Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PRAKTIKUM

HIDROLIKA

TKS 314 – HIDROLIKA


Ganjil 2021-2022

Dosen Pengampu:
DR. IR. SUSILAWATI CICILIA LAURENTIA, MScHE
NIDN: 0804095801

Asisten:
NICKO FADLIL, S.T., M.T.

Disusun oleh :
KELOMPOK 7 TEKNIK SIPIL D :
1. AHMAD SAHID 201003222011220
2. ARYO PRAKOSO 201003222011245
3. FAHRUDIN 201003222011377
4. FARUK AZIS 201003222011246

Prodi Teknik Sipil – Fakultas Teknik


Universitas 17 Agustus 1945 (UNTAG) Semarang
November 2021
PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Karena kasih
karunianya laporan praktikum ini dapat terselesaikan. Proses belajar mengajar
untuk mata kuliah Hidrolika dilengkapi dengan adanya praktikum bagi
mahasiswa. Tujuan adanya praktikum ini, agar mahasiswa dapat memahami tidak
hanya secara teori, tetapi lebih lagi dalam praktek, sehingga pemahaman menjadi
nyata dan penuh.
Praktikum terkait aliran air dalam saluran tertutup, seperti aliran air dalam model
jaringan pipa atau mengalir karena perbedaan tekanan, terdiri dari: 1) Hukum
Bernoulli, 2) Aliran air dalam pipa yang terangkai secara seri maupun pararel
dengan berbagai kehilangan energi utama maupun sekundernya. Praktikum
Hidrolika ini, secara garis besar terdiri dari: 1) praktikum tentang aliran air dalam
saluran tertutup, seperti aliran air dalam model jaringan pipa yang mengalir
karena tekanan air dan 2) praktikum tentang aliran air pada saluran terbuka, atau
mengalir secara gravitasi.
Praktikum tentang aliran air pada saluran secara terbuka, atau mengalir secara
gravitasi, terdiri dari: 1) Pengukuran kecepatan aliran secara teori (ambang)
maupun dengan alat ukur kecepatan aliran, 2) Karakteristik aliran untuk berbagai
macam model bendung dan 3) Percobaan terjadinya loncat air.
Dalam penyusunan laporan praktikum ini tentu masih banyak kekurangan, karena
itu kritik ataupun saran yang sifatnya membangun, sangat diharapkan dan dengan
senang hati diterima.

Penyusun:
Kelompok 7 Teknik Sipil D
UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 (UNTAG) SEMARANG
FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
Laboratorium Percobaan : Aliran Dalam Saluran Tertutup
Hidrolika Topik : Hukum Bernouli & Aliran Air Dalam Pipa

I. TUJUAN UMUM
1. Praktikan mengerti menggunakan Hukum Bernoulli pada perhitungan
Hidraulika.
2. Praktikan mengenal alat-alat pengukur energi aliran yang berkaitan
dengan azas Bernoulli.
3. Praktikan mengerti dan mampu menghitung kehilangan energi primer
maupun sekunder.
4. Praktikan mengerti dan mampu mengatasi kesulitan-kesulitan dalam
mengukur energi aliran air melalui saluran tertutup.

II. TUJUAN KHUSUS


1. Praktikan mampu menyelidiki kebenaran hukum Bernoulli yang
digunakan pada aliran melalui pipa berpenampang bulat dengan diameter
bervariasi.
2. Praktikan dapat menghitung tinggi energi kecepatan, tinggi energi
tekanan dan tinggi energi total pada setiap penampang pipa yang
diselidiki.
3. Praktikan dapat membandingkan dan menyimpulkan tinggi energi total
secara perhitungan dan penyelidikan.

III. ALAT-ALAT YANG DIPERGUNAKAN


1. Jaringan saluran tertutup
2. Piezometer (manometer)
Gambar 1. Model jaringan pipa dengan manometernya
IV. DASAR TEORI
1. Persamaan Bernoulli
Pada aliran fluida yang kontinyu dan tak termampatkan, energi total
pada setiap penampang akan tetap sama jika dianggap aliran tanpa
gesekan. Energi total ini terdiri dari tiga komponen, yaitu: Energi
Potensial, sering disebut sebagai Tinggi Tempat (ditulis dengan simbol
Z), Energi Statik, sering disebut sebagai Tinggi Tekan (ditulis dengan
simbol p/p.g) dan Energi Kinetik, sering disebut sebagai Tinggi
Kecepatan (ditulis dengan simbol V2 /2.g).

Secara matematis, energi total tersebut dilukiskan dengan


persamaan Bernoulli sebagai berikut:
P 1 V 1² P 2 V 2²
Z1 + + = Z2 + + +Δ H1-2
φg 2g φg 2 g
Dimana :
Z = Tinggi tempat (m)
p/ρ.g = Tinggi tekan (m)
ΔH1-2 P = Kehilangan energi antara titik 1 dan 2 (m)
p = Tekanan hidrostatis = ρ.g.h [m]
H = Tinggi kolom air (dibaca pada monometer ) (m)
V = Kecepatan aliran (1) dan (2)
Pada percobaan ini sumbu pipa horizontal , sehingga z 1 = z2 dan persamaan
bernaulli dapat ditulis sebagai :
V 21 V 22
h1 + =h2 + +Δ H 1-2
2g 2g
Dengan demikian hokum Bernoulli dapat dinyatakan dengan :

H =h +
2g
Dimana H adalah energi total yang akan mempunyai nilai tetap sepanjang
pipa jika tidak terjadi kehilangan energi (ΔH1-2 = 0).

2. Kehilangan Energi
Kehilangan energi pada aliran dalam pipa dapat dibagi menjadi dua yaitu
kehilangan energi primer/mayor dan kehilangan energi
sekunder/minor. Kehilangan energi primer pada aliran dalam pipa
disebabkan gesekan. Besarnya kehilangan energi primer ini dapat
dihitung menggunakan rumus Darcy - Weisbach sebagai berikut:
L V²
hf = f
D 2g
dimana:
hf = Kehilangan energi dalam pipa akibat gesekan [m].
f = Koefisien gesekan Darcy – Weisbach.
L = Panjang pipa [m].
D = Diameter pipa bagian dalam [m].
V = Kecepatan aliran dalam pipa [m/s].
G = Gravitasi [m/s2 ] = 9,8 m/s2

Secara teori, besarnya koefisien gesekan f aliran laminar :


64
𝑓
Re
dimana Re adalah bilangan Reynolds didefinisikan sebagai berikut :
vD
Re =
v
dimana:
Re = Bilangan Reynolds
V = Kecepatan rata-rata aliran
D = Diameter dalam pipa
𝑣 = Kekentalan Kinematik

Untuk aliran turbulen dalam pipa licin (smooth pipe), telah


dikembangkan hubungan antara f dan Re berdasarkan data eksperimen
sebagai berikut :
f = 0,316Re−0,25

vD
Koefisien gesekan f merupakan fungsi dari bilangan Reynold ( Re = )
v
dan kekasaran relative pipa (e/D), dimana:

Halaman
1
𝑣 = Kekentalan kinematik air [m2/s]
e = Kekasaran pipa [m]
D = Diameter pipa [m]
Untuk menentukan 𝑓 dapat juga dipergunakan diagram Moody

Gambar 2. Diagram Moody

Kehilangan energi sekunder bersifat lokal, terjadi pada penyempitan,


pelebaran, belokan dan pada katub; terjadi akibat adanya perubahan penampang
(misalnya pada penyempitan/kontraksi, pelebaran/ekspansi, belokan, katub dll);
akibat penyempitan tiba-tiba antara titik (1) dan titik (2) dapat dilukiskan sebagai
berikut:
Gambar 3. Kehilangan energy pada penyempitan tiba-tiba
Kehilangan energi sekunder dapat dihitung dengan rumus berikut:

hc = Kc ( ) V 22
2g
dimana:
hc = Kehilangan energi pada penyempitan tiba-tiba [m]
V2 = Kecepatan dalam pipa kecil [m/s]
Kc = Koefisien kehilangan energi pada penyempitan,
merupakan fungsi dari kecepatan pada pipa diameter
yang lebih kecil dan perbandingan antara diameter pipa
kecil dan diameter pipa besar seperti ditunjukkan pada
Tabel berikut:

Tabel 1. Koefisien Kc pada penyempitan tiba-tiba


Kec.dalam pipa Rasio Diameter Pipa Kecil dan Besar, D/D1
kecil V1[m/d] 0,0 0,1 0,2 0,3 0,4 0,5 0,6 0,7 0,8 0,9
1 0,49 0,49 0,48 0,45 0,42 0,38 0,28 0,18 0,07 0,03
2 0,48 0,48 0,47 0,44 0,41 0,37 0,28 0,18 0,09 0,04
3 0,47 0,46 0,45 0,43 0,40 0,36 0,28 0,18 0,10 0,04
6 0,44 0,43 0,42 0,40 0,37 0,33 0,27 0,19 0,11 0,05
12 0,38 0,36 0,35 0,30 0,31 0,29 0,25 0,20 0,13 0,06

Kehilangan energi sekunder akibat pelebaran tiba-tiba mengikuti rumus


sebagai
berikut:
V 1−V
he = 2

2g
dimana:
he = Kehilangan energi pada pelebaran tiba-tiba [m]
V1 = Kecepatan air dalam pipa diameter kecil [m/s]
V2 = Kecepatan air dalam pipa diameter besar [m/s]
Gambar 4. Kehilangan energy pada pembesaran tiba-tiba

Rumus-rumus lain yang dapat dipergunakan untuk menyelesaikan aliran dalam


pipa adalah:

3. Hukum Kontinuitas.
Q = V A = Konstan
dimana :
Q = Debit aliran [m3/s]
V = Kecepatan aliran [m/s]
A = Luas penampang aliran [m2 ]

4. Bilangan Reynolds

VD
Re =
v

dimana :

Re = Bilangan Reynolds
V = Kecepatan aliran [m/s]
D = Diameter dalam dari pipa [m]
𝑣 = Kekentalan kinematik air, nilainya bervariasi, merupakan
fungsi dari temperature air [m2/s]

Bila Re < 2.000 aliran adalah laminair


Bila Re > 4.000 aliran adalah turbulen

Tabel 2. Kekentalan Kinematik Air (𝑣)


Temp.t[˚C ] 0 5 10 20 25 30
−6
v x 10 [m /s]
2
1,794 1,519 1,310 1,010 0,897 0,804
5. Rumus Prandtl
12 v
δ=
√ gRI
dimana :
δ = Tebal lapisan batas laminair [m]
𝑣 = Kekentalan kinematik air [m2/s], tergantung temperatur air
g = Percepatan gravitasi [m/s2]
R = Jari- jari hidraulik [m2]
I = Kemiringan garis energi

Dengan membandingkan antara kekasaran pipa e dan , terdapat tiga jenis


kekasaran pipa sebagai berikut :
Aliran hidraulik licin apabila : δ ⟩ 4 e

1
Aliran transisi apabila : e⟨ δ ⟨ 4 e
6

Aliran hidraulik kasar apabila : e ⟩ 6 δ

V. LANGKAH KERJA / PROSEDUR PERCOBAAN

1. Jaringan pipa ini terhubung dengan kran pengatur air yang dapat
mengalirkan air dengan debit tertentu ke dalam saluran pipa
2. Saluran pipa terhubung dengan alat manometer yang dapat menunjukkan
besaran tekanan yang ada pada bagian pipa tersebut
3. Ukur dan catat dimensi dari panel jaringan pipa tersebut,termasuk titik
dimana manometer terhubung dengan panel jaringan pipa
4. Catat tinggi air dalam pipa manometer (ada 2 buah manometer yang
terhubung)
5. Gambarkan teorema Bernoulli yang dapat ditemukan dari percobaan di
atas
Gambar 5. Model jaringan pipa dan ukurannya

Gambar 6. Model jaringan pipa dan alat manometer

VI. HASIL PERCOBAAN DAN PERHITUNGAN

1. Hitunglah debit Q dari 2 kali percobaan pengukuran


2. Hitunglah kecepatan aliran pada setiap titik yang terhubung alat
manometer
3. Hitunglah tinggi kecepatan teoritis pada setiap titik terhubung alat
manometer
4. Hitunglah tinggi energi total teoritis dengan menambahkan tinggi
tekan (dari pembacaan manometer) dan tinggi kecepatan (dari perhitungan
di atas tadi).
5. Bandingkan hasil perhitungan butir (4) di atas dengan hasil pengukuran
tinggi energi total praktis. Bila hasilnya berbeda, beri penjelasannya
disertai grafiknya.

Catatan : Posisi lubang sadap di dalam pipa percobaan telah dibuat sedemikian rupa
sehingga akan menghasilkan perubahan tinggi tekan yang seragam dan akan menghasilkan garis
tekan yang relatif lurus. Pembacaan manometer tidak memberikan tinggi tekan yang sebenarnya
terjadi di dalam percobaan.

TABEL HASIL PERCOBAAN


Tinggi Air di
Manometer Tinggi Energi Volume [liter] Waktu [sekon]
No Titik
(mm) Praktis
Pipa
(mm)
V1 V2 V3 t1 t2 t3
0,10 17,5 17,5
1 0,101 0,101 17,52
800 800 1 2 2
0,10 17,5 17,5
2 0,101 0,101 17,52
800 800 1 2 2
0,32 17,5 17,5
3 0,321 0,321 17,52
634 634 1 2 2
0,32 17,5 17,5
4 0,321 0,321 17,52
633 633 1 2 2
0,16 17,5 17,5
5 0,164 0,164 17,52
575 575 4 2 2
0,16 17,5 17,5
6 0,164 0,164 17,52
574 574 4 2 2

Tinggi Energi
Tinggi H[mm]
No Luas
Diamete Debit Q kecep kecep %
Titik Penampang
r (mm) (mm3/s) V( m/s) (V2/2g) Beda
Pipa (mm )
2
[mm]
Hteoritis Hpraktis
1 12,7 126,68 8614,24 0,068 0,236 800,236 800 0,029

2 12,7 126,68 8614,24 0,068 0,236 800,236 800 0,029

3 25,4 506,71 34,46 0,068 0,236 634,236 634 0,037

4 25,4 506,71 34,46 0,068 0,236 633,236 633 0,037

5 19,05 285,02 19,38 0,068 0,236 575,236 575 0,041

6 19,05 285,02 19,38 0,068 0,236 574,236 574 0,041

PERHITUNGAN
 Diameter
D = ½ “ = ½ x 25,4 = 12,7 mm

 Luas Penampang
L / A = π x r2
= 3,14 x (½ x 12,7)2
= 126,68 mm2

 Volume
V =Axt
= 126,68 x 800
= 101344 mm3
= 0,101 liter

 Kecepatan
V =s/t
= 1,2 / 17,52
= 0,068 m/s

 Debit
Q =V.A
= 0,068 x 126,68 mm2
= 0,068 x 0,00012668 m2
= 0,00000861424 m3/s
= 0,0086 liter/s

 Tinggi Kecepatan
H = V2 / 2g
= 0,0682 / (2 x 9,81)
= 0,000236 m
= 0,236 mm

 Menghitung beda tinggi energi (H) dalam %


H teoritis = tinggi air di manometer + tinggi kecepatan
= 800 + 0,236
= 800,236 mm

H praktis = 800 mm

Perbedaan = ( (800,236 – 800) / 800 ) x 100 %


= 0,000295 x 100 %
= 0,029 %

UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 (UNTAG) SEMARANG


FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
Laboratorium Percobaan : Aliran Air pada Saluran Terbuka
Hidrolika Topik : Menghitung Kecepatan Aliran dan Profil Aliran

I. TUJUAN

1. Praktikan dapat mengukur kecepatan aliran air pada saluran terbuka


2. Praktikan dapat memahami pengaruh adanya berbagai macam
bendung pada aliran air di saluran terbuka.
3. Praktikan dapat menentukan kedalaman normal dan kedalaman kritis
aliran air di saluran terbuka tanpa bendung.
4. Praktikan dapat mengetahui fenomena loncat air yang terjadi di hilir
bendung.
5. Praktikan mampu menggambarkan profil muka air sepanjang saluran.

II. ALAT-ALAT YANG DIPERGUNAKAN


1. Model saluran terbuka yang dilengkapi alat ukur manometer.
2. Berbagai macam bendung dari fiber glass dan perlengkapannya (kolam
olak).
3. Bak ukur (mistar duga), dimasukkan ke dalam bak air untuk membaca
selisih permukaan air pada dua selang waktu tertentu, untuk mengetahui
besarnya debit aliran.
4. Alat ukur kecepatan aliran.

Gambar 1. Model saluran terbuka

Gambar 2. Model ambang segitiga, trapesium dan segi empat

2 3
1

Gambar 3. Model bendung dengan kolam olak-nya


4 5 6

Gambar 4. Model bendung dengan peredam energi-nya

III. DASAR TEORI


1. Rumus Aliran Seragam
Rumus aliran seragam pada saluran terbuka antara lain rumus Manning
sebagai berikut:
1
V R2/3 S1o /2
n

dimana :

V = Kecepatan aliran [m/s]


n = Koefisien kekasaran Manning
0,009 – 0,013 (untuk kaca)
0,010 – 0,013 (untuk semen)
R = Jari-jari Hidraulis = A/P [m]
A = Luas penampang basah [m ]
P = Keliling basah [m]
So = Kemiringan dasar saluran [m/m]

2. Hukum Kontinuitas

Q = V A = Konstan , artinya A1V1 = A2V2

Dimana :
Q = Debit aliran [m3/s]
V = Kecepatan aliran [m/s]
A = Luas penampang aliran [m2]

3. Bilangan Froude (Froude Number)

V 2
Q B
Fr =
√ g
A
B
Fr =
g A3

dimana :
Fr = Bilangan Froude
V= Kecepatan aliran [m/s]
A= Luas penampang basah [m]
B = Lebar permukaan air [m]
Q = Debit aliran [m/s]
g = Percepatan gravitasi [m/s2]

4. Saluran Landai, Kritis, Curam

Kriteria tentang kemiringan dasar saluran terbuka adalah:


Saluran landai apabila : Yn > Yc
Saluran kritis apabila : Yn = Yc
Saluran curam apabila : Yn < Yc
dimana :
Yn = Kedalaman normal [m]
Yc = Kedalaman kritis [m]

5. Aliran Subkritis, Kritis dan Superkritis


Kriteria tentang jenis aliran pada saluran terbuka adalah:
Aliran subkritis apabila : Fr < 1
Aliran kritis apabila : Fr = 1
Aliran superkritis apabila : Fr > 1

6. Rumus Loncat Air

1 1
Y1 = Y2 ( 1+ √ 8 F 2r 2−1 ) ; Y2 = Y1 ( 1+ √8 F 2r 1−1 )
2 2
L = 6 ( Y 2−Y 1) ; ΔH =¿ ¿
dimana :
Y1 = Kedalaman awal loncat air [m]
Y2 = Kedalaman akhir loncat air [m]
Fr = Bilangan Froude
L = Panjang loncat air [m]
ΔH = Kehilangan enersi pada loncat air [m]
g = Percepatan gravitasi [m/s]

IV. LANGKAH KERJA / PROSEDUR PERCOBAAN

1. Catat lebar dasar saluran dan panjang saluran seperti ditunjukkan pada
gambar 1
2. Install masing-masing ambang dalam gambar 2 ke dalam saluran.
3. Atur kemiringan saluran dan alirkan air mengalir sepanjang saluran
yang terinstall 3 macam ambang.
4. Ukur ketinggian air di atas tiga macam ambang tersebut.
5. Ukur kecepatan aliran air dengan menggunakan alat ukur aliran air.
Hasilnya bandingkan dengan perhitungan kecepatan aliran secara
teori (alat ukur debit/kecepatan aliran di atas ambang)
6. Ubahlah kemiringan saluran sebanyak 3 kali percobaan dan ukur
kembali ketinggian air di atas ambang serta kecepatan aliran air sepanjang
saluran
7. Dokumentasikan profil aliran dalam 3 kali percobaan di atas, dan
pastikan terjadinya loncatan air.
8. Install 3 macam model bendung seperti pada gambar 3.
9. Atur kemiringan saluran dalam 3 macam percobaan (seperti tahap 6) dan
alirkan air mengalir sepanjang saluran yang terinstall 3 macam model
bendung seperti pada gambar 3, dan dokumentasikan profil aliran.
10. Lakukan percobaan seperti di atas untuk model bendung dengan peredam
energi-nya seperti pada gambar 4.
11. Gambar sketsa profil muka air sepanjang saluran dan pastikan posisi
loncatan air.

V. HASIL PERCOBAAN DAN PERHITUNGAN

1. Catat ketebalan air di atas 3 macam ambang dan hitung debit/kecepatan


aliran air.
2. Hitung debit aliran Q dari rata-rata lima kali pengukuran dengan
alat ukur kecepatan aliran air.
3. Menggunakan nilai rata-rata koefisien kekasaran, hitung kedalaman
normal Yn dan kedalaman kritis Y (diasumsikan aliran seragam).
Tentukan jenis kemiringan dasar saluran dan jenis alirannya.
4. Pada saat loncat air terjadi dekat kaki bendung, ukur kedalaman akhir
loncat air Y dan kedalaman awal loncat air Y . Berdasarkan Y
pengukuran hitunglah Y dan sebalikanya berdasarkan Y pengukuran
hitunglah Y. Menggunakan pasangan Y1 dan Y tersebut hitunglah
panjang loncatan air dan bandingkanlah hasilnya dengan pengukuran.
Demikian juga terhadap hasil perhitungan ΔH pada loncat air.
5. Berikanlah laporan tentang pengaruh kedalaman air hilir terhadap posisi
loncat air.
6. Berikanlah laporan tentang pengaruh kolam olak dan kedalaman air hilir
terhadap posisi loncat air.
7. Gambarlah profil muka air sepanjang saluran lengkap dengan nama
lengkung profil muka airnya.
VI. TABEL HASIL PERCOBAAN DAN PERHITUNGAN

Tabel 1. Tebal air di atas ambang


Ambang Tebal Air (cm) Kecepatan Aliran cm/det Debit Aliran liter/det

Segitiga 11 1048,87 135,514


Trapesium 8,5 1191,09 155,913
Segiempat 8,1 1271,09 166,385

Tabel 2. Aliran air di atas bendung

Macam Bendung Tinggi Bendung (cm) Tebal Air di Atas Bendung


(cm)
1 12 11
2 12 8,5
3 12 8,1
4 18,5 19,9
5 6 5,7
6 17,1 8,5
Tabel 5. Loncatan Air
Kedalam awal loncat air Y1[cm] = 3,3
Kedalam akhir loncat air Y2 [cm] = 5,9
Panjang loncat air [cm] = 3,5
Lokasi loncat air antara Y1 dan Y2
DATA HASIL PERCOBAAN

MANOMETER (mm) VENTURIMETER (mm)


NO.
AMBANG
P1 P2 P3 P4 P5 P6 D1 D2
1 800 800 634 633 575 574 573 737
2 800 800 635 633 579 580 575 736
3 800 800 634 633 580 580 580 735
4 800 800 633 633 582 583 595 736
5 800 800 633 632 585 585 597 736
6 800 800 633 633 585 585 600 738
7 800 800 632 633 587 587 603 737
8 800 800 635 634 590 590 605 739
9 800 800 633 632 591 592 594 739
10 800 800 635 634 593 595 594 739

TINGGI AIR (mm) MULUT


NO. LONCATAN JARA WAKTU DEBIT
PINTU
AMBANG (mm) K (mm) (mm) (liter/s)
H1 H2 H3 H4 (mm)

1 135 134 15 26 25 50 1200 17.53 0,162


2 105 102 10 25 30 40 1200 15.5 0,126

3 120 116 8 20 35 50 1200 31.5 0,144

4 78 75 19 14 16 45 1200 21.9 0,094

5 117 115 15 13 18 55 1200 31.08 0,14

6 123 121 17 13 13 27 1200 35.37 0,148

7 180 178 15 12 5 8 1200 55.71 0,216

8 135 134 18 14 12 90 1200 41.81 0,162

9 190 190 15 14 13 35 1200 18.62 0,228

10 205 204 34 26 20 75 1200 17.92 0,246

FOTO-FOTO DOKUMENTASI PRAKTIKUM HIDROLIKA

Anda mungkin juga menyukai