Anda di halaman 1dari 12

FITOREMEDIASI PENGOLAHAN LIMBAH CAIR RUMAH TANGGA DENGAN

MEMANFAATKAN ECENG GONDOK

Aulia Nurmitha A. 1
D 121 09 278
Lawalenna Samang 2
Achmad Zubair 3
1
Mahasiswa S1 Program Studi Teknik Lingkungan Jurusan Sipil Fakultas Teknik
Universitas Hasanuddin
2, 3
Staf pengajar Jurusan Sipil Fakultas Teknik, Universitas Hasanuddin

Abstract

At this time very rarely a little industry or industries that have a domestic wastewater treatment plant
. It takes an effort to develop a wastewater treatment system that has existed in order to obtain better
results for tackling the problem of domestic wastewater . The purpose of this study is to comparing
the physical and chemical characteristics of domestic wastewater and water hyacinth effectiveness
before and after phytoremediation through by utilizing water hyacinth plants . Phytoremediation is
the use of plants to remove , transfer , stabilize or destroy contaminants both organic and inorganic
compounds . Water hyacinth as recycling can stabilize sewage effluent , elaborate and transform
nutrients from the water hyacinth weed into something useful . Type of research is experimental
research , followed by analysis of samples in the laboratory . Selection of a uniform water hyacinth in
the main study is related to the ability of water hyacinth to absorb organic matter observations and
analysis during the ten days of the parameters of temperature , TSS , pH , BOD , COD , and DO .

Keywords: Phytoremediation, Household Waste, Water Hyacinth (Eichornia crassipes)

A. PENDAHULUAN masih menggunakan teknologi tinggi (high


Pencemaran lingkungan di Indonesia technology). (Kurniadie, 2011)
terutama pencemaran sungai, danau, dan Kualitas air ditentukan oleh kandungan
sarana perairan umum lainnya dalam gas oksigen yang terurai dalam air, dimana
beberapa tahun belakangan ini terus kandungan oksigen mempengaruhi proses
meningkat. Penyebab utama pencemaran ini kimiawi dan biologis dalam air. Konsentrasi
adalah akibat limbah rumah tangga (40%), kandungan gas oksigen dalam air ditentukan
limbah industri (30 %), dan sisanya berasal oleh besarnya suhu perairan, tekanan, dan
dari limbah pertanian dan peternakan aktifitas biologis yang terjadi dalam air.
(Kurniadie,2001). Kandungan gas oksigen dalam air adalah
Penanganan atau pengolahan limbah cair salah satu penentu karakteristik kualitas air
sebelum masuk ke sungai atau perairan umum yang terpenting dalam kehidupan akuatis.
lainnya di Indonesia masih kurang dilakukan Konsentrasi oksigen dalam air mewakili
karena mahalnya biaya pembuatan instalansi status kualitas air pada tempat dan waktu
pengolahan air limbah yang memadai. tertentu. Proses dekomposisi bahan organik di
Idealnya tiap-tiap pabrik atau rumah tangga dalam air berlangsung secara perlahan-lahan
mempunyai instalasi pengolahan air limbah dan memerlukan waktu yang relatif lama
sendiri-sendiri. Pada saat ini sangat jarang (Asdak, 1995).
sekali suatu industri kecil atau industri rumah Pada dasarnya pengolahan limbah cair
tangga yang mempunyai instalasi pengolahan telah banyak dilakukan di berbagai tempat
air limbah. Penyebab rendahnya kepemilikan dengan menggunakan sistem pengolahan
instalasi pengolahan air limbah yaitu yang berbeda-beda. Umumnya sistem
mahalnya harga instalasi pengolah air limbah pengolahan limbah yang telah dilakukan
serta kurang mengikatnya peraturan dan berupa pengolahan secara fisik, antara lain
sanksi yang ada dari instansi terkait. Instalasi dengan kolam pengendapan, parit terbuka,
pengolah air limbah konvensional yang biasa saringan percikan, dan sebagainya. Namun
digunakan selain harganya mahal, biaya demikian, sistem-sistem pengolahan tersebut
pemeliharaan (maintenance) juga tinggi belum memberikan hasil yang maksimal
terutama biaya listrik dan bahan bakar juga karena masih memiliki kelemahan-kelemahan

1
tersendiri dalam pengoperasiannya. Oleh besar merupakan bahan organik ( Veenstra,
sebab itu, diperlukan suatu upaya untuk 1995).
mengembangkan sistem pengolahan limbah Menurut Hammer (1977), volume limbah
cair yang telah ada agar dapat diperoleh hasil cair dari daerah perumahan bervariasi, dari
yang lebih baik untuk menanggulangi 200 – 400 liter per orang per hari, tergantung
masalah limbah cair rumah tangga yang pada tipe rumah. Aliran terbesar berasal dari
semakin membutuhkan penanganan yang rumah keluarga tunggal yang mempunyai
serius (Tato,2004). beberapa kamar mandi, mesin cuci otomatis,
Penelitian ini bertujuan untuk dan peralatan lain yang menggunakan air.
membandingan karakteristik fisik dan kimia Angka volume limbah cair sebesar 400 liter /
limbah cair rumah tangga serta efektivitas orang / hari biasa digunakan untuk limbah
eceng gondok sebelum dan setelah melalui cair rumah tangga yang mencakup limbah cair
fitoremediasi dengan memanfaatkan dari perumahan dan perdagangan, ditambah
tumbuhan eceng gondok. dengan rembesan air tanah.
Istilah fitoremediasi berasal dari kata
A. TINJAUAN PUSTAKA inggris phytoremediation, kata ini tersusun
Limbah merupakan bahan buangan yang atas dua bagian kata, yaitu phyto yang berasal
berbentuk cair, gas dan padat yang dari kata Yunani phyton (tumbuhan) dan
mengandung bahan kimia yang sukar untuk remediation yang berasal dari kata latin
dihilangkan dan berbahaya sehingga air remedium (menyembuhkan), dalam hal ini
limbah tersebut harus diolah agar tidak juga berarti menyelesaikan masalah dengan
mencemari dan tidak membahayakan cara memperbaiki kesalahan atau kekurangan.
kesehatan lingkungan. Jenis limbah cair pada Dengan demikian fitoremediasi merupakan
dasarnya ada 2 yaitu limbah industri dan penggunaan tanaman untuk menghilangkan,
limbah rumah tangga. Limbah cair yang memindahkan, menstabilkan atau
termasuk limbah rumah tangga pada dasarnya menghancurkan bahan pencemar baik itu
hanya mengandung zat – zat organik yang senyawa organik maupun anorganik.
dengan pengolahan yang sederhana atau (Fahruddin, 2010)
secara biologi dapat menghilangkan polutan Fitoremediasi merupakan suatu teknik
yang terdapat di dalamnya (Ginting, 1992). yang menjanjikan dapat mengatasi
Menurut Sugiharto (1987), Limbah cair pencemaran dengan murah, efektif, dan dapat
rumah tangga adalah air yang telah digunakan digunakan secara langsung di tempat yang
yang berasal dari rumah tangga atau tercemar, serta dapat digunakan secara
permukiman, perdagangan, daerah langsung di tempat yang terkena pencemaran
kelembagaan dan daerah rekreasi, meliputi air dengan menggunakan pepohonan, tanaman
buangan dari kamar mandi, WC, tempat cuci pangan dan tanaman berbunga. (Fahruddin,
atau tempat memasak. 2010)
Limbah cair domestik pada umumnya Teknologi ini potensial untuk
berasal dari limbah cair toilet yang dikenal diaplikasikan, aman digunakan dengan
sebagai black water dan limbah cair rumah dampak negatif kecil, memberikan efek
tangga yang berasal dari dapur, laundry, dan positif yang multiguna terhadap kebijakan
kamar mandi yang dikenal sebagai grey water pemerintah, komunitas masyarakat dan
(Lange dan Otterpohl, 1997). Limbah cair dari lingkungan, biaya relatif rendah, mampu
rumah pada umumnya berasal dari toilet ( mereduksi volume kontaminan, dan
33,3 % ), kegiatan mandi ( 33,33 % ) dan memberikan keuntungan langsung bagi
sisanya berasal dari aktifitas mencuci kesehatan masyarakat. Keuntungan paling
makanan, minuman serta pakaian. Limbah besar dalam penggunaan fitoremediasi adalah
cair rumah tangga disusun atas karbohidrat, biaya operasi yang lebih murah. (Fahruddin,
lemak, protein, urea, garam phospat, bakteri 2010)
serta logam berat (Bahlo dan Wach, 1992). Keuntungan utama dari aplikasi teknik
Secara prinsip air limbah domestik fitoremediasi dibandingkan dengan system
terbagi menjadi 2 kelompok, yaitu air limbah remediasi lainnya adalah kemampuannya
yang terdiri dari air buangan tubuh manusia untuk menghasilkan buangan sekunder yang
yaitu tinja dan urine (black water) dan air lebih rendah sifat toksiknya, lebih bersahabat
limbah yang berasal dari buangan dapur dan dengan lingkungan serta lebih ekonomis.
kamar mandi (gray water), yang sebagian Kelemahan fitoremediasi adalah dari segi

2
waktu yang dibutuhkan lebih lama dan juga Suhu optimum untuk pertumbuhannya
terdapat kemungkinan masuknya kontaminan adalah berkisar antara 27-30°C. pertumbuhan
ke dalam rantai makanan melalui konsumsi terhenti pada suhu di bawah 10°C atau di atas
hewan dari tanaman tersebut (Pratomo dkk, 40°C dan akan mati pada suhu dibawah 0°C
2004 dalam Fahruddin, 2010). atau pada 45°C dalam 48 jam. Faktor lainnya
Metode remediasi yang dikenal sebagai yang mempengaruhi pertumbuhan eceng
fitoremediasi ini mengandalkan pada peranan gondok adalah pH. Kisaran pH optimum
tumbuhan untuk menyerap, mendegradasi, untuk pertumbuhannya adalah 6-8. Eceng
mentransformasi dan mengimobilisasi bahan gondok masih dapat tumbuh dalam keadaan
pencemar, baik itu logam berat maupun miskin unsur hara dan pada perairan yang
senyawa organik. subur dapat berkembang biak dengan cepat
Mekanisme kerja fitoremediasi terdiri dari (Gopal dan Sharma, 1981 dalam Rudiyanto
beberapa konsep dasar yaitu: fitoekstraksi, Firman, 2004).
fitovolatilisasi, fitodegradasi, fitostabilisasi, Menurut Santiago (1973) eceng gondok
rhizofiltrasi dan interaksi dengan dapat tumbuh di kedalaman 0-30 cm.
mikroorganisme pendegradasi polutan. Pertumbuhan optimal terdapat pada perairan
(Kelly, 1997). dangkal sehingga tumbuhan dapat mengapung
Menurut Youngman (1999) untuk dengan akar mencapai dasar perairan yang
menentukan tanaman yang dapat digunakan berlumpur. Eceng gondok berakar serabut
pada penelitian fitoremediasi dipilih tanaman yang tak bercabang, mempunyai tudung akar
yang mempunyai sifat: a) Cepat tumbuh, b) yang mencolok. Sistem perakaran eceng
Mampu mengkonsumsi air dalam jumlah gondok umumnya lebih dari 50% dari seluruh
yang banyak pada waktu yang singkat, c) biomassa tumbuhan. Akar berfungsi untuk
Mampu meremediasi lebih dari satu polutan, mengisap atau menyerap makanan dan
d) Toleransi yang tinggi terhadap polutan. sebagai pegangan bagi yang tumbuh di
Eceng Gondok (Eichornia Crassipes) tempat-tempat yang dangkal (Schulthorpe,
merupakan tumbuhan air yang mengapung 1967).
dengan perakaran yang tergantung di dalam
air sedangkan daun-daunnya yang berwarna B. METODE PENELITIAN
hijau cerah berada di atas permukaan air, Jenis penelitian yang dilakukan adalah
dengan bunga warna ungu (Gambar 2.2) dan penelitian eksperimen yang dilanjutkan
diduga eceng gondok berasal dari Brazil dengan analisis sampel di Laboratorium untuk
daerah Amazone yang kemudian menyebar mengetahui kemampuan pengolahan limbah
keseluruh dunia (Polprasert, 1989 dan Becker rumah tangga dengan memanfaatkan
et al, 1989 dalam Salundik, 1998). tumbuhan eceng gondok.
Klasifikasi eceng gondok menurut Penelitian ini dilakukan selama 1 bulan
Pancho dan Soerjani (1978) dalam Rudiyanto mulai bulan Juli sampai Agustus 2013. Lokasi
Firman (2004) eceng gondok termasuk dalam pengambilan sampel, persiapan pembuatan
divisi Spermatophyta, kelas Monocotyledons, kompartemen dan perlakuan limbah rumah
ordo Farinosae, famili Pontederiaceae, genus tangga terletak di Kediaman Peneliti Jalan
Eichornia, dan spesies : Eichornia crassipes. Bonto Lanra F.16 Makassar. Untuk
Tanaman ini mempunyai daya adaptasi lebih pemeriksaan sampel sebelum dan setelah
besar dibandingkan dengan tumbuhan air pengolahan dilakukan di Laboratorium Balai
lainnya dan umumnya hidup di sungai dank Teknik Kesehatan Lingkungan Departemen
anal. Nama lain eceng gondok dalam bahasa Kesehatan RI Jalan Perintis Kemerdekaan
melayu adalah etjeng padi dan keladi bunting Km.11 Makassar.
(Waterhause, 1994 dalam Salundik, 1998). Penelitian dibagi menjadi dua tahap, yaitu
Menurut Mitchell (1974) eceng gondok penelitian pendahuluan dan penelitian utama.
tergolong pleuston, tumbuhan air yang Penelitian pendahuluan meliputi a)alat dan
terbesar yang hidup mengapung bebas di bahan, b)pengujian parameter fisik dan kimia
permukaan air atau dapat tumbuh di tanah limbah cair. Untuk alat dan bahan, Penelitian
basah sebagai obligate acropleusphyte yang dilakukan dalam skala laboratorium ini
(Dinges, 1982 dalam Salundik, 1998) dan menggunakan kompartemen dari kaca dengan
kebanyakan hidup di perairan yang tenang volume efektif 60 liter berbentuk balok
atau mengalir lambat (Soerjani dan Widyanto, dengan panjang 60 cm, lebar 60 cm, dan
1977). tinggi 40 cm yang terdiri atas 4 kompartemen.

3
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini fisik dan kimia pada limbah cair rumah
adalah limbah cair rumah tangga yang berasal tangga. Hasil pengukuran ini digunakan
dari saluran drainase pada kegiatan sebagai dasar penentuan objek penelitian yang
permukiman (real state) Jl. Bonto Lanra dan merupakan parameter yang tidak sesuai
untuk pemilihan eceng gondok diambil dari dengan baku mutu. Pemeriksaan sampel
salah satu waduk yang terdapat di dilakukan di Laboratorium Balai Teknik
permukiman Jl. Bontomene Makassar. Kesehatan Lingkungan Departemen
Berdasarkan hasil pengamatan tumbuhan Kesehatan RI Jalan Perintis Kemerdekaan
eceng gondok yang digunakan adalah Km.11 Makassar. Berikut ditunjukkan
tumbuhan dengan jumlah helai daun tiap parameter sesuai baku mutu air limbah rumah
rumpun 8-12 helai, tinggi rata-rata eceng tangga pada tabel 1.
gondok 70 – 80,45 cm, dan panjang akar rata- Pada penelitian utama, sampel air limbah
rata 9,5-10,2 cm. Dengan berat tumbuhan rumah tangga diambil dari saluran drainase
eceng gondok tiap rumpun 315-470 gram dan permukiman di Jl. Bonto Lanra Makassar
sekitar ± 4314,70 gram/kompartemen dimasukkan ke dalam masing-masing bak
(kompartemen II, III, dan IV). Untuk kompartemen yang tersedia. Penelitian utama
pengujian parameter fisik dan kimia limbah ini bertujuan untuk mendapatkan nilai kadar
cair, tahap ini merupakan pemeriksaan sampel TSS, suhu, pH, BOD, COD, dan DO yang
limbah cair rumah tangga berdasarkan terkandung di limbah rumah tangga tersebut
Keputusan Gubernur Sulawesi Selatam No. agar sesuai dengan SK Gubernur Sulawesi
69 Tahun 2010 tentang baku mutu limbah cair Selatan No. 69 Tahun 2010 tentang baku
domestik. Pengukuran karakteristik sampel mutu limbah cair domestik.
dilakukan untuk mengetahui karakteristik

Tabel 1. Parameter Sesuai Baku Mutu Air Limbah Rumah Tangga


Batas Maksimum
No. Parameter Satuan Yang Spesifikasi Metode kompart
Diperbolehkan
emen I,
A. FISIKA
1 TSS ǿ
mg/L 50 SNI 06-6989.03-2004 debit air
2 Suhu* ǿ
˚C 37 SNI 06-6989.23-2005 limbah
B. KIMIA yang
1 pH* ǿ - 6,0 – 9,0 SNI 06-6989.11-2004 dipomp
2 BOD mg/L 75 SNI 06-2503.1991 a diatur
3 COD mg/L 125 SNI 06-2504.1991 sehingg
4 DO mg/L (-) SNI 06-6989.14-2004
a
jumlah
Sumber : Laboratorium Balai Teknik Kesehatan Lingkungan volume air di masing-masing
Makassar
2013 kompartemen seimbang. Setelah air limbah
dalam kompartemen disirkulasikan, kemudian
dimasukkan 10 rumpun tumbuhan eceng
gondok dengan berat sekitar ± 4.314,70
gram/kompartemen ke dalam kompartemen
II, III, dan IV.
Pengujian sampel dimulai di hari pertama
sampai hari ke-lima secara berturut-turut dan
pada hari ke-10. Kompartemen I berperan
sebagai bak penampungan awal air limbah
rumah tangga sebelum proses pengolahan
dengan tumbuhan eceng gondok.
Pengambilan sampel air limbah ditempatkan
dalam botol plastik, sebanyak 1500 ml dan
Pengisian air limbah sampai batas 600 ml setiap kompartemennya.
ketinggian media, setelah itu air limbah Berdasarkan hasil pengujian
dialirkan dengan menggunakan mesin pompa laboratorium, akan didapatkan beberapa data
aquarium tipe IPX8 dengan kecepatan 1500 primer melalui pemeriksaan kadar parameter
L/hour. Untuk menghindari akan lebih TSS, suhu, pH, BOD, COD, dan DO sebelum
banyaknya volume air yang berada di dan sesudah pengolahan. Pengujian dilakukan

4
di Laboratorium Balai Teknik Kesehatan b. Karakteristik limbah cair rumah tangga
Lingkungan Makassar. Dari data penelitian Limbah yang diambil adalah limbah rumah
tersebut, akan dilakukan analisis dan grafik tangga dari saluran drainase pada tanggal 11
menggunakan perangkat lunak (software) Agustus 2013. Limbah yang diambil adalah
EXCEL untuk membandingkan parameter. limbah hasil kegiatan rumah tangga atau
Dan didapatkan data sekunder yang diperoleh kegiatan permukiman (real state) yang berasal
melalui penelusuran kepustakaan berupa dari buangan dapur dan kamar mandi (grey
referensi hasil penelitian sebelumnya serta water). Kemudian air limbah tersebut
laporan-laporan pemeriksaan kadar parameter dimasukkan dalam kompartemen. Hasil
yang diuji. pengamatan terhadap kualitas air limbah
rumah tangga disajikan pada Tabel 2.
C. HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Penelitian Pendahuluan Tabel 2. Kualitas Air Limbah Rumah Tangga
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan Sebelum Proses Pengolahan
pada air limbah rumah tangga mulai dari Baku Mutu
tanggal 12 Juli – 28 Agustus 2013 yang No. Parameter Satuan
Hasil SK.Gub.Sul-
Analisis Sel No.69
berasal dari saluran drainase pada kegiatan Tahun 2010
permukiman (real state) Jl. Bonto Lanra A Fisika
Makassar, diketahui bahwa air limbah yang 1 TSS mg/L 73 50
dihasilkan langsung dibuang ke badan air 2 Suhu ˚C 27 37
yang berada di dekat permukiman tanpa B Kimia
adanya pengolahan terlebih dahulu. Proses 3 pH - 7,41 6,0 – 9,0
pengolahan dengan fitoremediasi yang 4 BOD mg/L 90,00 75
5 COD mg/L 172,48 125
memanfaatkan tumbuhan eceng gondok DO mg/L 1,20 (-)
6
terhadap air limbah rumah tangga yang
Sumber : Hasil Perhitungan
berasal dari salah satu saluran drainase di
permukiman Jl. Bonto Lanra Makassar, yang
Berdasarkan hasil pemeriksaan sampel awal
digunakan pada penelitian ini ditempatkan
air limbah rumah tangga untuk konsentrasi
pada masing – masing kompartemen yang
parameter TSS, BOD, dan COD terdeteksi
mengalir secara sirkulasi dari kompartemen I
melampaui Baku Mutu Keputusan Gubernur
sampai kompartemen IV dengan jumlah
Sulawesi Selatan No.69 Tahun 2010 sehingga
eceng gondok yang bertambah secara
dapat memberikan gambaran bahwa air
bertahap dari kompartemen II sampai
limbah rumah tangga memiliki kadar
kompartemen IV.
pencemar cukup tinggi yang dapat merusak
lingkungan jika tidak diolah terlebih dahulu.
2. Penelitian Utama
a. Karakteristik eceng gondok yang dipakai
c. Karakteristik fisik air limbah
untuk penelitian
1) Suhu
Pemilihan eceng gondok yang seragam dalam
Suhu yang diukur pada penelitian ini adalah
penelitian utama ini terkait dengan
suhu air limbah dalam kompartemen I-IV.
kemampuan eceng gondok dalam menyerap
Fluktuasi suhu yang terjadi disebabkan
bahan organik yang terdapat pada air limbah.
adanya perbedaan cuaca harian dari awal
Kecepatan penyerapan mineral persatuan
pengamatan, hari kelima dan hari kesepuluh.
berat kering tumbuhan lebih besar pada
Pengamatan suhu air limbah dalam
permulaan pertumbuhan dibandingkan bila
kompartemen dapat dilihat pada tabel 3.
tumbuhan itu sudah tua (Widyanto dan Susilo,
Hasil yang diperoleh pada penelitian
1997). Berdasarkan hasil pengamatan
menunjukkan bahwa suhu air limbah setelah
tumbuhan eceng gondok yang digunakan
melalui tumbuhan eceng gondok sampai hari
adalah tumbuhan dengan jumlah helai daun
kesepuluh adalah 23 ˚C dengan efektifitas
tiap rumpun 8-12 helai, tinggi rata-rata eceng
sebesar 14,8%. Penurunan suhu limbah cair
gondok 70 – 80,45 cm, dan panjang akar rata-
terkait erat dengan kepadatan eceng gondok.
rata 9,5-10,2 cm. Dengan berat tumbuhan
Semakin banyak permukaan kolam yang
eceng gondok tiap rumpun 315-470 gram dan
tertutupi oleh tanaman, akan semakin besar
sekitar ± 4314,70 gram/kompartemen
menghalangi pertukaran panas antara atmosfir
(kompartemen II, III, dan IV).
dengan permukaan air (Aneja dan Singh,
1992 dalam Rudiyanto Firman, 2004).

5
Sedangkan peningkatan suhu berkaitan erat 2) Total Suspended Solid (TSS)
dengan adanya hasil pernafasan baik aerob Total padatan baik padatan tersuspensi
maupun anaerob berupa CO2 yang berlebihan, maupun terlarut merupakan salah satu
adanya hasil metabolisme mikroorganisme indikator kekuatan limbah dan keefektifan
pada akar tanaman serta adanya penghancuran pengolahan limbah (Merkel, 1981).
eceng gondok yang sudah mati. Penyebab umum terjadinya TSS adalah bahan
Dan berdasarkan Peraturan Gubernur anorganik berupa ion-ion yang umum
Sulawesi Selatan Nomor 69 Tahun 2010 dijumpai di perairan. Sebagai contoh air
tentang Baku Mutu dan Kriteria Kerusakan buangan sering mengandung molekul sabun,
Lingkungan Hidup, batas maksimum suhu deterjen dan surfaktan yang yang larut air,
yang diperbolehkan bagi limbah cair rumah misalnya pada air buangan rumah tangga
tangga adalah 37 ˚C. Sehingga suhu limbah (Sugiharto, 1987).
rumah tangga yang telah melalui Data pengukuran TSS limbah cair rumah
fitoremediasi dengan tumbuhan eceng gondok tangga pada fitoremediasi dengan eceng
telah memenuhi syarat untuk dilepas ke gondok dapat dilihat pada tabel 4.
lingkungan.
Tabel 3. Pengukuran Suhu dan Efektifitas (Persentase) Air Limbah
Hari Ke-
Efektifitas (%)
Parameter Kompartemen 1 2 3 4 5 10
Suhu I 27 27 27 27 28 23
(°C)
II 27 27 27 27 28 23
14,8
III 27 27 27 27 28 23

IV 27 27 27 27 28 23
Sumber : Hasil Perhitungan
Keterangan : I = Limbah rumah tangga
II = Limbah rumah tangga dengan 10 tumbuhan eceng gondok
III = Limbah rumah tangga dengan 10 tumbuhan eceng gondok
IV = Limbah rumah tangga dengan 10 tumbuhan eceng gondok

Tabel 4. Pengukuran TSS dan Efektifitas (Persentase) Air Limbah


Nilai TSS (mg/L)
Efektifitas (%) Efektifitas Keseluruhan
Hari ke- Pada Kompartemen
(%)
I II III IV I- II I-III I-IV
1 73 45 38 29 38,3 47,9 60,2
2 48 32 25 20 33,3 47,9 58,3
3 37 20 18 15 45,9 51,3 59,4
89,3
4 26 16 13 10 38,4 50 61,5
5 20 11 8 7 45 60 65
10 12 9 6 4 25 50 66,6
Sumber : Hasil Perhitungan
Keterangan : I = Limbah rumah tangga
II = Limbah rumah tangga dengan 10 tumbuhan eceng gondok
III = Limbah rumah tangga dengan 10 tumbuhan eceng gondok
IV = Limbah rumah tangga dengan 10 tumbuhan eceng gondok

6
Pada tabel 4. memperlihatkan penurunan d)Karakteristik kimia air limbah
kadar TSS dari hari pertama sampai hari 1) pH
kesepuluh untuk semua kompartemen. Pada kompartemen yang ada eceng
Penurunan kadar TSS pada kompartemen I gondoknya, pada tabel 5, pH yang awalnya
(tidak terdapat eceng gondok) disebabkan naik sampai hari ketiga kemudian turun dari
adanya proses pengendapan dari bahan-bahan hari keempat sampai hari kesepuluh.
tersuspensi dalam air limbah, sedangkan pada Penurunan ini dikarenakan adanya akumulasi
kompartemen II,III, dan IV (terdapat eceng CO2 yang berlebihan di sekitar perakaran
gondok) selain karena adanya proses yang berasal dari udara bebas dan hasil
pengendapan, air yang lebih jernih secara perombakan serta pernafasan eceng gondok.
fisik pada system biofiltrasi disebabkan Pengaruh lainnya diakibatkan karena adanya
karena eceng gondok akan menangkap dekomposisi bahan organic berkadar tinggi
padatan tersuspensi dalam air limbah melalui sehingga menghasilkan CO2 yang tinggi pula
system perakarannya sehingga akan (Suryadiputra, 1995 dalam Rudiyanto Firman,
mempercepat proses koagulasi dan flokulasi 2004). Hasil yang sama didapat oleh Raid an
(Husin, 1983 dalam Rudiyanto Firman, 2004). Datta- Mushi, 1997 dalam Rudiyanto Firman,
Berdasarkan kondisi tersebut, maka dapat 2004 yang menyatakan bahwa perairan yang
diduga bahwa partikel-partikel solid yang ditutupi eceng gondok mempunyai pH rendah
terdapat dalam air limbah sebagian besar dan CO2 bebas yang tinggi.
terbentuk dari bahan organik. Fungsi dari Menurut Dhahiyat (1974), pertumbuhan
gulma air eceng gondok dalam menjernihkan eceng gondok sangat memerlukan cahaya
limbah cair adalah mengurangi kecepatan air, matahari yang cukup, dengan suhu optimum
sehingga akan menciptakan kondisi yang baik antara 25˚C - 30˚C, hal ini dapat dipenuhi
untuk sedimentasi atau pengendapan dari dengan baik di daerah beriklim tropis. Di
suspended solid serta mengurangi resiko dari samping itu untuk pertumbuhan yang lebih
resuspensi. (Kurniadie, 2011) baik, eceng gondok lebih cocok terhadap pH
Menurut Keputusan Menteri Lingkungan 7,0 – 7,5, jika pH lebih atau kurang maka
Hidup nomor 112 tahun 2003 tentang Baku pertumbuhan akan terlambat.
Mutu Air Limbah Domestik, kadar Hasil fitoremediasi optimal pada percobaan
maksimum TSS yang diperbolehkan dibuang ini menunjukkan bahwa pH akhir limbah
ke lingkungan adalah 100 mg/L. Dan yaitu di kompartemen IV pada hari kesepuluh
berdasarkan Peraturan Gubernur Sulawesi adalah 6,11 dengan efektifitas perubahan
Selatan Nomor 69 Tahun 2010 tentang Baku keseluruhan dari kompartemen I hari pertama
Mutu dan Kriteria Kerusakan Lingkungan sampai hari kesepuluh kompartemen IV
Hidup, batas maksimum TSS yang adalah 8,06 %. Sebagaimana berdasarkan
diperbolehkan bagi limbah cair rumah tangga batas maksimum pH yang diperbolehkan pada
adalah 50 mg/L. Dengan demikian limbah baku mutu SK.Gub.Sul-Sel No.69 Tahun
rumah tangga yang sudah melalui 2010 adalah 6,0 - 9,0, maka pH limbah rumah
fitoremediasi dengan memanfaatkan tangga yang telah melalui fitoremediasi
tumbuhan eceng gondok total suspended dengan tumbuhan eceng gondok telah
solidnya atau padatan tersuspensinya sudah memenuhi syarat untuk dilepas ke
memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan. lingkungan.

Tabel 5. Pengukuran pH dan Efektifitas (Persentase) Air Limbah


pH
Hari
Pada Kompartemen Efektifitas (%)
ke-
I II III IV
1 7,41 7,46 7,47 7,47
2 7,55 7,52 7,53 7,55
3 7,60 7,58 7,65 7,71
8,06
4 7,56 7,51 7,47 7,38
5 7,55 7,50 7,47 7,38
10 7,40 7,10 6,64 6,11
Sumber : Hasil Perhitungan
Keterangan : I = Limbah rumah tangga
II = Limbah rumah tangga dengan 10 tumbuhan eceng gondok
III = Limbah rumah tangga dengan 10 tumbuhan eceng gondok
IV = Limbah rumah tangga dengan 10 tumbuhan eceng gondok

7
2)BOD (Biochemical Oxygen Demand) pada hari kesepuluh adalah sebesar 92,9 %
Kebutuhan Oksigen Biokimia (Biochemical kadar BOD yang berhasil dihilangkan oleh
Oxygen Demand) adalah banyaknya oksigen tumbuhan eceng gondok. Kadar BOD
(mg/L) yang dibutuhkan oleh bakteri untuk terendah setelah mengalami fitoremediasi
menetralisir bahan-bahan organik dalam air dengan tumbuhan eceng gondok sebesar 2,35
melalui proses oksidasi biologis secara mg/L di kompartemen IV pada hari
dekomposisi aerobik dan anaerobik. Bahan kesepuluh. Hal ini berarti efektifitas
yang terurai oleh organisme pengurai atau tumbuhan eceng gondok dalam menyerap
bakteri secara langsung merupakan gambaran kadar BOD dalam air limbah cukup baik.
beban pencemaran dari bahan organic, serta Menurut Widianto dan Suselo, 1977, eceng
untuk prngukuran tingkat efisiensi proses gondok dapat menurunkan kadar BOD,
pengolahan limbah (Saeni,1989 dalam partikel suspensi secara biokimiawi
Rudiyanto Firman, 2004). (berlangsung agak lambat) dan mampu
Dari Tabel 6 terlihat bahwa perlakuan tiap menyerap logam-logam berat seperti Cr, Pb,
kompartemen dan waktu berpengaruh nyata Hg, Cd, Cu, Fe, Mn, Zn dengan baik,
terhadap penurunan nilai BOD. Pada setiap kemampuan menyerap logam persatuan berat
kompartemen, kompartemen IV lebih besar kering eceng gondok lebih tinggi pada umur
pengaruhnya daripada kompartemen yang lain muda dari pada umur tua.
terhadap penurunan nilai BOD, ini Berdasarkan Peraturan Gubernur Sulawesi
dikarenakan pada kompartemen IV telah Selatan Nomor 69 Tahun 2010 tentang Baku
melewati jumlah eceng gondok yang lebih Mutu dan Kriteria Kerusakan Lingkungan
banyak dibandingkan dengan kompartemen II Hidup, batas maksimum BOD yang
dan III. diperbolehkan bagi limbah cair rumah tangga
Efek fitoremediasi terhadap penurunan kadar adalah 75 mg/L. Dengan demikian limbah
BOD terjadi dimulai dari hari pertama rumah tangga yang sudah melalui
terhadap semua kompartemen sampai hari fitoremediasi dengan memanfaatkan
kesepuluh. Nilai BOD tertinggi yaitu sebesar tumbuhan eceng gondok, kadar BOD nya
90 mg/L, setelah melalui pengolahan di sudah memenuhi persyaratan yang telah
kompartemen II, nilai BOD mengalami ditetapkan karena pada hari kesepuluh di
penurunan menjadi 49,00 dengan efektifitas kompartemen IV kadar BOD menunjukkan
sebesar 45,5 %. nilai 2,35 mg/L.
Untuk Efektifitas keseluruhan perubahan hasil
awal di kompartemen I pada hari pertama dan

Tabel 6. Pengukuran BOD dan Efektifitas (Persentase) Air Limbah


Nilai BOD (mg/L)
Hari Efektifitas (%) Efektifitas Keseluruhan
Pada Kompartemen
ke- (%)
I II III IV I-II I-III I-IV
1 90,00 49,00 45,00 39,00 45,5 50 56
2 59,2 38,9 35,00 29,25 34,2 40,8 50,5
3 45,00 31,00 20,54 18,00 31,1 54,3 60
92,9
4 32,20 20,43 8,78 7,20 36,5 72,7 77,6
5 25,00 10,00 5,23 4,20 60 79,0 83,2
10 10,25 8,25 4,40 2,35 19,5 57,0 77,0
Sumber : Hasil Perhitungan
Keterangan : I = Limbah rumah tangga
II = Limbah rumah tangga dengan 10 tumbuhan eceng gondok
III = Limbah rumah tangga dengan 10 tumbuhan eceng gondok
IV = Limbah rumah tangga dengan 10 tumbuhan eceng gondok

8
3) COD (Chemical Oxygen Demand) air limbah konsentrasi awal tertinggi untuk
Pengukuran kebutuhan oksigen kimia BOD sebesar 90,00 mg/L dan COD sebesar
(Chemical Oxygen Demand) dalam air limbah 172,48 mg/L, tidak besarnya kandungan BOD
dapat mendeteksi jumlah bahan organik di air dan COD dalam air limbah tersebut dapat
sampai 90%, sehingga hasil pengukuran COD dimengerti, mengingat bahwa limbah
akan lebih besar dari BOD (Suryadiputra, domestik tersebut hanya berasal dari kegiatan
1995 dalam Rudiyanto Firman, 2004). Nilai domestik (penghuni perumahan), dalam
COD merupakan jumlah total oksigen yang pengertian bahwa dari lokasi tersebut tidak
diperlukan untuk oksidasi bahan organik terdapat berbagai aktivitas usaha yang
menjadi CO2 dan H2O, sehingga bila nilai potensial menimbulkan polutan bahan organik
COD tinggi menunjukkan adanya bahan dalam jumlah yang besar dan atau dengan
organic yang tinggi pula. konsentrasi yang cukup tinggi, seperti : pasar,
Dari Tabel 7 terlihat bahwa perlakuan tiap pusat pertokoan / mall ataupun rumah makan
kompartemen dan waktu berpengaruh nyata (restaurant).
terhadap penurunan nilai COD. Pada setiap Berdasarkan Peraturan Gubernur Sulawesi
kompartemen, kompartemen IV lebih besar Selatan Nomor 69 Tahun 2010 tentang Baku
pengaruhnya daripada kompartemen yang lain Mutu dan Kriteria Kerusakan Lingkungan
terhadap penurunan nilai COD, ini Hidup, batas maksimum COD yang
dikarenakan pada kompartemen IV telah diperbolehkan bagi limbah cair rumah tangga
melewati jumlah eceng gondok yang lebih adalah 125 mg/L. Dengan demikian kadar
banyak dibandingkan dengan kompartemen II COD air limbah sudah memenuhi persyaratan
dan III. yang telah ditetapkan karena pada hari
Efek fitoremediasi terhadap penurunan kadar kesepuluh di kompartemen IV kadar COD
COD terjadi dimulai dari hari pertama menunjukkan nilai 10,54 mg/L.
terhadap semua kompartemen sampai hari
kesepuluh. Nilai BOD tertinggi yaitu sebesar 4)DO (Dissolved Oxygen)
172,48 mg/L, setelah melalui pengolahan di Kadar oksigen terlarut (Dissolved Oxygen)
kompartemen II, nilai BOD mengalami merupakan salah satu parameter kualitas air
penurunan menjadi 94,85 dengan efektifitas yang penting bagi kelangsungan hidup
sebesar 45 %. organisme suatu perairan. Fungsi pengukuran
Keberadaan bahan organik dalam air limbah DO yaitu untuk mengetahui ketersediaan
dapat diekspresikan dengan besarnya oksigen di dalam suatu perairan untuk proses
konsentrasi BOD & COD dalam air limbah. respirasi. Hasil pengamatan DO air limbah
Kandungan bahan organik yang terdapat pada dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 7. Pengukuran COD dan Efektifitas (Persentase) Air Limbah


Nilai COD (mg/L) Efektifitas
Hari Efektifitas (%)
Pada Kompartemen Keseluruhan
ke-
I II III IV I-II I-III I-IV (%)
1 172,48 94,85 90,35 79,54 45,0 47,6 53,8
2 110,25 75,35 69,10 58,24 31,6 37,3 47,1
3 80,00 44,50 40,80 37,52 44,3 49 53,1
90,4
4 45,00 36,00 31,60 25,20 20 29,7 44
5 38,69 20,13 15,25 13,42 47,9 60,5 65,3
10 25,00 16,20 13,60 10,87 35,2 45,6 56,5
Sumber : Hasil Perhitungan
Keterangan : I = Limbah rumah tangga
II = Limbah rumah tangga dengan 10 tumbuhan eceng gondok
III = Limbah rumah tangga dengan 10 tumbuhan eceng gondok
IV = Limbah rumah tangga dengan 10 tumbuhan eceng gondok

Perlakuan pada tiap kompartemen pertama sampai hari kesepuluh setiap


memberikan pengaruh yang nyata terhadap kompartemennya. Akan tetapi di
perubahan oksigen dalam hal waktu, semakin kompartemen I kandungan oksigen terlarut
lama waktu tinjau nya semakin naik kadar nya tidak lebih besar daripada kandungan
oksigen terlarutnya. oksigen yang terdapat di kompartemen IV, ini
Dari tabel 4.13 efek fitoremediasi terhadap disebabkan oleh air limbah yang di
oksigen terlarut menunjukkan bahwa kompartemen I tidak melalui proses
peningkatan oksigen terlarut terjadi dari hari pengolahan, namun kandungan oksigen di

9
kompartemen I pada hari kedua lebih tinggi penurunan setelah melalui fitoremediasi
dari pada kompartemen I di hari pertama, ini dengan tumbuhan eceng gondok khususnya
karena adanya sirkulasi air limbah yang pada parameter TSS, BOD, dan COD.
terjadi pada kompartemen. Rata – rata nilai 2. Efektifitas tumbuhan eceng gondok
DO berkisar 1,20-3,30 mg/L. terhadap parameter TSS (Total Suspended
Kandungan oksigen terlarut pada limbah Solid) dapat diturunkan dari 73 mg/l
rumah tangga yang telah mengalami menjadi 4 mg/l pada hari ke-10 di
fitoremediasi dengan tumbuhan eceng gondok kompartemen IV dengan efektifitas
mencapai 3,3 mg/L. hal tersebut menunjukkan keseluruhan dari kompartemen I-IV dalam
bahwa limbah tersebut telah memenuhi syarat waktu tinggal hari pertama sampai hari
untuk dilepas ke lingkungan, sebagaimana kelima dan pada hari ke-10 sebesar 89,3%.
menurut Jenie dan Rahayu (1993) bahwa pada 3. Parameter BOD (Biological Oxygen
perairan dengan kadar oksigen terlarut 3,00 – Demand) sebelum pengolahan adalah 90
5,00 mg/L telah memenuhi syarat untuk mg/l mengalami penurunan mencapai 4
dilepas ke lingkungan, karena pada kondisi mg/l setelah melalui proses pengolahan
seperti itu proses anaerobik di dalam perairan dengan tumbuhan eceng gondok. Untuk
dapat dicegah, sehingga kehidupan organisme efektifitas keseluruhan kompartemen dari
di dalamnya dapat berlangsung. hari pertama sampai hari kelima dan hari
ke-10 sebesar 92,9%.
D. KESIMPULAN DAN SARAN 4. Parameter COD (Chemical Oxygen
1. Kesimpulan Demand) selama pengolahan mengalami
Berdasarkan hasil penelitian yan telah penurunan dari nilai sebelum proses 172,48
dilakukan, maka diperoleh kesimpulan mg/l menjadi 10,87 mg/l. Dengan
sebagai berikut : efektifitas penurunan keseluruhan sebesar
1. Karakteristik fisik dan karakteristik kimia 90,4%.
limbah cair rumah tangga mengalami

Tabel 8. Pengukuran DO dan Efektifitas (Persentase) Air Limbah


Nilai DO (mg/L)
Hari
Pada Kompartemen
ke-
I II III IV
1 1,20 2,10 2,21 2,25
2 2,10 2,25 2,30 2,35
3 2,20 2,40 2,47 2,60
4 2,35 2,79 2,81 2,85
5 2,45 2,89 2,92 3,01
10 2,80 3,1 3,25 3,3
Sumber : Hasil Perhitungan
Keterangan : I = Limbah rumah tangga
II = Limbah rumah tangga dengan 10 tumbuhan eceng gondok
III = Limbah rumah tangga dengan 10 tumbuhan eceng gondok
IV = Limbah rumah tangga dengan 10 tumbuhan eceng gondok

2. Saran yang paling efektif dijadikan media untuk


Berdasarkan hasil penelitian yang telah pengolahan limbah cair rumah tangga
dilakukan, maka disarankan beberapa hal dengan tumbuhan eceng gondok.
sebagai berikut : 4. Sebaiknya dilakukan pemeriksaan dan
1. Sebaiknya pemilihan jumlah tumbuhan pengamatan mikrobiologis untuk
eceng gondoknya lebih diperbanyak agar mengidentifikasi mikroorganisme yang
efektifitas penurunan konsentrasi parameter menguraikan air limbah rumah tangga
yang akan diuji bisa lebih besar. dengan proses pengolahan yang
2. Sebaiknya pemilihan tumbuhan eceng memanfaatkan tumbuhan eceng gondok.
gondok nya berjumlah sama dan
mempunyai berat yang seragam pada setiap DAFTAR PUSTAKA
media yang digunakan untuk pengolahan. Aneja, K.R. dan K. Singh. 1992. Effect of
3. Sebaiknya peneliti selanjutnya mencoba water hyacinth (Eichornia Crassipes
menggunakan model kompartemen buatan (Mart) Solm) on the physic-chemical
yang berbeda untuk membandingkan mana

10
environment of shallow pond. Proc. www.cee.vt.edu/program_areas/envi
Indiana Nat. Sci Acad. romental/teach/gwprimer/phyto/hyto/
html
Asdak, Chay. 1995. Hidrologi dan
Pengolahan Daerah Aliran Sungai. KLH. 2003. Keputusan Menteri Negara
Gadjah Mada University Press. Lingkungan Hidup Nomor :
Jogjakarta. KepmenLH no 112/2003, tentang
Baku Mutu Air Limbah Domestik,
Bahlo, K. and Wach, G. (1992). Naturnahe Jakarta.
Abwasserreinigung: Plannung und
Bau von Pflanzenklaranlagen. Kurniadie, D. (2001). Pemanfaatan Gulma
Okobuch, Kassel. Air “Rumput Bayongbong”
(Phragmites karka) Sebagai Alat
Dhahiyat. 1974. Aspek Ekologi Gulma Air Pembersih Air Limbah Rumah
Dalam Analisa Dampak Lingkungan Tangga. Konfrensi Nasional HIGI
Kursus Dasar-dasar Analisa XV. Surakarta.
Lingkungan. Lembaga Ekologi
Universitas Padjajaran. Bandung Kurniadie, D (2011). Teknologi Pengolahan
Limbah Cair Secara Biologis. Widya
Dinges, R. 1982. Natural System for Water Padjajaran.
Pollution Control Van Nostrand
Reindhold Environment Engineering Lange, J. and Otterpohl, R. (1997). Abwasser
Series. VNR Company. New York Handbuch zu einer Zukunftfahigen
Cincinnati, Toronto, Meulborne. Wasserwirschaft Malbeton Verlag,
Germany.
Fahruddin, 2010. Bioteknologi Lingkungan.
Penerbit Alfabeta, Bandung. Merkel, J.A. 1981. Managing livestock
wastes. The Avi Publishing
Ginting, P., 1992, “Mencegah dan Company Inc. Westport Connecticut.
Mengendalikan Pencemaran USA.
Industri”, Muliasari, Jakarta.
Mitchell, D.F. 1974. Aquatic Vegetation and
Gopal, B., dan K. P. Sharma. 1981. Water Its Use and Control. UNESCO.
hyacinth (Eichornia Crassipes), the Paris.
most troublesome weed of the world.
Hindasia. New Delhi. Pancho, H dan M. Soerjani. 1978. Aquatic
weeds of Southeast Asia. National
Hammer, Mark J., Water and Wastewater Publishing Cooperative Incorporated
Technology (New York: John Willey 20 M. Hermady St., Corner Aurora
and SonsInc., 1977). Blvd., Quezon City.

Husin, Y.A. 1983. Studi kualitas air Polprasert,C. 1989. Organic Waste Recycling.
permukaan dan sumur gali dangkal John Wiley and Sons. Chichester.
di daerah pemukiman transmigrasi Rai, D.N., dan J.S.Datta-Munshi.1997. The
pasang surut dalam rangka usaha influence of thick floating vegetation
penanggulangan masalah penyediaan (water hyacinth: Eichornia
air bersih. Tesis. Fakultas Crassipes) on physic-chemical
Pascasarjana IPB. Bogor. Hal.159. environment of fresh water wetland.
Hydrobiologia.
Jenie, B.S.L. dan Rahayu. 1993. Penanganan
Limbah Industri Pangan. Penerbit Rudiyanto, Firman. 2004. Tingkat
Kanisius. Yogyakarta. Kemampuan Eceng Gondok
(Eichornia Crassipes) Dalam
Kelly.E.B.1997. Ground Water Polution: Memperbaiki Kualitas Limbah Cair
Phytoremediation. Downloading Hasil Deasidifikasi Nata De Coco.
available at http: Skripsi. Departemen Manajemen

11
Sumber Daya Perairan. Fakultas Youngman, L. 1999. Physiological respon Of
Perikanan Dan Ilmu Kelautan. Switchgrass (Panicum Virgatum L)
Institut Pertanian Bogor. to Organic And Inorganic Amened
Heavy-Metal Contaminated Chat
Saeni, M.S. 1989. Kimia Lingkungan. PAU Tailings. Phytoremediation of Soil
Ilmu Hayat Institut Pertanian Bogor. and Water Contaminants, American
Bogor. Chemical society Symposium.
Washington, D.C.
Salundik.1998.Pengolahan Limbah Cair
Usaha Peternakan Sapi Perah
Dengan Eceng Gondok. Tesis.
Program Pascasarjana Magister
Sains. Institut Pertanian Bogor.

Santiago,C. 1973. Different factors affecting


the growth of Eichornia Crassipes.
Proc. 2nd . Indonesia Weed Sci. Soc.
Conf. Yogyakarta.

Schulthorpe, C. D. 1967. The Biology of


Aquatic Vascular Plants. Edwad
Arnold. Ltd. London.

Soerjani, M. dan L. S. Widyanto. 1977.


Pengendalian Gulma Air di
Indonesia. Kertas Kerja Keempat
Ilmu Tumbuhan Pengganggu
Indonesia. Jakarta.
Sugiharto. 1987. Dasar-dasar Pengelolaan Air
Limbah. Universitas Indonesia.
Jakarta.

Suryadiputra, I.N. 1995. Teknologi


pengolahan air limbah (Suatu
Pengantar). Diktat Kuliah. Fakultas
Perikanan. IPB. Bogor.

Tato, Syahriar. 2004. Desertasi Mengolah


Limbah Cair Domestik Dengan Filter
Biogekimia. Universitas Hasanuddin
Makassar.

Veenstra, 1995, Wastewater Treatment, IHE


Delf.

Waterhause, D. F. 1994. Biological Control


Of Weeds : South Asian Prospects.
ACIAR. Canberra.

Widyanto, L. S. dan H. Susilo.1977.


Pencemaran Air oleh Logam Berat
dan Hubungannya dengan Eceng
Gondok (Eichhornia crassipes).
BIOTROP. Bogor, Indonesia.

12

Anda mungkin juga menyukai