kehilangan energi dapat dihitung dengan persamaan
Darcy Weisbach. Kehilangan energi sendiri dibagi menjadi 2, major headloss dan
minor headloss. Major headloss terjadi karena adanya gesekan di sekeliling pipa
dan gesekan di sepanjang pipa. Minor headloss terjadi karena adanya gesekan di
katup-katup pipa serta penampang yang tidak konstan
Dalam praktikum ini, terdapat perbedaan antara perhitungan eksperimental dan
perhitungan teoritis hal ini disebabkan ada kesalahan yag dilakukan oleh
praktikan pada saat proses pembacan skala dan proses perhitungan.
Daftar Pustaka

1. Universitas Pertamina. (2019). Modul Praktikum Mekanika


Fluida 1 2019/2020. Jakarta : Universitas Pertamina
2. Fitriani Feby, Liska. (2016). Laporan Praktikum Hidrolika 1 Kehilangan
Energi. Diakses dari
https://www.academia.edu/32188166/LAPORAN_PRAKTIKUM_HIRDROLIKA_I_
KEHILANGAN_ENERGI. tanggal 25 oktober 2019
3. Steerter, Victor L.& E. Benjamin Dylie. 1999. Mekanika Fluida Edisi Delapan
jilid F. Jakarta : Penerbit Erlangga
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai