Anda di halaman 1dari 5

Latar belakang

Air merupakan sumber daya alam yang penting dalam kehidupan karena kebutuhan terhadap
air di kehidupan sehari-hari yaitu di lingkungan rumah tangga setiap tempat atau setiap bangsa dan
negara ternyata berbeda disetiap tingkat kehidupan manusia. Sumber daya air harus dilindungi oleh
makhluk hidup terutama manusia agar tetap bisa digunakan dengan baik. Masalah utama sumber
daya air meliputi kuantitas air terutamam air bersih yang selalu menurun sehingga kebutuhan
manusia tidak terpenuhi. Secara umum air digunakan untuk banyak keperluan misalnya industri,
pertanian, rumah tangga, dan transportasi (Earnestly, 2018). Earnestly, Femi. 2018. Analisa Kadar
Klorida, Amoniak Di Sumber Air Tanah Universitas Muhammadiyah Sumbar Padang. Jurnal
Katalisator No 2Vol 3.
Air bersih digunakan untuk memenuhi kebutuhan dasar manusia. Pulau-pulau kecil di tengah
lautan lepas dan wilayah pesisir pantai merupakan daerah yang miskin akan sumber air tawar
sehingga timbul masalah dalam pemenuhan kebutuhan air bersih. Sumberdaya air yang terdapat di
daerah tersebut umumnya berkualitas buruk, misalnya air tanahnya yang payau atau asin. Kualitas
air sangat buruk karena mengandung kadar garam ataupun Total Dissolved Solid (TDS) yang sangat
tinggi (Kurniawan, 2014) Kurniawan. 2014. Studi Pengaruh Zeolit Alam Termodifikasi
HDTMA Terhadap Penurunan Salinitas Air Payau. Jurnal Sumbardaya Alam dan
Lingkungan.
Baik buruknya kualitas air salah satunya dapat dipengaruhi dari ada atau tidaknya pencemaran
air. Menurut Masere et al., (2012) Masere, T.P., Munodawafa, A. and Chitata, T. 2012. “Assessment
of human impact on water quality along Manyame River”, International Journal of Development
and Sustainability.1(3):754-765 pencemaran air adalah pelepasan segala cairan, padat, gas,
organisme patogen atau zat lain ke dalam air yang akan menyebabkan air tersebut terganggu dan
menjadi berbahaya bagi kesehatan, keselamatan atau kesejahteraan masyarakat dan lingkungan.
Umumnya, pencemaran air berasal dari aktivitas manusia seperti industri manufaktur, pertanian,
pertambangan, dan pengelolaan limbah perkotaan yang buruk. Air limbah industri paling berdampak
kuat terhadap kualitas air permukaan, yang berdampak pada kesehatan manusia dan ekosistem
(Earnhart, 2013). Eanhard, D. 2013. Water Pollution from Industrial Source. Encyclopedia of
Energy, NaturalResource and Environmental Economics

Air sehat harus memenuhi persyaratan kualitas air meliputi syarat fisik, syarat kimiawi dan
syarat bakteriologi. Salah satu bahan kimia yang harus memenuhi standar kualitas air minum adalah
klorida. Dalam Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 492/MENKES/PER/IV/2010
tentang Persyaratan Kualitas Air Minum kadar maksimum klorida dalam air minum adalah 250 mg/L.
Konsentrasi klorida yang melebihi ambang batas maksimum dapat mengakibatkan timbulnya rasa
payau atau asin pada air minum (Djuma, 2014). Djuma, Agustina Welhelmina., Talaen, Marce
Selvince. 2014. The Analysis Of Chloride In Argentometry On Dig Well Water In Kupang Regency Of
Kupang Tengah District Oebelo Village In 2014. Jurnal Info Kesehatan No 2 Vol 14.
Air laut yang mencemari sumber air bersih tidak dapat digunakan karena tingginya kadar
klorida di dalam air tersebut. Ion klorida pada tingkat sedang relative mempunyai pengaruh kecil
terhadap sifat-sifat kimia dan3 biologi perairan. Kation dari garam-garam klorida dalam air terdapat
dalam keadaan mudah larut dan ion klorida secara umum tidak membentuk kompleks yang kuat
denganion-ion logam. Ion ini tidak dapat dioksidasi dalam keadaan normal dan bersifat toksik. Tetapi
kelebihan garam-garam klorida ini dapat menyebabkan penurunan kualitas air yang disebabkan oleh
tingginya salinitas (Rabbani, 2015). Rabbani, Aulia Husna. 2015. Penurunan Garam Klorida Air Laut
Dengan Memanfaatkan Modifikasi Pati Dari Limbah Bonggol Pisang Ambon (Musa paradisiaca var
sapientum). Jurnal Kimia Mulawarman Volume 13 Nomor 1.

Pembahasan

Air bersih menjadi salah satu kebutuhan yang mendasar bagi kehidupan manusia. Air bersih
yang memenuhi standar atau persyaratan kesehatan adalah air minum yang tidak berbau, berwarna
dan berasa serta memenuhi baku mutu yang dipersyaratkan. Keberadaan air tidak lepas dari siklus
hidrologi, dengan adanya siklus tersebut maka air akan bersentuhan dengan senyawa sehingga air
terkontaminasi dengan bahan lain. Jadi tidak ada air yang benar-benar murni. Pertumbuhan
penduduk yang begitu pesat telah meningkatkan aktivitas manusia untuk memenuhi kebutuhan di
segala sektor. Peningkatan ini mengakibatkan peningkatan intensitas pencemaran terhadap sumber
daya air yang tersedia. Ditambah lagi perkembangan teknologi, yang tidak dipungkiri lagi dapat
mencemari lingkungan seperti penggunaan detergen, pupuk, pestisida dan lain-lain, sehingga
semakin menambah rusak sumber daya air permukaan yang tersedia.
Air bersih digunakan untuk memenuhi kebutuhan dasar manusia. Pulau-pulau kecil di tengah
lautan lepas dan wilayah pesisir pantai merupakan daerah yang miskin akan sumber air tawar
sehingga timbul masalah dalam pemenuhan kebutuhan air bersih. Sumberdaya air yang terdapat di
daerah tersebut umumnya berkualitas buruk, misalnya air tanahnya yang payau atau asin. Kualitas
air sangat buruk karena mengandung kadar garam ataupun Total Dissolved Solid (TDS) yang sangat
tinggi (Kurniawan, 2014) Kurniawan. 2014. Studi Pengaruh Zeolit Alam Termodifikasi
HDTMA Terhadap Penurunan Salinitas Air Payau. Jurnal Sumbardaya Alam dan
Lingkungan.
Analisis penentuan kualitas air sangat penting. Analisis kualitas yang sebenarnya harus melalui
analisis laboratorium agar semua komponen yang terdapat di dalam air dapat diketahui dengan
jelas. Untuk mengetahui kualitas air dengan tepat maka analisis dapat dilakukan melalui analisis
kimia dan analisis toksisitas yang bertujuan untuk mengetahui tingkat ketercemaran air saja. Analisis
kimia dilakukan untuk mengetahui zat kimia atau jenis zat kimia di dalam air secara umum untuk
mengetahui kehadiran senyawa spesifik yang menyebabkan bahaya di dalam air (Situmorang, 2007)
Situmorang M.2007. Kimia Lingkungan. Medan. Universitas Negeri Medan.
Air sehat harus memenuhi persyaratan kualitas air meliputi syarat fisik, syarat kimiawi dan
syarat bakteriologi. Salah satu bahan kimia yang harus memenuhi standar kualitas air minum adalah
klorida. Dalam Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 492/MENKES/PER/IV/2010
tentang Persyaratan Kualitas Air Minum kadar maksimum klorida dalam air minum adalah 250 mg/L.
Konsentrasi klorida yang melebihi ambang batas maksimum dapat mengakibatkan timbulnya rasa
payau atau asin pada air minum (Djuma, 2014). Djuma, Agustina Welhelmina., Talaen, Marce
Selvince. 2014. The Analysis Of Chloride In Argentometry On Dig Well Water In Kupang Regency Of
Kupang Tengah District Oebelo Village In 2014. Jurnal Info Kesehatan No 2 Vol 14.
Pada penentuan kadar (Clˉ) pada sampel air parit dilakukan dengan metode argentometri
mohr. Metode argentometri mohr merupakan salah satu metode titrasi pengendapan. Titrasi
dengan metode ini menggunakan K2CrO4 sebagai indikator. Perubahan warna indikator dari kuning
membentuk endapan berwarna kemerah-merahan diambil sebagai titik akhir titrasi.
Dasar analisa kualitatif dengan metode argentometri yaitumerupakan suatu titrasi ion perak dan ion-
ion hydrogen. Titrasiargentometri adalah titrasi dengan menggunakan larutan perak nitrat sebagai
titran, dimana terbentuk garam perak yang sukar larut dan K2CrO4 sebagai indikatornya.
K2CrO4 sebagai indikator sudah menjadi ketentuan dalamtitrasi pengendapan cara mohr.
Setelah penambahan indikator tersebut, warna larutan sampel menjadi kuning lalu dititrasi dengan
larutan baku AgNO3. Alasan dititrasi dengan AgNO3 karena titrasi argentometri menggunakan
larutan AgNO3 sebagai titrannya karena AgNO3 adalah satu-satunya garamperak yang terlarutkan
air sehingga pereaksi perak nitrat dengangaram lain akan menghasilkan endapan.
Setelah dititrasi pada larutan sampel terbentuk endapan kemerah-merahan, hal inilah yang
membuktikan bahwa metode titrasi pengendapan yang dilakukan adalah cara mohr. munculnya
endapan yang berwarna kemerah-merahan pada titik akhir titrasi dikarenakan kromat terikat oleh
ion perak membentuk senyawa yang sukar larut berwarna merah bata.

4.2.1 Persiapan Wadah sampling


Wadah sampling sebelum digunakan terlebih dahulu dibersihkan dari hal-hal yang akan mengganggu
jalannya praktikum. Wadah sampling disiapkan pada hari selasa, 13 april 2021 yaitu tepat sehari
sebelum dilakukannya praktikum. Langkah pertama yang dilakukan adalah membersihkan badan
botol dari hal-hal yang akan menghalangi pengamatan seperti kertas label dan lain-lain. Setelah itu,
cuci botol sampai bersih dengan air dan deterjen bebas fosfat karena selain dapat membersihkan
botol juga lebih ramah lingkungan. Kemudian bilas botol menggunakan air bersih lalu dikeringkan.

4.2.2 Pengambilan Sampel

4.2.3 SNI Acuan Uji Klorida (SNI 6989.19:2009)


Menurut SNI 6989.19:2009 tentang cara uji klorida (Cl-) dengan metode Argentometri dilakukan
dengan cara ... kelebihannya.... kekurangannya....

4.2.4 Pembuatan Larutan Perak Nitrat (AgNO3)

Pembuatan Larutan Perak Nitrat (AgNO3) dilakukan dengan terlebih dahulu menimbang Perak Nitrat
(AgNO3) sebanyak 2,2 gram menggunakan timbangan. Setelah itu AgNO3 dipanaskan didalam oven
105oC selama 10 menit agar mendapat kandungan dan massa AgNO3 yang lebih murni. Setelah itu,
siapkan labu ukur 1000 ml dan masukkan akuades sekitar 500 ml lalu lapisi dengan aluminium foil
agar larutan yang ada didalamnya tidak terkena kontak cahaya langsung karena AgNO3 sensitif
terhadap cahaya. Selanjutnya, masukkan AgNO3 ke dalam labu ukur tadi lalu tambahkan akuades
sampai tanda tera dan dihomogenkan.

4.2.5 Pembuatan Larutan Kalium Kromat (K2CrO4)

Pembuatan Larutan Kalium Kromat (K2CrO4) dilakukan dengan terlebih menimbang dahulu Kalium
Kromat (K2CrO4) sebanyak 50 gram menggunakan timbangan. Setelah itu K2CrO4 dipanaskan
didalam oven 105oC selama 10 menit agar mendapat kandungan dan massa K2CrO4 yang lebih
murni. Setelah itu K2CrO4 dilarutkan dengan akuades sebanyak 1 L di dalam gelas beaker dengan
cara diaduk menggunakan batang pengaduk. Kemudian sambil diaduk, teteskan larutan AgNO3 tetes
demi tetes sampai terbentuk endapan warna merah bata. Hasil dari percobaan menunjukkan
endapan terbentuk pada tetesan ke 50 dan endapan tersebut berada di permukaan larutan.

4.2.6 Pembuatan Larutan NaCl

Pembuatan Larutan NaCl dilakukan dengan terlebih dahulu menimbang NaCl sebanyak 0,824 gram
menggunakan timbangan. Setelah itu NaCl dipanaskan didalam oven 140oC selama 10 menit agar
mendapat kandungan dan massa NaCl yang lebih murni. Kemudian NaCl dilarutkan dengan akuades
sebanyak 1 L.
4.2.7 Standarisasi AgNO3

Standarisasi AgNO3 dilakukan dengan terlebih dahulu menyiapkan 2 buah erlenmeyer lalu
dimasukkan masing-masing 25 ml NaCl 0,0141 N. Setelah itu ditambahkan K2CrO4 sebanyak 1 ml.
Selanjutnya titrasi larutan tersebut dengan AgNO3 standar sampai titik akhir titrasi berwsrna kuning
kemerahan. Namun, pada saat dilakukan titrasi sampai 40 tetes atau sebanyak 2 ml, larutan tidak
berubah warna menjadi kuning kemerahan tapi berwarna kuning keruh. Hal ini dikarenakan
kesalahan praktikan saat membuat larutan K2CrO4 yang terlalu encer sehingga Ag+tidak beraksi
dengan ion CrO4- dari indikator K2CrO4 yang ditambahkan maka warna merah dari endapan tidak
terbentuk. Setelah itu dilakukanlah duplo dan didapatkan hasil yang sama yaitu setelah diteteskan
sebanyak 40 tetes atau sekitar 2 ml AgNO3 larutan tetap berubah warna menjadi kening keruh dan
tidak berubah warna menjadi kuning kemerahan.

4.2.8 Uji Blanko AgNO3

Larutan blanko adalah larutan tidak berisi analit. Larutan blanko biasanya digunakan untuk tujuan
kalibrasi sebagai larutan pembanding dalam suatu analisis. Saat dilakukan metode blanko, larutan
yang diperlakukan sama dengan sampel, ditambah dengan reagen yang sama, mengalamai kontak
dengan alat yang sama dan diperlakukan dengan prosedur yang sama. Uji Blanko AgNO3 dilakukan
dengan terlebih dahulu memasukkan masing2 25 ml akuades ke dalam 2 buah erlenmeyer. Setelah
itu ditambahkan K2CrO4 sebanyak 1 ml. Selanjutnya titrasi larutan tersebut dengan AgNO3 standar
sampai titik akhir titrasi berwsrna kuning kemerahan. Titik akhir titrasi berubah menjadi warna
kuning kemerahan tepat setelah ditambahkan AgNO3 sebanyak 3 tetes atau sebanyak 0,3 ml.
Selanjutnya dilakukan duplo dan didapatlah hasil yang sama yaitu Titik akhir titrasi berubah menjadi
warna kuning kemerahan tepat setelah ditambahkan AgNO3 sebanyak 3 tetes atau sebanyak 0,3 ml.

4.2.9 Cara kerja sampel air (Air Parit)

Cara kerja sampel air (Air Parit) dilakukan dengan terlebih dahulu memasukkan sampel air sebanyak
100 ml ke dalam labu ukur. Setelah itu ditambahkan dengan K2CrO4 sebanyak 1 ml. Kemudian
dititrasi dengan larutan AgNO3 sampai terjadi endapan merah bata. Pada saat dilakukan percobaan,
endapan terbentuk pada tetesan ke 4 yaitu sebanyak 0,4 ml. Percobaan ini seharusnya dilakukan
duplo, namun karena kesalahan praktikan tidak mengambil sampel air yang cukup maka duplo ini
tidak dapat dilakukan.

4.2.10 Cara Kerja Blanko

Cara kerja Blanko dilakukan dengan terlebih dahulu memasukkan Akuades sebanyak 100 ml ke
dalam labu ukur. Setelah itu ditambahkan dengan K2CrO4 sebanyak 1 ml. Kemudian dititrasi dengan
larutan AgNO3 sampai terjadi endapan merah bata. Pada saat dilakukan percobaan, endapan
terbentuk pada tetesan ke 10 yaitu sebanyak 0,5 ml. Kemudian lakukan duplo dengan cara yang
sama dan didapatlah hasil yang sama yaitu endapan terbentuk pada tetesan ke 10 yaitu sebanyak
0,5 ml

4.2.11 Hasil Uji Klorida

Setelah melakukan beberapa prosedur kerja, barulah kita bisa menentukan kadar klorida dalam
sampel air tersebut dengan menggunakan rumus sebagai berikut: RUMUS BESERTA
KETERANGANNYA
Setelah melakukan perhitunganmenggunakan rumus diatas didapatlah hasil kadar klorida sebanyak
7, 13969 mg/L. Dapat disimpulkan bahwa kadar klorida tersebut masih dibilang aman karena
berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 492/MENKES/PER/IV/2010
ambang batas maksimum kadar klorida yaitu 250 mg/L.

4.2.12 Perbandingan dengan jurnal ANALISA KESADAHAN TOTAL DAN KADAR KLORIDA AIR DI
KECAMATAN TANGGULANGIN SIDOARJO

Berdasarkan data yang didapat dari jurnal, dapat diketahui bahwa 5 dari 10 daerah di kecamatan
Tanggulangin Sidoarjo yang layak dikonsumsi, yaitu pada kode sampel A (123.2 mg/L), kode sampel C
(49.7 mg/L), kode sampel E (245.7 mg/L), kode sampel I (182.4 mg/L), dan kode sampel J (64 mg/L).
Sedangkan pada kode sampel lainnya, kandungan kadar klorida melebihi ambang batas maksimal
yang berarti tidak layak untuk dikonsumsi. Kadar klorida tersebut berbeda beda dikarenakan pada
saat pengambilan sampel, sampel diambil pada 15 titik wilayah yang berbeda. Apabila dibandingkan
dengan kadar klorida yang kami dapatkan, terdapat perbedaan besar yaitu hanya berkisar 7, 13969
mg/L. Faktor-faktor yang memungkinkan menjadi penyebab perbedaan ini yaitu tempat sampel
diambil, kondisi lingkungan, cuaca, kondisi sampel, dinding parit terbuat dri apa, serta jenis tanah
dimana lokasi sampel tersebut diambil.

Kesimpulan

1. Setelah menjalani seluruh prosedur kerja dan dilakukan perhitungan, didapatlah kadar
klorida sampel air parit yang diambil di parit jalan sepakat 2 sebesar 7, 13969 mg/L
2. Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
492/MENKES/PER/IV/2010 tentang Persyaratan Kualitas Air Minum kadar maksimum klorida
dalam air minum adalah 250 mg/L. Maka kadar klorida sampel air parit yang diambil di parit
jalan sepakat 2 masih tergolong aman

Saran
Saran yang dapat disampaikan ialah harus lebih memperhatikan dan membaca modul
dengan teliti sebelum melakukan praktikum agar tidak terjadi kesalahan dalam
pembuatan larutan dan jumlah sampel air parit nya juga tidak kekurangan.

Anda mungkin juga menyukai