Disusun Oleh:
Kelas: Q
Dosen Pengampu:
Ir. Endang Listyarini, MS.
Istika Nita, SP. MP
FAKULTAS PERTANIAN
PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2022
ii
Daftar Isi
Hasil Diskusi
https://makassar.sindonews.co
m/read/579454/713/komisi-
irigasi-kabupaten-wajo-
dibentuk-ini-harapan-amran-
mahmud-1635171019
2
https://www.amerta.id/2014/07
/22/712/manfaat-csr-untuk-
masyarakat-sumbawa.php
Pasal 7 Pasal 7 menjelaskan
(1) Pengembangan dan pendayagunaan sumber air
pengelolaan sistem irigasi dalam pengembangan dan
dilaksanakan dengan pengelolaan irigasi. Prinsip
pendayagunaan sumber daya dalam pengembangan dan
air yang didasarkan pada pengelolaan irigasi yaitu satu
keterkaitan antara air hujan, air sistem irigasi satu kesatuan
permukaan, dan air tanah secara selaras. Menurut
secara terpadu dengan BPSDM PU, Pendayagunaan
mengutamakan pendayagunaan sumber daya air ini
air permukaan. dimaksudkan untuk
(2) Pengembangan dan memanfaatkan sumber daya air
pengelolaan sistem irigasi secara berkelanjutan dengan
sebagaimana dimaksud pada mengutamakan pemenuhan
ayat (1) dilaksanakan dengan kebutuhan pokok masyarakat
prinsip satu sistem irigasi satu secara adil, dengan
kesatuan pengembangan dan mempertimbangkan:
pengelolaan, dengan a. Mengutamakan
memperhatikan kepentingan pendayagunaan air
pemakai air irigasi dan permukaan, yang berada
pengguna jaringan irigasi di diluar kawasan suaka
bagian hulu, tengah, dan hilir alam/kawasan pelestarian
secara selaras. alam.
b. Mengutamakan fungsi sosial
dengan prinsip pemanfaat air
membayar biaya jasa
pengelolaan sumber daya air.
c. Diselenggarakan secara
terpadu dan adil dengan
mendorong pola kerjasama
antar sektor, antar kelompok,
antar wilayah.
d. Melibatkan peran
masyarakat.
3
strategis nasional; e.
memfasilitasi penyelesaian
sengketa antarprovinsi dalam
pengembangan dan
pengelolaan sistem irigasi; f.
menetapkan norma, standar,
kriteria, dan pedoman
pengembangan dan
pengelolaan sistem irigasi; g.
menjaga efektivitas, efisiensi,
dan ketertiban pelaksanaan
pengembangan sistem irigasi
primer dan sekunder pada
daerah irigasi lintas provinsi,
daerah irigasi lintas negara, dan
daerah irigasi strategis
nasional; h. menjaga
efektivitas, efisiensi, dan
ketertiban pelaksanaan
pengelolaan sistem irigasi
primer dan sekunder pada
daerah irigasi yang luasnya
lebih dari 3.000 ha atau pada
daerah irigasi lintas provinsi,
daerah irigasi lintas negara, dan
daerah irigasi strategis
nasional; i. memberi
rekomendasi teknis kepada
pemerintah kabupaten/kota atas
penggunaan dan pengusahaan
air tanah untuk irigasi yang
diambil dari cekungan air tanah
lintas provinsi dan cekungan air
tanah lintas negara; j.
memberikan bantuan teknis
dalam pengembangan dan
pengelolaan sistem irigasi
kepada pemerintah provinsi
dan pemerintah
kabupaten/kota; k. memberikan
bantuan kepada masyarakat
petani dalam pengembangan
dan pengelolaan sistem irigasi
yang menjadi tanggung jawab
masyarakat petani atas
permintaannya berdasarkan
prinsip kemandirian; dan l.
memberikan izin
pembangunan, pemanfaatan,
pengubahan, dan/atau
pembongkaran bangunan
dan/atau saluran irigasi pada
jaringan irigasi primer dan
8
j. melaksanakan pemberdayaan
perkumpulan petani pemakai
air; dan
k. memberikan izin
pembangunan, pemanfaatan,
pengubahan, dan/atau
pembongkaran
bangunan dan/atau saluran
irigasi pada jaringan irigasi
primer dan sekunder dalam
satu kabupaten/kota.
Pasal 19 Dalam pasal 19 menjelaskan Pemdes Wonosari Bangun
Wewenang dan tanggung tentang wewenang serta Saluran Irigasi di Areal
jawab pemerintah desa atau tanggung jawab dari Persawahan Warga
yang disebut dengan nama lain pemerintah desa dalam
meliputi: pengembangan system irigasi.
a. melaksanakan peningkatan Dalam pasal tersebut ada 3
dan pengelolaan sistem irigasi wewenang dan tanggung jawab
yang dibangun oleh pemerintah desa.
pemerintah desa; Pelaksanaanya yaitu adanya
b. menjaga efektivitas, pembangunan saluran irigasi di
efisiensi, dan ketertiban areal persawahan warga oleh
pelaksanaan peningkatan pemerintah desa Wonosari
sistem irigasi pada daerah
irigasi yang dibangun oleh
pemerintah desa; dan
c. menjaga efektivitas,
efisiensi, dan ketertiban
pelaksanaan pengelolaan
sistem irigasi
pada daerah irigasi yang
dibangun oleh pemerintah
desa.
Pasal 20 Dalam pasal 20 ini menjelaskan kelompok tani padat karya
Hak dan tanggung jawab tentang Hak dan tanggung bersama kementan
masyarakat petani dalam jawab masyarakat petani dalam bergotongroyong dalam
pengembangan dan pengembangan dan memperbaiki irigasi tersier di
pengelolaan sistem irigasi pengelolaan sistem irigasi. Simalungun
meliputi: Contoh pelaksanaannya yaitu
a. melaksanakan kelompok tani padat karya
pengembangan dan bersama kementan
pengelolaan sistem irigasi bergotongroyong dalam
tersier; memperbaiki irigasi tersier di
b. menjaga efektivitas, Simalungun.
efisiensi, dan ketertiban
pelaksanaan pengembangan
dan
pengelolaan sistem irigasi
tersier yang menjadi tanggung
jawabnya; dan
12
c. memberikan persetujuan
pembangunan, pemanfaatan,
pengubahan, dan/atau
pembongkaran bangunan
dan/atau saluran irigasi pada
jaringan irigasi tersier
berdasarkan pendekatan
partisipatif.
Pasal 21 Dalam pasal 21 ini dijelaskan Perbaikan Pembangunan
Pemerintah, pemerintah bahwa antara Pemerintah, Irigasi di Kabupaten Lebak
provinsi, dan/atau pemerintah pemerintah provinsi, dan/atau Banten.
kabupaten/kota dapat saling pemerintah kabupaten/kota
bekerja sama dalam dapat saling bekerja sama
pengembangan dan dalam pengembangan dan
pengelolaan jaringan irigasi pengelolaan jaringan irigasi
primer dan sekunder atas dasar primer dan sekunder. Contoh
kesepakatan sesuai dengan pelaksanaannya yaitu
peraturan perundang- pemerintah kabupaten lebak
undangan. dan provinsi Banten
bekerjasama dalam melakukan
perbaikan 18 daerah irigasi.
Pasal 36 Sumber air untuk irigasi harus Sumber air untuk irigasi
(1) Penyediaan air irigasi tersedia dalam keadaan cukup, dengen ketersediaan air yang
ditujukan untuk mendukung guna bertujuan untuk cukup di
produktivitas lahan dalam meningkatkan Sistema kerja
rangka meningkatkan produksi dari pertanian yang dapat
pertanian yang maksimal. meningkatkan hasil produksi
(2) Dalam hal tertentu, yang dibutuhkan oleh
penyediaan air irigasi masyarakat. Dalam penerapan
sebagaimana dimaksud pada pasal ini dicontohkan pada
ayat (1) dapat diberikan dalam pengembangangan food estate
batas tertentu untuk di Provinsi Kalimantan Tengah
pemenuhan kebutuhan lainnya. dimana Menteri Pekerjaan
(3) Penyediaan air irigasi Umum dan Perumahan Rakyat
sebagaimana dimaksud pada (PUPR) Basuki Hadimuljono
ayat (1) direncanakan memfasilitasi dan menyediakan
berdasarkan pada prakiraan air untuk irigasi areal sawah,
ketersediaan air pada terutama pada lahan potensial
sumbernya dan digunakan seluas 165.000 hektare (ha)
sebagai dasar penyusunan yang merupakan Kawasan
rencana tata tanam. alluvial, bukan gambut, pada
(4) Dalam penyediaan air lahan Eks-Pengembangan
irigasi sebagaimana dimaksud Lahan Gambut (PLG).
pada ayat (1), Pemerintah, (Rilis PUPR 1. 2020)
pemerintah provinsi, atau
pemerintah kabupaten/kota
sesuai dengan kewenangannya
mengupayakan:
a. optimalisasi pemanfaatan air
irigasi pada daerah irigasi atau
antardaerah irigasi.
b.keandalan ketersediaan air
irigasi serta pengendalian dan
perbaikan mutu airirigasi
dalam rangka penyediaan air
irigasi.
Pasal 37 Sebelum diberikannya suatu
(1) Penyusunan rencana tata Hak Guna Pakai Air dan Hak
tanam sebagaimana dimaksud Guna Usaha Air, harus disusun
dalam Pasal 36 ayat (3) terlebih dahulu rencana tata
dilaksanakan oleh dinas tanam dimana dilakukan
kabupaten/kota atau dinas menjelang awal musim tanam
provinsi sesuai dengan untuk menentukan luas tanam,
kewenangannya berdasarkan jenis tanaman, dan waktu
Tahapan Proses Penyusunan
usulan perkumpulan petani tanam disuatu daerah irigasi.
Rencana Tata Tanam
pemakai air. Penyusunan rencana tata tanam
(2) Penyusunan rencana tata ini melibatkan petani melalui
tanam pada daerah irigasi yang GP3A untuk mengusulkan luas
menjadi kewenangan tanam dan jenis tanaman yang
Pemerintah, kecuali daerah akan ditanam pada musim
irigasi lintas provinsi, tanam yang akan datang
dilimpahkan kepada gubernur. dimana prinsip dari
penyusunan rencata tata tanam
24
https://pu.go.id/berita/cacat-
desain-dan-lemahnya-sdm-
serta-op-penyebab-buruknya-
operasi-jaringan-irigasi
Pasal 52 Pada pasal ini dibahas tentang
(1) Pemerintah, pemerintah pihak yang berwewenang dan
provinsi, atau pemerintah bertanggung jawab dalam
kabupaten/kota sesuai dengan peningkayan jaringan irigasi
kewenangannya bertanggung primer dan sekunder. Dimana
jawab dalam peningkatan hal tersebut merupakan peran
jaringan irigasi primer dan dari pemerintah sendiri. Selain
sekunder. itu dijelaskan bahwa selain
(2) Peningkatan jaringan irigasi tanggung jawab pemerintah,
primer dan sekunder dapat petani pemakai air juga
dilakukan oleh perkumpulan berperan dalam peningkatan
petani pemakai air sesuai jaringan irigasi primer dan
dengan kebutuhan dan sekunder, dimana air yang
kemampuannya berdasarkan dipakai dalam jumlah yang
izin dari Pemerintah, sesuai dengan kebutuhan.
pemerintah provinsi, atau Petani pemakai air juga harus
pemerintah kabupaten/kota meminta izin terhadap
sesuai dengan kewenangannya pemerintah. Hal ini telah di
dalam pengelolaan sumber implementasikan di Indonesia.
daya air. Dimana petani dapat
(3) Peningkatan jaringan irigasi mengajukan pembangunan
tersier menjadi hak dan jaringan irigasi ke dinas
tanggung jawab perkumpulan pertanian. Hal tersebut juga
petani pemakai air. didukung dengan pernyataan
(4) Dalam hal perkumpulan kementrian pertanian
petani pemakai air tidak (kementan) yang mengatakan
mampu melaksanakan bahwa petani dapat
peningkatan jaringan irigasi mengajukan pembangunan
tersier yang menjadi hak dan Rehabilitasi Jaringan Irigasi
tanggung jawabnya, Tersier (RJIT) berupa embung
Pemerintah, pemerintah atau dam parit ke dinas
provinsi, atau pemerintah pertanian kabupaten/kota
kabupaten/kota dapat masing-masing kemudian dinas
membantu peningkatan akan meneruskannya ke
jaringan irigasi berdasarkan Direktorat Jendral (Ditjen) PSP
permintaan dari perkumpulan untuk ditindaklanjuti dengan
petani pemakai air dengan harapan bantuan tersebut dapat
memperhatikan prinsip mensejahterakan petani.
kemandirian. https://money.kompas.com/rea
(5) Badan usaha, badan sosial, d/2020/04/22/101000926/peta
atau perseorangan yang ni-bisa-ajukan-pembangunan-
memanfaatkan air dari sumber jaringan-irigasi-ke-dinas-
air melalui jaringan irigasi yang pertanian-?page=all
dibangun pemerintah dapat
meningkatkan jaringannya
sendiri setelah memperoleh
izin dan persetujuan desain dari
Menteri, gubernur, atau
37
https://jurnal.ugm.ac.id/jmh/art
icle/download/16174/10720
Pasal ini menjelaskan bahwa
pembangungan jaringan irigasi
dilakukan secara bersamaan
dengan kegiatan
pengembangan lahan pertanian
beririgrasi dengan
mempertimbangkan kesiapan
petani setempat. Pelaksanaan
pengenmbangan lahan
pertanian beririgrasi diatur
Pasal 54 dengan pengaturan menteri
(1) Pembangunan dan/atau yang membidangi. Hal ini
peningkatan jaringan irigasi diimplementasikan di
dilakukan bersamaan dengan Kabupaten Kepulauan Selayar
kegiatan pengembangan lahan dengan membangun jaringan
pertanian beririgasi sesuai irigasi mare-mare dimana
dengan rencana dan program terdapat 4 lokasi cetak sawah
pengembangan pertanian baru yang kemudian diperlukan
dengan mempertimbangkan pembangunan sarana prasarana
kesiapan petani setempat. pada daerah irigasi tersebut.
(2) Ketentuan lebih lanjut Sumber air irigasi yang
mengenai pelaksanaan digunakan berasal dari sumur
pengembangan lahan pertanian dangkal, sungai dan sumur bor
beririgasi diatur dengan melalui system pompanisasi
peraturan menteri yang yang dialirkan melalui jaringan
membidangi pertanian setelah perpipaan. Namun masih
berkoordinasi dengan Menteri. belum mampu mencukupi
kebutuhan air irigasi warga.
Oleh sebab itu, pemerintah
selaku pihak yang berwenang
dan bertanggung jawab
melakukan tindakan yaitu
membangun Jaringan Irigasi
D.I Mare-mare (Yunan dan
Hanafi, 2020).
https://jurnal.ft.umi.ac.id/index
.php/jtsm/article/view/82/60
Pemerintah memiliki peran
yang sangat penting dalam
kebijakan pengelolaan dan
operasional system irigasi.
Pasal 55
Menurut Arsyad (2017)
Operasi dan pemeliharaan
Indonesia yang memiliki
jaringan irigasi dilaksanakan
wilayah pertanian luas telah
sesuai dengan norma, standar,
membangun jaringan irigasi
pedoman, dan manual yang
yang sangat diperlukan pada
ditetapkan oleh Menteri.
suatu lahan pertanian, seperti
irigasi Subak, Bali. Terutama
pada era reformasi dan otonomi
daerah, pemerintah mengalami
39
https://www.pertamina.com/id/
news-room/csr-news/Dukung-
Pertanian-Berkelanjutan-
PEPC-JTB-Serahkan-Fasilitas-
Irigasi
Pasal 58 Pengeringan jaingan irigasi Pengeringan Jaringan Irigasi
(1) Pemerintah, pemerintah yang dilakukan oleh Pengelola Jratunseluna
provinsi, atau pemerintah Sumber Daya Air menjelang
kabupaten/kota sesuai dengan datangnya musim kemarau
kewenangannya menetapkan guna pemeriksaan,
waktu pengeringan dan bagian pemeliharaan, serta perbaikan.
jaringan irigasi yang harus Hal ini ditanggapi oleh petani
dikeringkan setelah dJratunseluna dengan mulai
berkonsultasi dengan mempersiapkan untuk
perkumpulan petani pemakai menanam tanaman musim
air. kemarau.
(2) Pengeringan sebagaimana Darmo, A. E. 2021.
dimaksud pada ayat (1) Pengeringan Jaringan Irigasi
dilaksanakan untuk keperluan Jratunseluna.
pemeriksaan atau pemeliharaan https://www.samin-
jaringan irigasi. news.com/2021/07/pengeringa
n-jaringan-irigasi-
jratunseluna.html
oleh pemerintah
kabupaten/kota untuk
pengembangan jaringan
irigasi pada daerah irigasi
lintas kabupaten/kota tetapi
belum menjadi prioritas
provinsi, pemerintah
kabupaten/kota dan
pemerintah provinsi dapat
saling bekerja sama dalam
pembiayaan.
dengan kewenangannya
bersama dengan
perkumpulan petani
pemakai air.
Pasal 76 Pasal 76 menjelaskan tentang
(1) Pembiayaan pengelolaan pengelolaan jaringan irigasi
jaringan irigasi primer dan primer dan sekunder
sekunder sebagaimana sebagaimana pasal 75 menjadi
dimaksud dalam Pasal 75 tanggung jawab Pemerintah,
merupakan dana pemerintah provinsi, atau
pengelolaan irigasi yang pemerintah kabupaten/kota
pengelolaannya menjadi sesuai dengan kewenangannya
Irigasi sekunder Taman sari
tanggung jawab yang dilakukan sesuai dengan
Sumber: Kurniawati (2017)
Pemerintah, pemerintah kewenangannya. Selanjutnya
provinsi, atau pemerintah mengenai dana pengelolaan
kabupaten/kota sesuai irigasi diatur dalam pemerintah
dengan kewenangannya. daerah. Oleh sebab itu, sesuai
(2) Penggunaan dana pasal ini maka pemerintah
pengelolaan irigasi diwajibkan melakukan
sebagaimana dimaksud tanggung jawabnya sesuai
pada ayat (1) dilakukan dengan apa yang tertera dalam
sesuai dengan peraturan peraturan daerah.
perundang-undangan.
(3) Ketentuan lebih lanjut
mengenai dana
pengelolaan irigasi yang
pengelolaannya menjadi
tanggung jawab
pemerintah provinsi dan
pemerintah kabupaten/kota
diatur dengan peraturan
daerah.
Pasal 77
(1) Dalam hal terdapat
kepentingan mendesak
oleh daerah untuk
rehabilitasi jaringan irigasi
pada daerah irigasi lintas
provinsi atau daerah irigasi
strategis nasional tetapi
belum menjadi prioritas
nasional, Pemerintah,
pemerintah provinsi,
dan/atau pemerintah
kabupaten/kota dapat
saling bekerja sama dalam
pembiayaan.
(2) Dalam hal terdapat
kepentingan mendesak
oleh pemerintah
kabupaten/kota untuk
rehabilitasi jaringan irigasi
55
Pasal 82 Pelaksanaan:
(1) Untuk menjamin Kementerian Pekerjaan Umum
kelestarian fungsi dan dan Perumahan Rakyat (PUPR)
manfaat jaringan irigasi, Menteri PUPR Basuki
Menteri, gubernur, atau Hadimuljono tingkatkan
bupati/walikota sesuai pengaitran irigasi salah satunya
dengan kewenangannya yaitu membangunan
mengupayakan Bendungan Leuwikeris di
ketersediaan lahan Kabupaten Tasikmalaya dan
beririgasi dan/atau Ciamis Provinsi Jawa Barat
mengendalikan alih fungsi untuk mewujudkan ketahanan
lahan beririgasi di air dan ketahanan pangan
daerahnya. nasional.
(2) Instansi yang berwenang
dan bertanggung jawab di
bidang irigasi berperan
mengendalikan terjadinya
alih fungsi lahan beririgasi
untuk keperluan
nonpertanian.
(3) Pemerintah, pemerintah
provinsi, atau pemerintah
kabupaten/kota sesuai
dengan kewenangannya
58
Pasal 83 Pelaksanaan:
(1) Alih fungsi lahan beririgasi Mengantisipasi risiko
tidak dapat dilakukan menyusutnya lahan pertanian
kecuali terdapat: a. akibat alih fungsi lahan,
perubahan rencana tata Pemkab Tapin merencanakan
ruang wilayah; atau b. peraturan daerah yaitu Lahan
bencana alam yang Pertanian Pangan
mengakibatkan hilangnya Berkelanjutan (LP2B) dalam
fungsi lahan dan jaringan perda itu juga mengatur tentang
irigasi. tata ruang yang nantinya lahan
(2) Pemerintah, pemerintah yang masuk peta LP2B dan
provinsi, dan/atau sekitarnya tidak boleh ada alif
pemerintah kabupaten/kota fungsi lahan.
sesuai dengan
kewenangannya
mengupayakan
penggantian lahan
beririgasi beserta
jaringannya yang
diakibatkan oleh perubahan
rencana tata ruang wilayah.
(3) Pemerintah, pemerintah
provinsi, atau pemerintah
kabupaten/kota sesuai
dengan kewenangannya
bertanggung jawab
melakukan penataan ulang
sistem irigasi dalam hal: a.
sebagian jaringan irigasi
beralih fungsi; atau b.
sebagian lahan beririgasi
beralih fungsi.
(4) Badan usaha, badan sosial,
atau instansi yang
melakukan kegiatan yang
dapat mengakibatkan alih
fungsi lahan beririgasi yang
melanggar rencana tata
ruang wilayah
sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf a wajib
mengganti lahan beririgasi
beserta jaringannya.
59
Pasal 84 Pelaksanaan:
(1) Koordinasi pengelolaan Pengukuhan Komisi Irigasi dan
sistem irigasi dilakukan pembentukan kelembagaan
melalui dan antarkomisi Komisi Irigasi (Komir), baik
irigasi kabupaten/kota, Komisi Irigasi provinsi, Komisi
komisi irigasi provinsi, Irigasi antar provinsi, dan
komisi irigasi Komisi Irigasi kabupaten / kota
antarprovinsi, dan/atau para anggotanya berasal dari
forum koordinasi daerah gabungan antara pemerintah
irigasi. dan unsur nonpemerintah
(2) Dalam melaksanakan (pemangku kepentingan
koordinasi pengelolaan lainnya) di Kabupaten Bone
sistem irigasi, komisi
irigasi dapat mengundang
pihak lain yang
berkepentingan guna
menghadiri sidang-sidang
komisi untuk memperoleh
informasi yang diperlukan.
(3) Hubungan kerja
antarkomisi irigasi dan
hubungan kerja antara
komisi irigasi dan dewan
sumber daya air bersifat
konsultatif dan koordinatif.
(4) Koordinasi pengelolaan
sistem irigasi pada daerah
irigasi yang menjadi
kewenangan
kabupaten/kota dan daerah
irigasi yang sudah
ditugaskan oleh
Pemerintah dan/atau
pemerintah provinsi
kepada kabupaten/kota
dilaksanakan melalui
komisi irigasi
kabupaten/kota.
(5) Koordinasi pengelolaan
sistem irigasi pada daerah
irigasi yang menjadi
kewenangan provinsi,
daerah irigasi strategis
nasional, dan daerah
irigasi, baik yang sudah
ditugaskan maupun yang
belum ditugaskan oleh
Pemerintah kepada
provinsi dilaksanakan
melalui komisi irigasi
provinsi.
(6) Komisi irigasi provinsi
melakukan koordinasi
60
DAFTAR PUSTAKA
[Ditjen PSP] Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian. 2015. Pedoman teknis
pengembangan jaringan irigasi APBN-Perubahan TA. 2016. Jakarta (ID):
Kementerian Pertanian.