Proposal ini diajukan sebagai syarat untuk ketuntasan nilai PKT Kelas XIII
Sekolah Menengah Kejuruan-SMAK Bogor Tahun Pelajaran 2021/2022
PROPOSAL PKT-2
Mengetahui, Disetujui,
Kepala Laboratorium, Pembimbing Sekolah,
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang analisis Air Danau Situ Gede daerah Cifor
Bogor, maka dirumuskan beberapa masalah sebagai berikut:
1. Apakah kualitas Air Danau Situ Gede sesuai dengan peruntukan air kelas
II?
2. Apa saja zat-zat polutan yang terkandung di dalam Air Danau Situ Gede?
3. Seberapa banyak jumlah tiap zat-zat polutan di dalam Air Danau Situ
Gede?
4. Apa tujuan dilakukannya analisis Air Danau Situ Gede Daerah Cifor
Bogor?
5. Apa langkah yang dapat dilakukan selanjutnya terhadap hasil analisis
yang diperoleh?
C. Tujuan Penelitian
Dilakukannya analisis Air Danau Situ Gede Daerah Cifor Bogor oleh
kelompok PKT-12 bertujuan untuk:
1. Mengetahui kualitas Air Danau Situ Gede yang disesuaikan dengan
peruntukannya sebagai prasarana/sarana rekreasi air, pembudidayaan
ikan air tawar, peternakan, air untuk mengairi pertanian, dan atau
peruntukan lain.
2. Mengetahui jenis zat-zat polutan yang terkandung di dalam Air Danau
Situ Gede.
3. Mengetahui seberapa banyak jumlah tiap zat-zat polutan di dalam Air
Danau Situ Gede.
4. Memenuhi tugas Project Work Praktikum Kimia Terpadu 2 yaitu
melakukan analisis yang berhubungan dengan rubrik lingkungan.
5. Menyusun saran/solusi yang tepat sesuai dengan kondisi air hasil
analisis.
D. Manfaat Penelitian
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Air
Air adalah senyawa dengan rumus kimia H₂O yang dapat diartikan
sebagai satu molekul. Air tersusun atas dua atom hidrogen yang terikat secara
kovalen pada satu atom oksigen. Air adalah salah satu zat terpenting bagi
seluruh kehidupan di muka bumi yang fungsinya tidak dapat digantikan oleh
senyawa lain. Bagi manusia sendiri, air merupakan penyusun dari tiga per empat
bagian tubuh manusia. Oleh karena itu, tidak seorang pun dapat bertahan hidup
lebih dari 4–5 hari tanpa minum air. Air sendiri berbentuk cairan yang tidak
berwarna, tidak berbau dan tidak memiliki rasa. Air mempunyai titik beku 0°C
pada tekanan 1 atm, titik didih 100°C dan kerapatan 1,0 g/cm3 pada suhu 4°C
(Schroeder, 1977). Ukuran satu molekul air sangat kecil dan umumnya bergaris
tengah sekitar 3 A (0,3 nm atau 3x10 -8 cm).
Komposisi air dapat terbilang sederhana. Meskipun begitu, air juga
memiliki sifat-sifat kimia yang tergolong unik. Keunikan tersebut terjadi sebagai
bentuk akibat adanya ikatan hidrogen yang terjadi antar molekul-molekul air.
Ikatan hidrogen dalam molekul air terjadi karena adanya sifat polar dalam air,
sehingga tempat kedudukan atom hidrogen yang positif akan menarik tempat
kedudukan oksigen yang negatif dari molekul air lainnya. Ikatan hidrogen terjadi
dalam beberapa senyawa hidrogen, dimana atom hidrogen menjembatani dua
atom yang cenderung menarik elektron lebih besar (keelektronegatifan). Ikatan
hidrogen ini sifatnya lebih lemah dibandingkan dengan ikatan kovalen (Susana,
2003). Namun demikian, ikatan hidrogen antara dua molekul air yang berdekatan
dan sifat polaritas molekul air inilah yang berperan terhadap sifat-sifat kimia dan
fisik air yang unik itu terjadi (Whitfield, 1975).
Selain itu, air juga memiliki sifat-sifat fisika yang tergolong unik, seperti
dalam hal:
1. Tegangan permukaan, yaitu air memiliki tegangan permukaan yang paling
tinggi dibanding dengan zat cair lainnya.
2. Kalor penguapan, yaitu kalor penguapan air dapat dikatakan relatif tinggi
dimana hal tersebut menyebabkan air memiliki titik didih yang tinggi
(100℃).
3. Kerapatan suhu, yaitu air dapat dikatakan memiliki kerapatan suhu yang
unik. Air akan menjadi semakin rapat bila didinginkan sampai pada suhu
4°C dan dalam proses pendinginan selanjutnya, maka kerapatan air
semakin menurun (Susana, 2003)
4. Kapasitas melarutkan, yaitu air memiliki kemampuan untuk melarutkan
zat - zat kimia serta dapat digunakan sebagai medium berlangsungnya
berbagai reaksi kimia.
Menurut Indarto (2010), secara alamiah air terdapat di alam dalam wujud
padatan (es), cair (air), dan gas (uap air). Air merupakan satu-satunya zat yang
secara alami terdapat di permukaan bumi dalam ketiga wujudnya tersebut.
Meskipun sumber daya air secara teoritis dikatakan melimpah, hanya sebagian
kecil saja yang bisa dimanfaatkan manusia secara langsung.
Berdasarkan sifatnya, air dikelompokkan menjadi air asin (96.5%) dan air
tawar (3.5%). Air tawar merupakan air dengan kandungan garam dan mineral
yang rendah di dalamnya. Saat mendengar air tawar orang biasanya merujuk ke
air dari sumur, danau, sungai, salju, atau es. Meskipun jumlahnya sedikit air
tawar inilah yang menopang seluruh kebutuhan manusia. Sebelum peradaban
semaju sekarang, manusia lebih dulu menggunakan air pada sumber yang
tersedia seperti sungai dan danau. Seiring berkembangnya zaman dan
meningkatnya populasi manusia, manusia beralih ke sumber air lainnya.
Sumber-sumber air tawar lain yang sering dimanfaatkan adalah mata air
pegunungan dan air tanah. Selain karena alasan kepraktisan, pergeseran
sumber air yang digunakan manusia juga dipengaruhi oleh kualitas air sungai
maupun danau yang semakin tercemar.
Penentuan kelas air dilakukan dengan membandingkan konsentrasi
semua parameter kualitas air seperti yang tercantum dalam PP Nomor 22 Tahun
2021 dibandingkan dengan baku mutu air Kelas I, Kelas II, Kelas III dan Kelas IV
untuk setiap parameter tersebut. Klasifikasi mutu air ditetapkan menjadi 4
(empat) kelas:
a. Kelas I, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk air baku air
minum, dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang
sama dengan kegunaan tersebut;
b. Kelas II, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk
prasarana/sarana rekreasi air, pembudidayaan ikan air tawar, peternakan,
air untuk mengairi pertanian, dan atau peruntukan lain yang
mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut;
c. Kelas III, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk
pembudidayaan ikan air tawar, peternakan, air untuk mengairi pertanian,
dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan air yang sama dengan
kegunaan tersebut;
d. Kelas IV, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk mengairi
pertanian dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang
sama dengan kegunaan tersebut.
B. Sumber-sumber Air
Menurut Ryadi (1984), sumber air yang terdapat di bumi ini dapat berasal
dari berbagai sumber yang berbeda dan dapat dibagi menjadi:
1. Air laut
Mempunyai sifat asin karena mengandung garam NaCl. Kadar garam
NaCl dalam air laut mencapai 3%. Dengan keadaan ini, maka air laut tak
memenuhi syarat sebagai air minum.
a. Air sungai
Dalam penggunaannya sebagai air minum, haruslah mengalami suatu
pengolahan yang sempurna, mengingat bahwa air sungai ini pada umumnya
mempunyai derajat pengotoran yang sangat tinggi sekali. Debit yang tersedia
untuk memenuhi kebutuhan akan air minum pada umumnya dapat mencukupi.
b. Air rawa/danau
Kebanyakan air rawa ini berwarna yang disebabkan oleh adanya zat–zat
organis yang telah membusuk, misalnya humus yang larut dalam air, yang
menyebabkan warna kuning coklat. Pada permukaaan akan tumbuh alga atau
lumut karena adanya sinar matahari dan O2.Selain pembusukan zat organik,
kadar Fe dan Mn akan semakin tinggi jika kelarutan O2 kurang sekali (anaerob).
4. Air tanah
Air tanah adalah air yang berada di dalam tanah. Menurut Kumalasari &
Satoto (2011), air tanah dapat dibagi menjadi:
c. Mata air
Adanya air tanah yang keluar dengan sendirinya ke permukaan tanah,
mata air yang berasal dari tanah dalam hampir tidak terpengaruh oleh musim,
dimana kualitasnya sama dengan air tanah dalam.
C. Air Danau
Air danau dapat didefinisikan sebagai air yang berada pada suatu wadah
alam yang dapat menahan kelebihan air pada masa aliran air tinggi untuk
digunakan pada masa kekeringan (Gumilar et al, 2013). Danau sendiri dapat
didefinisikan sebagai badan air yang dikelilingi daratan dan tertutup/tergenang air
atau mengalir secara tetap atau sementara. Danau/situ digolongkan ke dalam
lahan basah alami bersama hutan mangrove, rawa gambut, rawa air tawar,
padang lamun, dan terumbu karang. Danau merupakan salah satu sumber air
tawar yang menunjang kehidupan berbagai makhluk hidup. Kondisi perairan
danau cenderung diam, karena itu dinamakan pula perairan lentik, lawan dari
perairan lotik atau mengalir (sungai) (Pamudjianto & Sutiono, 2018).
D. Pencemaran Air
METODE ANALISIS
A. Parameter Fisika
2. Prosedur Analisis
a. Diletakkan cawan kaca masir pada peralatan filtrasi. Dipasang sistem
vakum, dihidupkan pompa vakum kemudian dibilas cawan dengan sedikit
air bebas mineral.
b. Diaduk contoh uji hingga homogen.
c. Diambil contoh secara kuantitatif sebanyak 50 mL dan dimasukkan ke
dalam media penyaring. Dinyalakan sistem vakum. Jika proses
penyaringan membutuhkan waktu lebih dari 10 menit, maka volume
contoh uji dikurangi.
d. Dibilas cawan kaca masir 3x10 ml air bebas mineral, dilanjutkan
penyaringan dengan sistem vakum.
e. Dipindahkan cawan kaca masir dari peralatan penyaringan dengan
penjepit gegep.
f. Dikeringkan cawan kaca masir dalam oven minimal selama 1 jam pada
kisaran suhu 103℃-105℃, didinginkan dalam desikator, dan ditimbang.
(Selama pengerjaan pengeringan, oven tidak boleh dibuka tutup).
g. Diulang langkah (f) sampai diperoleh berat tetap.
Perhitungan:
(𝑊1−𝑊0)
𝑇𝑆𝑆 = 𝑉
𝑥 1000
Keterangan:
TSS: padatan Terlarut Total (mg/l);
W1: berat media penimbang berisi residu kering (mg);
W2: berat media penimbang kosong (mg);
V: volume uji contoh (ml);
1000: konversi dari mililiter menjadi liter.
Perhitungan:
𝑊1−𝑊0 𝑥 1000
𝑃𝑎𝑑𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑡𝑒𝑟𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 (𝑚𝑔/𝑙) = 𝑉 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
Keterangan:
W0: adalah berat tetap cawan kosong setelah pemanasan 180ºC ± 2℃, (mg);
W1: adalah berat tetap cawan berisi padatan terlarut total setelah pemanasan
180ºC ± 2 ºC, (mg);
V: adalah volume contoh uji dalam satuan ml;
1000: adalah konversi dari mililiter ke liter.
B. Parameter Kimia
Keterangan:
V: adalah mL Na 2S2O3;
N: adalah normalitas Na2S2O3;
F: adalah faktor volume botol dibagi volume botol dikurangi volume pereaksi;
MnSO4 dan alkali iodida azida.
Keterangan:
BOD5: adalah nilai BOD hari ke-5 contoh uji (mg/L);
A1: adalah kadar oksigen terlarut contoh uji sebelum inkubasi (0 hari) (mg/L);
A2: adalah kadar oksigen terlarut contoh uji setelah inkubasi (5 hari) (mg/L);
B1: adalah kadar oksigen terlarut blanko sebelum inkubasi (0 hari) (mg/L);
B2: adalah kadar oksigen terlarut blanko setelah inkubasi (5 hari) (mg/L);
Vb: adalah volume suspensi mikroba dalam botol DO blanko (mL);
Vc: adalah volume suspensi mikroba dalam botol DO contoh uji (mL);
P: adalah perbandingan volume contoh uji (V1) per volume total (V2).
Proses digestion
a. Contoh uji atau larutan kerja dipipet volume, ditambahkan digestion
solution dan larutan pereaksi asam sulfat yang memadai ke dalam tabung
atau ampul, seperti yang dinyatakan dalam tabel berikut:
Tabung kultur
Standar ampul:
Pengukuran contoh uji (contoh uji COD 100 mg/L sampai dengan 900 mg/L)
a. Didinginkan perlahan - lahan contoh yang sudah direfluks sampai suhu
ruang untuk mencegah terbentuknya endapan. Jika perlu, saat
pendinginan sesekali tutup contoh dibuka untuk mencegah adanya
tekanan gas.
b. Dibiarkan suspensi mengendap dan dipastikan bagian yang akan diukur
benar-benar jernih.
c. Diukur serapan contoh uji pada panjang gelombang yang telah ditentukan
(600 nm).
d. Dihitung kadar COD berdasarkan persamaan linier kurva kalibrasi.
e. Dilakukan analisis duplo.
Pengukuran contoh uji (contoh uji COD lebih kecil dari 90 mg/L)
a. Didinginkan perlahan - lahan contoh yang sudah direfluks sampai suhu
ruang untuk mencegah terbentuknya endapan. Jika perlu, saat
pendinginan sesekali tutup contoh dibuka untuk mencegah adanya
tekanan gas.
b. Dibiarkan suspensi mengendap dan dipastikan bagian yang akan diukur
benar - benar jernih.
c. Diukur serapan contoh uji pada panjang gelombang yang telah ditentukan
(420 nm).
d. Dihitung kadar COD berdasarkan persamaan linier kurva kalibrasi.
e. Dilakukan analisis duplo.
Perhitungan
Nilai COD sebagai mg O2/L:
Kadar COD (mg O2/L) = C x f
Keterangan:
C adalah nilai COD contoh uji, dinyatakan dalam miligram per liter (mg/L);
f adalah faktor pengenceran
a. Dimasukkan hasil pembacaan serapan contoh uji ke dalam regresi linier
yang diperoleh dari kurva kalibrasi.
b. Nilai COD adalah hasil pembacaan kadar contoh uji dari kurva kalibrasi.
Cara Kerja:
Persiapan Contoh Uji
a. Contoh uji dihomogenkan terlebih dahulu, dipipet 50 ml contoh uji dan
dimasukan ke dalam piala gelas 100 ml.
b. Ditambahkan 5 ml HNO3 pekat dan batu didih kemudian ditutup dengan
menggunakan kaca alas datar.
c. Dilakukan destruksi dengan dipanaskan di ruang asam pada suhu 150ᴼC
s/d sisa setengah volume awal.
d. Jika destruksi belum sempurna (tidak jernih), maka ditambahkan 5 ml
HNO3 pekat dan dilakukan pemanasan kembali. Destruksi dilakukan
hingga contoh uji menjadi jernih.
e. Larutan didinginkan dan dimasukkan kedalam labu ukur mL dan
dihimpitkan dengan aquabidest.
f. Kaca arloji dibilas dan air bilasannya dimasukan ke dalam piala gelas.
g. Contoh uji dipindahkan ke dalam labu ukur 100 ml (saring bila perlu) dan
ditambahkan aquabidest sampai tepat tanda tera dan dihomogenkan.
h. Contoh uji siap diukur absorbansinya di AAS.
Cara Kerja:
Persiapan Contoh Uji
a. Contoh uji dihomogenkan terlebih dahulu, dipipet 50 ml contoh uji dan
dimasukan ke dalam piala gelas 100 ml.
b. Ditambahkan 5 ml HNO3 pekat dan batu didih kemudian ditutup dengan
menggunakan kaca alas datar.
c. Dilakukan destruksi dengan dipanaskan di ruang asam pada suhu 150ᴼC
s/d sisa setengah volume awal.
d. Jika destruksi belum sempurna (tidak jernih), maka ditambahkan 5 ml
HNO3 pekat dan dilakukan pemanasan kembali. Destruksi dilakukan
hingga contoh uji menjadi jernih.
e. Larutan didinginkan dan dimasukkan kedalam labu ukur 100 mL dan
dihimpitkan dengan aquabidest.
f. Kaca arloji dibilas dan air bilasannya dimasukan ke dalam piala gelas.
g. Contoh uji dipindahkan ke dalam labu ukur 100 ml (saring bila perlu) dan
ditambahkan aquabidest sampai tepat tanda tera dan dihomogenkan.
h. Contoh uji siap diukur absorbansinya di AAS.
Cara Kerja:
Persiapan Contoh Uji:
a. Contoh uji dihomogenkan terlebih dahulu, dipipet 50 ml contoh uji dan
dimasukan ke dalam piala gelas 100 ml.
b. Ditambahkan 5 ml HNO3 pekat dan batu didih kemudian ditutup dengan
menggunakan kaca alas datar.
c. Dilakukan destruksi dengan dipanaskan di ruang asam pada suhu 150ᴼC
s/d sisa setengah volume awal.
d. Jika destruksi belum sempurna (tidak jernih), maka ditambahkan 5 ml
HNO3 pekat dan dilakukan pemanasan kembali. Destruksi dilakukan
hingga contoh uji menjadi jernih.
e. Larutan didinginkan dan dimasukkan kedalam labu ukur 100 mL dan
dihimpitkan dengan aquabidest.
f. Kaca arloji dibilas dan air bilasannya dimasukan ke dalam piala gelas.
g. Contoh uji dipindahkan ke dalam labu ukur 100 ml (saring bila perlu) dan
ditambahkan aquabidest sampai tepat tanda tera dan dihomogenkan.
h. Contoh uji siap diukur absorbansinya di AAS.
Cara Kerja:
Persiapan Contoh Uji
a. Contoh uji dihomogenkan terlebih dahulu, dipipet 50 ml contoh uji dan
dimasukan ke dalam piala gelas 100 ml.
b. Ditambahkan 5 ml HNO3 pekat dan batu didih kemudian ditutup dengan
menggunakan kaca alas datar.
c. Dilakukan destruksi dengan dipanaskan di ruang asam pada suhu 150ᴼC
s/d sisa setengah volume awal.
d. Jika destruksi belum sempurna (tidak jernih), maka ditambahkan 5 ml
HNO3 pekat dan dilakukan pemanasan kembali. Destruksi dilakukan
hingga contoh uji menjadi jernih.
e. Larutan didinginkan dan dimasukkan kedalam labu ukur 100 mL dan
dihimpitkan dengan aquabidest.
f. Kaca arloji dibilas dan air bilasannya dimasukan ke dalam piala gelas.
g. Contoh uji dipindahkan ke dalam labu ukur 100 ml (saring bila perlu) dan
ditambahkan aquabidest sampai tepat tanda tera dan dihomogenkan.
h. Contoh uji siap diukur absorbansinya di AAS.
Cara Kerja:
Persiapan Contoh Uji
a. Contoh uji dihomogenkan terlebih dahulu, dipipet 50 ml contoh uji dan
dimasukan ke dalam piala gelas 100 ml.
b. Ditambahkan 5 ml HNO3 pekat dan batu didih kemudian ditutup dengan
menggunakan kaca alas datar.
c. Dilakukan destruksi dengan dipanaskan di ruang asam pada suhu 150ᴼC
s/d sisa setengah volume awal.
d. Jika destruksi belum sempurna (tidak jernih), maka ditambahkan 5 ml
HNO3 pekat dan dilakukan pemanasan kembali. Destruksi dilakukan
hingga contoh uji menjadi jernih.
e. Larutan didinginkan dan dimasukkan kedalam labu ukur 100 mL dan
dihimpitkan dengan aquabidest.
f. Kaca arloji dibilas dan air bilasannya dimasukan ke dalam piala gelas.
g. Contoh uji dipindahkan ke dalam labu ukur 100 ml (saring bila perlu) dan
ditambahkan aquabidest sampai tepat tanda tera dan dihomogenkan.
h. Contoh uji siap diukur absorbansinya di AAS.
Perhitungan:
𝑎𝑏𝑠 𝑐𝑜𝑛𝑡𝑜ℎ −𝐼𝑛𝑡𝑒𝑟𝑠𝑒𝑝
𝑝𝑝𝑚 = 𝑆𝑙𝑜𝑝𝑒
𝑥 𝐹𝑝
Reaksi:
6+ 6+
𝐶𝑟 + → [𝐶𝑟(𝐷𝑖𝑃𝐶)3]
difenilkarbazida (DiPC)
Cara Kerja:
Persiapan Contoh Uji:
1. Contoh uji disaring (bila perlu) dan dihomogenkan
2. Contoh uji dipipet sebanyak 5 mL dan dimasukkan ke dalam piala gelas
100 mL, ditambahkan 5 tetes (0,25 mL) H₃PO₄
3. Larutan ditambahkan H₂SO₄ 0,2 N hingga mencapai pH 2,0
4. Larutan dipindahkan ke labu ukur 50 mL dan ditepatkan hingga tanda tera
dengan menambahkan air bebas mineral
5. Ditambahkan 2,0 mL larutan difenilkarbazida
6. Larutan dikocok dan didiamkan 5 hingga 10 menit
7. Diukur serapannya menggunakan spektrofotometer UV-VIS pada panjang
gelombang 540 nm, hasil pengukuran dicatat.
Perhitungan:
𝑎𝑏𝑠 𝑐𝑜𝑛𝑡𝑜ℎ −𝑖𝑛𝑡𝑒𝑟𝑠𝑒𝑝 52
𝑝𝑝𝑚 = 𝑠𝑙𝑜𝑝𝑒
× 𝑉
× 𝐹𝑝
Keterangan:
52: adalah volume akhir, dinyatakan dalam mililiter (mL);
V: adalah volume contoh uji yaitu 50, dinyatakan dalam mililiter (mL);
Fp: adalah faktor pengenceran.
13. Penetapan Konsentrasi Besi (Fe) secara Spektrofotometri UV-VIS
metode Tiosianat
merah darah
Cara Kerja
Persiapan Contoh Uji:
1. Contoh uji disaring (bila perlu) dan dihomogenkan
2. Contoh uji dipipet sebanyak 5 mL dan dimasukkan ke dalam piala gelas
100 mL
3. Larutan ditambahkan 3 mL HNO₃ 4 N dan 5 mL KCNS 2 M
4. Larutan dipindahkan ke labu ukur 50 mL dan ditepatkan hingga tanda tera
dengan menambahkan air bebas mineral
5. Larutan dikocok dan didiamkan 5 hingga 10 menit sampai warna larutan
stabil
6. Diukur serapannya menggunakan spektrofotometer UV-VIS pada panjang
gelombang 476 nm, hasil pengukuran dicatat.
Perhitungan:
Cara Kerja:
Persiapan Contoh Uji:
1. Dihomogenkan contoh uji.
2. Contoh uji dipipet 50 mL dan dimasukkan ke dalam piala gelas 100 mL.
3. Ditambahkan 5 mL HNO3 pekat dan batu didih, piala gelas ditutup
dengan kaca arloji. (blanko)
4. Larutan didestruksi dengan cara dipanaskan di ruang asam pada suhu
150℃ hingga volume tersisa 15 mL.
5. Jika destruksi belum sempurna (tidak jernih), maka ditambahkan 5 mL
HNO3 pekat dan dipanaskan kembali.
6. Kaca arloji dibilas dengan air suling dan air bilasannya dimasukkan ke
piala gelas.
7. Larutan contoh dipindahkan ke dalam labu ukur 50 mL (saring bila perlu),
kemudian ditambahkan 5% HNO3 4N pada larutan sampel dan blanko,
diencerkan dengan air suling hingga mencapai tanda tera, dan
dihomogenkan.
8. Dilakukan pengukuran absorbansi (bersamaan dengan larutan standar)
dengan spektrofotometer serapan atom (SSA) dengan lampu katoda Mn,
dicatat hasil analisis.
Perhitungan:
𝑎𝑏𝑠 𝑐𝑜𝑛𝑡𝑜ℎ −𝐼𝑛𝑡𝑒𝑟𝑠𝑒𝑝
𝑝𝑝𝑚 = 𝑆𝑙𝑜𝑝𝑒
𝑥 𝐹𝑝
15. Penetapan Konsentrasi Raksa (Hg) secara SSA
C. Parameter Biologi
Metode: Test Kit Analytical Profile Index 20E (Test Kit API 20E)
Prinsip:
Uji Fecal Coliform dilakukan untuk mengetahui jumlah bakteri E. coli. Uji ini
dilakukan bila hasil total coliform positif yang dilanjutkan dengan melakukan
pewarnaan Gram. Apabila hasil dari pewarnaan Gram terdapat bakteri Gram
Negatif, maka hasil total coliform pengenceran 10-3 diinokulasikan pada media
MacConkey Agar. Kemudian dilanjutkan dengan menggunakan Test Kit metode
IMVIC untuk memastikan bakteri Gram Negatif tersebut merupakan E. coli.
Reaksi: -
Cara Kerja:
a. Disiapkan erlenmeyer yang sudah berisi media MCA steril dengan suhu
400ºC.
b. media dituangkan ke dalam cawan petri sebanyak 15 mL (sepertiga tinggi
cawan petri) secara merata dan ditunggu hingga media membeku.
c. diambil satu mata ose hasil pengujian yang positif dari pengerjaan
sebelumnya kemudian gores.
d. dibentuk goresan zig zag secara aseptik pada cawan petri
e. cawan petri dimasukan ke dalam inkubator pada suhu 30-35ºC selama 24
jam (posisi terbalik).
f. apabila E. coli positif (koloni berwarna merah gelap atau kilap logam)
inokulasi kan pada Nutrient Agar miring dalam tabung reaksi, lalu
diinkubasikan pada suhu 30-35ºC selama 24 jam. Kemudian dilakukan
pewarnaan Gram.
Teknik pewarnaan Gram:
- sediaan dibuat di atas kaca alas;
- dikeringkan di udara dan difiksasikan dengan panas;
- sediaan diwarnai dengan larutan kristal violet ammonium oxalate
selama 1 menit;
- dicuci dengan air dan tiriskan;
- dibubuhkan larutan Lugol (gram’s iodine) selama 1 menit
kemudian dicuci dengan air kran dan ditiriskan;
- dicuci (hilangkan warna) dengan alcohol 95% selama 30 detik
kemudian dicuci dengan air kran;
- ditiriskan dan dibubuhkan Hucker’s counterstain (larutan safranin)
selama 10-30 detik;
- dicuci dengan air kran, ditiriskan, diserap dengan kertas saring,
dikeringkan dan diperiksa di bawah mikroskop.
g. jika didapatkan hasil Gram Negatif, maka dilakukan pengujian lanjut
dengan Test Kit API 20E.
Teknik Test Kit API 20E:
- diambil satu mata ose hasil isolasi;
- dilarutkan dalam LF 5 mL;
- dipipet LF dengan pipet tetes, kemudian diisi ke dalam
tabung-tabung pada Test Kit API 20E;
- diinkubasi selama 24 jam, 370C;
- dibandingkan dengan standar.
Metode: APM
Prinsip:
Perhitungan jumlah coliform cara APM dilakukan dengan pengenceran sampel
10-1 s/d 10-3 dan blanko, kemudian dari masing-masing pengenceran dipipet
sebanyak 1 mL ke dalam tabung ulir berdurham yang berisi media BGBB steril
lalu diinkubasi pada suhu 37℃ selama 24 jam. Hitung jumlah tabung yang
bergas pada masing-masing pengenceran kemudian dihitung dengan
menggunakan bantuan tabel indeks APM.
Reaksi: -
Cara Kerja:
1. Dipipet 9 mL BPW (Buffered Peptone Water) kedalam masing - masing
tabung (blanko, 10-1, 10-2, dan 10-3).
2. Dipipet 1 mL BPW dari tabung blanko ke tabung ulir yang berisi BGBB
steril (blanko).
3. Dipipet 1 mL contoh ke dalam tabung pengenceran 10-1, lalu dilakukan
dihomogenkan 3 kali pembilasan pipet serologi, kemudian dimasukkan
kedalam 5 tabung ulir yang berisi BGBB steril yang berlabel 10-1.
4. Dipipet 1 mL contoh dari tabung pengenceran 10-1 kedalam 10-2, lalu
dilakukan dihomogenkan 3 kali pembilasan pipet serologi, kemudian
dimasukkan ke dalam 5 tabung ulir yang berisi BGBB steril yang berlabel
10-2.
5. Dipipet 1 mL contoh dari tabung pengenceran 10-2 kedalam 10-3, lalu
dilakukan dihomogenkan 3 kali pembilasan pipet serologi, kemudian
dimasukkan ke dalam 5 tabung ulir yang berisi BGBB steril yang berlabel
10-3.
6. Dipipet 1 mL suspensi bakteri ke dalam tabung ulir yang berisi BGBB
steril (Uji Efektifitas), lalu semua tabung ulir berdurham dimasukkan ke
dalam piala gelas beralas koran.
7. Diinkubasi pada suhu 37℃ selama 24 jam.
8. Dihitung jumlah tabung yang keruh dan atau bergas pada masing-masing
pengenceran, kemudian dihitung dengan bantuan tabel indeks APM.
D. Pelaksana
Pelaksana dalam analisis air danau Situ Gede daerah Cifor Bogor sebagai tugas
akhir dalam Project Work Praktik Kimia Terpadu 2 ini dilakukan oleh kelompok
PKT-12 kelas XIII.2 yang terdiri dari:
Ketua : Maharani Rizkyanda (18.64.08977)
Anggota : 1. Noreencia Beatrice (18.64.09037)
2. Imelda Mahendro Putri (18.64.08948)
3. Renanda Wafi Fakhri (18.64.09075)
E. Tempat Pelaksanaan
Analisis Air Danau Situ Gede Daerah Cifor Bogor yang dilakukan oleh kelompok
PKT-12 kelas XIII.2 dilaksanakan di SMK-SMAK Bogor yang beralamat di Jalan
Binamarga I, Ciheuleut, Baranangsiang, Nomor Telepon (0251) 8323138 Bogor
16143. Fasilitas-fasilitas atau laboratorium yang digunakan antara lain:
1. Laboratorium Gravimetri
2. Laboratorium Praktik Kimia Terpadu
3. Laboratorium Analisis Parameter Lingkungan
4. Laboratorium Analisis Instrumen 1
5. Laboratorium Analisis Instrumen 2
6. Laboratorium Mikrobiologi
7. Laboratorium Volumetri
F. Waktu Pelaksanaan
Kegiatan
Pembentukan
& pembagian
Pengumpulan Pelaksanaan
rubrik Konsultasi Penyusunan
Bulan makalah dan seminar dan
kelompok judul Pengumpulan proposal Pengumpulan Pelaksanaan Pengumpulan
persiapan penilaian
serta dengan judul proposal project work Laporan akhir
seminar seminar oleh
pembimbing pembimbing
PKT-2 pengamat.
2
Juli
3
2
Agt
3
2
Sept
3
4
1
2
Okt
3
2
Nov
3
Keterangan:
1. Alat
Alat yang diperlukan untuk Analisis Air Danau Situ Gede Daerah Cifor
Bogor adalah sebagai berikut:
Metode
No Parameter Nama Alat Spesifikasi Jumlah
Analisis
1. Termometer air
1. - Temperatur 110°C 1 buah
raksa
1. pH meter 1 buah
2. Piala gelas 100 mL 1 buah
2. Potensiometri pH 3. Piala gelas 400 mL 2 buah
4. Termometer 1 buah
5. Labu semprot 1 buah
1. Oven 1 buah
2. Desikator 1 buah
3. Neraca analitik 1 buah
digital
4. Cawan Kaca Masir 50 mL 1 buah
3. Gravimetri TSS
5. Pompa Vakum 1 buah
6. Erlenmeyer 800 mL 1 buah
7. Piala gelas 400 mL 1 buah
8. Pipet Volumetri 50 mL 1 buah
9. Penjepit gegep 1 buah
1. Desikator 1 buah
2. Oven 1 buah
3. Neraca Analitik 1 buah
4. Gelas Ukur 1 buah
4. Gravimetri TDS 5. Cawan Kaca Masir 1 buah
Dengan Porositas
50 mL
0,45µm
6. Penangas Air 1 buah
7. Penjepit (gegep) 1 buah
1. Botol DO 6 buah
5. Titrimetri BOD 2. Lemari inkubasi 1 buah
3. Pipet volumetri 1 mL 1 buah
10 mL 1 buah
4. Labu ukur 100 mL 1 buah
200 mL 1 buah
1000 mL 1 buah
5. pH meter 1 buah
6. DO meter 1 buah
7. Oven 1 buah
8. Timbangan analitik 1 buah
1. Spektrofotometer 1 buah
UV - Vis
2. Digestion Vessel: 8 buah
Tabung Kultur 16
mm x 10 mm
3. COD Reactor 1 buah
4. Buret 50 mL 1 buah
5. Labu Ukur 50 mL 5 buah
6. Labu Ukur 100 mL 2 buah
7. Labu Ukur 1000 mL 1 buah
6. Spektrofotometri COD
8. Piala Gelas 100 mL 2 buah
9. Timbangan Digital 1 buah
10. Magnetic Stirrer 1 buah
11. Pipet Volumetrik 50 mL 1 buah
12. Pipet Serologi 10 mL 3 buah
13. Bulb 1 buah
14. Labu Semprot 1 buah
15. Klem dan Statif 1 buah
16. Piala Gelas 800 mL 1 buah
17. Corong 1 buah
1. Spektrofotometer 1 buah
8. AAS Hg
Serapan Atom
2. Hot Plate 1 buah
3. Gelas Ukur 10 mL 1 buah
4. Gelas Ukur 25 mL 1 buah
5. Labu Ukur 50 mL 9 buah
6. Labu Ukur 100 mL 2 buah
7. Buret 50 mL 1 buah
8. Pipet Volumetrik 5 mL 2 buah
9. Pipet Volumetrik 50 mL 1 buah
10. Piala Gelas 100 mL 3 buah
11. Piala Gelas 400 mL 4 buah
12. Piala Gelas 800 mL 1 buah
13. Bulb 1 buah
14. Pipet Tetes 1 buah
15. Labu Semprot 1 buah
16. Corong 1 buah
17. Kaca Arloji 1 buah
18. Lampu Katoda 1 buah
Merkuri (Hg)
1. Spektrofotometer 1 buah
Serapan Atom
2. Labu ukur 100 mL 2 buah
3. Labu ukur 50 mL 9 buah
4. Buret 50 mL 1 buah
5. Pipet Volumetrik 5 mL 2 buah
6. Pipet Volumetrik 50 mL 1 buah
7. Piala Gelas 100 mL 3 buah
8. Piala Gelas 400 mL 2 buah
9. Piala Gelas 800 mL 1 buah
9. AAS As 10. Bulb 1 buah
11. Pipet tetes 1 buah
12. Labu Semprot 500 mL 1 buah
13. Corong 1 buah
14. Kaca Arloji 1 buah
15. Gelas Ukur 10 mL 1 buah
16. Gelas Ukur 25 mL 1 buah
17. Hotplate 1 buah
18. Lampu Katoda 1 buah
Arsen (As)
19. Klem dan Statif 1 buah
1. Spektrofotometer 1 buah
UV-VIS
2. Kuvet 8 buah
3. Labu Ukur 50 mL 8 buah
10. Spektrofotometri Fe
4. Buret 50 mL 1 buah
5. Pipet Serologi 10 mL 1 buah
6. Pipet Serologi 20 mL 1 buah
7. Pipet Volumetri 5 mL 1 buah
8. Pipet Volumetri 10 mL 1 buah
9. Piala Gelas 100 mL 4 buah
10. Piala Gelas 400 mL 2 buah
11. Bulb 1 buah
12. Pipet Tetes 1 buah
13. Labu Semprot 1 buah
14. Corong 1 buah
1. Spektrofotometer 1 buah
Serapan Atom
2. Labu Ukur 100 mL 10 buah
3. Labu Ukur 50 mL 2 buah
4. Buret 50 mL 1 buah
5. Gelas Ukur 10 mL 1 buah
6. Pipet Serologi 10 mL 1 buah
7. Pipet Volumetri 5 mL 1 buah
8. Piala Gelas 100 mL 1 buah
11. AAS Cd 9. Piala Gelas 400 mL 1 buah
10. Bulb 1 buah
11. Pipet Tetes 1 buah
12. Kaca Alas Datar 1 buah
13. Labu Semprot 1 buah
14. Corong 1 buah
15. Pipet Tetes 1 buah
16. Penyangga Buret 1 buah
17. Lampu Katoda 1 buah
Timbal (Cd)
1. Spektrofotometer 1 buah
Serapan Atom
2. Labu Ukur 100 mL 12 buah
3. Buret 50 mL 1 buah
4. Gelas Ukur 10 mL 1 buah
5. Pipet Serologi 10 mL 1 buah
6. Piala Gelas 100 mL 1 buah
7. Piala Gelas 400 mL 1 buah
8. Pipet Volumetri 2 mL 1 buah
12. AAS Co 9. Pipet Volumetri 5 mL 1 buah
10. Bulb 1 buah
11. Pipet Tetes 1 buah
12. Kaca Alas Datar 1 buah
13. Labu Semprot 1 buah
14. Corong 1 buah
15. Pipet Tetes 1 buah
16. Penyangga Buret 1 buah
17. Lampu Katoda 1 buah
Cobalt (Co)
1. Spektrofotometer 1 buah
Serapan Atom
2. Labu Ukur 100 mL 10 buah
3. Labu Ukur 50 mL 2 buah
4. Buret 50 mL 1 buah
5. Gelas Ukur 10 mL 1 buah
6. Pipet Serologi 10 mL 1 buah
7. Pipet Volumetri 5 mL 1 buah
8. Piala Gelas 100 mL 1 buah
14. AAS Zn 9. Piala Gelas 400 mL 1 buah
10. Bulb 1 buah
11. Pipet Tetes 1 buah
12. Kaca Alas Datar 1 buah
13. Labu Semprot 1 buah
14. Corong 1 buah
15. Pipet Tetes 1 buah
16. Penyangga Buret 1 buah
17. Lampu Katoda 1 buah
Timbal (Zn)
1. Spektrofotometer 1 buah
Serapan Atom
2. Labu Ukur 100 mL 10 buah
3. Labu Ukur 50 mL 2 buah
4. Buret 50 mL 1 buah
15. AAS Pb
5. Gelas Ukur 10 mL 1 buah
6. Pipet Serologi 10 mL 1 buah
7. Pipet Volumetri 5 mL 1 buah
8. Piala Gelas 100 mL 1 buah
9. Piala Gelas 400 mL 1 buah
10. Bulb 1 buah
11. Pipet Tetes 1 buah
12. Kaca Alas Datar 1 buah
13. Labu Semprot 1 buah
14. Corong 1 buah
15. Pipet Tetes 1 buah
16. Penyangga Buret 1 buah
17. Lampu Katoda 1 buah
Timbal (Pb)
1. Spektrofotometer 1 buah
Serapan Atom
2. Hot Plate 1 buah
3. Gelas Ukur 10 mL 1 buah
4. Labu Ukur 50 mL 9 buah
5. Labu Ukur 100 mL 2 buah
6. Buret 50 mL 1 buah
7. Pipet Volumetrik 10 mL 1 buah
16. AAS Mn 8. Pipet Volumetrik 5 mL 3 buah
9. Piala Gelas 100 mL 4 buah
10. Piala Gelas 400 mL 2 buah
11. Piala Gelas 800 mL 1 buah
12. Bulb 2 buah
13. Pipet Tetes 2 buah
14. Labu Semprot 500 mL 1 buah
15. Corong 1 buah
16. Kaca Arloji 1 buah
1. Spektrofotometer 1 buah
UV-VIS
2. pH meter 1 buah
3. Labu ukur 50 mL 8 buah
4. Piala gelas 100 mL 4 buah
400 mL 4 buah
5. Pipet volumetri 5,0 mL 1 buah
17. Spektrofotometri Cr VI
10,0 mL 1 buah
6. Pipet serologi 10,0 mL 1 buah
7. Gelas ukur 100,0 mL 1 buah
8. Labu semprot 1 buah
9. Saringan membran 1 buah
10. Desikator 1 buah
11. Oven 1 buah
1. Spektrofotometri 1 buah
UV-Vis
Deterjen 2. Corong pisah 250 mL 2 buah
18. Spektrofotometri
Total 3. Pipet volumetri 10 mL 1 buah
4. Pipet volumetri 50 mL 1 buah
5. Labu ukur 50 mL 9 buah
6. Labu ukur 100 mL 3 buah
7. Labu ukur 250 mL 1 buah
8. Buret 50 mL 1 buah
9. Kaca arloji 1 buah
10. Piala Gelas 100 mL 5 buah
11. Piala Gelas 400 mL 2 buah
12. Piala Gelas 800 mL 1 buah
13. Bulb 2 buah
14. Pipet Tetes 1 buah
15. Labu Semprot 500 mL 1 buah
16. Corong 1 buah
1. Tabung Ulir
12 buah
Berdurham
2. Tabung Reaksi
6 buah
3. Pipet Serologi 1 mL
4 buah
4. Pipet Serologi 10 mL
1 buah
5. Erlenmeyer 250 mL
2 buah
6. Bulb
2 buah
7. Pembakar Spirtus
1 buah
Total 8. Neraca Digital
20. APM 1 buah
Coliform 9. Rak Desinfektan
1 buah
10. Inkubator
1 buah
11. Gunting
1 buah
12. Piala Gelas 400 mL
1 buah
13. Baki
1 buah
14. Autoklaf
1 buah
15. Labu Semprot
1 buah
16. Rak Tabung
1 buah
Reaksi
2. Bahan
Bahan yang diperlukan untuk Analisis Air Danau Situ Gede Daerah Cifor
Bogor adalah sebagai berikut:
1. - Temperatur - -
1. Sampel 100 mL
2. Aquadest 500 mL
3. Tissue 1 gulung
2. Potensiometri pH 4. Buffer Solution pH 400 mL
7,00
5. Buffer Solution pH 400 mL
10,00
1. Sampel 150 mL
3. Gravimetri TSS
2. Aquadest 200 mL
1. Sampel 150 mL
4. Gravimetri TDS
2. Aquadest 200 mL
1. Sampel 150 mL
2. Aquadest 1500 mL
3. KH₂PO₄ 10 gram
4. K₂HPO₄ 25 gram
5. Na₂PO₄.7H₂O 38 gram
6. NH₄Cl 2,5 gram
7. Larutan nutrisi 50 mL
8. CaCl₂ 35 gram
9. FeCl₃.6H₂O 0,5 gram
5. Titrimetri BOD 10. Larutan suspensi bibit 10 mL
mikroba
11. Glukosa (p.a) 175 mg
12. Asam glutamat 175 mg
13. H₂SO₄ pekat 35 mL
14. NaOH 50 gram
15. Na₂SO₃ 2,0 gram
16. Asam asetat glasial 300 mL
17. KI 15 gram
18. Indikator Kanji 10 mL
1. Sampel 6 mL
2. Aquademine 2000 mL
3. Digestion Solution 15 mL
4. K2Cr2O7 1 gram
5. H2SO4 pekat 155 mL
6. H2SO4 20% 100 mL
7. HgSO4 4 gram
6. Spektrofotometri COD
8. Ag2SO4 1,2 gram
9. Kalium Hidrogen 565 mg
Ftalat
10. Larutan Pereaksi 33 mL
Asam Sulfat
11. Kertas Saring No.40 9 lembar
12. Penyangga Corong 1 lembar
1. Sampel 775 mL
2. MnSO4 2N 5 mL
3. Alkali Iodida Azida 5 mL
4. H2SO4 pekat 50 mL
5. Na2S2O3 0,025N 175 mL
6. Aquadest 775 mL
7. Volumetri DO 7. Kertas Saring No. 40 5 buah
8. Tissue 1 gulung
9. Indikator kanji 5 mL
10. NaOH 2,5 gram
11. KI 3 gram
12. HCl 4N 15 mL
13. K2Cr2O7 0,49 gram
1. Sampel 115 mL
2. Larutan Induk Hg 25 mL
1000 ppm
3. HNO3 65% 20 mL
4. HCl 0,1N 200 mL
5. HCl 1,2M 150 mL
8. AAS Hg 6. NaBH4 12 gram
7. NaOH 3 gram
8. Aquadest 1500 mL
9. Tissue 1 gulung
10. Kertas saring No.40 9 buah
11. Penyangga corong 9 lembar
12. Serbet 2 buah
1. Sampel 115 mL
2. Larutan Induk As 25 mL
1000 ppm
9. AAS As
3. Aquabidest 1500 mL
4. HNO3 65% 25 mL
5. HCl 0,1N 200 mL
6. HCl 1,2M 150 mL
7. Tissue 1 gulung
8. Kertas Saring No.40 9 lembar
9. Penyangga corong 1 buah
10. Serbet 2 buah
11. NaBH4 12 gram
12. NaOH 3 gram
1. Sampel 100 mL
2. Standar induk ion Fe³⁺ 50 mL
100 ppm
3. KCNS 2 M 50 mL
10. Spektrofotometri Fe
4. HNO₃ 4 N 35 mL
5. Aquadest 1500 mL
6. Kertas Saring No.40 8 buah
7. Sampel 115 mL
1. Sampel 115 mL
2. Larutan Induk Cd 25 mL
1000 ppm
3. Aquabidest 1500 mL
4. Tissue 1 gulung
11. AAS Cd
5. Kertas Saring No.40 8 lembar
6. Serbet 1 buah
7. Koran 1 lembar
8. HNO3 65% 50 mL
9. Batu Didih 3 buah
1. Sampel 115 mL
2. Larutan Induk Co 25 mL
1000 ppm
3. Aquabidest 1500 mL
4. Tissue 1 gulung
12. AAS Co
5. Kertas Saring No.40 8 lembar
6. Serbet 1 buah
7. Koran 1 lembar
8. HNO3 65% 50 mL
9. Batu Didih 3 buah
1. Sampel 115 mL
2. Larutan Induk Cu 50 mL
1000 ppm
3. Aquabidest 1500 mL
4. Tissue 1 gulung
13. AAS Cu
5. Kertas Saring No.40 8 lembar
6. Serbet 1 buah
7. Koran 1 lembar
8. HNO3 65% 50 mL
9. Batu Didih 3 buah
1. Sampel 115 mL
2. Larutan Induk Zn 25 mL
1000 ppm
3. Aquabidest 1500 mL
4. Tissue 1 gulung
14. AAS Zn
5. Kertas Saring No.40 8 lembar
6. Serbet 1 buah
7. Koran 1 lembar
8. HNO3 65% 50 mL
9. Batu Didih 3 buah
1. Sampel 150 mL
2. Larutan Induk Mn 25 mL
1000 ppm
3. Aquabidest 1500 mL
4. HNO3 65% 15 mL
16. AAS Mn
5. HNO3 4N 40 mL
6. Tissue 1 gulung
7. Kertas Saring No.40 8 lembar
8. Serbet 1 buah
9. Batu Didih 3 buah
1. Sampel 100 mL
2. Standar induk ion Cr⁶⁺ 50 mL
100 ppm
17. Spektrofotometri Cr VI
3. H₂SO₄ 0,2 N 15 mL
4. DiPC 0,5% 15 mL
5. Aquadest 1500 mL
1. Sampel 20 mL
2. Natrium lauril sulfat 0,1 mg
3. Phenolphthalein 50 milligram
4. Alkohol 95% 5 mL
5. NaOH 1N 10 mL
18. Spektrofotometri Deterjen Total
6. H2SO4 1N 10 mL
7. Biru Metilen 10 milligram
8. H2SO4 6N 9 mL
9. Na2HPO4.H2O 10 gram
10. Kloroform 150 mL
11. Isopropil alkohol 180 mL
12. Aquadest 1500 mL
13. Tissue 1 gulung
14. Kertas Saring No.40 9 lembar
15. Penyangga corong 9 lembar
16. Serbet 2 buah
1. Sampel 50 mL
2. BPW 40 mL
3. Media MCA 35 mL
4. Larutan Fisiologis 15 mL
5. Larutan Lugol 10 mL
6. Suspensi Bakteri 10 mL
7. Media NA 30 mL
8. Alkohol 70% 200 mL
9. Kristal Violet 1 gram
10. Ammonium Oksalat 1 gram
19. Test Kit API 20E Fecal Coliform 11. Aquadest 1500 mL
12. Kertas Saring No.40 2 lembar
13. Alkohol 95% 75 mL
14. Larutan Safranin 25 mL
15. Koran 2 lembar
16. Tissue 1 gulungan
17. Spirtus 100 mL
18. Test Kit API 20E 1 buah
19. KI 1 gram
20. Iodine 1 gram
21. Korek Api 1 buah
1. Sampel 50 mL
2. BPW 45 mL
3. Media BGBB 140 mL
4. Suspensi Bakteri 10 mL
5. Alkohol 70% 200 mL
20. APM Total Coliform
6. Tissue 1 gulungan
7. Koran 2 lembar
8. Spirtus 100 mL
9. Korek Api 1 kotak
10. Aquadest 1500 mL
DAFTAR PUSTAKA
Afrianti Rahayu, S. and Muhammad Hidayat Gumilar, M. 2017. Uji Cemaran Air
Minum Masyarakat Sekitar Margahayu Raya Bandung Dengan Identifikasi
Bakteri Escherichia coli. Indonesian Journal of Pharmaceutical Science
and Technology, 4(2), p. 50. doi: 10.15416/ijpst.v4i2.13112.
Asmadi, Khayan dan Kasjono H.S. 2011. Teknologi Pengolahan Air Minum.
Yogyakarta: Gosyen Publishing.
Gumilar, I., Abidin, H. Z., Andreas, H., Sidiq, T. P., Gamal, M., Irsyam, M., &
Sadisun, I. A. (2013). Studi Deformasi Bendungan Darma Dengan
Menggunakan Metode Survei GPS. Indonesian Journal Of Geospatial,
2(2), 42 -55.
Indarto. 2010. Hidrologi, Dasar Teori dan Contoh Aplikasi Model Hidrologi.
Jember: Penerbit Bumi Aksara.
Kumalasari F., Satoto Y. 2011. Teknik Praktis Mengolah Air Kotor Menjadi Air
Bersih. Bekasi: Laskar Aksara.
Pamudjianto, Agung, and Willis Sutiono. 2018. Pemanfaatan Air Danau Sebagai
Sumber Air Untuk Irigasi. INA-Rxiv. May 1. doi:10.31227/osf.io/wy2uc.
Rian, I Wayan., Pratiwi, Made Ayu. (2017). Analisis Kualitas Air Danau Sebagai
Dasar Perbaikan Manajemen Budidaya Perikanan di Danau Buyan
Kabupaten Buleleng, Provinsi Bali.
Standard Methods for the Examination of Water and Wastewater 21st Edition,
2005: Biochemical Oxygen Demand (5210).