Anda di halaman 1dari 11

TEKNIK LINGKUNGAN

Kajian Kualitas Air Situ Gintung, Tangerang Selatan

Kelompok 2 :

Michael Tiojordy 6101801103


Stevanus James 6101801119
William Bernardus 6101801133
Yulius Kevin 6101801157
Jonathan Tirtadjaja 6101801215

Kelas : E
Dosen
Prof. Yong-Chan Seo, Ph. D. & Prof. Robertus Wahyudi Triweko, Ir., M.Eng., Ph.D.

Asisten Dosen
Addina Shafiyya Ediansjah, S.T., M.T. & Finna Fitriana, S.T.

UNIVERSITAS KATOLIK PARAHYANGAN


FAKULTAS TEKNIK PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
BANDUNG
2021
Pendahuluan

Air merupakan salah satu sumber daya alam yang menjadi kebutuhan pokok manusia.
Segala aktivitas manusia membutuhkan air baik dari aktivitas makan dan minum, berkebun,
berjualan hingga perindustrian maupun aktivitas lainnya. Bahkan tidak hanya manusia yang
membutuhkan air untuk bertahan hidup, makhluk hidup seperti hewan dan tumbuhan juga
memerlukan air untuk hidup dan berkembang. Permasalahannya adalah jumlah pendistribusian
air yang beredar tidak sama rata pada seluruh daerah. Terdapat daerah yang berlimpah air hingga
banjir maupun daerah yang kekurangan air hingga terjadi kekeringan. Maka dari itu sebagai
solusi pada daerah yang sering banjir, dibutuhkan suatu sistem drainase yang mengalirkan
kelebihan air tersebut ke daerah lain agar tidak terjadi banjir. Sementara pada daerah yang
kekurangan air hingga mengalami kekeringan harus menampung sejumlah volume air untuk
kebutuhan aktivitas harian masyarakat.
Situ Gintung merupakan danau buatan berukuran kecil dengan luasan 21,4 ha (2008)
yang berlokasi di Kecamatan Ciputat Timur, Kota Tangerang Selatan, Provinsi Banten. Fungsi
awal dari adanya pembangunan situ gintung adalah sebagai waduk untuk menampung volume air
dan mengirigasi lahan pertanian. Air yang ditampung berasal dari curah hujan pada daerah
Ciputat Timur tempat dimana situ gintung berada. Pembangunan situ gintung berlangsung dari
tahun 1932-1933 dengan luasan awal 31 ha. Kapasitas air yang dapat ditampung oleh situ
gintung sebesar 2,1 juta m³. Pada tahun 2009 wilayah situ gintung mengalami musibah yaitu
jebolnya tanggul penahan badan air selebar 30 m dengan ketinggian 6 m yang disebabkan oleh
curah hujan yang tinggi dan volume air melebihi kapasitas tampungan dari situ gintung.
Dengan dibangunnya waduk Situ Gintung warga kecamatan Ciputat Timur dapat dengan
mudah memperoleh air. Namun seringkali didapatkan bahwa air yang ada pada permukaan
banyak tercemar limbah yang mengandung zat-zat tertentu dan berbahaya apabila dikonsumsi
oleh makhluk hidup. Sehingga perlunya analisis lebih lanjut terhadap air yang ada di Waduk Situ
Gintung untuk mencari tahu apakah air di Waduk Situ Gintung aman untuk dikonsumsi atau
diperlukan pengelolaan terlebih dahulu.

Metode Penelitian

Untuk mencari tahu kualitas air dari Waduk Situ Gintung perlu dilakukan penelitian.
Tulisan ini merujuk dari penelitian yang telah dilakukan oleh A.Widyana dengan jurnal berjudul
“Kajian Kualitas Air Situ Gintung Kecamatan Ciputat Timur Kota Tangerang Selatan”.
A.Widyana melakukan penelitian dengan metode sampling dan metode analisis. Metode yang
digunakan untuk mengambil sampel air adalah metode stratified dimana sampel air diambil
berdasarkan strata kedalaman di permukaan dan dasar pada inlet, tengah, dan outlet. Metode
analisis yang digunakan adalah dengan menganalisis grafik lalu dibandingkan dengan hasil uji
kualitas air dengan baku mutu air.
Sampel air diambil di beberapa titik diantaranya adalah kedua inlet Situ Gintung, bagian
tengah, bagian outlet, saluran inlet limbah Situ Gintung. Sampel juga diambil di berbagai
kedalaman yaitu dasar dan permukaan waduk Situ Gintung. Tidak hanya pengambilan sampel,
peneliti juga melakukan pengukuran debit limbah dengan metode pelampung. Adapan alat yang
digunakan dalam penelitian ini adalah termometer, secchi disk, pH stick, meteran, dan botol.
Bahan yang digunakan adalah aquades, peta Kota Tangerang Selatan, peta penggunaan lahan,
peta geologi, dan peta tanah.
Selain dari hasil penelitian yang dilakukan oleh A.Widyana, kami juga menggunakan
data yang diberikan oleh kak Addinna selaku responser dari mata kuliah teknik lingkungan
tentang penelitian kualitas air waduk Situ Gintung pada tahun 2017.

Hasil Penelitan

Setelah dilakukan penelitian akan dibandingkan dengan 4 klasifikasi mutu air yang tertera pada
pasal 8 pada PP No.82 Tahun 2001, yaitu:
a. Kelas satu, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk air bakti air minum, dan atau
peruntukan lain yang imempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut;
b. Kelas dua, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk prasarana/sarana rekreasi air,
pembudidayaan ikan air tawar, peternakan ,air untuk mengairi pertanian, dan atau
peruntukkan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut;
c. Kelas tiga, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk pembudidayaan ikan air
tawar, peternakan, air untuk mengairi pertanian, dan atau peruntukan lain yang
mempersyaratkan air yang sama dengan kegunaan tersebut;
d. Kelas empat, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk mengairi, pertanaman dan
atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan
tersebut.
Hasil dari penelitian tersebut akan dibagi menjadi beberapa parameter yaitu :
● Parameter Fisika
● Parameter Kimia
● Parameter Biologi

Parameter Fisika
Hasil pengujian parameter fisika berupa suhu air, nilai kecerahan, warna air, Total
Dissolved Solid (TDS). Suhu air waduk Situ Gintung baik dasar maupun permukaan berada pada
kisaran 28-29℃. Dari hasil penelitian yang dilakukan pada tahun 2017 didapatkan suhu waduk
Situ Gintung berada pada 31,9℃. Nilai kecerahan pada waduk Situ Gintung berbeda-beda setiap
lokasi. Pada lokasi inlet bagian barat (titik 4) memiliki nilai kecerahan tinggi yang mengindikasi
air jernih dan cahaya dapat masuk ke perairan, sedangkan pada inlet timur (titik 1) kecerahan
menurun diakibatkan jasad-jasad plankton dari perikanan. Sama dengan inlet timur, bagian
tengah (titik 2) Waduk Situ Gintung juga tidak memiliki tingkat kecerahan yang tinggi ini
disebabkan bagian tengah adalah titik pertemuan dan akumulasi dari kedua inlet. Pada bagian
outlet (titik 3) memiliki tingkat kecerahan paling rendah karena bagian outlet merupakan tempat
akumulasinya sedimen dan lumpur yang berasal dari bagian inlet dan tengah. Pada penelitian
yang dilakukan pada tahun 2017 didapatkan kecerahan waduk Situ Gintung sebesar 31,9 cm.
Waduk Situ Gintung memiliki warna putih kecoklatan dengan air yang bening. Semakin
dalam maka warna air akan semakin gelap ini diakibatkan karena air sudah bercampur dengan
sedimen. Total Dissolved Solid (TDS) adalah parameter yang menggambarkan berapa banyak
sedimen yang terlarut di dalam air. Pada waduk Situ Gintung nilai TDS meningkat seiring
bertambahnya kedalaman. Nilai TDS pun berbeda-beda sesuai dengan titik yang ditinjau dan
dapat dilihat pada tabel 1. Hal menarik dapat dilihat pada tabel di atas dimana pada titik 1 atau
inlet timur TDS permukaan lebih tinggi dibandingkan dengan nilai TDS di dasar. Hal ini
disebabkan oleh, banyaknya pakan ikan yang mengapung di permukaan dan pelapukan dari
pepohonan.

Tabel 1. Kadar TDS di Situ Gintung


Sumber: Kajian Kualitas Air Situ Gintung Kecamatan Ciputat Timur Kota Tangerang Selatan (A.Widyana, 2013)
dan Responsi Teknik Lingkungan

Parameter Kimia
Hasil pengujian parameter kimia ini berupa kadar pH, DO, PO43-, NH3, COD, dan BOD
dalam air. pH adalah derajat keasaman. Air Waduk Situ Gintung memiliki kadar pH 6-7 dari
penelitian yang dilakukan tahun 2013 sedangkan pada tahun 2017 didapatkan nilai pH 8,4.
Dengan nilai kadar pH 6-8,4 menunjukkan bahwa air bersifat netral-basa dan memenuhi
kualifikasi kualitas air kelas I dan kelas II sehingga aman untuk konsumsi dan perikanan. DO
adalah kandungan oksigen yang terlarut di dalam air yang berasal dari fotosintesis dan absorbsi
dari udara. Semakin tinggi nilai DO di air maka kualitas air tersebut akan semakin baik dan pada
umumnya semakin ke dasar maka kandungan DO juga akan semakin berkurang. Tabel 2
menunjukkan nilai kadar DO di waduk Situ Gintung. Pada titik 1 (inlet barat) memiliki kadar DO
dasar tertinggi diakibatkan aliran air yang ada di titik 1 ini cenderung tenang yang menyebabkan
distribusi oksigen melambat. Berdasarkan pembagian kualitas air angka batas minimum untuk
kadar DO untuk kelas I adalah 6 mg/L sedangkan kandungan DO di air waduk Situ Gintung
berada pada nilai 4 mg/L - 5 mg/L dan hanya cocok digunakan untuk perikanan, peternakan, dan
perkebunan.
Tabel 2. Kadar DO di Situ Gintung
Sumber: Kajian Kualitas Air Situ Gintung Kecamatan Ciputat Timur Kota Tangerang Selatan (A.Widyana, 2013)
dan Responsi Teknik Lingkungan

Fosfat adalah senyawa kimia dengan rumus kimia PO43- . Kandungan fosfat dalam air
dapat menurunkan kualitas air dan berbahaya bagi makhluk hidup. Kadar fosfat pada waduk Situ
Gintung dapat dilihat pada tabel 3. Kandungan fosfat tertinggi ada di titik 1 (inlet barat) dengan
kandungan fosfat permukaan sebesar 1,21 mg/L. Semakin tinggi kadar fosfat maka akan semakin
tinggi kemampuan untuk mengikat bahan organik. Berdasarkan pembagian kualitas air, angka
batas maksimum untuk kadar fosfat untuk kelas I adalah 0,2 mg/L. Dilihat dari kadar fosfat
waduk Situ Gintung termasuk dalam kelas III dengan batas maksimum fosfat 1 mg/L dan kelas
IV dengan batas maksimum fosfat 5 mg/L.

Tabel 3. Kadar Fosfat (PO43-) di Situ Gintung


Sumber: Kajian Kualitas Air Situ Gintung Kecamatan Ciputat Timur Kota Tangerang Selatan (A.Widyana, 2013)
dan Responsi Teknik Lingkungan

Amonia adalah salah satu parameter yang penting untuk mengetahui pencemaran yang
terjadi di danau. Kandungan amonia ini berasal dari air seni, tinja, dan oksidasi zat organik.
Kadar amonia di waduk Situ Gintung dapat dilihat pada tabel 4. Kadar amonia tertinggi berada di
titik 3 (outlet) karena sebagai tempat akumulasi dari limbah-limbah yang terbawa dari bagian
inlet dan tengah. Menurut PP nomor 82 tahun 2001 batas maksimum kandungan amonia untuk
kelas I adalah 0,5 mg/L dan tidak ada batas untuk kelas II, III, dan IV. Kandungan amonia waduk
Situ Gintung lebih dari 0,5 mg/L maka air tidak bisa dikonsumsi.
Tabel 4. Kadar Amonia di Situ Gintung
Sumber: Kajian Kualitas Air Situ Gintung Kecamatan Ciputat Timur Kota Tangerang Selatan (A.Widyana, 2013)
dan Responsi Teknik Lingkungan

COD adalah parameter yang menunjukkan jumlah oksigen yang dibutuhkan untuk
melakukan reaksi kimia dalam air. Semakin tinggi nilai COD di suatu perairan maka akan
semakin tinggi tingkat pencemaran di air tersebut. Nilai COD juga akan bertambah seiring
dengan bertambahnya kedalaman karena semakin dalam maka semakin banyak limbah yang
tersedimentasi. Kadar COD pada waduk Situ Gintung dapat dilihat pada tabel 5. Dapat dilihat
nilai COD tertinggi berada di titik 3 (outlet) dikarenakan bagian outlet adalah tempat akumulasi
dari limbah yang berasal dari inlet dan bagian tengah. Menurut PP nomor 82 tahun 2001 batas
maksimum COD untuk kelas I adalah 10 mg/L, kelas II 25 mg/L, kelas III 50 mg/L, dan kelas IV
100 mg/L. Kandungan COD waduk Situ Gintung lebih dari 0,5 mg/L maka air tidak bisa
dikonsumsi.

Tabel 5. COD di Situ Gintung


Sumber: Kajian Kualitas Air Situ Gintung Kecamatan Ciputat Timur Kota Tangerang Selatan (A.Widyana, 2013)
dan Responsi Teknik Lingkungan

BOD adalah parameter yang menunjukkan jumlah oksigen yang dibutuhkan oleh
organisme untuk mengoksidasi bahan organik menjadi bahan anorganik. Sama dengan COD,
semakin tinggi kadar BOD di air maka semakin tercemar air tersebut. Tabel 6 menunjukan
kandungan kadar BOD di waduk Situ Gintung. Pada titik 1 (inlet barat) dan titik 2 (tenga) kadar
BOD di dasar lebih tinggi dari pada kadar BOD di permukaan. Hal ini menunjukkan banyaknya
bahan organik yang tersedimentasi. Pada titik 4 (inlet timur) dan 3 (outlet) kadar BOD lebih
banyak terletak di permukaan yang menunjukkan banyaknya kandungan organik di permukaan.
Menurut PP nomor 82 tahun 2001 batas maksimum BOD untuk kelas I adalah 2 mg/L, kelas II 3
mg/L, kelas III 6 mg/L, dan kelas IV 12 mg/L. Kandungan BOD waduk Situ Gintung lebih dari 3
mg/L maka air tidak bisa dikonsumsi.

Tabel 5. BOD di Situ Gintung


Sumber: Kajian Kualitas Air Situ Gintung Kecamatan Ciputat Timur Kota Tangerang Selatan (A.Widyana, 2013)
dan Responsi Teknik Lingkungan

Parameter Biologi
Pada bidang ilmu biologi, parameter yang digunakan untuk melihat adanya pencemaran
adalah bakteri Escherichia coli. Keberadaan bakteri E. coli pada aliran air menunjukkan adanya
kontaminasi tinja, yang akan menyebabkan resiko kesehatan seperti gangguan pencernaan bagi
orang yang menggunakan air tersebut. Berdasarkan data yang didapat melalui penelitian bahwa
suhu yang terdapat pada situ tersebut berkisar di antara 28-29 C yang berada diatas suhu normal
(26 C), maka pertumbuhan bakteri E. coli dapat meningkat dengan keadaan tersebut.Beberapa
genus bakteri yang tergolong total coliform bakteri adalah Aerobacter, Citrobacter, Enterobacter,
Escherichia, Hafnia, Klebsiella, Serratia, dan Yersinai. Keberadaan bakteri total coliform tidak
selalu mengindikasi telah terjadi pencemaran materi fekal karena bakteri tersebut hidup di
perairan dan tanah, namun angka total coliform yang tinggi mengindikasikan adanya cemaran
fekal coliform karena 97% dari populasi bakteri total coliform adalah bakteri fekal coliform
(Gerardi, 2006). Bakteri fekal coliform yang umum digunakan sebagai indikator pencemaran
fekal adalah Escherichia coli. Menurut tabel 6 kadar Coliform pada situ gintung termasuk sangat
tinggi hal ini didasarkan bahwa total Coliform banyak berasal dari feses manusia yang
terakumulasi di perairan situ gintung dikarenakan inlet yang berasal dari saluran domestik.

Tabel 6. Kadar Total Bakteri Coliform di Situ Gintung


Sumber: Pengukuran Lapangan (2013)

Penyebab Dari Pencemaran Waduk Situ Gintung


Berdasarkan dari data yang telah diperoleh pada tahun 2013 dan 2017, diketahui kadar
nilai untuk BOD, COD, dan DO yang melewati parameter kualitas air bersih. Hal tersebut
disebabkan karena adanya zat anorganik maupun organik yang dihasilkan di wilayah waduk Situ
Gintung. Berdasarkan berita yang terdapat di media online, di waduk Situ Gintung ini, terlihat
sampah yang menggenang, mulai dari sampah plastik, sampah botol, dan sampah rumah tangga.
Sampah-sampah tersebut dihasilkan oleh wisatawan dan juga penduduk yang ada di lingkungan
sekitar. Kandungan limbah-limbah domestik yang tinggi tersebut akan menyebabkan kebutuhan
oksigen yang tinggi, padahal jumlah oksigen yang tersedia tidak mencukupi.
Berdasarkan hasil data dan analisis yang telah dilakukan, waduk Situ Gintung ini tidak
aman untuk digunakan karena adanya parameter-parameter yang tidak dipenuhinya.
Parameter-parameter tersebut adalah kandungan BOD, COD, DO, phosphat (PO4), bakteri
coliform (bakteri E. coli) yang terdapat pada kandungan air di Situ Gintung.
Penyebab utama dari pencemaran waduk Situ Gintung ini bermula dari limbah domestik
yang berasal dari masyarakat di lingkungan sekitar, dan juga sampah-sampah wisatawan yang
datang ke waduk Situ Gintung. Akibatnya, kandungan-kandungan senyawa yang terdapat pada
limbah tersebut akan mempengaruhi nilai BOD, COD, dan juga DO pada waduk Situ Gintung.
Selain itu juga, kurangnya tindakan dari masyarakat sekitar dan juga pemerintah merupakan
salah satu penyebab yang mengakibatkan pencemaran di waduk Situ Gintung. Untuk mengatasi
pencemaran waduk Situ Gintung terjadi kembali, dapat dilakukan pemulihan kembali (self
purification) waduk Situ Gintung yang diamati dari beberapa aspek, seperti biologi, fisika, dan
kimia.

Faktor yang Mempengaruhi terjadinya Self Purification

Daya pulih merupakan proses alami dari suatu ekosistem dalam memulihkan diri dari kerusakan
yang terjadi. Dalam ekosistem perairan, kadar oksigen terlarut menjadi salah satu indikator
dalam menentukan mutu air, sehingga meningkatkan kadar oksigen terlarut juga dapat menjadi
salah satu tanda bahwa terjadi pemulihan alami
- Pengenceran
Saat limbah yang dibuang melalui saluran pembuangan bercampur dengan air yang cukup besar,
maka konsentrasi dari limbah akan berkurang. Hal ini berdampak kepada bahaya yang terjadi
pada ekosistem perairan juga berkurang dari yang seharusnya, sehingga kadar oksigen terlarut
dalam air tidak akan mencapai nol atau batas kritis.
- Sinar Matahari
Tanaman air yang terdapat pada ekosistem air sangat membutuhkan sinar matahari dalam
melakukan fotosintesis, sehingga sinar matahari membantu proses pemulihan alami suatu
ekosistem perairan dengan menambah kadar dari oksigen melalui proses fotosintesis.
- Temperatur
Semakin tinggi temperatur maka kadar oksigen yang terlarut semakin rendah dan laju pertukaran
gas antara udara bebas dengan air menjadi semakin lambat. Pada temperatur yang rendah,
aktivitas dari suatu bakteri akan melambat, sehingga laju dekomposisi dari bakteri akan
melambat dan kadar oksigen terlarut akan bertambah banyak. Negara pada iklim tropis memiliki
laju pemulihan alami yang lebih lambat dibanding dengan negara sub-tropis.
- Kecepatan Arus Air
Semakin cepat arus air maka limbah yang dibuang ke air pun akan bercampur dengan aliran air
dan mencegah terjadinya endapan. Pada kecepatan arus air yang lambat, zat padat dari limbah
akan terendap dan akan terdekomposisi, sehingga mengakibatkan jumlah kadar oksigen terlarut
yang berkurang.

Peluang untuk Situ Gintung untuk memulihkan dirinya sendiri

Beberapa cara dapat dilakukan untuk memperbaiki ekosistem dari waduk itu sendiri,
contohnya adalah dengan penggunaan tanaman alami. Beberapa varietas dari ranting pohon
dapat dijadikan sebagai alat pemurnian. Suatu penelitian dari MIT menemukan bahwa jaringan
xilem dari pohon pinus putih ketika digunakan sebagai saringan untuk air tercemar, berhasil
mengurangi 99% bakteri E. coli yang terkandung dalam air. Jaringan tersebut berfungsi untuk
mengantarkan getah-getah penting ke bagian-bagian pohon lainnya dimana dapat juga digunakan
untuk menjebak bakteri. Metode ini dapat digunakan untuk memproduksi air murni yang aman
untuk beberapa wilayah yang langka akan sumber daya.
Selain dari tanaman ada juga binatang yang secara alami dapat mengurangi kontaminasi
di air, kerang atau Oysters akan menyaring kotoran pada air ketika mengonsumsi air. Biasanya, 1
kerang dewasa mampu menyaring air hingga 60 galon per hari. Air yang disaring oleh kerang
sudah cukup bersih untuk diminum. Pada beberapa negara, penyaringan dengan metode ini
dipandang sebagai pilihan yang baik dalam upaya pembersihan air.

Kesimpulan

Dari berbagai penelitian yang sudah dilakukan dengan menggunakan metode Stratified
Sampling didapatkan beberapa parameter (fisika, biologis, dan kimia). Dari hasil analisa yang
didapat tercapailah suatu kesimpulan yang mana menurut parameter-parameter uji yang telah
dilakukan di 3 strata (inlet, outlet, dan bagian tengah), jika dilihat dari parameter fisika maka
kawasan inlet adalah yang terbaik dan kawasan outlet memiliki tingkat pencemaran yang
terburuk dikarenakan tingkat TDS pada kawasan inlet lebih rendah daripada kawasan outlet yang
menyebabkan cahaya dapat mempenentrasi air lebih mudah. Begitu pula dengan hasil parameter
kimia yang dimana pada kawasan inlet terdapat lebih sedikit senyawa kimia dibandingkan
kawasan outlet. Sedangkan menurut parameter biologis, kawasan inlet lebih buruk dibandingkan
outlet dikarenakan Total Coliform yang lebih banyak.
Sumber pencemaran utama Waduk Situ Gintung merupakan limbah domestik dengan
kadar DO yang rendah serta kadar TDS, Ammonia, dan fosfat yang tinggi yang menjadi
penyebab kegiatan perikanan yang tidak optimal. Secara keseluruhan kualitas air Situ Gintung
termasuk buruk sehingga tidak dapat digunakan sebagai sumber air baku untuk minum
dikarenakan jumlah bakteri dan patogen yang banyak tetapi masih dapat digunakan sebagai
tempat perikanan di beberapa titik yang kadar DO nya tinggi. Dengan memanfaatkan berbagai
tanaman serta binatang yang dapat membantu membersihkan waduk Situ Gintung serta
pemeliharaan yang baik maka waduk Situ Gintung dapat menjadi lebih baik dari sekarang.

Daftar Pustaka

Kumar, Ravi, “Self-Purification of Natural Streams | Sewage Treatment | Waste


Management.” [Online] Tersedia:
https://www.environmentalpollution.in/sewagetreatment/self-purification-of-natural-str
eams-sewage-treatment-wastemanagement/5310

Sengupta A, “Self-Purification of Streams | Sanitary Engineering.” [Online] Tersedia:


https://www.engineeringenotes.com/sanitary-engineering/self-purification-of-streamssa
nitary-engineering/17

A. Widyana, M. Widiyastuti, “Kajian Kualitas Air Situ Gintung Kecamatan Ciputat Timur
Kota Tangerang Selatan”, Jurnal Bumi Indonesia, Vol. 2, No. 13, Hal 3-7, 2013.

Syarif, H., “Danau Situ Gintung Kehilangan Keindahannya”, (Online) Tersedia :


https://tangselmedia.com/danau-situ-gintung-kehilangan-keindahannya.html

Bahri, H. “Kualitas Perairan Situ Gintung, Tangerang Selatan”. ISSN 2302-1616 Vol 3, No.
1, hal 16-22. 2015
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 82 Tahun 2001, Pengelolaan Kualitas Air dan
Pengendalian Pencemaran Air. [Online] Tersedia: http://www.kelair.bppt.go.id/Publi
kasi/BukuAirLimbahDomestikDKI/LAMP2.pdf

Anda mungkin juga menyukai