Anda di halaman 1dari 16

CARA PEMBERIAN AIR IRIGASI

 Cara pemberian air irigasi secara garis besar dapat dibedakan menjadi :
1. Pemberian air lewat permukaan tanah
2. Pemberian air melalui bawah permukaan tanah ( cara resapan )
3. Cara penyiraman :
a. Cara pancaran
b. Cara tetesan

1. Pemberian Air Lewat Permukaan Tanah


a. Peluapan dan penggenangan bebas :
contoh : Sistem irigasi kuno di Mesir
 Air diberikan pada areal irigasi dengan jalan peluapan untuk
penggenangan , meliputi daerah yang luas pada kanan kiri sungai
yang relatif mempunyai permukaan datar.
 Efisiensi pemberian airnya rendah
Gambar 1. Cara peluapan dan penggenangan bebas

b. Peluapan dan penggenangan terkendali :


 Penggunaan parit pemberi, kemudian dari parit pada satu sisi suatu
petak sawah, air dimasukkan ke petak tersebut melalui peluap-
peluap khusus yang telah ditentukan letak dan ukurannya.
Gambar 2. Cara peluapan dan penggenangan terkendali

c. Sistem kalenan
Penggenangan hanya diberikan pada kalenan-kalenan yang umumnya
dibuat dengan arah sejajar dengan lajur-lajur tanaman. Untuk
memberikan air dari parit pemberi pada kalenan-kalenan, sebaiknya
memakai pipa-pipa atau hevel
Gambar 3. Sistem Kalenan

Gambar 4. Cekungan penggenangan


d. Cekungan penggenangan :
Umumnya dipakai untuk tanaman buah-buahan. Kadang dibuat suatu
petak penggenangnan dengan satu petaknya berisi tiga atau empat
batang tanaman, tetapi dapat juga untuk tiap-tiap batang memiliki
sendiri satu cekungan air. Pengaliran air ke petak penggenangan atau
ke cekungan umumnya dengan sistem pengaliran lewat saluran terbuka.

2. Pemberian Air Melalui Bawah Permukaan Tanah (Cara Resapan)


a. Cara resapan dengan sistem saluran terbuka
Air akan meresap ke sisi kanan kiri melalui dinding saluran terbuka. Air
diberikan pada tanah di bawah zone perakaran, di atas muka air tanah.
Oleh daya kapiler, lengas tanah digerakkan memasuki zone perakaran
dan dapat dimanfaatkan oleh tanaman.
b. Cara resapan dengan pipa berperporasi (berpori)
Pipa berperporasi merupakan pipa yang diberi lubang-lubang kecil
tertentu, dan dipasang di bawah permukaan tanah. Kedalaman letak
pipa diatur sesuai jenis tanah dan tanaman, serta jarak antar pipa
disesuaikan dengan keperluan bagi masing-masing tempat.
Gambar 5. Cara resapan dengan sistem saluran terbuka

Gambar 6. Cara resapan dengan pipa berperporasi


3. Cara Penyiraman
3.a. Pemberian air dengan pancaran (Sprinkler Irrigation)
 Prinsipnya : memancarkan air ke udara, kemudian air yang
dipancarkan tersebut jatuh ke permukaan tanah menyerupai hujan.
 Cara pancaran ini mempunyai berbagai variasi :
- Penggunaan pipa berperporasi
- Penggunaan alat pancar yang bisa berputar
 Alat pancar kadang diletakkan di atas suatu kereta, dan bisa dibawa
berpindah-pindah (portable), untuk memberikan penyiraman yang
merata.
 Pada alat pancar tetap, jarak antara pipa dan jarak antara lubang
diatur, agar terjamin kemerataan penyiraman.
 Keuntungan irigasi sprinkler :
a. Tidak mengganggu pekerjaan pertanian, hemat tanah.
b. Pengukuran air lebih mudah.
c. Efisiensi air tinggi.
d. Jaringan distribusi luwes, otomatisasi  hemat operasi dan
pemeliharaan.
e. Untuk daerah dengan pemberian air jarang, lebih murah.
f. Cocok untuk penggunaan air yang sering dan kecil
 contoh : tanaman berakar pendek, persemaian tanaman baru,
tanaman selada, tembakau.
g. Mencegah pembekuan, mencuci penggaraman dengan cepat.
h. Dapat dikombinasikan dengan penggunaan pupuk, pestisida, dan
reagen tanah.
i. Pendinginan tanaman
 contoh : pada kentang, tomat, anggur, apel, murbei, dll.
j. Run off dan erosi bisa dikurangi.
k. Dapat diterapkan pada lapisan tanah dangkal.
l. Slope yang curam dan bergelombang tidak menjadi masalah.
Gambar 7 . Sprinkler Irrigation
Nozzle

Wheel line irrigation Center pivot irrigation


 Kerugian dari Sprinkler Irrigation :
1. Biaya investasi cukup mahal
2. Tidak cocok untuk tanah dengan drainase lambat, atau < 0,15 inchi /
jam
3. Angin atau daerah sangat kering menyebabkan turunnya efisiensi
4. Bentuk lahan harus sesuai dengan bentuk curahan air sprinkler.
5. Kapasitas air persediaan harus diperhitungkan, dan operasi harus
segera dihentikan bila kadar lengas tanah sudah cukup.
6. Sistem harus didesain oleh ahli dengan mempertimbangkan
efisiensi irigasi, ukuran pipa, pengoperasian, dan tersedianya
tenaga.

3.b. Pemberian air dengan cara tetesan ( Trickle Irrigation / Drip Irrigation )
 Sistem yang digunakan memakai pipa-pipa, dan pada tempat-tempat
tertentu diberi perlengkapan untuk jalan keluarnya air menetes pada
tanah (emitter). Tempat untuk keluarnya tetes-tetes air tersebut
diletakkan sedikit di atas tanah, jangan terlampau tinggi.
Gambar 8 . Irigasi Tetes
Emitter Irigasi Tetes Sederhana
 Keuntungan irigasi tetes :
a. Efisiensi penggunaan air sangat tinggi akibat evaporasi minimum, tak
ada gerakan air di udara, tak ada pembasahan daun, tak ada run off.
Pengairan dibatasi sekitar tanaman pokok. Penghematan air 30 – 50
%, efisiensi mendekati 100 %.
b. Respon tanaman terhadap sistem ini lebih baik ( terkait produksi,
kualitas, dan keseragaman produksi ), karena :
- Tidak mengganggu aerasi tanah, dapat dipadu penambahan unsur
hara, dengan tekanan rendah  tidak mengganggu keseimbangan
kadar lengas.
- Akibat pemberian air terbatas pada tanaman pokok  mengurangi
berkembangnya serangga, penyakit, dan jamur.
- Menekan pertumbuhan gulma  tidak bisa tumbuh tanpa air.
- Isolasi lokasi  Penggaraman / pencucian garam lebih efektif
c. Secara agronomis lahan tidak terganggu akibat pengolahan tanah,
sprayer, dll., dapat mengurangi run off, dan meningkatkan drainase
permukaan. Pemupukan bisa lewat air irigasi, langsung ke tanaman
pokok.
d. Secara teknis dan ekonomis :
- Biaya perencanaan konstruksi irigasi tetes lebih murah bila penyumbatan
tidak terjadi dan pemeliharaan emitter minimum  O dan P murah
(tergantung jarak tanam)
- Bisa diletakkan di bawah mulsa plastik, tidak terpengaruh angin, bisa
diterapkan di daerah bergelombang.
- Membutuhkan tekanan rendah dan debit konstan untuk mendapatkan
efisiensi yang tinggi.
 Kekurangan Irigasi Tetes :
a. Penyumbatan saluran dan emitter akibat pasir atau lumut  unit
pembersih harus ditingkatkan, jika tidak akan menyebabkan turunnya
kapasitas aliran, distribusi tidak baik  Penurunan pertumbuhan dan
hasil tanaman.
b. Pengendapan garam-garaman yang tidak larut dalam air di ujung
emitter dan di bagian tertentu  diperlukan pencucian dengan hujan
> 250 mm/th, sprinkler sistem, irigasi permukaan.
c. Akibat pemberian air terbatas  perkembangan akar terbatas  perlu
perluasan wet volume  perencanaan mempertimbangkan debit
emitter, jarak antar emitter dan tipe tanah.

Anda mungkin juga menyukai