Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN HIDROLOGI DAN HIDROMETRI

BAB 5
ANALISA KEBUTUHAN AIR

1.1 UMUM

Kebutuhan air irigasi adalah sejumlah air irigasi yang dibutuhkan untuk memenuhi
keperluan tanaman di sawah mulai dari kebutuhan untuk pengolahan lahan,
pertumbuhan sampai dengan pengantian lapisan air serta kehilangan air di saluran.

Untuk menghitung kebutuhan air irigasi menurut rencana pola tata tanam, ada
beberapa faktor yang perlu diperhatikan yaitu :
Pola tanam yang direncanakan
Luas areal yang akan ditanami
Kebutuhan air pada petak sawah
Efisiensi irigasi

1.2 CURAH HUJAN EFEKTIF

Untuk perencanaan kebutuhan air irigasi, curah hujan yang dipakai adalah hujan efektif,
yaitu bagian hujan yang secara efektif tersedia untuk memenuhi kebutuhan air
tanaman. Perhitungan curah hujan efektif disini didasarkan pada curah hujan tengah
bulanan dengan peluang kejadian 80%.
Adapun persamaan yang digunakan :

0,70 R 80
Re =
15
R80 dapat dihitung dengan persamaan sebagai berikut :
n
R80  1
5

Review Desain Bendung Wariori, Kabupaten Manokwari

Hal 5 - 1
LAPORAN HIDROLOGI DAN HIDROMETRI

dimana :
Re = curah hujan efektif
R80 = curah hujan andalan 80%
n = jumlah tahun pengamatan

Penentuan curah hjan efektif (Re) dihitung berdasarkan curah hujan R-80 ½ bulanan
dalam (mm), hasil perhitungan hujan efektif disajikan sebagai berikut :

1.3 KEBUTUHAN AIR IRIGASI

Kebutuhan total air irigasi di sawah (GFR) meliputi :


a. Evapotranspirasi ( Eto )
b. Perkolasi (P)
c. Kebutuhan air untuk penyiapan lahan ( PWR )
d. Penggunaan konsumtif/kebutuhan tanaman ( ETc )
e. Pergantian lapisan air ( WLR )
Kebutuhan bersih air di sawah (NFR ) dipengaruhi oleh faktor-faktor GFR, dengan
memperhitungkan curah hujan efektif (Re). Besarnya kebutuhan pengambilan irigasi
(DR), juga ditentukan dengan memperhitungkan faktor efisiensi secara keseluruhan (e).

Perkiraan kebutuhan air irigasi dihitung dengan menggunakan rumus persamaan


berikut :
NFR = ETc + P + WLR + Re
DR = NFR / e
Dengan :
NFR = kebutuhan air di sawah (mm/hari)
Etc = kebutuhan air tanaman (mm/hari)
WLR = penggantian lapisan air (mm/hari)
P = perkolasi (mm/hari)
Re = curah hujan efektif (mm)

Review Desain Bendung Wariori, Kabupaten Manokwari

Hal 5 - 2
LAPORAN HIDROLOGI DAN HIDROMETRI

Tabel 5. 1. Perhitungan curah hujan tengah bulanan.

Sumber : Hasil analisis.

Review Desain Bendung Wariori, Kabupaten Manokwari

Hal 5 - 3
LAPORAN HIDROLOGI DAN HIDROMETRI

Tabel 5. 2. Hujan efektif untuk padi.

Rerata
Re Re-Padi
BULAN 1/2 Bulan
( mm ) % ( mm/hr )
Januari I 119.65 70.00 5.58
Januari II 146.17 70.00 6.82
Februari I 194.05 70.00 9.06
Februari II 140.59 70.00 6.56
Maret I 181.75 70.00 8.48
Maret II 209.19 70.00 9.76
April I 144.44 70.00 6.74
April II 107.53 70.00 5.02
Mei I 114.88 70.00 5.36
Mei II 79.72 70.00 3.72
Juni I 88.44 70.00 4.13
Juni II 102.84 70.00 4.80
Juli I 89.50 70.00 4.18
Juli II 51.03 70.00 2.38
Agustus I 68.12 70.00 3.18
Agustus II 90.43 70.00 4.22
September I 71.71 70.00 3.35
September II 68.45 70.00 3.19
Oktober I 52.45 70.00 2.45
Oktober II 77.37 70.00 3.61
Nopember I 95.53 70.00 4.46
Nopember II 112.74 70.00 5.26
Desember I 131.72 70.00 6.15
Desember II 153.54 70.00 7.17

Sumber : Hasil analisis.

Review Desain Bendung Wariori, Kabupaten Manokwari

Hal 5 - 4
LAPORAN HIDROLOGI DAN HIDROMETRI

Tabel 5. 3. Hujan efektif untuk palawija.

R 50%
Re-Palawija
BULAN 1/2 Bulan
( mm ) ( mm/hr )
Januari I 112.50 78.75
Januari II 114.00 79.80
Februari I 177.05 123.94
Februari II 124.15 86.91
Maret I 172.05 120.44
Maret II 189.20 132.44
April I 145.75 102.03
April II 90.35 63.25
Mei I 105.70 73.99
Mei II 64.50 45.15
Juni I 91.80 64.26
Juni II 83.70 58.59
Juli I 72.25 50.58
Juli II 47.75 33.43
Agustus I 49.75 34.83
Agustus II 80.20 56.14
September I 61.00 42.70
September II 68.50 47.95
Oktober I 41.00 28.70
Oktober II 75.90 53.13
Nopember I 110.85 77.60
Nopember II 99.10 69.37
Desember I 96.40 67.48
Desember II 141.00 98.70

Sumber : Hasil analisis.

Review Desain Bendung Wariori, Kabupaten Manokwari

Hal 5 - 5
LAPORAN HIDROLOGI DAN HIDROMETRI

Perkolasi

Perkolasi adalah gerakan air ke bawah dari daeah tidak jenuh ke dalam daerah jenuh.
Laju perkolasi lahan dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain :
a. Tekstur tanah
b. Permeabilitas tanah
Besarnya perkolasi sangat bergantung kepada sifat-sifat tanah. Laju perkolasi berikut ini
dapat diasumsikan. Nilai-nilai ini berlaku untuk tanah sawah yang telah digarap, laju
perkolasi untuk bermacam-macam tekstur tanah dapat dilihat pada Tabel 5.3. Untuk
daerah Gising yang umumnya berupa lempung lanauan. Laju diambil P = 3 mm/hari.
Tabel 5. 4. Laju Perkolasi untuk Tanah.

Kelas Tekstur Perkolasi (P)


Tanah (mm/hari)
Sangat ringan 11
Ringan 8

Sedang 5
Berat 3
Sumber : Pelengkap Kriteria Desain.

Kebutuhan Air Untuk Penyiapan Lahan (PWR)

Kebutuhan air untuk penyiapan lahan umumnya menentukan kebutuhan air maksimum
pada suatu proyek irigasi, dan besarnya dipengaruhi oleh jangka waktu penyelesaian
pekerjaan, penyiapan lahan serta jumlah air yang diperlukan untuk penyipan lahan.

Waktu yang diperlukan untuk penyiapan lahan dipengaruhi oleh kondisi sosial budaya
yang ada di daerah penanaman padi. Untuk daerah baru, jangka waktu penyiapan
lahan dapat ditetapkan berdasarkan kebiasaan yang berlaku di daerah-daerah di
dekatnya.

Dalam mengembangkan Daerah Irigasi Wariori diambil jangka waktu 1.5 bulan (45 hari)
untuk menyelesaikan penyiapan lahan di seluruh petak tersier. Pemindahan bibit ke
sawah (transplantasi) dapat dimulai setelah 3 sampai 4 minggu di beberapa bagian
petak tersier yang telah selesai pengolahan lahannya.

Jumlah air yang dibutuhkan untuk penyiapan lahan dapat ditentukan berdasarkan
kedalaman serta porositas tanah di sawah. Untuk memperkirakan kebutuhan air untuk
penyiapan lahan menggunakan rumus persamaan, sebagai berikut :

Review Desain Bendung Wariori, Kabupaten Manokwari

Hal 5 - 6
LAPORAN HIDROLOGI DAN HIDROMETRI

PWR 
 Sa  Sb) N  d   Pd  F1
10.000

dimana :
Sa = derajat kejenuhan tanah dalam % setelah penyiapan lahan dimulai
Sb = derajat kejenuhan tanah dalam % sebelum penyiapan lahan dimulai
N = porositas tanah dalam % pada harga rata-rata untuk kedalaman tanah
d = asumsi kedalaman tanah setelah penyiapan lahan (mm)
Pd = kedalaman genangan setelah pekerjaan penyiapan lahan (mm)
F1 = kehilangan air di sawah selama 1 hari (mm)

Lapisan air yang diperlukan untuk penyiapan lahan diambil 300 mm, termasuk 50 mm
untuk penggenangan setelah transplantasi. Kebutuhan air untuk persemaian juga
termasuk dalam harga kebutuhan air di atas.
Perhitungan kebutuhan air selama penyiapan lahan, menggunakan metode yang
dikembangkan Van de Goor Zijlstra, yang didasarkan pada laju air konstan dalam
liter/detik selama periode penyiapan lahan dengan menggunakan rumus persamaan
berikut :

Me k
PWR 
 
ek  1
dengan :
PWR = kebutuhan air irigasi untuk penyiapan lahan di tingkat sawah
(mm/hari)
M = kebutuhan air untuk mengganti kehilangan akibat evaporasi
dan perkolasi di sawah yang sudah dijenuhkan
M = Eo + P (mm/hari)
Eo = evaporasi air terbuka, diambil = 1,1 x Eto selama penyiapann
lahan (mm/hari)
P = perkolasi, diambil = 5 mm/hari
MT
K
S

T = jangka waktu penyiapan lahan (hari)


S = kebutuhan air, untuk penjenuhan ditambah dengan lapisan air
50 mm

Review Desain Bendung Wariori, Kabupaten Manokwari

Hal 5 - 7
LAPORAN HIDROLOGI DAN HIDROMETRI

Penggunaan Konsumtif (Etc)

Kebutuhan air untuk evapotranspirasi atau kebutuhan air tanaman (konsumtif) adalah
sejumlah air yang dibutuhkan untuk mengganti air yang hilang akibat penguapan. Air
dapat menguap melalui permukaan (evaporasi) maupun melalui tanaman (transpirasi),
bila kedua proses tersebut terjadi bersamaan disebut proses evapotranspirasi.
Besarnya kebutuhan air tanaman adalah sebesar jumlah air yang hilang akibat proses
evapotranspirasi (Etc).
Penggunaan konsumtif dihitung dengan rumus persamaan, sebagai berikut :
Etc = Kc. Eto
dimana :
Etc = Evapotranspirasi tanaman (mm)
Kc = Koefisien tanaman, tergantung pada jenis dan umur tanaman
dapat dilihat pada Tabel 5.5.
Eto = Evaporasi potensial (evapotrnaspirasi tanaman acuan) (mm/hari)
Besar nilai Eto dipengaruhi oleh keadaan iklim yang berkaitan
erat dengan letak lintang daerah.

Tabel 5. 5. Daftar Koefisien Tanaman.

No Tengah Bulan Ke-


Jenis Tanaman
1 2 3 4 5 6 7 8 9
1 Padi Varitas Biasa
- Prosida 1.20 1.20 1.32 1.40 1.35 1.24 1.12 0.00 -
- FAO 1.10 1.10 1.10 1.10 1.10 1.05 0.95 0.00 -
2 Padi Varitas Unggul
- Prosida 1.20 1.27 1.33 1.30 1.30 0.00 - - -
- FAO 1.10 1.10 1.05 1.05 0.95 0.00 - - -
3 Palawija
- Kedelai 0.50 0.75 1.00 1.00 0.82 0.45 - - -
- Jagung 0.50 0.59 0.96 1.05 1.02 0.95 - - -
- Bawang 0.50 0.51 0.69 0.90 0.95 - - - -
- Buncis 0.50 0.64 0.89 0.95 0.88 - - - -
Maximum 0.50 0.75 1.00 1.05 1.02
- Kacang Tanah 0.50 0.51 0.66 0.85 0.95 0.95 0.95 0.55 0.55

Sumber : KP Irigasi.

Penggantian Lapisan Air

Penggantian lapisan air dilakukan satu atau dua bulan setelah tranplantasi, diberikan
lapisan air setinggi 50 mm dengan jangka waktu 1.5 bulan, jadi kebutuhan air tambahan
untuk pergantian lapisan air (WLR) adalah 3,3 mm/hari.

Review Desain Bendung Wariori, Kabupaten Manokwari

Hal 5 - 8
LAPORAN HIDROLOGI DAN HIDROMETRI

Efisiensi Irigasi

Efisiensi adalah perbandingan antara debit air irigasi yang sampai di lahan pertanian
dengan debit air irigasi yang keluar dari pintu pengambilan yang dinyatakan dalam
persen.

Besar efisiensi pada masing-masing saluran adalah sebagai berikut :


Saluran Primer : 90%
Saluran sekunder : 80%
Saluran tersier : 90%

Perhitungan Kebutuhan Air Irigasi

Perkiraan kebutuhan air irigasi dihitung dengan menggunakan rumus persamaan,


sebagai berikut :
NFR = ETc + P + WLR + Re

DR = NFR / e
Harga evapotranspirasi (Eto), Perkolasi (P), Hujan Efektif (Re) telah dihitung pada sub
sebelumnya.
Kebutuhan air untuk penyiapan lahan tergantung dari waktu mulai penyiapan lahan,
sedangkan faktor tanaman yang diambil tergantung dari jenis tanaman yang akan
digunakan untuk perhitungan.

Perhitungan kebutuhan air irigasi untuk Daerah Irigasi Wariori menggunakan pola
tanam 3 (tiga) kali tanam dalam setahun : padi teknis – padi teknis – Palawija Hasil
perhitungan kebutuhan air irigasi dengan menggunakan beberapa alternatif penyiapan
lahan dapat dilihat pada Tabel 5.7 – 5.12.

Perhitungan luas areal yang dapat diairi menggunakan debit ½ bulanan Q 80 % metode
F.J. Mock dan kebutuhan air irigasi yang digunakan sesuai dengan hasil perhitungan
kebutuhan air di atas. Hasil perhitungan perkiraan luas areal yang dapat dialiri untuk
pola tata tanam padi - padi - palawija disajikan pada Tabel 5.13. Sesuai hasil
perhitungan perkiraan luas areal, kemampuan Sungai Wariori dalam mensuplai air
irigasi ini sampai areal maksimal seluas 16.550 Ha (pola tanam alternatif 1). Karena
areal irigasi fungsional yang tersedia di kisaran 3.450 Ha maka alternatif pola tanam
terbaik dari analisa water balancenya, mulai menanam dapat dilakukan mulai 1
Oktober.

Review Desain Bendung Wariori, Kabupaten Manokwari

Hal 5 - 9
LAPORAN HIDROLOGI DAN HIDROMETRI

1.4 NERACA AIR (WATER BALANCE)

Perhitungan neraca air adalah perbandingan kebutuhan air dan ketersediaan air di
sungai Wariori, kebutuhan air disini adalah kebutuhan air untuk Irigasi mengairi areal
pertanian seluas ±3.450 ha disajikan dalam Tabel 5.14 – 5.19.

Tabel 5. 6. Kebutuhan air untuk penyiapan lahan.

EO
ETO LP
BULAN (mm/hr P M T S K
(mm/hr) (mm/hr)
)
OKTOBER 2.01 2.21 2.50 4.71 30 250 0.57 10.91
NOPEMBER 2.02 2.22 2.50 4.72 30 250 0.57 10.92
DESEMBER 2.12 2.34 2.50 4.84 30 250 0.58 10.98
JANUARI 2.11 2.32 2.50 4.82 30 250 0.58 10.98
FEBRUARI 2.09 2.30 2.50 4.80 30 250 0.58 10.96
MARET 1.92 2.11 2.50 4.61 30 250 0.55 10.85
APRIL 1.95 2.15 2.50 4.65 30 250 0.56 10.87
MEI 2.08 2.29 2.50 4.79 30 250 0.57 10.96
JUNI 1.92 2.12 2.50 4.62 30 250 0.55 10.85
JULI 1.90 2.09 2.50 4.59 30 250 0.55 10.84
AGUSTUS 2.06 2.26 2.50 4.76 30 250 0.57 10.94
SEPTEMBER 1.95 2.14 2.50 4.64 30 250 0.56 10.87

Sumber : Hasil analisis.

Review Desain Bendung Wariori, Kabupaten Manokwari

Hal 5 - 10
LAPORAN HIDROLOGI DAN HIDROMETRI

Tabel 5. 7. Hasil perhitungan kebutuhan air pola tanam alternatif 1.

Sumber : Hasil analisis.

Review Desain Bendung Wariori, Kabupaten Manokwari

Hal 5 - 11
LAPORAN HIDROLOGI DAN HIDROMETRI

Tabel 5. 8. Hasil perhitungan kebutuhan air pola tanam alternatif 2.

Sumber : Hasil analisis.

Review Desain Bendung Wariori, Kabupaten Manokwari

Hal 5 - 12
LAPORAN HIDROLOGI DAN HIDROMETRI

Tabel 5. 9. Hasil perhitungan kebutuhan air pola tanam alternatif 3.

Sumber : Hasil analisis.

Review Desain Bendung Wariori, Kabupaten Manokwari

Hal 5 - 13
LAPORAN HIDROLOGI DAN HIDROMETRI

Tabel 5. 10. Hasil perhitungan kebutuhan air pola tanam alternatif 4.

Sumber : Hasil analisis.

Review Desain Bendung Wariori, Kabupaten Manokwari

Hal 5 - 14
LAPORAN HIDROLOGI DAN HIDROMETRI

Tabel 5. 11. Hasil perhitungan kebutuhan air pola tanam alternatif 5.

Sumber : Hasil analisis.

Review Desain Bendung Wariori, Kabupaten Manokwari

Hal 5 - 15
LAPORAN HIDROLOGI DAN HIDROMETRI

Tabel 5. 12. Hasil perhitungan kebutuhan air pola tanam alternatif 6.

Sumber : Hasil analisis.

Review Desain Bendung Wariori, Kabupaten Manokwari

Hal 5 - 16
LAPORAN HIDROLOGI DAN HIDROMETRI

Tabel 5. 13. Areal minimum yang dapat diairi.

Sumber : Hasil analisis.

Review Desain Bendung Wariori, Kabupaten Manokwari

Hal 5 - 17
LAPORAN HIDROLOGI DAN HIDROMETRI

Tabel 5. 14. Neraca keseimbangan air pola tanam alternatif 1.

Review Desain Bendung Wariori, Kabupaten Manokwari

Hal 5 - 18
LAPORAN HIDROLOGI DAN HIDROMETRI

Tabel 5. 15. Neraca keseimbangan air pola tanam alternatif 2.


Review Desain Bendung Wariori, Kabupaten Manokwari

Hal 5 - 19
LAPORAN HIDROLOGI DAN HIDROMETRI

Review Desain Bendung Wariori, Kabupaten Manokwari

Hal 5 - 20
LAPORAN HIDROLOGI DAN HIDROMETRI

Tabel 5. 16. Neraca keseimbangan air pola tanam alternatif 3.

Review Desain Bendung Wariori, Kabupaten Manokwari

Hal 5 - 21
LAPORAN HIDROLOGI DAN HIDROMETRI

Tabel 5. 17. Neraca keseimbangan air pola tanam alternatif 4.

Review Desain Bendung Wariori, Kabupaten Manokwari

Hal 5 - 22
LAPORAN HIDROLOGI DAN HIDROMETRI

Review Desain Bendung Wariori, Kabupaten Manokwari

Hal 5 - 23
LAPORAN HIDROLOGI DAN HIDROMETRI

Tabel 5. 18. Neraca keseimbangan air pola tanam alternatif 5.

Review Desain Bendung Wariori, Kabupaten Manokwari

Hal 5 - 24
LAPORAN HIDROLOGI DAN HIDROMETRI

Tabel 5. 19. Neraca keseimbangan air pola tanam alternatif 6.

Review Desain Bendung Wariori, Kabupaten Manokwari

Hal 5 - 25

Anda mungkin juga menyukai