Anda di halaman 1dari 158

HIDRAULIKA

PENGALIRAN DALAM PIPA


5/21/2019 2
I. PENDAHULUAN
 Pipa adalah saluran tertutup yang biasanya
berpenampang lingkaran, dan digunakan untuk
mengalirkan fluida dengan tampang aliran penuh.
 Apabila fluida di dalam pipa tidak penuh maka aliran
termasuk dalam aliran saluran terbuka.
 Pembahasan dibatasi aliran turbulen dan mantap
melalui pipa.
 Fluida yg dibahas adalah air.

5/21/2019 3
Fluida yang mengalir melalui pipa
dapat berupa zat cair atau gas.
Sedangkan jenis aliran yang terjadi
dapat laminer atau turbulen. Aliran
zat cair riil yang melalui pipa selalu
disertai kehilangan tenaga searah
dengan aliran
5/21/2019 4
3) Aliran Laminer dan Turbulen dan Transisi
 Jika partikel zat cair yang bergerak mengikuti alur
tertentu dan aliran tampak seperti gerakan serat-
serat atau lapisan-lapisan tipis yang paralel, maka
alirannya disebut aliran laminer.
 Sebaliknya, jika partikel zat cair bergerak
mengikuti alur yang tidak beraturan, baik
ditinjau terhadap ruang maupun waktu, maka
alirannya disebut aliran turbulen.
 Aliran laminer dan turbulen terlihat pada Gambar
6 berikut.
21/05/2019 5
(a) (b)
Gambar 6. Aliran laminer (a), transisi (b), turbulen (c)
21/05/2019
6
 Faktor yang menentukan keadaan aliran adalah pengaruh relatif
antara gaya kekentalan (viskositas) dan gaya inersia.
 Jika gaya viskositas yang dominan, maka alirannya laminer.
 Jika gaya inersia yang dominan, maka alirannya turbulen.
 Nisbah antara gaya kekentalan dan inersia dinyatakan dalam
angka Reynold (Re), yang didefinisikan seperti rumus berikut.

V .L
Re 
 ………………………….. (1)

dengan V = kecepatan aliran (m/det)


L = panjang karakteristik (m), pada saluran
muka air bebas L = R
R = jari-jari hidraulik saluran
ν = viskositas (m2/det)
21/05/2019 7
Aliran Dalam Pipa
PERSAMAAN UMUM

 .V .D V .D
D Re  atau Re 
 

a D=a
a

a b D = 2ab/(a + b)
5/21/2019 9
Angka Reynolds
 Angka Reynolds mempunyai bentuk:

5/21/2019 10
Experimental REYNOLD
5/21/2019 12
5/21/2019 14
5/21/2019 16
 Besarnya angka Reynolds dapat menunjukkan
jenis aliran.

5/21/2019 19
SERING DIGUNAKAN

Laminar
Re < 2300 Re < 2300 Re = 2100

Transisi Re = 2300 2300<Re<4000 2100<Re<4000

Re > 2300 Re >= 4000 Re >> 2100


Turbulen

KONDISI BATAS
 Pada aliran bebas dipakai jari-jari hidraulik sebagai
panjang karakteristik. Jari-jari hidraulik didefinisikan
sebagai luas penampang basah dibagi keliling basah.
 Aliran laminer terjadi apabila Re < 500.
 Aliran turbulen terjadi apabila Re > 1000.
 Dalam kehidupan sehari-hari, aliran laminer pada
saluran terbuka sangat jarang ditemui. Aliran jenis ini
mungkin dapat terjadi pada aliran dengan kedalaman
sangat tipis di atas permukaan gelas yang sangat halus
dengan kecepatan yang sangat kecil.
21
Pipa Seragam Horisontal
 Persamaan Bernoulli untuk titik 1 dan 2 pada gambar di atas
adalah sebagai berikut :

2 2
p1
V1 p2 V2
z    z2    hf
dengan 1  2g  2g
z: elevasi (tinggi tempat);

: tinggi tekanan;

p : tinggi kecepatan.

Bila pipa terletak horisontal, tampang lintang seragam dan
tampang
V2 aliran penuh maka z1 = z2 dan v1 = v2 sehingga :
2g
dengan hf adalah kehilangan tenaga.

p
hf 

 Pada kondisi lain, dimana tampang lintang
tidak seragam dan ada perbedaan tinggi tempat
(pipa tidak terpasang horisontal) maka
persamaan Bernoulli untuk titik 1 dan 2 pada
gambar di bawah adalah sebagai berikut :

2 2
p1 V1 p 2 V2
z1    z2    hf
 2g  2g
Pipa dengan tampang tidak seragam dan posisi
tidak horisontal
Kehilangan tenaga pada aliran laminer
 Pada aliran laminer, kehilangan tenaga terutama
disebabkan oleh adanya kekentalan fluida dan
tidak dipengaruhi oleh bidang batas atau
kekasaran dinding, seperti ditunjukkan oleh
persamaan Poiseuille sebagai berikut :

32VL
hf  2
 dengan gD
ν : kekentalan kinematik
V : kecepatan aliran;
L : panjang pipa;
g : percepatan gravitasi;
D : diameter pipa.
Kehilangan tenaga pada aliran turbulen
 Pada aliran turbulen melalui pipa, kehilangan
tenaga berhubungan dengan tegangan akibat
tahanan gesek dari dinding pipa. Pada tahun 1850
Darcy dan Weisbach mengemukakan sebuah
persamaan yang dikenal sebagai persamaan Darcy-
Weisbach untuk kehilangan tenaga dalam pipa.
2
LV
hf  f
D 2g
 dengan f : koefisien gesekan Darcy-Weisbach
Koefisien gesek
 Pada persamaan di atas, f adalah koefisien gesekan Darcy-
Weisbach yang tidak berdimensi. Koefisien f merupakan
fungsi dari angka Reynolds dan kekasaran pipa. Untuk aliran
laminer koefisien gesekan hanya dipengaruhi oleh angka
Reynolds dan mempunyai bentuk :
64
f 
Re
 Harga f tersebut diperoleh dari persamaan Poiseuille yang
ditulis dalam bentuk persamaan Darcy-Weisbach. Pada aliran
turbulen, pipa dapat bersifat hidraulis halus atau hidraulis
kasar. Untuk pipa halus, Blasius mengemukakan rumus
gesekan f dalam bentuk :
0,316
f 
Re 0 , 25
 Rumus tersebut berlaku untuk 4000<Re<105
 Dalam praktek, pipa yang digunakan kebanyakan tidak
halus tetapi mempunyai kekasaran dinding. Tahanan
pada pipa kasar lebih besar daripada pipa halus.

 Untuk pipa kasar nilai f tidak hanya tergantung pada


angka Reynolds tetapi juga pada sifat dinding pipa
yaitu kekasaran k/D atau :

f   Re, k / D
 Pada tahun 1944, Moody mengemukakan suatu grafik
yang memberi gambaran f tergantung angka Reynolds
(Re) dan kekasaran relatif (k/D ). Grafik tersebut
dikenal sebagai grafik Moody (Gambar di bawah).
Grafik Moody
Beberapa nilai kekasaran pipa (k) dapat dilihat pada tabel di
bawah.

Jenis pipa (baru) Nilai k (mm)

 Kaca 0,0015
 Besi dilapis aspal 0,06 – 0,24
 Besi tuang 0,18 – 0,90
 Plester semen 0,27 – 1,20
 Beton 0,30 – 3,00
 Baja 0,03 – 0,09
 Baja dikeling 0,90 – 9,00
 Pasangan batu 6
 Grafik Moody juga dapat dinyatakan dengan
persamaan yang dikemukakan oleh Swamee
dan Jain (1976) yang mempunyai bentuk :

0,25
f  2
  k 5,74 
log   0,9 
  3,7 D Re 
 Persamaan di atas berlaku untuk rentang
5∙103 < Re < 106 dan 10-6 < k/D < 10-2
Soal
1. Hitung kehilangan tenaga karena gesekan di dalam
pipa sepanjang 1500 m dan diameter 20 cm, apabila air
mengalir dengan kecepatan 2 m/d. Koefisien gesekan f
= 0,02.

2. Air mengalir melalui pipa berdiameter 15 cm dengan


debit aliran 20 liter/detik. Apabila panjang pipa 2 km,
hitung kehilangan tenaga di sepanjang pipa jika
koefisien gesekan Darcy-Weisbach f = 0,015.
Soal 1
Penyelesaian
Kehilangan tenaga
L V2 1500 22
hf  f  0,02    30,58 m
D 2g 0,2 2  9,81

Soal 2
Kecepatan aliran
Q 0,02
V   1,13 m/d
A 0,25    0,15 2

Kehilangan tenaga
L V2 2000 1,132
hf  f  0,015    13,07 m
D 2g 0,15 2  9,81
Soal
 Air mengalir di dalam pipa berdiameter 75
mm dan pada angka Reynolds 80.000. Jika
tinggi kekasaran k = 0,15 mm, berapakah
koefisien kekasaran pipa tersebut? Tentukan
dengan Grafik Moody dan Rumus Swamee-
Jain. Bandingkan hasilnya.
Penyelesaian
Diketahui

Re = 80.000
Dengan menggunakan grafik
dan Moody untuk nilai Re dan
k/D tersebut akan didapat
k 0,15 nilai f = 0,0256
  0,002
D 75
Soal
 Air mengalir melalui pipa berdiameter 150 mm
dan kecepatan 5,5 m/d. Kekentalan kinematik
air adalah 1,3 x 10-6 m2/d. Selidiki tipe aliran!
Air mengalir melalui pipa berdiameter 30 cm.
Kehilangan tenaga tiap 1000 m adalah 5 m.
Tinggi kekasaran pipa k = 0,15 mm. Kekentalan
kinematik air u = 0,98.10-6 m2/d. Hitung debit
aliran!
Rumus-rumus Empiris untuk Kecepatan Aliran dalam Pipa
 Kecepatan V dan debit aliran Q merupakan faktor yang
penting dalam studi hidraulika. Dalam hitungan
praktis, rumus yang banyak digunakan adalah
persamaan kontinuitas, Q=A.V, dengan A adalah
tampang aliran. Apabila kecepatan dan tampang aliran
diketahui, maka debit aliran dapat dihitung. Demikian
pula jika kecepatan dan debit aliran diketahui maka
dapat dihitung luas tampang aliran yang diperlukan
untuk melewatkan debit tersebut.
 Rumus -rumus empiris kecepatan aliran
dikembangkan untuk memudahkan hitungan.
Dalam rumus-rumus ini I adalah kemiringan garis
tenaga (I = h/L). Untuk pipa halus, rumus Blasius
dapat digunakan untuk nilai angka Reynolds 4000<
Re<105, yang dapat ditunjukkan dalam bentuk :

  
0 , 25 2
V
I  0,316 
 VD  2 gD
 Untuk pipa di daerah transisi berlaku rumus Hazen-
William yang berbentuk:

V  0,354C H I 0,54
D 0, 63

 Nilai CH tergantung pada kekasaran yang dipengaruhi


oleh jenis dan bahan pipa.
 Untuk pipa di daerah turbulen rumus Manning dapat
digunakan. Rumus Manning biasa dipakai pada
pengaliran di saluran terbuka, yang mempunyai bentuk :
2 1
1 3 2
V  R I
n
 dengan R adalah jari-jari hidraulis (R=D/4 untuk pipa
lingkaran) dan n adalah koefisien kekasaran Manning
yang berbeda-beda untuk tiap bahan pipa.
 Rumus Chezy dan Strickler juga sering
digunakan. Bentuk rumus Chezy adalah :

V  C RI
 Sedangkan rumus Strickler mempunyai
bentuk :
2 1
V  ks R I
3 2

 Dengan ks adalah koefisien kekasaran


Strickler (ks=1/n).
Koefisien Hazen-William
Koefisien Manning
Soal
1. Dengan rumus Hazen-William tentukan
kecepatan aliran yang terjadi jika aliran
melewati pipa berdiameter 30 cm dan
kemiringan garis tenaga 0,002. Koefisien
Hazen-William = 100.
2. Dengan rumus Manning tentukan
kecepatan aliran yang terjadi jika aliran
melewati pipa besi berdiameter 30 cm dan
kemiringan garis tenaga 0,001. Tentukan
nilai koefisien Manning dari tabel.
Penyelesaian
Soal 1

V  0,354C H I 0,54 D 0,63


V  0,354 100  0,0020,54  0,30,63  0,578 m/d

Soal 2
A 14 D 2 D 0,3
R     0,075 m
P D 4 4
2 2
1 3 12 1 1
V R I   0,75 3  0,0012  0,375 m/d
n 0,015
II. KEHILANGAN TENAGA
 Pada zat cair yang mengalir di dalam bidang batas
(pipa, saluran terbuka atau bidang datar) akan terjadi
tegangan geser dan gradien kecepatan pada seluruh
medan aliran karena adanya kekentalan.
 Tengangan geser tersebut akan menyebabkan
terjadinya kehilangan tenaga selama pengaliran.
 Dua persamaan kehilangan tenaga akibat gesekan
(major headloss) yang umumnya sering digunakan
yaitu: persamaan Darcy Weisbach, dan Hazen-
Williams.
 Perhatikan Gambar 1.
5/21/2019 47
II. KEHILANGAN TENAGA
2 2
p1
V1 p2 V2
z1    z2    hf
 2g  2g
Gambar 1. Penurunan persamaan
Darcy-Weisbach

EGL EGL = Energy Grade Line


HGL
HGL = Hydraulic Grade Line

5/21/2019 48
II. KEHILANGAN TENAGA
Apabila A1 = A2, maka V1 = V2, dan persamaan Bernoulli
dapat ditulis dlm bentuk yg lebih sederhana untuk
kehilangan tenaga akibat gesekan.
 p1   p2 
h f   z1     z2  
     
Atau
p
h f  z  …………………………….. (1)

Kehilangan tenaga sama dengan jumlah dari perubahan
tekanan dan tinggi tempat.

5/21/2019 49
II. KEHILANGAN TENAGA
Karena A konstan, sehingga percepatan a = 0. Tekanan pada
tampang 1 dan 2 adalah p1 dan p2. Jarak antara tampang p1
dan p2 adalah ∆L. Gaya-gaya yang bekerja pada zat cair
adalah gaya tekanan pada kedua tampang, gaya berat, dan
gaya gesekan.
Dengan menggunakan hukum Newton II untuk gaya-gaya
tsb akan diperoleh:
F M a
p1 A  p2 A  AL sin    o PL  Mx0
Dengan P adalah keliling basah pipa. Oleh karena selisih
tekanan adalah ∆p, maka:
pA  AL sin    o PL  0
5/21/2019 50
II. KEHILANGAN TENAGA
pA  AL sin    o PL  0
Kedua ruas dibagi dengan A γ, sehingga:
p  0 PL
 L sin   0
 A
p  0 L
 z 
Atau  R
 0 L
hf  …………………………….. (2.a)
R
 0  RI  gRI …………………………….. (2.b)
Dengan ∆z = ∆L sin α, R = A/P adalah jari-jari hidraulis dan I
= hf/∆L adalah kemiringan garis energi.
5/21/2019 51
II. KEHILANGAN TENAGA
Untuk pipa lingkaran: A D 2 / 4 D
R  
P D 4
Sehingga persamaan (2.a) menjadi:
4 0 L
hf  …………………………….. (2.c)
D
hf sebanding dengan Vn dimana n ≈ 2.
Persamaan (2.a) menunjukkan hf sebanding dengan τ0.
h f  f V 2  ;  0  f V 2 
Dengan demikian:

 0  CV 2 …………………………….. (3)
Dengan C adalah konstanta.
5/21/2019 52
II. KEHILANGAN TENAGA
Persamaan (2.c) menjadi: 4CV 2 L
hf 
D
Dengan mendefinisikan f = 8C/ρ, maka persamaan di
atas menjadi: L V 2
hf  f …………………………….. (4)
D 2g
Apabila panjang pipa adalah L, maka persamaan (4)
menjadi: L V2
hf  f …………………………….. (5)
D 2g
Membandingkan pers (2.c) dan (4) diperoleh:
f
0  V 2 …………………………….. (6)
8
5/21/2019 53
II. KEHILANGAN TENAGA
Contoh 1:
Air mengalir melalui pipa berdiameter 20 cm dengan
debit aliran 50 l/det. Apabila panjang pipa 2 km, hitung
kehilangan tenaga di sepanjang pipa jika koefisien
gesekan Darcy-Weisbach f = 0,015.
Penyelesaian:
Q 0,05
Kecepatan aliran: V    1,59 m/det
A  0,2  / 4
2

Kehilangan tenaga karena gesekan:


2.000 1,59
2
L V2
hf  f  0,015 x x  19,33 m
D 2g 0,2 2 x9,81
5/21/2019 54
III. DISTRIBUSI KECEPATAN
Penurunan persamaan distribusi kecepatan pada aliran
turbulen didasarkan persamaan: 2
 du 
  l  
2

 dy 
Dalam hal ini kecepatan di suatu titik pada arah aliran diberi
notasi u.
Dalam persamaan tsb, τ dan l tidak diketahui. Untuk itu
Prandtl melakukan dua anggapan berikut.
1. Tegangan geser τ adalah konstan, yang nilainya sama
dengan tegangan geser di dinding τ0.
2. Panjang campur Prandtl l mempunyai hubungan linier
dengan jarak dari dinding batas y, yaitu l = k y.
5/21/2019 55
III. DISTRIBUSI KECEPATAN
Dengan anggapan tsb, maka persamaan tegangan geser di
atas menjadi: 2
 du 
 0  k y  
2 2

 dy 
Persamaan di atas dapat ditulis dalam bentuk:
du 1  0 1 u* 1
  …………………………….. (7.a)
dy k  y k y
Dengan:
u*   0 /  …………………………….. (7.b)
Disebut kecepatan geser. Integrasi persamaan (7.a) akan
diperoleh: u*
u ln y  C …………………………….. (8)
k
5/21/2019 56
III. DISTRIBUSI KECEPATAN
Pada sumbu pipa, yaitu y = D/2, u = u , sehingga:
max
u* D
umax  ln  C
Atau k 2
u* D
C  umax  ln
k 2
Substitusi nilai C ke dlm pers (8) akan diperoleh:
u* u* D
u  ln y  umax  ln
k k 2
Atau
umax  u 1 2 y
 ln
u* k D
Konstanta k adalah koefisien Von Karman yg mempunyai nilai 0,4.
Substitusi nilai k = 0,4, sehingga: u  u 2y
max
 5,75 log ………… (9)
u* D
5/21/2019 57
III. DISTRIBUSI KECEPATAN
Persamaan (9) berlaku untuk pipa halus maupun kasar.
Gambar 2 menunjukkan distribusi kecepatan dari persamaan
(9). umax

Gambar 2. Distribusi kecepatan

u
umax - u

Persamaan (9) dapat ditulis dalam bentuk:


u 2 y umax
 5,75 log  …………………... (10)
u* D u*
5/21/2019 58
III. DISTRIBUSI KECEPATAN
 Distribusi kecepatan pada pipa halus:
u uy
 5,75 log *  5,5 …………….. (11)
u* 
 Distribusi kecepatan pada pipa kasar:
u y
 5,75 log  8,5 …………….. (12)
u* k
 Kecepatan rata-rata pada pipa halus:
V u* D
 5,75 log  0,17 …………….. (13)
u* 
 Kecepatan rata-rata pada pipa kasar:
V D
 5,75 log  4,75 …………….. (14)
u* 2k
5/21/2019 59
IV. PERSAMAAN TAHANAN GESEK
Persamaan kehilangan tenaga pada aliran laminer:
32VL
hf  2 …………….. (15)
gD
Persamaan tsb dapat ditulis dalam bentuk:
64 L V 2 64 L V 2
hf  
VD D 2 g Re D 2 g
Dengan 64
f  ……………………………..….. (16)
Re
Dengan demikian, untuk aliran laminer koefisien
gesekan mempunyai bentuk seperti pada pers (16).
5/21/2019 60
IV. PERSAMAAN TAHANAN GESEK
Persamaan kecepatan rata-rata aliran melalui pipa halus:
V u* D
 5,75 log  0,17 …………….. (11)
u* 
Persamaan kecepatan rata-rata aliran melalui pipa kasar:
V D
 5,75 log  4,75 …………….. (12)
u* 2k
f

Oleh karena u*   0 /  , maka persamaan 0  V 2

8
dapat ditulis dlm bentuk:
f
u*  V …………….. (17)
8
5/21/2019 61
IV. PERSAMAAN TAHANAN GESEK
Apabila pers (17) disubstitusikan ke dalam pers (11),
maka: V V f / 8D
 5,75 log  0,17
V f /8 
1 1
 2,0329 log Re f  0,0601
f 8
1
 2,0329 log Re f  0,86
f

Atau 1
 A log Re f B
f

5/21/2019 62
IV. PERSAMAAN TAHANAN GESEK
Hasil percobaan yg dilakukan oleh Nikuradse memberikan
konstanta A = 2 dan B = -0,8. Dengan demikian persamaan di
atas menjadi:
1
 2 log Re f  0,8
f
Atau
1 Re f
 2 log …………….. (18)
f 2,51

Persamaan (18) di atas dapat digunakan untuk menghitung


koefisien gesekan aliran turbulen pada pipa halus.

5/21/2019 63
IV. PERSAMAAN TAHANAN GESEK
Dengan cara yang sama untuk aliran turbulen melalui pipa
kasar, akan diperoleh:
1 D
 2,0329 log  1,6794
f 2k
Atau
1 D
 A log B
f 2k
Hasil percobaan Nikuradse memberikan konstanta A = 2 dan
B = 1,74. Dengan demikian persamaan di atas menjadi:
1 D
 2 log  1,74
f 2k
Atau 1 3,7 D
 2 log …………….. (19)
f k
5/21/2019 64
IV. PERSAMAAN TAHANAN GESEK
Untuk aliran di daerah transisi, Colebrook mengusulkan
persamaan berikut, yang merupakan gabungan persamaan
(18) dan (19).
1  k 2,51 
 2 log    …………….. (20)
 3,7 D Re f 
f  
Rumus di atas memberikan nilai f secara implisit, sehingga
untuk menghitung nilai f harus dilakukan dengan cara coba
banding yang memakan waktu cukup lama. Pada tahun 1944
Moody menyederhanakan prosedur hitungan tsb dengan
membuat suatu grafik berdasarkan pers (20). Grafik tsb
dikenal dengan grafik Moody seperti dalam Gambar 3.
5/21/2019 65
Smooth, Transition, Rough
for Turbulent Flow
 Hydraulically smooth 1  Re f 
pipe law (von  2 log  
 2.51 
Karman, 1930) f  

 Rough pipe law (von 1  3.7 D 


 2 log  
Karman, 1930) f   
 Transition function
for both smooth and 1  D 2.51 
 2 log   
rough pipe laws  3.7 Re f 
(Colebrook) f  

(used to draw the Moody diagram)


Gambar 3. Grafik Moody
5/21/2019 67
IV. PERSAMAAN TAHANAN GESEK
Prosedur menetapkan nilai koefisien gesekan menggunakan grafik
Moody:
1. Perhatikan absis (dilabeli pd bagian bawah) merupakan angka
Reynolds, Re. Koordinat (dilabeli pd bagian kiri) merupakan
koefisien gesekan, f. Tiap kurva merupakan nilai kekasaran
relatif, k/D.
2. Tentukan nilai kekasaran relatif, k/D yg tertera pada bagian
kanan (perhatikan kurva-nya).
3. Lihat bagian bawah grafik dan tentukan angka Reynolds, Re.
Dengan nilai Re yg ditentukan, tarik garis secara vertikal ke
atas sampai mencapai (memotong) kurva k/D yg telah
ditentukan sebelumnya.
4. Dari titik potong tsb, tarik garis secara horisontal ke kiri
sehingga diperoleh nilai f.
5. Jika kurva dari nilai k/D tidak ter-plot di dlm grafik, secara
sederhana tentukan posisi yang sesuai dengan interpolasi.
5/21/2019 68
IV. PERSAMAAN TAHANAN GESEK
Saat ini grafik Moody menjadi kurang populer dalam
perancangan jaringan pipa yg kompleks. Barr (1976)
memberikan formula untuk harga f yang menggantikan
grafik Moody sbb:
1  k 5,1286 
 2 log 10   0 ,89
 …………….. (21)
f  3,7 D Re 
Sedangkan Swanne dan Jain (1976) memberikan
persamaan alternatif yg terkenal dan banyak digunakan
sbb: f 
0,25
2 …………….. (22)
  k 5,74 
log  3,7 D  Re 0,9 
  
5/21/2019 69
IV. PERSAMAAN TAHANAN GESEK
Tabel 1. Nilai kekasaran pipa baru

Jenis Pipa (baru) Nilai k (mm)


Kaca 0,0015
Besi dilapis aspal 0,06 – 0,24
Besi tuang 0,18 – 0,90
Plester semen 0,27 – 1,20
Beton 0,30 – 3,00
Baja 0,03 – 0,09
Baja dikeling 0,9 – 9,00
Pasangan batu 6

5/21/2019 70
IV. PERSAMAAN TAHANAN GESEK
 Persamaan empiris lain yang dapat digunakan untuk
menghitung besarnya kehilangan tenaga akibat
gesekan yaitu persamaan Hazen-Williams.
 Persamaan ini sangat dikenal di United State (US).
 Persamaan kehilangan tenaga ini sedikit lebih
sederhana dibanding Darcy-Weisbach karena
menggunakan koefisien CHZ yang tidak berubah
terhadap angka Reynolds.

5/21/2019 71
IV. PERSAMAAN TAHANAN GESEK
Persamaan Hazen-Williams dapat ditulis sbb:

Q  0,2785CHZ D 2,63I 0,54 …………….. (23)

Dengan CHZ adalah koefisien Hazen-Williams (Tabel 2),


I adalah kemiringan atau slope garis tenaga (hf/L), D
adalah diameter pipa, dan Q adalah debit aliran.
Dalam satuan SI, persamaan Hazen-Williams untuk
menghitung kehilangan tenaga akibat gesekan sbb:
1
 Q  0 , 54 1
h f  10,654  0 , 487
L …………….. (24)
5/21/2019  CHZ  D 72
LATIHAN SOAL
Contoh 2:
Zat cair dengan kekentalan kinematik ν = 1,17 x 10-4
m2/det mengalir melalui pipa sepanjang 3.000 m dan
berdiameter 300 mm dengan debit aliran Q = 40 l/det.
Berapakah kehilangan tenaga pada pengaliran tsb.
Penyelesaian:
Pertama kali diselidiki tipe aliran
Kecepatan aliran:
Q 0,040
V   0,566 m / det
A  0,30  / 4
2

5/21/2019 73
LATIHAN SOAL
Angka Reynolds:
VD 0,566 x0,3
Re    1.451
 1,17 x10 4

Tipe aliran: Aliran Laminer


Koefisien gesekan pipa dihitung sbb:
64 64
f    0,044
Re 1.451
Kehilangan tenaga:
L V2 3000 0,5662
hf  f  0,044  7,18 m
D 2g 0,3 2 x9,81
5/21/2019 74
LATIHAN SOAL
Contoh 3:
Pipa halus dengan diameter 0,5 m dan panjang 1.000 m
mengalirkan air dengan debit Q = 50 l/det. Apabila
kekentalan kinematik ν = 2 x 10-6 m2/det. Hitung
kehilangan tenaga, tegangan geser pada dinding, dan
kecepatan pada sumbu pipa.
Penyelesaian:
a. Menghitung kehilangan tenaga
Kecepatan aliran:
Q 0,05
V   0,255 m/det
A  (0,5) / 4
2

5/21/2019 75
LATIHAN SOAL
Angka Reynolds:
0,255 x0,5
Re   6,38 x10 4

2 x10 6
Tipe aliran adalah turbulen.
Persamaankoefisien gesekan pada pipa halus:
1 Re f
 2 log
f 2,51
1 6,38 x10 4 f
 2 log
f 2,51
Dengan cara iterasi (coba-banding) diperoleh nilai f = 0,0199
5/21/2019 76
LATIHAN SOAL
Kehilangan tenaga:
L V2
hf  f
D 2g
1000 0,2552
h f  0,0199  0,13 m
0,5 2 x9,81
b. Tegangan geser pada dinding
f
 0  V 2
8
0,0199
0  x1000 x0,2552
8
 0  0,16 N / m 2
5/21/2019 77
LATIHAN SOAL
c. Kecepatan pada sumbu pipa
Kecepatan geser:
0 0,16
u*    0,0126 m/det
 1000
Kecepatan di sumbu pipa :
u uy
 5,75 log *  5,5
u* 
atau
 0,0126 x0,25 
u  umax  0,0126 5,75 log 6
 5,5   0,3 m/det
 2 x10 
5/21/2019 78
LATIHAN SOAL
Contoh 4:
Air dengan viskositas ν = 0,658 x 10-6 m2/det mengalir di
dalam pipa berdiameter 75 mm dan pada angka
Reynolds Re = 80.000. Jika tinggi kekasaran k = 0,15 mm,
berapakah kehilangan tenaga di dalam pipa sepanjang
300 m?
Penyelesaian:
Re = 80.000, diperoleh V = 0,70 m/det
k/D = 0,15/75 = 0,002
Dengan menggunakan grafik Moody, diperoleh nilai
koefisien gesekan Darcy-Weisbach adalah f = 0,0256.
5/21/2019 79
Langkah 3
0,0256 Langkah 1
0,002

Langkah 2

8 x 104

5/21/2019 k/D = 0,002, Re = 8 x 104  f = 0,0256 80


LATIHAN SOAL
Kehilangan tenaga sepanjang 300 m pipa menggunakan
persamaan Darcy-Weisbach:
L V2
hf  f
D 2g
300 0,70 2
h f  0,0256
0,075 2 x9,81
h f  2,56 m

5/21/2019 81
LATIHAN SOAL
Contoh 5:
Air mengalir dengan debit 0,05 m3/det dalam pipa besi dilapis
aspal (asphalted cast-iron) berdiameter 20 cm. Nilai kekasaran
pipa adalah 0,12 mm dan viskositas air 1,0 x 10-6 m2/det. Hitung
besarnya kehilangan tenaga sepanjang 1.000 m pipa.
Penyelesaian:
Q 0,05
V   1,59 m/det
A 0,25 xx0,20 2

VD 1,59 x0,20
Re    3,18 x10 5

 1,0 x10 6
k/D = 0,0006 dan Re = 3,18 x 105. Menggunakan grafik Moody
diperoleh f = 0,019.
5/21/2019 82
0,019
0,0006

3,18 x 105

5/21/2019 k/D = 0,0006, Re = 3,18 x 105  f = 0,019 83


LATIHAN SOAL
Menggunakan persamaan Swanne dan Jain:
0,25
f  2
  k 5,74 
log  3,7 D  Re 0,9 
  
0,25
f  2
  0,12 x10 3
5,74 
log   
5 0,9 
  3,7 x0,2 (3,18 x10 ) 
f  0,0188  0,019

5/21/2019 84
LATIHAN SOAL
Kehilangan tenaga sepanjang 1000 m pipa menggunakan
persamaan Darcy-Weisbach:

L V2
hf  f
D 2g
1000 1,59 2
h f  0,019
0,20 2 x9,81
h f  12,2 m

Jadi, kehilangan tenaga adalah 12,2 m/km


5/21/2019 85
V. KEHILANGAN TENAGA PADA PIPA
TIDAK LINGKARAN (NONCIRCULAR)
 Salah satu jenis pipa tidak lingkaran yang umumnya
digunakan dalam proyek sumberdaya air adalah
terowongan (tunnel). Penampang melintang
terowongan umumnya melingkar (rounded) pada
bagian atas dan rata (flat) bagian dasarnya, seperti
bentuk tapal kuda.
 Penampang tidak lingkaran lainnya adalah
penampang persegi. Namun, umumnya penampang
persegi digunakan untuk saluran terbuka.
 Metode untuk menghitung kehilangan tenaga pada
kedua kasus di atas adalah sama.

5/21/2019 86
V. KEHILANGAN TENAGA PADA PIPA
TIDAK LINGKARAN (NONCIRCULAR)
Persamaan kehilangan tenaga Darcy-Weisbach untuk
penampang saluran tertutup tidak lingkaran dituliskan sbb:

fL V 2
hf  …………….. (25)
4R 2 g
Dimana:
R : jari-jari hidraulis, R = A/P
A : luas penampang basah
P : kelilih basah

Untuk menghitung kehilangan tenaga sama halnya dengan


pipa lingkaran. Hanya saja nilai D pada pipa lingkaran
digantikan dengan 4R untuk pipa tidak lingkaran.
5/21/2019 87
LATIHAN SOAL
Contoh 6:
Sebuah terowongan beton mempunyai penampang
melintang sbb. Bagian atas berbentuk setengah
lingkaran dengan diameter 6 m, dan bagian bawahnya
berbentuk persegi dengan lebar 6 m dan tinggi 3 m.
Perkirakan kehilangan tenaga sepanjang 8000 m saluran
dimana kecepatan rata-rata 3,66 m/det dan viskositas air
adalah 1,1 x 10-6 m2/det.

5/21/2019 88
LATIHAN SOAL
Penyelesaian:
A
Jari-jari hidraulis: R
P

R
 3 / 2  6 x 3
2

6 2 x 3 π x 3
32,13
R  1,5 m
21,42
Angka Reynolds:
V 4R
Re 

3,66 x 4 x 1,5
Re   1,99 x 10 7

1,1 x 10 6

5/21/2019 89
LATIHAN SOAL
Diasumsikan k = 0,003 m, kemudian k/4R = 0,0005.
Menggunakan persamaan Swanne dan Jain diperoleh:
0,25
f  2
  k 5,74 

  3,7 x 4 R Re 0,9 
log
  
0,25
f  2
  0,003 5,74 
log   
7 0,9 
  3,7 x 4 x1,5 (1,99 x10 ) 
f  0,017

5/21/2019 90
k/4R
0,017 0,0005

1.99 x 107

5/21/2019 ks/4R = 0,0005, Re = 1,99 x 107  f = 0,017 91


LATIHAN SOAL
Dengan demikian, kehilangan tenaga akibat gesekan
sepanjang 8.000 m pipa dapat dihitung sbb:

fL V 2
hf 
4R 2 g
0,017 x8000 3,66 2
hf 
4 x1,5 2 x9,81
h f  15,5 m

5/21/2019 92
LATIHAN SOAL
Contoh 7:
Saluran seperti pada contoh 6 digunakan untuk
mengalirkan air dari reservoir (elevasi muka air 1500 m)
melalui turbin air kemudian ke reservoir lainnya (elevasi
muka air 900 m). Panjang saluran 8000 m dan terdapat
dua belokan dengan sudut belokan 45°, serta dua wide-
open gate valves. Kehilangan tenaga pada inlet dan
outlet saluran juga diperhitungkan. Berapa besarnya
total kehilangan kehilangan tenaga yang terjadi jika
koefiesien kehilangan tenaga melalui turbin adalah 0,2 ?

5/21/2019 93
LATIHAN SOAL
Penyelesaian:
Total kehilangan tenaga = hf + hL
V 2  fL 
h f  hL    2 K b  K e  K o  0, 2 
2 g  4R 
hf = 15,5 m (c0ntoh 6)
Kb ≈ 0,10 (diperkirakan dari Tabel 3)
Ke = 0,12 (diperkirakan dari Tabel 3)
Koutlet = KE = 0,15 (diperkirakan dari Tabel 3)
Diperoleh:
3,66 2
h f  hL  2 x0,10  0,12  0,15  0,20  15,5
2 x9,81
h f  hL  0,46  15,5  15,96 m
Jadi, besarnya kehilangan tenaga total adalah 15,96 m
5/21/2019 94
VI. KEHILANGAN TENAGA
SEKUNDER (MINOR HEADLOSS)
 Disamping adanya kehilangan tenaga akibat gesekan
(kehilangan tenaga primer), terjadi pula kehilangan tenaga
yg disebabkan oleh perubahan penampang pipa, belokan,
dan katup (kehilangan tenaga sekunder).
 Pada pipa panjang, kehilangan tenaga primer biasanya jauh
lebih besar daripada kehilangan tenaga sekunder, sehingga
pada keadaan tsb kehilangan tenaga sekunder dapat
diabaikan. Sedangkan pada pipa pendek kehilangan tenaga
sekunder harus diperhitungkan.
 Untuk memperkecil kehilangan tenaga sekunder,
perubahan penampang atau belokan dibuat secara
berangsur-angsur.
5/21/2019 95
Kehilangan Tenaga Sekunder dalam Pipa

• Kehilangan tenaga sekunder dalam pipa


terjadi karena adanya perubahan penampang
pipa, sambungan, belokan dan katup.
• Pada pipa panjang, kehilangan tenaga
sekunder jauh lebih kecil daripada
kehilangan tenaga akibat gesekan, sehingga
pada keadaan ini kehilangan tenaga sekunder
dapat diabaikan.
VI. KEHILANGAN TENAGA
SEKUNDER (MINOR HEADLOSS)
Persamaan kehilangan tenaga sekunder yg diakibatkan
oleh perubahan penampang dan sambungan dapat
ditulis sbb:
V2
hL  K …………….. (25)
2g
Dimana V adalah kecepatan rata-rata, dan K adalah
koefisien kehilangan tenaga sekunder. Tabel 3
menunjukkan koefisien kehilangan tenaga sekunder
untuk masing-masing jenis perubahan penampang dan
sambungan. Koefisien tsb ditentukan berdasarkan
percobaan/pengujian.
5/21/2019 97
5/21/2019 98
•Kehilangan tenaga pada pipa yang
mengalami perbesaran penampang
2
V1
he  K
2g

Dengan he : kehilangan tenaga sekunder


2 A1 : luas tampang 1,
A1 
K  1   A2 : luas tampang 2.
 A2 
Contoh
• Suatu
pipa yang mengalirkan air
diameternya berubah mendadak dari 10
cm menjadi 15 cm. Bila kecepatan aliran
pada saat melewati pipa berdiameter 10
cm adalah 1,2 m/d, hitung kehilangan
tekanan akibat perbesaran penampang
tersebut.
Jika perbesaran penampang dibuat berangsur-angsur
maka:

V1  V2
2 2

he  K '
2g

Dengan K’ tergantung pada sudut perbesaran penampang .

 100 200 300 400 500 600 750


K' 0.078 0.41 0.49 0.6 0.67 0.72 0.72
Pada pipa yang mengalami pengecilan penampang secara
mendadak maka kehilangan tenaga dirumuskan :
2
V2
he  0,44
2g

Sedangkan pengecilan penampang yang dibuat berangsur-angsur kehilangan


tenaga diberikan oleh bentuk :
2
V2
he  K c '
2g
Nilai K’c tergantung pada sudut transisi  dan perbandingan luas tampang A2/A 1.
•Nilai Kc’
•Belokan pipa juga menyebabkan kehilangan tenaga
yang rumusnya serupa dengan rumus pada perubahan
tampang, yaitu :

2
V2
he  K b
2g

dengan Kb adalah koefisien kehilangan tenaga belokan yang


tergantung pada sudut belokan.
•Belokan pipa
Contoh
• Berapakah
kehilangan energi jika pipa
membelok dengan sudut 30° dan
kecepatan aliran 0,85 m/d.
Sistem Dan Jaringan Pipa
• Sistem
pemipaan berfungsi untuk
mengalirkan zat cair dari satu tempat ke
tempat yang lain. Aliran terjadi karena
adanya perbedaan tinggi tekanan di kedua
tempat akibat terdapat perbedaan elevasi
muka air atau karena digunakannya pompa.
Contoh sistem pemipaan adalah jaringan air
bersih/air minum, pipa pengalir minyak, pipa
pembawa dan pipa pesat di PLTA, dsb.
Garis Tenaga dan Garis Tekanan
• Berdasarkan persamaan Bernoulli, tinggi tenaga
total di suatu titik pada pipa merupakan jumlah
dari tinggi elevasi, tinggi tekanan dan tinggi
kecepatan. Garis yang menghubungkan titik-
titik tinggi tenaga disebut garis tenaga (garis
energi). Sedangkan garis yang menghubungkan
titik-titik tinggi tekanan disebut sebagai garis
tekanan. Garis tekanan terletak di bawah garis
tenaga sebesar tinggi kecepatan dalam pipa.
•Garis tenaga dan garis tekanan

garis tenaga
V1
2
garis tekanan
2g 2
V2
2g
p1
A 
p2

B

ZA
Z1 Z2 ZB
Pipa dengan Turbin
• Salah satu penggunaan tenaga air yang sangat bermanfaat
bagi kehidupan manusia adalah untuk memutar turbin PLTA.
Putaran turbin dengan kecepatan besar diperoleh dengan
membuat ujung pipa meruncing dan tampang pipa jauh
mengecil. Bagian ini disebut curat.

• Dengan mengabaikan kehilangan tenaga sekunder maka tinggi


tekanan efektif H adalah sama dengan tinggi statis Hs
dikurangi kehilangan tenaga akibat gesekan hf.

H  H s  hf
Daya yang tersedia pada curat :

D  QH  (kgf m / d)

Atau
QH
D (hp)
75

Dengan :
Q : debit aliran (m3/d)
H : tinggi tekanan efektif (m)
 : berat jenis zat cair (kgf/m3)
Pipa dengan curat

hf

Garis
Hs L Tenaga

D
H
Garis
Tekanan
Vc
Pipa Hubungan Seri
• Pipadisebut memiliki hubungan seri bila
saluran pipa tersebut terdiri dari sambungan
pipa-pipa dengan ukuran/diameter berbeda.

Q  Q1  Q2  Q3

H  hf1  hf 2  hf 3
Bak 1
Beda
Pipa 1 Tinggi

Pipa 2
Bak 2
Pipa Hubungan Paralel

• Pipadisebut memiliki hubungan paralel bila


saluran pipa tersebut terdiri dari sambungan
pipa-pipa yang bertemu di satu titik.

Q  Q1  Q2  Q3

H  hf1  hf 2  hf 3
Bak 1
Beda Tinggi
Pipa 1

Pipa 2

Bak 2

Pipa 3
Jaringan pipa
• Pemakaian jaringan pipa yang paling banyak
dijumpai dalam bidang teknik sipil adalah
jaringan air bersih/air minum. Karena jaringan
pipa merupakan bagian yang paling mahal maka
perlu direncanakan dengan baik agar dicapai
sistem distribusi yang efisien.
• Analisis jaringan pipa memerlukan perhitungan
yang panjang dan rumit. Ada beberapa metode
yang dipakai untuk menyelesaikannya. Salah
satu yang akan dibahas dalam bahan ajar ini
adalah Metode Hardy Cross.
Bak 1

Bak 2
I. PENDAHULUAN
 Pemakaian jaringan pipa dalam bidang Teknik Sipil
salah satunya adalah jaringan distribusi air minum.
 Sistem jaringan ini merupakan bagian yg paling mahal
dlm pembangunannya. Oleh karena itu, harus dibuat
perencanaan yg teliti untuk mendapatkan sistem
distribusi yg efisien.
 Jumlah atau debit air yg disediakan tergantung pada
besarnya kebutuhan air dibutuhkan (jumlah
penduduk, jenis industri yang dilayani, dll).

5/21/2019 119
II. JARINGAN PIPA
 Analisis jaringan pipa cukup rumit dan memerlukan
perhitungan yang besar, oleh karena itu program komputer
akan mengurangi kesulitan. Contoh: EPANET 2.0.
 Untuk jaringan kecil, pemakaian kalkulator untuk
hitungan masih bisa dilakukan.
 Salah satu metode untuk menyelesaikan perhitungan
sistem jaringan pipa adalah metode Hardy-Cross.
 Metode Hardy-Cross dilakukan secara iteratif. Pada awal
hitungan ditetapkan debit aliran melalui masing-masing
pipa secara sembarang. Kemudian dihitung debit aliran di
semua pipa berdasarkan nilai awal tsb. Prosedur hitungan
diulangi lagi sampai persamaan kontinuitas di setiap titik
simpul dipenuhi.
5/21/2019 120
II. JARINGAN PIPA

simpul

Gambar 1. Contoh suatu sistem jaringan pipa


5/21/2019 121
Pada jaringan pipa harus dipenuhi persamaan kontinuitas
dan tenaga, yaitu:
1. Aliran di dalam pipa harus memenuhi hukum-hukum
gesekan pipa untuk aliran dalam pipa tunggal:
L V2 Q 2
1
hf  f ; V 2  2 ; A  D 2
D 2g A 4
8 fL
hf  Q 2
………………………… (1)
g D2 5

2. Aliran masuk ke dalam tiap-tiap titik simpul harus sama


dengan aliran yang keluar.

Q  0 i
………………………… (2)

3. Jumlah aljabar dari kehilangan tenaga dalam satu


jaringan tertutup harus sama dengan nol.
h f 0 ………………………… (3)

5/21/2019 122
II. JARINGAN PIPA
Persamaan kehilangan tenaga Darcy-Weisbach:
8 fL
hf  Q 2

g 2 D 5
Setiap pipa dari sistem jaringan terdapat hubungan
antara kehilangan tenaga dan debit aliran. Dengan
demikian:
h f  KQ2 ………………………… (4)
Dengan:
8 fL
K ………………………… (5)
g 2 D 5
5/21/2019 123
III. METODE HARDY-CROSS
Prosedur perhitungan dengan metode Hardy-Cross adalah sbb:
1. Pilih pembagian debit melalui tiap-tiap pipa Q0 hingga terpenuhi
syarat kontinuitas.
2. Hitung kehilangan tenaga pada tiap pipa dengan persamaan (4).
3. Jaringan pipa dibagi menjadi sejumlah jaring tertutup sedemikian
sehingga tiap pipa termasuk dalam paling sedikit satu jaring.
4. Hitung jumlah kehilangan tenaga tiap-tiap jaring, yaitu Σhf. Jika
pengaliran seimbang maka Σhf = 0.
5. Hitung nilai Σ | 2KQ | untuk tiap jaring.
6. Pada tiap jaring dilakukan koreksi debit ∆Q, agar kehilangan tenaga
dalam tiap jaring seimbang.

2
KQ
Q  0
………………………… (6)
 2KQ 0

7. Dengan debit yang telah dikoreksi sebesar Q = Q0 + ∆Q, prosedur


dari 1 s.d. 6 diulangi hingga diperoleh ∆Q ≈ 0.
5/21/2019 124
III. METODE HARDY-CROSS
Penurunan persamaan (6) sbb:
h f  KQ 2  K Q0  Q 
2

h f  KQ0  2 KQ0 Q  KQ 2


2

Dengan Q adalah debit sebenarnya, Q0 adalah debit permisalan (diambil


sembarang) dan ∆Q adalah debit koreksi.
Untuk ∆Q < < Q0, maka ∆Q2 ≈0 sehingga:

h f  KQ0  2KQ0 Q
2

Jumlah kehilangan tenaga dalam tiap jaring adalah nol, sehingga:


h  0
f

 h   KQ  Q  2 KQ0  0
2
f 0


2
KQ
Q  0

 2KQ 0
5/21/2019 125
III. METODE HARDY-CROSS
 Hitungan jaringan pipa dilakukan dengan membuat tabel untuk setiap
jaring.
 Dalam setiap jaring tersebut, jumlah aljabar kehilangan tenaga adalah
nol, dengan catatan aliran searah jarum jam (ditinjau dari pusat
jaringan) diberi tanda positif, sedang yang berlawanan bertanda
negatif.
 Untuk memudahkan hitungan, dalam tiap jaringan selalu dimulai
dengan aliran yang searah jarum jam.
 Koreksi debit ∆Q dihitung dengan persamaan (6). Arah koreksi harus
disesuaikan dengan arah aliran. Apabila dalam satu jaring kehilangan
tenaga karena aliran searah jarum jam lebih besar dari yang
berlawanan (ΣKQ2 > 0, positif) maka arah koreksi debit adalah
berlawanan jarum jam (negatif).
 Jika suatu pipa menyusun 2 jaring, maka koreksi debit ∆Q untuk pipa
tsb terdiri dari 2 buah ∆Q yang diperoleh dari dua jaring tsb.
 Hasil hitungan yang benar dicapai apabila ∆Q ≈ 0.

5/21/2019 126
Prosedur perhitungan dengan metode
Hardy Cross :
1. Pilih pembagian debit melalui tiap-tiap pipa Q0
hingga terpenuhi syarat kontinyuitas.
2. Hitung kehilangan tenaga pada tiap pipa dengan
rumus hf = k Q2.
3. Jaringan pipa dibagi menjadi sejumlah jaring
tertutup sedemikian sehingga tiap pipa
termasuk dalam paling sedikit satu jaring.
4. Hitung jumlah kerugian tinggi tenaga sekeliling
tiap-tiap jaring, yaitu ∑hf. Jika pengaliran
seimbang maka ∑hf = 0.
5. Hitung nilai ∑ | 2kQ | untuk tiap jaring.
6. Pada tiap jaring diadakan koreksi debit ΔQ, supaya
kehilangan tinggi tenaga dalam jaring seimbang.
Adapun koreksinya adalah sebagai berikut :


2
kQ
Q 
0

 2kQ 0

7. Dengan debit yang telah dikoreksi sebesar Q = Q0


+ ΔQ , prosedur dari 1 sampai 6 diulangi hingga
akhirnya ΔQ=0, dengan Q adalah debit sebenarnya,
Q0 adalah debit dimisalkan dan ΔQ adalah debit
koreksi.
IV. CONTOH SOAL
Sebuah jaringan pipa seperti tergambar. Hitung besar
debit aliran dan arahnya pada tiap-tiap pipa. Gunakan
persamaan Darcy-Weisbach.

5/21/2019 129
IV. CONTOH SOAL
Penyelesaian:
1. Ditentukan debit aliran melalui tiap-tiap pipa Q0 secara
sembarang namun memenuhi hukum kontinuitas. Perlu
koreksi debit.
2. Dilakukan pembagian jaringan menjadi 2 buah jaring.
Jaring I (ABC), dan Jaring II (BCD). Aliran yg searah
jarum jam diberi tanda positif dan yang berlawanan
diberi tanda negatif.
3. Dilakukan perhitungan iterasi (metode Hardy-Cross)
menggunakan tabel hingga diperoleh koreksi debit
adalah nol (∆Q = 0).
4. Pada saat ∆Q = 0, maka Q0 = Q. Artinya, pada akhir
hitungan tsb, debit pada tiap-tiap pipa adalah debit yang
sebenarnya.
5/21/2019 130
IV. CONTOH SOAL
Iterasi 1!!!

15

II

70 35
35
I
30

5/21/2019 131
7425
QI   13
IV. CONTOH SOAL 590
 1325
Iterasi 1 QII   5
Jaring I 290

Pipa KQ02 2KQ0


AB 2 x 702 = 9800 2 x 2 x 70 = 280
BC 1 x 352 = 1225 2 x 1 x 35 = 70
CA 4 x 302 = -3600 2 x 4 x 30 = 240
ΣKQ02 = 7425 Σ |2KQ0| = 590
Jaring II
Pipa KQ02 2KQ0
BD 5 x 152 = 1125 2 x 5 x 15 = 150
DC 1 x 352 = -1225 2 x 1 x 35 = 70
CB 1 x 352 = -1225 2 x 1 x 35 = 70
ΣKQ02 = -1325 Σ |2KQ0| = 290
5/21/2019 132
IV. CONTOH SOAL
Iterasi 2!!!

20

II

57 30
17
I
43

5/21/2019 133
 609
QI   1
IV. CONTOH SOAL 596
811
Iterasi 2 QII  3
Jaring I 294
Pipa KQ02 2KQ0
AB 2 x 572 = 6498 2 x 2 x 57 = 228
BC 1 x 172 = 289 2 x 1 x 17 = 34
CA 4 x 432 = -7396 2 x 4 x 43 = 334
ΣKQ02 = -609 Σ |2KQ0| = 596

Jaring II
Pipa KQ02 2KQ0
BD 5 x 202 = 2000 2 x 5 x 20 = 200
DC 1 x 302 = -900 2 x 1 x 30 = 60
CB 1 x 172 = -289 2 x 1 x 17 = 34
ΣKQ02 = 811 Σ |2KQ0| = 294
5/21/2019 134
IV. CONTOH SOAL
Iterasi 3!!!

17

II

58 33
21
I
42

5/21/2019 135
113
QI  0
IV. CONTOH SOAL 610
 85
Iterasi 3 QII  0
Jaring I 278

Pipa KQ02 2KQ0


AB 2 x 582 = 6728 2 x 2 x 58 = 232
BC 1 x 212 = 441 2 x 1 x 21 = 42
CA 4 x 422 = -7056 2 x 4 x 42 = 336
ΣKQ02 = 113 Σ |2KQ0| = 610
Jaring II
Pipa KQ02 2KQ0
BD 5 x 172 = 1445 2 x 5 x 17 = 170
DC 1 x 332 = -1089 2 x 1 x 33 = 66
CB 1 x 212 = -441 2 x 1 x 21 = 42
ΣKQ02 = 85 Σ |2KQ0| = 278
5/21/2019 136
Metode Hardy Cross

• Dianggapbahwa karakteristik pipa dan


aliran yang masuk dan keluar
meninggalkan jaringan pipa diketahui dan
akan dihitung debit pada setiap elemen
dari jaringan tersebut. Jika tekanan pada
seluruh jaringan juga dihitung maka
tinggi tekanan pada satu titik harus
diketahui.
Prosedur perhitungan dengan metode
Hardy Cross :
1. Pilih pembagian debit melalui tiap-tiap pipa Q0
hingga terpenuhi syarat kontinyuitas.
2. Hitung kehilangan tenaga pada tiap pipa dengan
rumus hf = k Q2.
3. Jaringan pipa dibagi menjadi sejumlah jaring
tertutup sedemikian sehingga tiap pipa
termasuk dalam paling sedikit satu jaring.
4. Hitung jumlah kerugian tinggi tenaga sekeliling
tiap-tiap jaring, yaitu ∑hf. Jika pengaliran
seimbang maka ∑hf = 0.
5. Hitung nilai ∑ | 2kQ | untuk tiap jaring.
6. Pada tiap jaring diadakan koreksi debit ΔQ, supaya
kehilangan tinggi tenaga dalam jaring seimbang.
Adapun koreksinya adalah sebagai berikut :


2
kQ
Q 
0

 2kQ 0

7. Dengan debit yang telah dikoreksi sebesar Q = Q0


+ ΔQ , prosedur dari 1 sampai 6 diulangi hingga
akhirnya ΔQ=0, dengan Q adalah debit sebenarnya,
Q0 adalah debit dimisalkan dan ΔQ adalah debit
koreksi.
Contoh Soal
• Sebuah
pipa seperti tergambar. Hitung
besar debit dan arahnya pada tiap-tiap pipa.

20 B K = 5 D
50

K = 1
K = 2 K = 1

A
K = 4 C 30
100
Soal-soal
1. Pada suatu pipa dengan diameter 150 mm dan
panjang pipa 100 m, dilakukan pengukuran
kecepatan sebagai berikut: pada jarak 25 mm
dan 75 mm dari dinding pipa kecepatan
alirannya adalah 0,815 m/d dan 0,96 m/d.
Diketahui kondisi aliran dalam pipa adalah
turbulen dengan dinding kasar. Hitung
kekasaran dinding pipa, tegangan geser pada
dinding pipa, dan kehilangan tenaga yang
terjadi
2. Suatu pipa dari baja dengan panjang 2000
km, diameter 250 mm, mengalirkan air
dengan suhu 20 o C. Jika terjadi kehilangan
energi sebesar 2 m, hitung debit aliran.
3. Tentukan dimensi pipa baja yang mengalirkan
debit 500 lt/dt dan kehilangan energi maks
yg diijinkan 5 m/km
I. PENDAHULUAN
 Pemakaian jaringan pipa dalam bidang Teknik Sipil
salah satunya adalah jaringan distribusi air minum.
 Sistem jaringan ini merupakan bagian yg paling mahal
dlm pembangunannya. Oleh karena itu, harus dibuat
perencanaan yg teliti untuk mendapatkan sistem
distribusi yg efisien.
 Jumlah atau debit air yg disediakan tergantung pada
besarnya kebutuhan air dibutuhkan (jumlah
penduduk, jenis industri yang dilayani, dll).

5/21/2019 143
II. JARINGAN PIPA
 Analisis jaringan pipa cukup rumit dan memerlukan
perhitungan yang besar, oleh karena itu program komputer
akan mengurangi kesulitan. Contoh: EPANET 2.0.
 Untuk jaringan kecil, pemakaian kalkulator untuk
hitungan masih bisa dilakukan.
 Salah satu metode untuk menyelesaikan perhitungan
sistem jaringan pipa adalah metode Hardy-Cross.
 Metode Hardy-Cross dilakukan secara iteratif. Pada awal
hitungan ditetapkan debit aliran melalui masing-masing
pipa secara sembarang. Kemudian dihitung debit aliran di
semua pipa berdasarkan nilai awal tsb. Prosedur hitungan
diulangi lagi sampai persamaan kontinuitas di setiap titik
simpul dipenuhi.
5/21/2019 144
II. JARINGAN PIPA

simpul

Gambar 1. Contoh suatu sistem jaringan pipa


5/21/2019 145
Pada jaringan pipa harus dipenuhi persamaan kontinuitas
dan tenaga, yaitu:
1. Aliran di dalam pipa harus memenuhi hukum-hukum
gesekan pipa untuk aliran dalam pipa tunggal:
L V2 Q 2
1
hf  f ; V 2  2 ; A  D 2
D 2g A 4
8 fL
hf  Q 2
………………………… (1)
g D2 5

2. Aliran masuk ke dalam tiap-tiap titik simpul harus sama


dengan aliran yang keluar.

Q  0 i
………………………… (2)

3. Jumlah aljabar dari kehilangan tenaga dalam satu


jaringan tertutup harus sama dengan nol.
h f 0 ………………………… (3)

5/21/2019 146
II. JARINGAN PIPA
Persamaan kehilangan tenaga Darcy-Weisbach:
8 fL
hf  Q 2

g 2 D 5
Setiap pipa dari sistem jaringan terdapat hubungan
antara kehilangan tenaga dan debit aliran. Dengan
demikian:
h f  KQ2 ………………………… (4)
Dengan:
8 fL
K ………………………… (5)
g 2 D 5
5/21/2019 147
III. METODE HARDY-CROSS
Prosedur perhitungan dengan metode Hardy-Cross adalah sbb:
1. Pilih pembagian debit melalui tiap-tiap pipa Q0 hingga terpenuhi
syarat kontinuitas.
2. Hitung kehilangan tenaga pada tiap pipa dengan persamaan (4).
3. Jaringan pipa dibagi menjadi sejumlah jaring tertutup sedemikian
sehingga tiap pipa termasuk dalam paling sedikit satu jaring.
4. Hitung jumlah kehilangan tenaga tiap-tiap jaring, yaitu Σhf. Jika
pengaliran seimbang maka Σhf = 0.
5. Hitung nilai Σ | 2KQ | untuk tiap jaring.
6. Pada tiap jaring dilakukan koreksi debit ∆Q, agar kehilangan tenaga
dalam tiap jaring seimbang.

2
KQ
Q  0
………………………… (6)
 2KQ 0

7. Dengan debit yang telah dikoreksi sebesar Q = Q0 + ∆Q, prosedur


dari 1 s.d. 6 diulangi hingga diperoleh ∆Q ≈ 0.
5/21/2019 148
III. METODE HARDY-CROSS
Penurunan persamaan (6) sbb:
h f  KQ 2  K Q0  Q 
2

h f  KQ0  2 KQ0 Q  KQ 2


2

Dengan Q adalah debit sebenarnya, Q0 adalah debit permisalan (diambil


sembarang) dan ∆Q adalah debit koreksi.
Untuk ∆Q < < Q0, maka ∆Q2 ≈0 sehingga:

h f  KQ0  2KQ0 Q
2

Jumlah kehilangan tenaga dalam tiap jaring adalah nol, sehingga:


h  0
f

 h   KQ  Q  2 KQ0  0
2
f 0


2
KQ
Q  0

 2KQ 0
5/21/2019 149
III. METODE HARDY-CROSS
 Hitungan jaringan pipa dilakukan dengan membuat tabel untuk setiap
jaring.
 Dalam setiap jaring tersebut, jumlah aljabar kehilangan tenaga adalah
nol, dengan catatan aliran searah jarum jam (ditinjau dari pusat
jaringan) diberi tanda positif, sedang yang berlawanan bertanda
negatif.
 Untuk memudahkan hitungan, dalam tiap jaringan selalu dimulai
dengan aliran yang searah jarum jam.
 Koreksi debit ∆Q dihitung dengan persamaan (6). Arah koreksi harus
disesuaikan dengan arah aliran. Apabila dalam satu jaring kehilangan
tenaga karena aliran searah jarum jam lebih besar dari yang
berlawanan (ΣKQ2 > 0, positif) maka arah koreksi debit adalah
berlawanan jarum jam (negatif).
 Jika suatu pipa menyusun 2 jaring, maka koreksi debit ∆Q untuk pipa
tsb terdiri dari 2 buah ∆Q yang diperoleh dari dua jaring tsb.
 Hasil hitungan yang benar dicapai apabila ∆Q ≈ 0.

5/21/2019 150
IV. CONTOH SOAL
Sebuah jaringan pipa seperti tergambar. Hitung besar
debit aliran dan arahnya pada tiap-tiap pipa. Gunakan
persamaan Darcy-Weisbach.

5/21/2019 151
IV. CONTOH SOAL
Penyelesaian:
1. Ditentukan debit aliran melalui tiap-tiap pipa Q0 secara
sembarang namun memenuhi hukum kontinuitas. Perlu
koreksi debit.
2. Dilakukan pembagian jaringan menjadi 2 buah jaring.
Jaring I (ABC), dan Jaring II (BCD). Aliran yg searah
jarum jam diberi tanda positif dan yang berlawanan
diberi tanda negatif.
3. Dilakukan perhitungan iterasi (metode Hardy-Cross)
menggunakan tabel hingga diperoleh koreksi debit
adalah nol (∆Q = 0).
4. Pada saat ∆Q = 0, maka Q0 = Q. Artinya, pada akhir
hitungan tsb, debit pada tiap-tiap pipa adalah debit yang
sebenarnya.
5/21/2019 152
IV. CONTOH SOAL
Iterasi 1!!!

15

II

70 35
35
I
30

5/21/2019 153
7425
QI   13
IV. CONTOH SOAL 590
 1325
Iterasi 1 QII   5
Jaring I 290

Pipa KQ02 2KQ0


AB 2 x 702 = 9800 2 x 2 x 70 = 280
BC 1 x 352 = 1225 2 x 1 x 35 = 70
CA 4 x 302 = -3600 2 x 4 x 30 = 240
ΣKQ02 = 7425 Σ |2KQ0| = 590
Jaring II
Pipa KQ02 2KQ0
BD 5 x 152 = 1125 2 x 5 x 15 = 150
DC 1 x 352 = -1225 2 x 1 x 35 = 70
CB 1 x 352 = -1225 2 x 1 x 35 = 70
ΣKQ02 = -1325 Σ |2KQ0| = 290
5/21/2019 154
IV. CONTOH SOAL
Iterasi 2!!!

20

II

57 30
17
I
43

5/21/2019 155
 609
QI   1
IV. CONTOH SOAL 596
811
Iterasi 2 QII  3
Jaring I 294
Pipa KQ02 2KQ0
AB 2 x 572 = 6498 2 x 2 x 57 = 228
BC 1 x 172 = 289 2 x 1 x 17 = 34
CA 4 x 432 = -7396 2 x 4 x 43 = 334
ΣKQ02 = -609 Σ |2KQ0| = 596

Jaring II
Pipa KQ02 2KQ0
BD 5 x 202 = 2000 2 x 5 x 20 = 200
DC 1 x 302 = -900 2 x 1 x 30 = 60
CB 1 x 172 = -289 2 x 1 x 17 = 34
ΣKQ02 = 811 Σ |2KQ0| = 294
5/21/2019 156
IV. CONTOH SOAL
Iterasi 3!!!

17

II

58 33
21
I
42

5/21/2019 157
113
QI  0
IV. CONTOH SOAL 610
 85
Iterasi 3 QII  0
Jaring I 278

Pipa KQ02 2KQ0


AB 2 x 582 = 6728 2 x 2 x 58 = 232
BC 1 x 212 = 441 2 x 1 x 21 = 42
CA 4 x 422 = -7056 2 x 4 x 42 = 336
ΣKQ02 = 113 Σ |2KQ0| = 610
Jaring II
Pipa KQ02 2KQ0
BD 5 x 172 = 1445 2 x 5 x 17 = 170
DC 1 x 332 = -1089 2 x 1 x 33 = 66
CB 1 x 212 = -441 2 x 1 x 21 = 42
ΣKQ02 = 85 Σ |2KQ0| = 278
5/21/2019 158

Anda mungkin juga menyukai