Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

REKAYASA IRIGASI II
Pemberian Air Irigasi Lewat Permukaan Tanah

KELOMPOK 2 Kelas H
Srimuliati Lambe’ Ranteallo (215 213 041)
Eleksian Anugerah (215 213 322)
Gregorius Patta K.R (215 213 338)
Elson Tanga (215 213 370)
Destian Ransal (215 213 334)
Rudy Parrangan (215 213 342)
Santo Rande (215 213 335)
UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA TORAJA
FAKULTAS TEKNIK SIPIL
2018
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI.........................................................................................................2
BAB 1 PENDAHULUAN....................................................................................3
BAB 2 PEMBAHASAN.......................................................................................4
i. PENGERTIAN IRIGASI..................................................................4
ii. TUJUAN,FUNGSI DAN MANFAAT IRIGASI..............................5
iii. IRIGASI PERMUKAAN..................................................................7

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................
BAB 1
PENDAHULUAN

Drainase adalah usaha penyaluran dan pengaturan air untuk menunjang pertanian
yang jenisnya meliputi irigasi air permukaan, irigasi air bawah tanah, irigasi pompa
dan irigasi rawa. Semua proses kehidupan dan kejadian di dalam tanah yang
merupakan tempat media pertumbuhan tanaman hanya dapat terjadi apabila ada air,
baik bertindak sabagai pelaku (subjek) atau air sebagai media (objek).
Proses-proses utama yang menciptakan kesuburan tanah atau sebaliknya yang
mendorong degradasi tanah hanya dapat berlangsung apabila terdapat kehadiran air.
Oleh karena itu, tepat kalau dikatan air merupakan sumber kehidupan.
Irigasi berarti mengalirkan air secara buatan dari sumber air yang tersedia kepada
sebidang untuk memenuhi kebutuhan tanaman. Dengan demikian tujuan irigasi adalah
mengalirkan air secara teratur sesuai kebutuhan tanaman pada saat persediaan lengas
tanah tidak mencukupi untuk mendung pertumbuahan tanaman, sehingga tanaman
bisa tumbuh secara normal. Pemberian air irigasi yang efisien selain dipengaruhi oleh
tata cara aplikasi, juga ditentukan oleh kebutuhan air guna mencapai kondisi air
tersedia yang dibutuhkan tanaman.
BAB 2

PEMBAHASAN

I. Pengertian Irigasi

Irigasi merupakan upaya yang dilakukan manusia untuk mengairi lahan pertanian.
Dalam dunia modern, saat ini sudah banyak model irigasi yang dapat dilakukan
manusia. Pada zaman dahulu, jika persediaan air melimpah karena tempat yang dekat
dengan sungai atau sumber mata air, maka irigasi dilakukan dengan mengalirkan air
tersebut ke lahan pertanian. Namun demikian, irigasi juga biasa dilakukan dengan
membawa air dengan menggunakan wadah kemudian menuangkan pada tanaman satu
per satu. Untuk irigasi dengan model seperti ini di Indonesia biasa disebut menyiram.
Sebagaimana telah diungkapkan, dalam dunia modern ini sudah banyak cara yang
dapat dilakukan untuk melakukan irigasi dan ini sudah berlangsung sejak mesir kuno
(Ardi, 2013).
Beberapa pengertian irigasi adalah sebagai berikut :
Irigasi adalah kegiatan-kegiatan yang bertalian dengan usaha mendapatkan air untuk
sawah, ladang, perkebunan dan lain-lain usaha pertanian, rawa - rawa, perikanan.
Usaha tersebut terutama menyangkut pembuatan sarana dan prasarana untuk
membagi-bagikan air ke sawah-sawah secara teratur dan membuang air yang tidak
diperlukan lagi untuk memenuhi tujuan pertanian. Masih sering kita jumpai istilah
irigasi ini diganti dengan istilah "Pengairan".
Irigasi adalah semua atau segala kegiatan yang mempunyai hubungan dengan
usaha untuk mendapatkan air guna keperluan pertanian. Usaha yang dilakukan
tersebut dapat meliputi : perencanaan, pembuatan, pengelolaan, serta pemeliharaan
sarana untuk mengambil air dari sumber air dan membagi air tersebut secara teratur
dan apabila terjadi kelebihan air dengan membuangnya melalui saluran drainase.
Irigasi didefinisikan sebagai suatu cara pemberian air, baik secara alamiah
ataupun buatan kepada tanah dengan tujuan untuk memberi kelembapan yang berguna
bagi pertumbuhan tanaman. Secara alamiah air disuplai kepada tanaman melalui air
hujan. Secara alamiah lainnya, adalah melalui genangan air akibat banjir dari sungai,
yang akan menggenangi suatu daerah selama musim hujan, sehingga tanah yang ada
dapat siap ditanami pada musim kemarau.secara buatan : Ketika penggunaan air ini
mengikutkan pekerjaan rekayasa teknik dalam skala yang cukup besar, maka hal
tersebut disebut irigasi buatan (Artificial Irrigation). Irigasi buatan secara umum dapat
dibagi dalam 2 (dua ) bagian : Irigasi Pompa (Lift Irrigation), dimana air diangkat dari
sumber air yang rendah ke tempat yang lebih tinggi, baik secara mekanis maupun
manual. Irigasi Aliran (Flow Irrigation), dimana air dialirkan ke lahan pertanian
secara gravitasi dari sumber pengambilan air.

II. Tujuan, Fungsi, dan Manfaat Irigasi

Sesuai dengan definisi irigasi, maka tujuan irigasi pada suatu daerah adalah upaya
rekayasa teknis untuk penyediaaan dan pengaturan air dalam menunjang proses
produksi pertanian, dari sumber air ke daerah yang memerlukan serta
mendistribusikan secara teknis dan sistematis. Namun, secara garis besar, tujuan
irigasi dapat digolongkan menjadi 3 (dua) golongan, yaitu : Tujuan Langsung, yaitu
irigasi mempunyai tujuan untuk membasahi tanah berkaitan dengan kapasitas
kandungan air dan udara dalam tanah sehingga dapat dicapai suatu kondisi yang
sesuai dengan kebutuhan untuk pertumbuhan tanaman yang ada di tanah tersebut.
Tujuan Tidak Langsung, yaitu irigasi mempunyai tujuan yang meliputi : mengatur
suhu dari tanah, mencuci tanah yang mengandung racun, mengangkut bahan pupuk
dengan melalui aliran air yang ada, menaikkan muka air tanah, meningkatkan elevasi
suatu daerah dengan cara mengalirkan air dan mengendapkan lumpur yang terbawa
air, dan lain sebagainya. Tujuan irigasi secara umum adalah menjamin keberhasilan
produksi tanaman dalam rangka menghadapi kekeringan jangka pendek, mendiginkan
tanah sehingga akrab dengan pertumbuhan tanaman, mengurangi bahaya cekaman
kekeringan, mencuci/melarutkan garam dalam tanah, serta melunakkan lapisan
gumpalan-gumpalan tanah (Teristi, 2013).
Irigasi mempunyai fungsi sebagai berikut :
1. memasok kebutuhan air tanaman
2. menjamin ketersediaan air
3. menurunkan suhu tanah
4. mengurangi kerusakan akibat frost
5. melunakkan lapis keras pada saat pengolahan tanah

Adapun manfaat dari suatu sistem irigasi, adalah :


1. Untuk membasahi tanah, yaitu pembasahan tanah pada daerah yang curah
hujannya kurang atau tidak menentu.
2. Untuk mengatur pembasahan tanah, agar daerah pertanian dapat diairi
sepanjang waktu pada saat dibutuhkan, baik pada musim kemarau maupun
musim penghujan.
3. Untuk menyuburkan tanah, dengan mengalirkan air yang mengandung lumpur

& zat-zat hara penyubur tanaman pada daerah pertanian tersebut, sehingga
tanah menjadi subur.
4. Untuk kolmatase, yaitu meninggikan tanah yang rendah / rawa dengan
pengendapan lumpur yang dikandung oleh air irigasi.
5. Mempermudah pekerjaan pengolahan tanah, menekan pertumbuhan gulma,

hama, dan penyakit, mengatur suhu tanah dan iklim mikro, memperbaiki
kesuburan tanah, dan menurunkan kadar garam dalam tanah.
6. Untuk penggelontoran air (membersihkan buangan air kota), yaitu dengan
mengunakan air irigasi, maka kotoran/pencemaran/limbah/sampah yang
terkandung di permukaan tanah dapat digelontor ketempat yang telah
disediakan (saluran drainase) untuk diproses penjernihan secara teknis atau
alamiah. (penggelontoran), misalnya dengan prinsip pengenceran karena tanpa

7. pengenceran tersebut air kotor dari kota akan berpengaruh sangat jelek bagi
pertumbuhan tanaman.
8. Pada daerah dingin,dengan mengalirkan air yang suhunya lebih tinggi dari
pada tanah,sehingga dimungkinkan untuk mengadakan proses pertanian pada
musim tersebut
9. Mengatur suhu tanah, misalnya pada suatu daerah suhu tanah terlalu tinggi dan
tidak sesuai untuk pertumbuhan tanaman maka suhu tanah dapat disesuaikan
dengan cara mengalirkan air yang bertujuan merendahkan suhu tanah.
10. Membersihkan tanah, dilakukan pada tanah yang tidak subur akibat adanya
unsur-unsur racun dalam tanah. Salah satu usaha misalnya penggenangan air
di sawah untuk melarutkan unsur-unsur berbahaya tersebut kemudian air
genangan dialirkan ketempat pembuangan.
11. Memberantas hama, sebagai contoh dengan penggenangan maka Jiang tikus
bisa direndam dan tikus keluar, lebih mudah dibunuh (Ardi, 2013).
III. Irigasi Permukaan

Irigasi Permukaan merupakan sistem irigasi yang menyadap air langsung di sungai
melalui bangunan bendung maupun melalui bangunan pengambilan bebas (free
intake) kemudian air irigasi dialirkan secara gravitasi melalui saluran sampai ke lahan
pertanian. Di sini dikenal saluran primer, sekunder, dan tersier. Pengaturan air ini
dilakukan dengan pintu air. Prosesnya adalah gravitasi, tanah yang tinggi akan
mendapat air lebih dulu.
Irigasi permukaan ini merupakan cara yang paling banyak digunakan di seluruh dunia.
Irigasi permukaan yang cenderung tidak terkendali umumnya disebut dengan irigasi
banjir atau irigasi basin, yaitu merendam lahan pertanian hingga ketinggian tertentu
dengan jumlah air yang berlebih. Irigasi permukaan yang terkelola dengan baik
biasanya dilakukan dengan mengalirkan air di antara guludan (furrow) atau batas
tertentu (Kholid, 2009).
Metode irigasi permukaan ini merupakan cara aplikasi irigasi yang tua dan paling
banyak digunakan. Irigasi permukaan lebih cocok diterapkan pada lahan yang relatif
seragam dan datar (slope < 2%) serta tanah dengan kapasitas infiltrasi rendah sampai
sedang. Investasi awal yang diperlukan untuk membangun irigasi permukaan biasanya
rendah namun efisiensinya relatif rendah karena banyak kehilangan air melalui
evaporasi, perkolasi, run off maupun seepage. Beberapa tipe irigasi permukaan yang
sering dijumpai adalah sawah/genangan (basin),luapan (border),alur (furrow),dan
surjan (gelombang).
Sistem irigasi permukaan terjadi dengan menyebarkan air ke permukaan tanah dan
membiarkan air meresap (infiltrasi) ke dalam tanah. Air dibawa dari sumber ke lahan
melalui saluran terbuka baik dengan lining maupun melalui pipa dengan head rendah.
Investasi yang diperlukan untuk mengembangkan irigasi permukan relatif lebih kecil
daripada irigasi curah maupun tetes kecuali bila diperlukan pembentukan lahan,
seperti untuk membuat teras. Sistem irigasi permukaan (Surface irrigation),
khususnya irigasi alur (Furrow irrigation) banyak dipakai untuk tanaman palawija,
karena penggunaan air oleh tanaman lebih efektif. Sistem irigasi alur adalah
pemberian air di atas lahan melalui alur, alur kecil atau melalui selang atau pipa kecil
dan megalirkannya sepanjang alur dalam lahan. Suatu daerah irigasi permukaan
terdiri dari susunan tanah yang akan diairi secara teratur dan terdiri dari susunan
jaringan saluran air dan bangunan lain untuk mengatur pembagian, pemberian,
penyaluran, dan pembuangan kelebihan air. Dari sumbernya, air disalurkan melalui
saluran primer lalu dibagi-bagikan ke saluran sekunder dan tersier dengan perantaraan
bangunan bagi dan atau sadap tersier ke petak sawah dalam satuan petak tersier. Petak
tersier merupakan petak-petak pengairan/pengambilan dari saluran irigasi yang terdiri
dari gabungan petak sawah. Bentuk dan luas masing-masing petak tersier tergantung
pada topografi dan kondisi lahan akan tetapi diusahakan tidak terlalu banyak berbeda.
Apabila terlalu besar akan menyulitkan pembagian air tetapi apabila terlalu kecil akan
membutuhkan bangunan sadap. Ukuran petak tersier diantaranya adalah, di tanah
datar : 200-300 ha, di tanah agak miring : 100-200 ha dan di tanah perbukitan : 50-
100 ha (Kholid, 2009).

Untuk menyusun suatu rancangan irigasi terlebih dahulu dilakukan survey mengenai
kondisi daerah yang bersangkutan serta penjelasannya, penyelidikan jenis-jenis
tanaman pertaniannya, bagian-bagian yang diairi dan lain-lain untuk menentukan cara
irigasi dan kebutuhan air tanamannya. Sistem irigasi permukaan dapat dikelompokkan
menjadi dua, yaitu peluapan dan penggenangan bebas (tanpa kendali) serta peluapan
penggenangan secara terkendali. Sistem irigasi permukaan yang paling sederhana
adalah peluapan bebas dan penggenangan. Dalam hal ini air diberikan pada areal
irigasi dengan jalan peluapan untuk menggenangi kiri atau kanan sungai yang
mempunyai permukaan datar. Sebagai contoh adalah sistem irigasi kuno di Mesir.
Sistem ini mempunyai efisiensi yang rendah karena penggunaan air tidak terkontrol.
Sistem irigasi permukaan lainnya adalah peluapan dan penggenangan secara
terkendali. Cara yang umum digunakan dalam hal ini adalah dengan menggunakan
bangunan penangkap, saluran pembagi saluran pemberi, dan peluapan ke dalam petak
petak lahan beririgasi. Jenis bangunan penangkap bermacam-macam, diantaranya
adalah (1) bendung, (2) intake, dan (3) stasiun pompa (Racmad, 2009).

Sistem irigasi genangan (basin irrigation) ini banyak digunakan untuk tanaman padi.
Air diberikan melalui siphon, saluran maupun pintu air ke kolam kemudian ditahan di
kolam dengan kedalaman dan selama waktu yang dikehendaki. Irigasi sawah paling
cocok untuk untuk tanah dengan laju infiltrasi sedang sampai rendah. Topografi lahan
yang sesuai adalah kemiringan kecil (slope = 0-0,5). Apabila lahan miring atau
bergelombang perlu diratakan (levelling) atau dibuat teras. Operasi dapat
dilaksanakan oleh tenaga yang tidak ahli. Teknik pemberiaan air dengan genangan
dapat digunakan untuk tanaman apapun dengan memperhatikan desain, layout, dan
prosedur operasinya. Lokasi sumber air sedapat mungkin berada pada posisi yang
memungkinkan seluruh lahan diairi secara gravitasi. Bentuk lahan biasanya mengikuti
topografi, tetapi bila memungkinkan bentuk bentuk segi empat merupakan bentuk
yang paling menguntungkan ukuran lahan (panjang dan lebar) ditentukan berdasarkan
kapasitas infiltrasi dan debit. Waktu infiltrasi (opportunity time) yaitu waktu yang
diperlukan untuk air untuk meresap ke dalam tanah. Debit air irigasi harus cukup
besar untuk memberikan air yang seragam ke seluruh lahan tetapi tidak terlalu besar
sehingga tidak menimbulkan erosi. Waktu pemberian air irigasi yaitu waktu yang
diperlukan untuk meresapkan sejumlah air yang diperlukan ke seluruh lahan
(Racmad, 2009).

Irigasi basin dilakukan dengan membanjiri satu petak lahan, dan memungkinkan
drainase dari petak yang lebih tinggi menjadi sumber air bagi petak yang lebih rendah.
Irigasi basin tidak harus didrainase melainkan membiarkan air menyerap ke dalam
tanah atau terevaporasi ke udara, yang disebut dengan "basin tertutup". Irigasi basin
diutamakan di daerah dengan laju infiltrasi yang rendah, karena dibutuhkan waktu
yang lama bagi air untuk menyerap ke dalam tanah sehingga lahan dibanjiri selama
beberapa waktu.
Irigasi luapan dilakukan dengan membuat galengan yang sejajar untuk menggiring
selapis tipis air bergerak dari satu sisi ke sisi lahan yang lain. Lahan dibagi menjadi
beberapa strip sejajar yang dipisahkan oleh galengan kecil. Sifat irigasi luapan ini
adalah memberikan air irigasi dalam jumlah seragam di lahan. Irigasi luapan dapat
cocok diterapkan di lahan dengan permukaan relatif datar atau dapat dibuat datar
dengan murah dan tanpa mengurangi produksi. Umumnya irigasi luapan baik untuk
tanah dengan kapasitas infiltrasi sedang sampai rendah. Seringkali metode ini tidak
cocok diterapkan di tanah pasiran kasar. Tahap-tahap desain irigasi genangan dapat
diterapkan untuk desain irigasi luapan. Tahap terakhir ditambahkan menenetukan
jumlah jalur yang akan diairi setiap pemberian irigasi (Acmadi, 2013).

Irigasi Alur (Furrow Irrigation) dilakukan dengan mengalirkan air melalui alur-alur
atau saluran kecil yang dibuat searah atau memotong slope. Air masuk ke dalam
permukaan tanah dari dasar alur dan dinding alur. Teknik ini cocok untuk tanah
berderet dengan tekstur medium sampai halus untuk mengalirkan air vertikal dan
horisontal.
Desain irigasi alur meliputi panjang alur, jarak antar alur, dan kedalaman alur.Panjang
alur berkisar 100-200 m dengan memperhatikan perkolasi dan erosi.Jarak antar alur 1-
2m tergantung jenis tanaman dan sifat tanah. Kedalaman alur 20-30 cm untuk
memudahkan pengendalian dan penetrasi air. Kelebihan dari irigasi alur ini adalah
mengurangi kehilangan akibat evaporasi, mengurangi pelumpran tanah berat, dan
mempercepat pengolahan tanah setelah pemberian air. Irigasi alur cocok untuk
memberikan air pada tanaman yang mudah rusak bila bagian tanamannya terkena air.
Tenaga kerja yang diperlukan untuk mengoperasikan sistem ini relatif lebih besar
daripada irigasi kolam. Terdapat beberapa keuntungan menggunakan irigasi furrow.
Keuntungannya sesuai untuk semua kondisi lahan, besarnya air yang mengalir dalam
lahan akan meresap ke dalam tanah untuk dipergunakan oleh tanaman secara efektif,
efisien pemakaian air lebih besar dibandingkan dengan sistem irigasi genangan
(basin) dan irigasi galengan (border) (Eko, 2013).

Irigasi gelombang (surge irrigation) dilakukan dengan secara periodik mensuplai air
lalu menghentikannya supaya tanah mengalami siklus kering dan basah yang mampu
mengurangi laju infiltrasi tanah dan menjadikan kondisi tanah seragam. Berkurangnya
laju infiltrasi ini dikarenakan partikel tanah terkonsolidasi, pori-pori dan rekahan
mikro di tanah terisi air, dan menjadi tertutup rata ketika partikel tanah yang besar
menjadi pecah karena munculnya kelembaban yang tiba-tiba dari kondsi yang kering.
Partikel tanah yang telah mengecil tersebut menutup celah pada tanah seiring dengan
keringnya tanah, dan seterusnya siklus tersebut berlanjut. Metode irigasi ini hanya
cocok pada tanah jenis remah, dan tidak bisa dilakukan pada tanah liat karena tanah
liat dapat menutup pori-porinya dengan cepat meski dalam kondisi basah.
Irigasi permukaan dapat memunculkan masalah ketika tidak diterapkan dengan tepat,
yang dapat mengganggu kelestarian lingkungan dan keberlanjutan usaha pertanian :
1. Penggenangan yang dapat menyebabkan akar terendam secara permanen
sehingga pertumbuhan terhenti.
2. Drainase dalam, yaitu fenomena mengalirnya air keluar dari lahan pertanian
bukan melalui permukaan melainkan melalui bawah tanah. Fenomena ini jika
terjadi di daerah dengan air tanah berkadar garam tinggi dapat menyebabkan
salinisasi tanah. Salinisasi terjadi ketika air yang digunakan mengandung
kadar mineral tinggi dan menambah kadar garam tanah. Tanah yang terlalu
asin dapat menyebabkan tumbuhan tidak dapat hidup. Peningkatan kadar
garam dapat dicegah dengan drainase bawah permukaan karena air yang
mengalir dari atas membasuh garam dan mengalirkannya ke bawah tanah
sehingga mencegah garam naik ke permukaan (Ardi, 2013).

DAFTAR PUSTAKA

Ardi. 2013. Hasil Besar Dari Irgasi Kecil. Koran harian media Indonesia : Jakarta.

Acmadi, M. 2013. Irigasi di Indonesia. Media press : Yogyakarta.

Eko, Rusdianto. 2013. Perlu Sistem Irigasi yang Layak. Majalah GATRA : Bandung.

Kholid, M. 2009. Krisis Air sawah Indonesia. Grafindo Media Utama. Yogyakarta.

Racmad, nur. 2009. Irigasi Dan Tata Guna Lahan. Pt Gramedia : Jakarta.

Teristi, ardi, 2013. Mengatur Air Terus Mengalir. Koran harian media Indonesia : Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai