Anda di halaman 1dari 77

PENGALIRAN DALAM PIPA

JURUSAN TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK UNIV. JAYABAYA

I. PENDAHULUAN
Pipa adalah saluran tertutup yang biasanya

berpenampang lingkaran, dan digunakan


untuk mengalirkan fluida dengan tampang
aliran penuh.
Apabila fluida di dalam pipa tidak penuh maka
aliran termasuk dalam aliran saluran terbuka.
Pembahasan dibatasi aliran turbulen dan
mantap melalui pipa.
Fluida yg dibahas adalah air.
12/21/15

II. KEHILANGAN TENAGA


Pada zat cair yang mengalir di dalam bidang

batas (pipa, saluran terbuka atau bidang datar)


akan terjadi tegangan geser dan gradien
kecepatan pada seluruh medan aliran karena
adanya kekentalan.
Tengangan geser tersebut akan menyebabkan
terjadinya kehilangan tenaga selama pengaliran.
Dua persamaan kehilangan tenaga akibat
gesekan (major headloss) yang umumnya sering
digunakan yaitu: persamaan Darcy Weisbach, dan
Hazen-Williams.
Perhatikan Gambar 1.
12/21/15

II. KEHILANGAN TENAGA


2

p1 V1
p2 V2
z1
z2

hf
2g
2g
Gambar 1. Penurunan
persamaan Darcy-Weisbach
EGL

EGL = Energy Grade Line


HGL

12/21/15

HGL = Hydraulic Grade Line

II. KEHILANGAN TENAGA


Apabila A1 = A2, maka V1 = V2, dan persamaan
Bernoulli dapat ditulis dlm bentuk yg lebih
sederhana untuk kehilangan tenaga akibat
gesekan.

p1
p2
h f z1 z 2

Atau

p
h f z

.. (1)

Kehilangan tenaga sama dengan jumlah dari


perubahan tekanan dan tinggi tempat.
12/21/15

II. KEHILANGAN TENAGA


Karena A konstan, sehingga percepatan a = 0.
Tekanan pada tampang 1 dan 2 adalah p1 dan p2.
Jarak antara tampang p1 dan p2 adalah L. Gayagaya yang bekerja pada zat cair adalah gaya tekanan
pada kedua tampang, gaya berat, dan gaya gesekan.
Dengan menggunakan hukum Newton II untuk gayagaya tsb akan diperoleh:

F M a

p1 A p2 A AL sin o PL Mx0
Dengan P adalah keliling basah pipa. Oleh karena
selisih tekanan adalah p, maka:

pA AL sin o PL 0
12/21/15

II. KEHILANGAN TENAGA


pA AL sin o PL 0

Kedua ruas dibagi dengan A , sehingga:


p
0 PL
L sin
0

A
p
0 L
z

R
Atau

0 L
hf
R
0 RI gRI

.. (2.a)
.. (2.b)

Dengan z = L sin , R = A/P adalah jari-jari


hidraulis dan I = hf/L adalah kemiringan garis energi.
12/21/15

II. KEHILANGAN TENAGA


Untuk pipa lingkaran:

A D 2 / 4 D
R

P
D
4

Sehingga persamaan (2.a) menjadi:

4 0 L
hf
.. (2.c)
D
hf sebanding dengan Vn dimana n 2.
Persamaan (2.a) menunjukkan hf sebanding dengan
0.
Dengan demikian: h f f V 2 ; 0 f V 2

0 CV 2
Dengan C adalah konstanta.

12/21/15

.. (3)
8

II. KEHILANGAN4CVTENAGA
L
Persamaan (2.c) menjadi:
hf

Dengan mendefinisikan f = 8C/, maka


persamaan di atas menjadi:
LV2
hf f

D 2g

.. (4)

Apabila panjang pipa adalah L, maka


2
L
V
persamaan (4)h menjadi:
f
.. (5)
f

D 2g

Membandingkan pers (2.c) dan (4) diperoleh:


0
12/21/15

f
V 2
8

.. (6)
9

II. KEHILANGAN TENAGA

Contoh 1:
Air mengalir melalui pipa berdiameter 20 cm
dengan debit aliran 50 l/det. Apabila panjang
pipa 2 km,
hitung kehilangan tenaga di
sepanjang pipa jika koefisien gesekan DarcyWeisbach f = 0,015.
Penyelesaian:V Q 0,052 1,59 m/det
A 0,2 / 4
Kecepatan aliran:
2
L
V
2.000 1gesekan:
,59
Kehilangan tenaga karena
hf f
0,015 x
x
19,33 m
D 2g
0,2 2 x9,81
2

12/21/15

10

3) Aliran Laminer dan Turbulen dan Transisi


Jika partikel zat cair yang bergerak mengikuti

alur tertentu dan aliran tampak seperti gerakan


serat-serat atau lapisan-lapisan tipis yang
paralel, maka alirannya disebut aliran laminer.
Sebaliknya, jika partikel zat cair bergerak
mengikuti alur yang tidak beraturan, baik
ditinjau terhadap ruang maupun waktu, maka
alirannya disebut aliran turbulen.
Aliran laminer dan turbulen terlihat pada
Gambar 6 berikut.
21/12/15

M Baitullah Al Amin

11

21/12/15

(a)
(b)
Gambar 6. Aliran laminer (a), transisi (b), turbulen (c)
M Baitullah Al Amin

12

Faktor yang menentukan keadaan aliran adalah pengaruh

relatif antara gaya kekentalan (viskositas) dan gaya inersia.


Jika gaya viskositas yang dominan, maka alirannya laminer.
Jika gaya inersia yang dominan, maka alirannya turbulen.
Nisbah antara gaya kekentalan dan inersia dinyatakan
dalam angka Reynold (Re), yang didefinisikan seperti rumus
berikut.

V .L
Re

.. (1)

dengan
V = kecepatan aliran (m/det)
L = panjang karakteristik (m), pada saluran
muka air bebas L = R
R = jari-jari hidraulik saluran
= viskositas (m2/det)
21/12/15

M Baitullah Al Amin

13

Aliran Dalam Pipa


PERSAMAAN UMUM

.V .D
V .D
Re
atau Re

D=a

D = 2ab/(a + b)

Experimental REYNOLD

SERING DIGUNAKAN

Laminar

Transisi

Turbulen

KONDISI BATAS

Pada tahun 1884 Obsborne Reynolds melakukan percobaan


untuk menunjukkan sifat-sifat aliran laminer dan turbulen. Alat
yang digunakan terdiri dari pipa kaca yang dapat melewatkan
air dengan berbagai kecepatan (Gambar 7). Aliran tersebut
diatur oleh katup A. Pipa kecil B yang berasal dari tabung
berisi zat warna C ujungnya yang lain berada pada lubang
masuk pipa kaca. Reynolds menunjukkan bahwa untuk
kecepatan aliran yang kecil di dalam kaca, zat warna akan
mengalir dalam satu garis lurus seperti benang yang sejajar
dengan sumbu pipa. Apabila katup dibuka sedikit demi sedikit,
kecepatan akan bertambah besar dan benang warna mulai
bergelombang yang akhirnya pecah dan menyebar pada
seluruh aliran di dalam pipa (Gambar 6).

Gambar 7. Alat Osborn Reynolds

17

Pada aliran bebas dipakai jari-jari hidraulik sebagai

panjang karakteristik. Jari-jari hidraulik didefinisikan


sebagai luas penampang basah dibagi keliling basah.
Aliran laminer terjadi apabila Re < 500.
Aliran turbulen terjadi apabila Re > 1000.
Dalam kehidupan sehari-hari, aliran laminer pada

saluran terbuka sangat jarang ditemui. Aliran jenis ini


mungkin dapat terjadi pada aliran dengan kedalaman
sangat tipis di atas permukaan gelas yang sangat
halus dengan kecepatan yang sangat kecil.

18

III. DISTRIBUSI
KECEPATAN
Penurunan persamaan distribusi

kecepatan pada
aliran turbulen didasarkan persamaan:
2

du

l
dy
2

Dalam hal ini kecepatan di suatu titik pada arah


aliran diberi notasi u.
Dalam persamaan tsb, dan l tidak diketahui. Untuk
itu Prandtl melakukan dua anggapan berikut.
1.Tegangan geser adalah konstan, yang nilainya
sama dengan tegangan geser di dinding 0.
2.Panjang campur Prandtl l mempunyai hubungan
linier dengan jarak dari dinding batas y, yaitu l = k y.
12/21/15

19

III. DISTRIBUSI
Dengan anggapan tsb, maka persamaan tegangan
KECEPATAN
geser di atas menjadi:
du

0 k y
dy
2

Persamaan di atas dapat ditulis dalam bentuk:


du 1 0 1 u* 1

.. (7.
dy k y k y
Dengan:
u* 0 /
.. (7.
Disebut kecepatan geser. Integrasi persamaan (7.a)
u*
akan diperoleh:

12/21/15

ln y C

.. (8)
20

III. DISTRIBUSI
Pada sumbu pipa, yaitu y = D/2, u = u
KECEPATAN
u
D
u ln C
Atau

max

max

, sehingga:

u* D
C umax ln
k
2

Substitusi nilai C ke dlm pers (8) akan diperoleh:


Atau

u*
u* D
u ln y u max ln
k
k
2
u max u 1 2 y
ln
u*
k D

Konstanta k adalah koefisien Von Karman yg mempunyai


nilai 0,4. Substitusi nilai k = 0,4,
u maxsehingga:
u
2y
5,75 log
(9)
u*
D
12/21/15

21

III. DISTRIBUSI
KECEPATAN
Persamaan (9) berlaku untuk

pipa halus maupun


kasar. Gambar 2 menunjukkan distribusi kecepatan
dari persamaan (9).umax

Gambar 2. Distribusi kecepat


u

umax - u

Persamaan (9) dapat ditulis dalam bentuk:


12/21/15

u
2 y umax
5,75 log

u*
D
u*

... (10)
22

III. DISTRIBUSI
Distribusi kecepatan pada pipa halus:
KECEPATAN

u
u y
5,75 log * 5,5 .. (11)
u*

Distribusi kecepatan pada pipa kasar:


u
y
5,75 log 8,5 .. (12)
u*
k
Kecepatan rata-rata pada pipa halus:
V
u* D
5,75 log
0,17 .. (13)
u*

Kecepatan rata-rata pada pipa kasar:

12/21/15

V
D
5,75 log
4,75
u*
2k

.. (14)
23

IV. PERSAMAAN TAHANAN


GESEK
Persamaan kehilangan tenaga pada aliran laminer:
32VL
hf
.. (15)
gD 2
Persamaan tsb dapat ditulis dalam bentuk:

Dengan

64 L V 2 64 L V 2
hf

VD D 2 g Re D 2 g
64
f
Re

.... (16)

Dengan demikian, untuk aliran laminer koefisien


gesekan mempunyai bentuk seperti pada pers
(16).
12/21/15

24

IV. PERSAMAAN TAHANAN


GESEK

Persamaan kecepatan rata-rata aliran melalui pipa


halus: V
u* D
5,75 log
0,17 .. (11)
u*

Persamaan kecepatan rata-rata aliran melalui pipa


V
D
kasar:
5,75 log
4,75 .. (12)
u*
2k
u* 0 /

f
0 V 2
8

Oleh karena
, maka fpersamaan
.. (17)
u* V
dapat ditulis dlm bentuk:
8
12/21/15

25

IV. PERSAMAAN TAHANAN


GESEK

Apabila pers (17) disubstitusikan ke dalam pers


(11), maka:
V f / 8D
V
V

f /8

5,75 log

1
1
2,0329 log
Re
f
8
1
2,0329 log Re
f

Atau

12/21/15

1
A log Re
f

0,17

f 0,0601

f 0,86

f B
26

IV. PERSAMAAN TAHANAN


GESEK
Hasil percobaan yg dilakukan oleh Nikuradse
memberikan konstanta A = 2 dan B = -0,8. Dengan
demikian persamaan di atas menjadi:

Atau

1
2 log Re
f

f 0,8

Re f
1
2 log
2,51
f

.. (18)

Persamaan (18) di atas dapat digunakan untuk


menghitung koefisien gesekan aliran turbulen pada
pipa halus.
12/21/15

27

IV. PERSAMAAN TAHANAN


GESEK
Dengan cara yang sama untuk aliran turbulen melalui
pipa kasar, akan diperoleh:
1
D
2,0329 log
1,6794
2k
f

Atau

1
D
A log
B
2k
f
Hasil percobaan Nikuradse memberikan konstanta A =
2 dan B = 1,74. Dengan demikian persamaan di atas
menjadi:
1
D
2 log
1,74
2k
f
Atau
1
3,7 D
f
12/21/15

2 log

.. (19)

28

IV. PERSAMAAN TAHANAN


GESEK
Untuk aliran di daerah transisi, Colebrook mengusulkan
persamaan berikut, yang
persamaan (18) dan (19).

merupakan

k
1
2,51
2 log

3,7 D Re f
f

gabungan

.. (20)

Rumus di atas memberikan nilai f secara implisit,


sehingga untuk menghitung nilai f harus dilakukan
dengan cara coba banding yang memakan waktu cukup
lama. Pada tahun 1944 Moody menyederhanakan
prosedur hitungan tsb dengan membuat suatu grafik
berdasarkan pers (20). Grafik tsb dikenal dengan grafik
Moody seperti dalam Gambar 3.
12/21/15

29

Smooth, Transition, Rough


for Turbulent Flow
Hydraulically

smooth pipe law


(von Karman, 1930)

Rough pipe law

(von Karman, 1930)

Transition function

for both smooth


and rough pipe
laws (Colebrook)

Re f
1

2 log

2
.
51
f

1
3.7 D
2 log

D
1
2.51

2 log

3.7 Re f
f

(used to draw the Moody diagram)

Gambar 3. Grafik Moody


12/21/15

31

IV. PERSAMAAN TAHANAN


GESEK
Prosedur
menetapkan
nilai
koefisien
gesekan

menggunakan grafik Moody:


1.Perhatikan absis (dilabeli pd bagian bawah) merupakan
angka Reynolds, Re. Koordinat (dilabeli pd bagian kiri)
merupakan koefisien gesekan, f. Tiap kurva merupakan
nilai kekasaran relatif, k/D.
2.Tentukan nilai kekasaran relatif, k/D yg tertera pada
bagian kanan (perhatikan kurva-nya).
3.Lihat bagian bawah grafik dan tentukan angka Reynolds,
Re. Dengan nilai Re yg ditentukan, tarik garis secara
vertikal ke atas sampai mencapai (memotong) kurva k/D
yg telah ditentukan sebelumnya.
4.Dari titik potong tsb, tarik garis secara horisontal ke kiri
sehingga diperoleh nilai f.
5.Jika kurva dari nilai k/D tidak ter-plot di dlm grafik, secara
sederhana tentukan posisi yang sesuai dengan interpolasi.

12/21/15

32

IV. PERSAMAAN TAHANAN


GESEK

Saat ini grafik Moody menjadi kurang populer


dalam perancangan jaringan pipa yg kompleks.
Barr (1976) memberikan formula untuk harga f
yang menggantikan grafik Moody sbb:
1
5,1286
k
2 log10

.. (21)
0 ,89
f
3,7 D Re

Sedangkan
Swanne
dan
Jain
(1976)
memberikan persamaan alternatif yg terkenal
0,sbb:
25
dan banyak digunakan
f
2

12/21/15

5,74
k
log 3,7 D Re 0,9

.. (22)

33

IV. PERSAMAAN TAHANAN


GESEK
Tabel 1. Nilai kekasaran pipa baru

Jenis Pipa (baru)


Kaca

Nilai k (mm)
0,0015

Besi dilapis aspal

0,06 0,24

Besi tuang

0,18 0,90

Plester semen

0,27 1,20

Beton

0,30 3,00

Baja

0,03 0,09

Baja dikeling
Pasangan batu

12/21/15

0,9 9,00
6

34

IV. PERSAMAAN TAHANAN


GESEK

Persamaan empiris lain yang dapat digunakan


untuk menghitung besarnya kehilangan
tenaga akibat gesekan yaitu persamaan
Hazen-Williams.
Persamaan ini sangat dikenal di United State
(US).
Persamaan kehilangan tenaga ini sedikit lebih
sederhana dibanding Darcy-Weisbach karena
menggunakan koefisien CHZ yang tidak
berubah terhadap angka Reynolds.

12/21/15

35

IV. PERSAMAAN TAHANAN


GESEK

Persamaan Hazen-Williams dapat ditulis sbb:

Q 0,2785C HZ D 2, 63 I 0,54

.. (23)

Dengan CHZ adalah koefisien Hazen-Williams (


Tabel 2), I adalah kemiringan atau slope garis
tenaga (hf/L), D adalah diameter pipa, dan Q
adalah debit aliran.
Dalam satuan SI, persamaan Hazen-Williams
1
untuk menghitung kehilangan
tenaga akibat
0
,
54
Q
1
gesekan sbb:h f 10,654

L .. (24)
0 , 487
12/21/15

C
HZ

36

LATIHAN SOAL
Contoh 2:
Zat cair dengan kekentalan kinematik = 1,17
x 10-4 m2/det mengalir melalui pipa sepanjang
3.000 m dan berdiameter 300 mm dengan debit
aliran Q = 40 l/det. Berapakah kehilangan
tenaga pada pengaliran tsb.
Penyelesaian:
Pertama kali diselidiki tipe aliran
Q
0,040
Kecepatan aliran:
V
0,566 m / det
2
A 0,30 / 4
12/21/15

37

LATIHAN SOAL
Angka Reynolds:
VD 0,566 x0,3
Re

1.451
4

1,17 x10
Tipe aliran: Aliran Laminer
Koefisien gesekan pipa dihitung sbb:
64
64
f

0,044
Re 1.451
Kehilangan tenaga:

L V2
3000 0,566 2
hf f
0,044
7,18 m
D 2g
0,3 2 x9,81

12/21/15

38

LATIHAN SOAL

Contoh 3:
Pipa halus dengan diameter 0,5 m dan panjang
1.000 m mengalirkan air dengan debit Q = 50
l/det. Apabila kekentalan kinematik = 2 x 10-6
m2/det. Hitung kehilangan tenaga, tegangan
geser pada dinding, dan kecepatan pada sumbu
pipa.
Penyelesaian:
a. Menghitung kehilangan tenaga
Q
0,05
Kecepatan aliran:
V
0,255 m/det
A

12/21/15

(0,5) 2 / 4

39

LATIHAN SOAL
Angka Reynolds:
0,255 x0,5
4
Re

6
,
38
x
10
2 x10 6
Tipe aliran adalah turbulen.
Persamaankoefisien gesekan pada pipa halus:

Re f
1
2 log
2,51
f
6,38 x10 4 f
1
2 log
2,51
f
Dengan cara iterasi (coba-banding) diperoleh nilai f =
0,0199
12/21/15

40

LATIHAN SOAL
Kehilangan tenaga:
L V2
hf f
D 2g
1000 0,2552
h f 0,0199
0,13 m
0,5 2 x9,81

b. Tegangan geser pada dinding


f
0 V 2
8
0,0199
0
x1000 x0,2552
8
0 0,16 N / m 2

12/21/15

41

LATIHAN SOAL
c. Kecepatan pada sumbu pipa
Kecepatan geser:

0
0,16
u*

0,0126 m/det

1000
Kecepatan di sumbu pipa :
u
u* y
5,75 log
5,5
u*

atau
u umax
12/21/15

0,0126 x0,25

0,0126 5,75 log


5,5 0,3 m/det
6
2 x10

42

LATIHAN SOAL
Contoh 4:
Air dengan viskositas = 0,658 x 10-6 m2/det
mengalir di dalam pipa berdiameter 75 mm dan
pada angka Reynolds Re = 80.000. Jika tinggi
kekasaran k = 0,15 mm, berapakah kehilangan
tenaga di dalam pipa sepanjang 300 m?
Penyelesaian:
Re = 80.000, diperoleh V = 0,70 m/det
k/D = 0,15/75 = 0,002
Dengan menggunakan grafik Moody, diperoleh
nilai koefisien gesekan Darcy-Weisbach adalah f =
0,0256.
12/21/15

43

Langkah 3

Langkah 1

0,025
6

0,00
2

Langkah 2

8 x 104

12/21/15

k/D = 0,002, Re = 8 x 104 f = 0,0256

44

LATIHAN SOAL
Kehilangan tenaga sepanjang 300 m pipa
menggunakan persamaan Darcy-Weisbach:
L V2
hf f
D 2g
300 0,70 2
h f 0,0256
0,075 2 x9,81
h f 2,56 m

12/21/15

45

LATIHAN SOAL
Contoh 5:
Air mengalir dengan debit 0,05 m3/det dalam pipa besi dilapis
aspal (asphalted cast-iron) berdiameter 20 cm. Nilai kekasaran
pipa adalah 0,12 mm dan viskositas air 1,0 x 10-6 m2/det.
Hitung besarnya kehilangan tenaga sepanjang 1.000 m pipa.
Penyelesaian:

Q
0,05

1,59 m/det
2
A 0,25 xx0,20
VD 1,59 x0,20
5
Re

3
,
18
x
10
1,0 xdan
10 6 Re = 3,18 x 105. Menggunakan grafik Moody
k/D =0,0006
V

diperoleh f = 0,019.
12/21/15

46

0,01
9

0,000
6

3,18 x
105

12/21/15

k/D = 0,0006, Re = 3,18 x 105 f = 0,019

47

LATIHAN SOAL
Menggunakan persamaan Swanne dan Jain:
f

0,25

k
5,74
log 3,7 D Re 0,9

0,25

0,12 x10

5,74

log
5 0,9
3,7 x0,2 (3,18 x10 )

f 0,0188 0,019
12/21/15

48

LATIHAN SOAL
Kehilangan tenaga sepanjang 1000 m pipa
menggunakan persamaan Darcy-Weisbach:
L V2
hf f
D 2g
1000 1,59 2
h f 0,019
0,20 2 x9,81
h f 12,2 m

Jadi, kehilangan tenaga adalah 12,2 m/km


12/21/15

49

V. KEHILANGAN TENAGA
PADA
PIPA
TIDAK
Salah satu jenis pipa tidak lingkaran yang
umumnya digunakan
dalam proyek sumberdaya
LINGKARAN
(NONCIRCULAR)

air adalah terowongan (tunnel). Penampang


melintang terowongan umumnya melingkar
(rounded) pada bagian atas dan rata (flat)
bagian dasarnya, seperti bentuk tapal kuda.
Penampang tidak lingkaran lainnya adalah
penampang
persegi.
Namun,
umumnya
penampang persegi digunakan untuk saluran
terbuka.
Metode untuk menghitung kehilangan tenaga
pada kedua kasus di atas adalah sama.

12/21/15

50

V. KEHILANGAN TENAGA
PADA
PIPA
TIDAK
Persamaan kehilangan tenaga Darcy-Weisbach untuk
penampang saluran tertutup tidak lingkaran dituliskan
LINGKARAN
(NONCIRCULAR)
sbb:
fL V 2
hf
4R 2 g

.. (25)

Dimana:
R
: jari-jari hidraulis, R = A/P
A
: luas penampang basah
P
: kelilih basah
Untuk menghitung kehilangan tenaga sama halnya
dengan pipa lingkaran. Hanya saja nilai D pada pipa
lingkaran digantikan dengan 4R untuk pipa tidak
lingkaran.
12/21/15
51

LATIHAN SOAL
Contoh 6:
Sebuah
terowongan
beton
mempunyai
penampang melintang sbb. Bagian atas
berbentuk setengah lingkaran dengan diameter
6 m, dan bagian bawahnya berbentuk persegi
dengan lebar 6 m dan tinggi 3 m. Perkirakan
kehilangan tenaga sepanjang 8000 m saluran
dimana kecepatan rata-rata 3,66 m/det dan
viskositas air adalah 1,1 x 10-6 m2/det.

12/21/15

52

LATIHAN SOAL
Penyelesaian:
Jari-jari hidraulis:R

A
P

32 / 2 6 x 3
R
6 2 x 3 x 3
32,13
R
1,5 m
21,42

Angka Reynolds:

V 4R

3,66 x 4 x 1,5
7
Re

1
,
99
x
10
1,1 x 10 6
Re

12/21/15

53

LATIHAN SOAL
Diasumsikan k = 0,003 m, kemudian k/4R =
0,0005. Menggunakan persamaan Swanne dan
Jain diperoleh:
0,25
f

k
5,74

log

0,9
3,7 x 4 R Re

0,25


0,003
5,74

log
7 0,9
3,7 x 4 x1,5 (1,99 x10 )

f 0,017
12/21/15

54

k/4R
0,01
7

0,000
5

1.99 x
107

12/21/15

ks/4R = 0,0005, Re = 1,99 x 107 f = 0,017

55

LATIHAN SOAL
Dengan demikian, kehilangan tenaga akibat
gesekan sepanjang 8.000 m pipa dapat dihitung
sbb:
2

fL V
hf
4R 2g

0,017 x8000 3,66 2


hf
4 x1,5
2 x9,81
h f 15,5 m

12/21/15

56

VI. KEHILANGAN TENAGA


SEKUNDER
(MINOR
Disamping adanya kehilangan tenaga akibat gesekan
(kehilangan tenaga primer), terjadi pula kehilangan
HEADLOSS)
tenaga yg disebabkan oleh perubahan penampang
pipa, belokan, dan katup (kehilangan tenaga sekunder).
Pada pipa panjang, kehilangan tenaga primer biasanya
jauh lebih besar daripada kehilangan tenaga sekunder,
sehingga pada keadaan tsb kehilangan tenaga
sekunder dapat diabaikan. Sedangkan pada pipa
pendek
kehilangan
tenaga
sekunder
harus
diperhitungkan.
Untuk memperkecil kehilangan tenaga sekunder,
perubahan penampang atau belokan dibuat secara
berangsur-angsur.
12/21/15

57

VI. KEHILANGAN TENAGA


SEKUNDER (MINOR
Persamaan kehilangan tenaga sekunder
HEADLOSS)
diakibatkan oleh perubahan penampang
sambungan dapat ditulis sbb:

V2
hL K
2g

yg
dan

.. (25)

Dimana V adalah kecepatan rata-rata, dan K


adalah koefisien kehilangan tenaga sekunder.
Tabel 3 menunjukkan koefisien kehilangan tenaga
sekunder untuk masing-masing jenis perubahan
penampang dan sambungan. Koefisien tsb
ditentukan berdasarkan percobaan/pengujian.
12/21/15

58

12/21/15

59

LATIHAN SOAL
Contoh 7:
Saluran seperti pada contoh 6 digunakan untuk
mengalirkan air dari reservoir (elevasi muka air 1500
m) melalui turbin air kemudian ke reservoir lainnya
(elevasi muka air 900 m). Panjang saluran 8000 m
dan terdapat dua belokan dengan sudut belokan 45,
serta dua wide-open gate valves. Kehilangan tenaga
pada inlet dan outlet saluran juga diperhitungkan.
Berapa besarnya total kehilangan kehilangan tenaga
yang terjadi jika koefiesien kehilangan tenaga
melalui turbin adalah 0,2 ?
12/21/15

60

LATIHAN SOAL
Penyelesaian:
Total kehilangan tenaga = hf + hL

V 2 fL

h f hL

2
K

0
,
2

b
e
o
2 g 4R

hf
= 15,5 m (c0ntoh 6)
Kb
0,10 (diperkirakan dari Tabel 3)
Ke
= 0,12 (diperkirakan dari Tabel 3)
Koutlet = KE = 0,15 (diperkirakan dari Tabel 3)
Diperoleh:

3,66 2
h f hL
2 x0,10 0,12 0,15 0,20 15,5
2 x9,81
h f hL 0,46 15,5 15,96 m
Jadi, besarnya kehilangan tenaga total adalah 15,96 m
12/21/15

61

I. PENDAHULUAN
Pemakaian jaringan pipa dalam bidang Teknik

Sipil salah satunya adalah jaringan distribusi air


minum.
Sistem jaringan ini merupakan bagian yg paling
mahal dlm pembangunannya. Oleh karena itu,
harus dibuat perencanaan yg teliti untuk
mendapatkan sistem distribusi yg efisien.
Jumlah atau debit air yg disediakan tergantung
pada besarnya kebutuhan air dibutuhkan (jumlah
penduduk, jenis industri yang dilayani, dll).
12/21/15

62

II. JARINGAN PIPA


Analisis jaringan pipa cukup rumit dan memerlukan

perhitungan yang besar, oleh karena itu program


komputer akan mengurangi kesulitan. Contoh: EPANET
2.0.
Untuk jaringan kecil, pemakaian kalkulator untuk
hitungan masih bisa dilakukan.
Salah satu metode untuk menyelesaikan perhitungan
sistem jaringan pipa adalah metode Hardy-Cross.
Metode Hardy-Cross dilakukan secara iteratif. Pada
awal hitungan ditetapkan debit aliran melalui masingmasing pipa secara sembarang. Kemudian dihitung
debit aliran di semua pipa berdasarkan nilai awal tsb.
Prosedur hitungan diulangi lagi sampai persamaan
kontinuitas di setiap titik simpul dipenuhi.
12/21/15

63

II. JARINGAN PIPA

simpul

Gambar 1. Contoh suatu sistem jaringan pipa


12/21/15

64

Pada jaringan pipa harus dipenuhi persamaan


kontinuitas dan tenaga, yaitu:
1.Aliran di dalam pipa harus memenuhi hukum-hukum
gesekan pipa untuk aliran dalam pipa tunggal:
2
L V2
Q
1
hf f
; V 2 2 ; A D 2
D 2g
A
4
8 fL
2
(1)
hf
Q
2 5
g D
2.Aliran masuk ke dalam tiap-tiap titik simpul harus
sama dengan aliran yang keluar.

(2)

3.Jumlah aljabar dari kehilangan tenaga dalam satu


jaringan tertutup harus sama dengan nol.

h
12/21/15

(3)
65

II. JARINGAN PIPA


Persamaan kehilangan tenaga Darcy-Weisbach:
8 fL
2
hf
Q
g 2 D 5

Setiap pipa dari sistem jaringan terdapat


hubungan antara kehilangan tenaga dan debit
aliran. Dengan demikian:
h f KQ 2

Dengan:

12/21/15

8 fL
K
g 2 D 5

(4)

(5)
66

III. METODE HARDYCROSS

Prosedur perhitungan dengan metode Hardy-Cross adalah sbb:


1.Pilih pembagian debit melalui tiap-tiap pipa Q0 hingga terpenuhi
syarat kontinuitas.
2.Hitung kehilangan tenaga pada tiap pipa dengan persamaan (4).
3.Jaringan pipa dibagi menjadi sejumlah jaring tertutup sedemikian
sehingga tiap pipa termasuk dalam paling sedikit satu jaring.
4.Hitung jumlah kehilangan tenaga tiap-tiap jaring, yaitu hf. Jika
pengaliran seimbang maka hf = 0.
5.Hitung nilai | 2KQ | untuk tiap jaring.
6.Pada tiap jaring dilakukan koreksi debit Q, agar kehilangan
tenaga dalam tiap jaring seimbang.

KQ

Q
2KQ

(6)

7.Dengan debit yang telah dikoreksi sebesar Q = Q0 + Q, prosedur


dari 1 s.d. 6 diulangi hingga diperoleh Q 0.
12/21/15

67

III. METODE HARDYCROSS

Penurunan persamaan (6) sbb:


h f KQ 2 K Q0 Q

h f KQ0 2 KQ0 Q KQ 2
Dengan Q adalah debit sebenarnya, Q0 adalah debit permisalan
(diambil sembarang) dan Q adalah debit koreksi.
Untuk Q < < Q0, maka Q2 0 sehingga:
2

h f KQ0 2 KQ0 Q
Jumlah kehilangan tenaga dalam tiap jaring adalah nol, sehingga:

h 0
h KQ
KQ

Q
2 KQ
f

Q 2 KQ0 0

12/21/15

68

III. METODE HARDYCROSS

Hitungan jaringan pipa dilakukan dengan membuat tabel untuk

setiap jaring.
Dalam setiap jaring tersebut, jumlah aljabar kehilangan tenaga
adalah nol, dengan catatan aliran searah jarum jam (ditinjau
dari pusat jaringan) diberi tanda positif, sedang yang
berlawanan bertanda negatif.
Untuk memudahkan hitungan, dalam tiap jaringan selalu
dimulai dengan aliran yang searah jarum jam.
Koreksi debit Q dihitung dengan persamaan (6). Arah koreksi
harus disesuaikan dengan arah aliran. Apabila dalam satu jaring
kehilangan tenaga karena aliran searah jarum jam lebih besar
dari yang berlawanan (KQ2 > 0, positif) maka arah koreksi debit
adalah berlawanan jarum jam (negatif).
Jika suatu pipa menyusun 2 jaring, maka koreksi debit Q untuk
pipa tsb terdiri dari 2 buah Q yang diperoleh dari dua jaring
tsb.
Hasil hitungan yang benar dicapai apabila Q 0.

12/21/15

69

IV. CONTOH SOAL

Sebuah jaringan pipa seperti tergambar. Hitung


besar debit aliran dan arahnya pada tiap-tiap
pipa. Gunakan persamaan Darcy-Weisbach.

12/21/15

70

IV. CONTOH SOAL


Penyelesaian:
1.Ditentukan debit aliran melalui tiap-tiap pipa Q0
secara sembarang namun memenuhi hukum
kontinuitas. Perlu koreksi debit.
2.Dilakukan pembagian jaringan menjadi 2 buah
jaring. Jaring I (ABC), dan Jaring II (BCD). Aliran yg
searah jarum jam diberi tanda positif dan yang
berlawanan diberi tanda negatif.
3.Dilakukan perhitungan iterasi (metode HardyCross) menggunakan tabel hingga diperoleh koreksi
debit adalah nol (Q = 0).
4.Pada saat Q = 0, maka Q0 = Q. Artinya, pada akhir
hitungan tsb, debit pada tiap-tiap pipa adalah debit
yang sebenarnya.
12/21/15

71

IV. CONTOH SOAL


Iterasi 1!!!

15

II
70

35

35

I
30

12/21/15

72

IV. CONTOH SOAL


Iterasi 1

Jaring I
Pipa

KQ02

7425
13
590
1325
QII
5
290
QI

2KQ0

AB

2 x 702 = 9800

2 x 2 x 70 = 280

BC

1 x 352 = 1225

2 x 1 x 35 = 70

CA

4 x 302 = -3600

2 x 4 x 30 = 240

KQ02 = 7425

|2KQ0| = 590

Jaring II
Pipa

12/21/15

KQ02

2KQ0

BD

5 x 152 = 1125

2 x 5 x 15 = 150

DC

1 x 352 = -1225

2 x 1 x 35 = 70

CB

1 x 352 = -1225

2 x 1 x 35 = 70

KQ02 = -1325

|2KQ0| = 290
73

IV. CONTOH SOAL


Iterasi 2!!!

20

II
57

17

30

I
43

12/21/15

74

IV. CONTOH SOAL


Iterasi 2

Jaring I
Pipa

KQ02

609
1
596
811
QII
3
294
QI

2KQ0

AB

2 x 572 = 6498

2 x 2 x 57 = 228

BC

1 x 172 = 289

2 x 1 x 17 = 34

CA

4 x 432 = -7396

2 x 4 x 43 = 334

KQ02 = -609

|2KQ0| = 596

Jaring II
Pipa

12/21/15

KQ02

2KQ0

BD

5 x 202 = 2000

2 x 5 x 20 = 200

DC

1 x 302 = -900

2 x 1 x 30 = 60

CB

1 x 172 = -289

2 x 1 x 17 = 34

KQ02 = 811

|2KQ0| = 294
75

IV. CONTOH SOAL


Iterasi 3!!!

17

II
58

21

33

I
42

12/21/15

76

IV. CONTOH SOAL


Iterasi 3

Jaring I
Pipa

KQ02

113
0
610
85
QII
0
278
QI

2KQ0

AB

2 x 582 = 6728

2 x 2 x 58 = 232

BC

1 x 212 = 441

2 x 1 x 21 = 42

CA

4 x 422 = -7056

2 x 4 x 42 = 336

KQ02 = 113

|2KQ0| = 610

Jaring II
Pipa

12/21/15

KQ02

2KQ0

BD

5 x 172 = 1445

2 x 5 x 17 = 170

DC

1 x 332 = -1089

2 x 1 x 33 = 66

CB

1 x 212 = -441

2 x 1 x 21 = 42

KQ02 = 85

|2KQ0| = 278
77

Anda mungkin juga menyukai