Anda di halaman 1dari 10

Kajian Kualitas Air

Waduk Situ Gintung - Tangerang Selatan


Mata Kuliah : Teknik Lingkungan

Disusun Oleh :

Richardo Gustin 6101901007


Mario Santos 610190106
Ira Desita 6101901158
Fauzia Nurul Aini 6101901181
Rifaldi Faza 6101901200
Kamula Luna Z 6101901205
Jihan Nur Azizah T. 6101901222

FAKULTAS TEKNIK PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL

UNIVERSITAS KATOLIK PARAHYANGAN

2021/2022

BAB I

PENDAHULUAN
1. Pendahuluan
1.1. Latar Belakang

Air merupakan sumber daya alam yang sangat diperlukan oleh makhluk hidup. Salah satu upaya
yang dilakukan oleh manusia untuk mengolah air adalah dengan membangun waduk. Waduk
adalah danau alam atau buatan, kolam penyimpan atau bendungan sungai yang bertujuan untuk
menyimpan air. Di Provinsi Banten, terdapat waduk yang bernama Situ Gintung. Situ Gintung
merupakan danau kecil buatan yang terletak di Kecamatan Ciputat Timur, Kota Tangerang
Selatan.

Waduk ini dibuat antara tahun 1932-1933 dengan luas awal 31 hektare. Namun berdasarkan
pengukuran pada tahun 2008, Situ Gintung luasnya menjadi 21,4 hektare. Waduk ini awalnya
dibentuk menjadi waduk sebagai tempat penampungan air hujan dan juga dimanfaatkan untuk
pengairan ladang pertanian di sekitarnya. Semenjak tahun 1970-an, kawasan pulau dan salah satu
tepi Situ Gintung dimanfaatkan sebagai tempat wisata alam dan perairan yang memiliki fasilitas
restoran, kolam renang, dan outbound.

Pada tanggal 27 Maret 2009, terjadi peristiwa besar di Situ Gintung yaitu tanggul pada waduk
jebol selebar 30 m dengan ketinggian 6 m yang menyebabkan air sebanyak 2,1 juta meter kubik
melanda pemukiman yang berada di bawah tanggul. Jebolnya tanggul tersebut menyebabkan
kematian sebanyak 99 orang.

Pada saat ini, Situ Gintung memiliki 2 buah inlet yang berasal dari saluran pemukiman penduduk
sehingga memiliki beban pencemaran yang besar. Maka dari itu, diperlukan penelitian untuk
mengetahui kualitas air, karakteristik limbah domestik, dan pengaruh perikanan terhadap kualitas
air di Situ Gintung. Dari hasil penelitian tersebut, dapat diperoleh hasil apakah air pada Situ
Gintung dapat dimanfaatkan secara optimal.

1.2. Status Pencemaran Kualitas Air

Berdasarkan detik.com, ditemukan banyak mikroplastik dari kemasan air galon yang berukuran
3,2 mikron hingga 66,56 mikron. Mikroplastik merupakan potongan plastik yang sangat kecil
hingga dapat ditelan oleh organisme kecil hingga manusia. Mikroplastik membahayakan karena
dapat menyebabkan penimbunan substansi plastik di dalam tubuh manusia. Hal ini diperkuat
dengan bukti bahwa ada temuan mikroplastik di dalam kotoran manusia. Namun, efek samping
dari penimbunan mikroplastik di dalam tubuh manusia masih dalam penelitian.

BAB II

ISI
Tabel 1. Parameter Kualitas air

2. Kualitas air
2.1. Sifat Fisika

Setelah mendapatkan hasil pengukuran suhu perairan Situ Gintung yang memiliki nilai rata rata
pada tahun 2013 sebesar 28.50 derajat Celcius. Suhu pada perairan Situ Gintung menunjukkan
bahwa suhu termasuk homogen pada permukaan serta dasar.

Terlihat juga bahwa tingkat kecerahan pada perairan Situ Gintung ini terhitung memiliki warna
yang dapat dikatakan putih kecoklatan, tingkat kecerahan pada perairan Situ Gintung ini
memiliki perbedaan di setiap titik, terdapat jernih, jernih kecoklatan , serta keruh. Keadaan
jernih terdapat pada bagian barat Situ Gintung, dengan kedalaman yang lebih rendah. Keadaan
jernih kecoklatan disebabkan oleh 2 arus yang bertemu, dimana akan terjadi pertemuan daripada
benda-benda halus, sedimen, atau lumpur, Sehingga membuat kondisi air menjadi jernih
kecoklatan. Sementara kondisi air keruh di daerah timur (daerah pemanfaatan perikanan)
disebabkan oleh sedimentasi dari pakan pakan perikanan serta plankton yang membuat kondisi
kecerahan atau kejernihan perairan menjadi lebih keruh.

Kadar TDS atau Total Dissolved Solid di Situ Gintung yang terlihat bahwa sedimentasi yang
larut dalam air maupun permukaan air tergolong dapat digunakan untuk air baku minum dan
perikanan (<1000 mg/L). Terdapat bahwa rata rata kadar TDS rata-rata pada permukaan 94,5 dan
pada dasar bernilai 97,5 . dimana kadar TDS di permukaan terlihat cukup mendekati kadar TDS
di dasar, hal ini terjadi akibat pelapukan pada pepohonan yang terlarut ke permukaan air.

2.2. Sifat Kimia


Kadar pH air di Situ Gintung bernilai pada rentang 6,0-7,0 pada tahun 2013 dan meningkat pada
tahun 2017 menjadi 8,4 pada tahun 2013, kondisi pH yang cocok untuk dijadikan baku mutu air
minum serta perikanan, masih dalam rentang 6,5-9,0 untuk perikanan, dan dalam rentang 6,5-7,0
untuk air minum. Berdasarkan perubahan kadar pH, kondisi air di Situ Gintung sudah tidak
dapat digunakan untuk dijadikan bahan baku air minum.

kandungan DO baik pada permukaan maupun dasar terlihat pada tahun 2013 sebesar 5,44 mg/L
dan 2,94 mg/L meningkat terus hingga pada 2017 mencapai nilai 5,8 mg/L . Terlihat juga bahwa
nilai kandungan DO pada permukaan lebih besar daripada di dasar perairan Situ Gintung.
Kondisi ini terjadi diakibatkan karena semakin dalamnya kedalaman, semakin banyak aktivitas
yang terjadi, maka kadar DO menjadi semakin rendah dengan bertambahnya kedalaman.
Berdasarkan besarnya nilai DO baik pada tahun 2013 dan tahun 2017, kondisi perairan Situ
Gintung tergolong sudah tidak cocok untuk dijadikan sebagai air baku minum, hal ini
dikarenakan kadar DO sudah melewati batas yaitu >6 mg/L, sementara untuk perairan perikanan
juga tergolong sudah cocok dikarenakan juga melewati batas >4 mg/L.

Kandungan Phospat atau PO4 pada perairan Situ Gintung pada permukaan dan dasar perairan
berkisar sekitar 1,13 mg/L pada permukaan dan 1,14 mg/L pada dasar. nilai kandungan PO4
pada perairan Situ Gintung menunjukkan adanya pencemaran, hal tersebut terlihat pada nilai
yang lebih besar daripada 0,1 mg/L dan hal tersebut melebihi batas, sehingga sudah tergolong
tidak cocok untuk digunakan sebagai air baku minum maupun perikanan.

Selanjutya adalah kandungan Amonia atau NH3. Memiliki nilai pada permukaan 1.63 mg/L dan
pada dasar 2.42 mg/L. Kandungan NH3 ini berasal dari air seni, tinja serta dari oksidasi zat
organik maupun dari sedimentasi bahan pakan ikan dari perikanan masyarakat sekitar.
Berdasarkan data yang sudah didapatkan, kondisi perairan Situ Gintung sudah tidak cocok untuk
digunakan sebagai air baku minum.

Besarnya oksigen yang dibutuhkan untuk melakukan reaksi kimia dalam air atau disebut nilai
COD. Nilai COD ini mengacu pada kebutuhan oksigen untuk melakukan proses oksidasi,
semakin banyak limbah di perairan akan mengacu atau meningkatkan nilai COD. Pada perairan
Situ Gintung sendiri nilai COD pada Permukaan didapatkan sebesar 7.67 sampai 92 mg/L
dengan rata-rata 46.42 mg/L. sementara nilai pada Dasar perairan didapatkan sebesar 15.3
sampai 215 mg/L dan dengan rata-rata 105.75 mg/L. hal tersebut menunjukkan bahwa perairan
Situ Gintung masih ada wilayah yang cocok digunakan sebagai pemanfaatan untuk perikanan,
dikarenakan masih memiliki nilai di bawah 25 mg/L. sementara untuk digunakan sebagai baku
air minum hanya bisa digunakan saat keadaan nilai COD sebesar <10 mg/L.

BOD merupakan jumlah oksigen yang dibutuhkan oleh organisme pada perairan. Kadar BOD
juga dapat diartikan sebagai pertanda sebuah perairan masih cukup layak menjadi lokasi baku
mutu air perikanan atau air minum. Nilai BOD pada perairan Situ Gintung berada pada rentang
3.75 sampai 16.8 mg/L pada permukaan, dengan rata-rata 7.87 mg/L dan pada dasar perairan
bernilai 15.3 sampai 18.6 mg/L dengan rata-rata 10.59 mg/L. Berdasarkan baku mutu air, kondisi
perairan Situ Gintung sudah tidak terdapat wilayah yang cocok untuk digunakan sebagai
pemanfaatan perairan perikanan maupun air minum. Dikarenakan untuk bahan baku air minum,
nilai BOD yang cocok adalah dibawah 2 mg/L, sementara untuk perairan perikanan yaitu sebesar
3 mg/L.
2.3. Sifat Biologi

Nilai Coliform atau Total Coliform merupakan jumlah total dari bakteri Coliform yang ada pada
sebuah perairan. Pada penilaian ini, didalamnya termasuk bakteri Escherichia Coli yang
bercampur dengan zat-zat yang ada di perairan. Semakin tinggi nilai Coliform menandakan
semakin buruk kualitas sebuah perairan. Meningginya Nilai Coliform disebabkan oleh
pembuangan tinja ke perairan serta tingginya suhu perairan yang menyebabkan perkembangan
bakteri semakin cepat. Berdasarkan data yang sudah didapatkan pada perairan Situ Gintung,
Nilai Coliform pada permukaan berkisar mulai dari 750 sampai >24000 MPN/100ml. sementara
pada dasar perairan Situ Gintung berkisar mulai dari 1500 sampai >24000 MPN/100ml.
Berdasarkan data yang sudah didapatkan, dapat dikatakan bahwa nilai Coliform di perairan Situ
Gintung tergolong tinggi sehingga kondisi air Situ Gintung tidak dapat dijadikan sebagai baku
mutu air minum serta perikanan.

3. Metode pengujian parameter

Pada penelitian ini menggunakan metode teknik sampling untuk memperoleh sebuah data yang
akan dianalisis mengenai kualitas air di Situ Gintung, Tanggerang Selatan. Pengambilan sampel
tersebut dilakukan hanya pada kedalaman tertentu saja dengan menggunakan metode stratified
yang diambil berdasarkan tingkat kedalaman. Selain itu, pengambilan sampel dilakukan pada
kedua inlet (masukan air). Untuk parameter kedalaman didapatkan dari kedalaman rata-rata
Waduk Situ Gintung yang telah diperoleh sekitar < 10 m dan diambil sampel dari bagian
permukaan dan dasar.

Pengambilan sampel kemudian dimasukan kedalam botol sampel dan water sampler, untuk
dilakukan pengukuran di laboratorium. Pada parameter bagian suhu menggunakan alat
termometer sebagai alat ukur suhu ataupun mengukur perubahan suhu yang terjadi. Hal tersebut
dilakukan dengan cara memasukan alatnya ke dalam sampel yang telah diambil, kemudian
tunggu hingga alat tersebut dapat menunjukan hasilnya. Pada pengukuran pH menggunakan alat
yang bernama pH stick untuk mengukur tingkat asam basa dari waduk tersebut. Dengan cara
memasukan pH stick ke dalam sampel air, setelah itu didiamkan sampai menunjukan hasil
pembacaan pada pH stick.

Pada parameter bagian kecerahan menggunakan alat bernama secchi disk. Secchi disk merupakan
lempengan sederhana yang berbentuk cakram yang berfungsi untuk menganalisis tingkat
kecerahan air dan juga mengontrol tingkat kekeruhan air. Cara menggunakan secchi disk cukup
mudah yaitu dengan mengikatkan secchi disk dengan tali kemudian dimasukan ke dalam air dan
ditunggu hingga pola yang ada pada secchi disk tidak terlihat pada kedalaman air tertentu, hal
tersebut dapat menunjukan tingkat ukuran kecerahan air.
Pada parameter bagian Dissolved Oxygen (DO) menggunakan alat Dissolved Oxygen (DO)
meter yang berfungsi untuk mengukur kadar oxygen yang terlarut dalam waduk tersebut dan
dinyatakan dalam bentuk konsentrasi, selain itu sebagai penilaian pencemaran air yang terjadi
pada waduk tersebut. Cara menggunakan DO meter dengan cara dicelupkan ujung alat ke dalam
sampel air, kemudian hasil pembacaan akan terlihat pada display alatnya secara numerik.

4. Parameter pencemar utama di Waduk Situ Gintung

Pencemaran utama di Waduk Situ Gintung adalah limbah domestik, mengapa limbah menjadi
parameter pencemaran utama karena Situ Gintung memiliki kadar TDS yang sangat tinggi,
menunjukkan bahwa banyak bahan-bahan halus yang dibawa ke perairan Situ Gintung, seperti
lumpur, dsb. Limbah domestik memiliki kandungan DO yang rendah yaitu 2,62 dan 3,19 mg/L,
menunjukkan bahwa kandungan oksigen dipakai untuk proses dekomposisi sehingga kadarnya
sedikit, di lain sisi juga tidak ada tumbuhan yang bisa berfotosintesis dan menghasilkan oksigen
di saluran limbah ini.

Berdasarkan kandungan BOD, inlet Situ Gintung yang berasal dari saluran limbah domestik
memiliki kadar 2,17 dan 3,06 mg/L. Kandungan BOD yang rendah menunjukkan bahwa
sedikitnya bahan organik dan mikroorganisme di sini.

Berdasarkan kadar amonia, limbah yang masuk sebagai inlet Situ Gintung memiliki kadar 1,37
dan 1,35 mg/L.Hal ini karena saluran domestik ini digunakan pula untuk pembuangan tinja
manusia sehingga kandungan amonianya tinggi.

5. Dampak dari pencemaran yang terjadi di Waduk Situ Gintung

Dampak yang muncul dari pencemaran yang terjadi pada waduk Situ Gintung yang diakibatkan
oleh kandungan phospat yang tinggi akan mempengaruhi sektor perikanan di Waduk Situ
Gintung tersebut. Seperti yang dapat dilihat dari banyaknya bermunculan tanaman eceng gondok
yang menandakan bahwa masyarakat sekitar telah membuang banyak limbah detergen dan
menjadikan Situ Gintung sebagai tempat pembuangannya. Tentu saja dampak utama dari
pembuangan detergen ini adalah meningkatnya kadar phospat di Situ Gintung dan dapat merusak
ekosistem air disana, yang dimana tanaman eceng gondok akan mempengaruhi kadar oksigen
dalam waduk tersebut sehingga ikan-ikan di dalam air menjadi kekurangan oksigen karena telah
diambil oleh tanaman eceng gondok tersebut. Akibatnya jumlah ikan dan biota-biota yang berada
di Situ Gintung menjadi berkurang. Dimana Situ Gintung dimanfaatkan oleh warga sekitar untuk
pariwisata dan perikanan. Sehingga kegiatan perikanan di daerah Situ Gintung tidak akan
mampu bertahan jika terus dibiarkan tercemar seperti itu. Solusi yang bisa dilakukan adalah
dengan menanam tanaman air yang dapat menghasilkan oksigen lebih banyak agar dapat
menjaga kadar air di waduk Situ Gintung tersebut.

Nilai TDS (Total Dissolved Solid) yang tinggi pada limbah domestik yang mengandung buangan
bahan padat yang terlarut seperti misalnya sisa makanan, feses, hingga lumpur yang terbawa
selama transportasi air di saluran tersebut. Dapat menambah kekeruhan air disana yang dimana
air yang terlalu keruh juga tidak baik untuk kehidupan biota air disana. Dimana dapat
menyebabkan tertutupnya insang ikan, walau petani ikan di sana telah menggunakan strategi
agar ikan mereka tetap dapat bertahan yaitu dengan cara memberikan jaring-jaring untuk
menahan lumpur dan partikel organik maupun anorganik yang berasal dari limbah domestik.
Tetapi tentunya tetap harus dilakukan tindakan yang tepat agar dapat mengurangi limbah yang
mencemari air di Waduk Situ Gintung tersebut.

Dengan kondisi kadar amonia , kadar phospat dan TDS (Total Dissolved Solid) yang tinggi dan
rendahnya kadar DO pada perairan waduk Situ Gintung tentunya air disana sangat tidak layak
untuk dikonsumsi , mengingat masih ada beberapa warga yang menggunakan air disana sebagai
sumber air minum mereka. Dan kondisi air ini juga mengancam sektor perikanan yang terdapat
pada Waduk Situ Gintung tersebut.

6. Upaya
6.1. Instalasi Plasma Nano-Bubble Pada Tahun 2019
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) Republik Indonesia berupaya
memperbaiki kualitas air Situ Gintung dengan cara membangun alat bernama plasma nano-
bubble yang berguna dalam proses penguraian serta peningkatan kadar oksigen terlarut di dalam
air. Alat ini memiliki dua sistem utama, yaitu plasma generator dan nano bubble generator.
Mikroorganisme pengurai dalam kolom air dan sedimen akan hidup karena kadar oksigen
terlarut dalam kolom air akan bertambah sebesar 22 meter kubik per jam dengan penggunaan
nano bubble generator. Fungsi utama dari plasma nano bubble sendiri adalah alat ini berguna
mengurangi bau serta menghidupkan kembali ekosistem dengan cara memberikan oksigen.
Banyak manfaat yang bisa didapatkan dari instalasi alat ini, antara lain menurunkan kadar Fosfor
(P), Nitrogen (N), Total Suspended Solid (TSS), Biochemical Oxygen Demand (BOD), Chemical
Oxygen Demand (COD), nutrient, dan bahkan bakteri coli serta logam berat. Menghilangkan bau
serta peningkatan nilai DO dapat dilakukan dengan menggunakan sistem nano bubble yang
memiliki prinsip kerja menambah gelembung udara super halus ke dalam air. Limbah domestik
dan tumpukan sampah menjadi penyebab utama kualitas air Situ Gintung menjadi buruk dan
berbau tidak sedap.
Gambar Instalasi Plasma Nano-Bubble di Situ Gintung
Sumber: Direktorat PPA, 2019

6.2. Pembersihan Sampah di Wilayah Situ Gintung


Pada tahun 2018 dilakukan pembersihan sampah dengan cara manual oleh pihak kelurahan,
kecamatan, Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Tangerang Selatan, Koramil Ciputat, RT/RW
dan masyarakat terhadap wilayah Situ Gintung. Terdapat sekitar 60 orang yang turut serta
membersihkan sampah di Situ Gintung yang cukup penuh dengan tumpukan sampah. Selain
membersihkan tumpukan sampah di Situ Gintung, pihak kelurahan Cireundeu juga menyiapkan
spanduk himbauan larangan buang sampah sembarangan ke Situ Gintung dan yang tertangkap
akan diberikan sanksi tegas sesuai peraturan yang berlaku dengan harapan dapat memberikan
efek jera kepada oknum yang membuang sampah sembarangan.

BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Situ Gintung dibentuk menjadi waduk sebagai tempat penampungan air hujan dan juga
dimanfaatkan untuk pengairan ladang pertanian di sekitarnya. Semenjak tahun 1970-an, kawasan
pulau dan salah satu tepi Situ Gintung dimanfaatkan sebagai tempat wisata alam dan perairan
yang memiliki fasilitas restoran, kolam renang, dan outbound. Dapat dilihat berdasarkan sifat
fisika dan kimia, secara strata pada bagian permukaan memiliki kualitas air yang lebih baik
dibandingkan bagian dasar. Sedangkan berdasarkan sifat biologi, secara strata pada bagian
permukaan memiliki kualitas air yang lebih buruk dibandingkan pada bagian dasar.

Pencemaran utama di Waduk Situ Gintung adalah limbah domestik,Limbah domestik memiliki
kandungan DO yang rendah, serta kandungan bahan-bahan kimia seperti phospat dan amonia
yang merusak ekosistem waduk. Adanya pengendapan pada dasar waduk membuat air semakin
keruh dan tidak layak konsumsi. Selain itu Tercemarnya danau menyebabkan eutrofikasi yang
dapat menghambat keberlangsungan ekosistem ikan di waduk.

Dalam menanggulangi pencemaran ini Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK)
Republik Indonesia berupaya memperbaiki kualitas air Situ Gintung dengan cara membangun
alat bernama plasma nano-bubble yang berguna dalam proses penguraian serta peningkatan
kadar oksigen terlarut di dalam air. Selain itu pihak kelurahan Cireundeu juga menyiapkan
spanduk himbauan larangan buang sampah sembarangan ke Situ Gintung.

Solusi dan Saran

Dari beberapa dampak sudah disebutkan sebelumnya, disebutkan bahwa pencemaran Situ
Gintung disebabkan oleh adanya sedimentasi pada dasar danau yang mengandung Phospat
amonia, dan residu pakan ikan yang mengendap. Adanya kandungan phospat yang tinggi atau
sering disebut eutrofikasi dan tumbuhnya eceng gondok di sekitar situ, untuk menanggulangi hal
tersebut dapat dilakukan pengontrolan dari pemerintah serta masyarakat sekitar Situ Gintung
dengan melakukan pembersihan secara rutin agar ekosistem waduk tetap mendapatkan oksigen
yang cukup, sebagaimana diketahui bahwa tanaman eceng gondok mengambil cukup banyak
oksigen yang dapat merugikan bagi ikan di waduk. Adanya phospat dan amonia ini terjadi
karena adanya limbah-limbah hasil produk yang meninggalkan residu atau endapan di dasar
waduk. Pengerukan sedimen di dasar waduk menjadi solusi yang paling efektif dalam
mengurangi pencemaran ini. Adanya residu yang dihasilkan oleh pakan ikan juga menjadi salah
satu faktor yang dapat ditanggulangi dengan cara memberi makan ikan secukupnya sehingga
tidak meninggalkan residu yang akan mengendap. Selain itu, para petani ikan memiliki strategi
agar ternak ikan mereka tetap bertumbuh yaitu dengan memasang jaring dan menanam tumbuhan
air.

Adanya pencemaran akibat limbah rumah tangga baik limbah cair maupun limbah padat yg
menjadi salah faktor pemicu pencemaran air Situ Gintung, Hal ini dapat diatasi dengan
meminimalisir pembuangan limbah ke arah danau atau limbah dialihkan serta melalui proses
filtrasi agar ramah lingkungan. Meskipun kualitas air Situ Gintung tidak layak konsumsi
setidaknya kualitas air membaik. Pemerintah seharusnya melakukan pengelolaan hasil limbah
sekitar danau agar nantinya residu limbah tidak berakhir di waduk. Tidak asing juga bahwa
keadaan Situ Gintung yang tidak nyaman akibat adanya sampah. Kembali lagi bahwa masyarakat
sekitar harus meningkatkan kembali kesadaran akan kebersihan lingkungan sekitar mereka.
DAFTAR PUSTAKA

- Widyana, Auliyannisa. 2013. Kajian Kualitas Air Situ Gintung Kecamatan Ciputat Timur
Kota Tangerang Selatan.
- Anonim. 2015. Lingkungan: Ekosistem Situ Gintung, Ciputat Tangerang Selatan
- Direktorat Jenderal Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan. 2019.
Laporan Kinerja
- Yos Mo. 2017. “Secchi Disk untuk Mengukur Kekeruhan Air Tambak”,
https://www.isw.co.id/post/2017/03/02/secchi-disk-untuk-mengukur-kekeruhan-air-
tambak
- Anonim. 2015. “Temuan Plastik Mikro dari Kemasan Air Galon Sekali Pakai hingga
Sumber Mata Air”, https://news.detik.com/dw/d-5773843/temuan-plastik-mikro-dari-
kemasan-air-galon-sekali-pakai-hingga-sumber-mata-air

Anda mungkin juga menyukai