NAMA : Supriyanto
NIM : 20/467792/PMU/10398
PENGAMPU : Prof. Dr. Sudarmadji, M.Eng.Sc.
i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
Manfaat dan Permasalahan dalam penerapannya di Provinsi Kepulauan Riau ”. Laporan ini
disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah bakumutu linkungan dan pengelolaan
Laporan makalah ini terdiri dari tiga bahasan utama antara lain; 1.) bakumutu air
minum, 2.) Manfaat bakumutu air minum, dan 3.) Masalah penerapannya di provinsi
kepulauan riau.
Penulis menyadari bahwa tulisan ini masih memiliki kekurangan maka dari itu
penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca. Semoga tulisan ini
Oktober 2020,
Tim Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR………………………………………………………………….. i
DAFTAR ISI……………………………………………………………………………. ii
BAB.I PENDAHULUAN…………..………………………………………………….. 1
I.a Latar belakang………………………………………………………..……............ 1
I.b Rumusan masalah…………………………………………………………………. 2
I.c Tujuan..……………………………………………………………………………. 2
BAB.II PEMBAHASAN…………..…………………………………………………… 3
II.a Pengertian bakumutu….….………………………………………………............ 3
II.b Manfaat bakumutu……………………………………………………………….. 5
II.c Permasalahan dalam penerapannya……………………………………………… 6
BAB.III PENUTUP………………..…………………………………………………... 7
III.a Kesimpulan………………………………………………………………........... 7
III.b Saran……………..………………………………………………………………7
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………….. 8
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
Untuk melindungi sumber air sesuai dengan kegunaannya, maka perlu ditetapkan
baku mutu limbah cair dengan berpedoman kepada alternatif baku mutu limbah cair yang
telah ditetapkan dalam Keputusan Menteri Negara Kependudukan dan Lingkungan Hidup
No. KEP-03/MENKLH/II/1991. Baku mutu limbah cair tersebut ditetapkan oleh gubernur
dengan memperhitungkan beban maksimum yang dapat diterima air pada sumber air. Baku
mutu air dan baku mutu limbah cair yang telah ditetapkan oleh gubernur dimaksudkan
untuk melindungi peruntukan air di daerahnya. Dengan demikian harus diperhatikan dalam
setiap kegiatan yang menghasilkan limbah cair dan yang membuang limbah cair tersebut ke
dalam air pada sumber air. Limbah cair harus memenuhi persyaratan:
1. Mutu limbah cair yang dibuang ke dalam air pada sumber air tidak boleh melampaui
baku mutu limbah cair yang telah ditetapkan.
2. Tidak mengakibatkan turunnya kualitas air pada sumber air penerima limbah.
I.c. Tujuan
Tujuan dari makalah ini adalah untuk mengetahui apa itu bakumutu air, manfaat
baku mutu air minum dan permasalahan yang terjadi dalam penerapan bakumutu air
minum di provinsi Kepulauan Riau.
2
BAB. II
PEMBAHASAN
II a. Pengertian Bakumutu
Baku mutu air merupakan salah satu jenis dari baku mutu lingkungan. Baku mutu
air terbagi menjadi dua macam, yakni baku mutu aliran dan juga baku mutu effluen. Baku
mutu aliran merupakan persyaratan mutu air bagi sumber air seperti sungai, danau, maupun
air tanah yang disusun dengan memperhatikan pemanfaatan air tersebut, termasuk
kemampuan mengencerkan dan juga kemampuan membersihkan diri terhadap beban
pencemaran dan juga faktor ekonomis. Kualitas air dinilai dengan membandingkan daftar
panjang parameter yang diukur dengan nilai ambang batas ( Hamlat dkk., 2014 ). Baku
mutu air ini mempunyai ciri- ciri tertentu. Sementara baku mutu effluen merupakan
persyaratan mutu air limbah yang akan dialirkan ke sumber air, ke sawah, tanah, dan juga
tempat- tempat lainnya dengan mempertimbangkan pemanfaatan sumber air yang
bersangkutan dan juga faktor ekonomi pengelolaan air buangan.
Air yang kita gunakan sehari-hari baik untuk keperluan mandi, mencuci atau MCK
haruslah memenuhi standar baku mutu air bersih. Sedangkan untuk minum harus
memenuhi Standar Baku Air Minum. Air yang terlihat jernih belum tentu bersih dan layak
di gunakan. Apabila air yang kita gunakan telah tercemar maka dapat dipastikan bahwa air
tersebut sudah tidak memenuhi syarat air bersih apalagi untuk diminum. Bagaimana cara
kita mengetahui air itu layak konsumsi atau tidaknya bisa kita lakukan pengecekan di
Laboratorium kesehatan. Dalam hal ini pemerintah sudah mengatur dan menetapkan
kriteria air bersih dan air minum dalam keputusan mentri kesehatan.
3
total alkalinitas (TA), Total Hardness (TH), Total Dissolved Solids (TDS), logam berat,
unsur ionik, dan parameter biologis lainnya ( Bha- drecha dkk., 2016 )
Air yang akan dicek biasanya terbagi menjadi 3 unsur yaitu Fisika, Kimia dan
Mikrobiologi. Uraiannya sebagai berikut :
Syarat Fisika
1. Warna. Air yang layak dikonsumsi tidak berwarna (jernih), apabila air berwarna,
itu menandakan air tersebut sudah tercemar oleh banyak kontaminan.
2. Bau. Air yang berbau dapat menjadi indikasi air tersebut tidak layak konsumsi dan
telah tercemar.
Syarat Kimia
1. (Fe). Dalam jumlah kecil zat besi dibutuhkan oleh tubuh untuk pembentukan sel-
sel darah merah. Kandungan zat besi di dalam air yang melebihi batas akan
menimbulkan gangguan dalam tubuh, juga dapat berpengaruh pada perabot rumah,
keramik, kran air dan akan menimbulkan warna kuning dan berkarat.
2. Mangan (Mn). Mangan bersifat toksik terhadap organ pernafasan. Standar kualitas
ditetapkan 0,05 – 0,5 mg/l dalam air. Secara Fisik mangan dapat menimbulkan
kerak hitam pada dinding kolam, ataupun didalam pipa.
3. Kesadahan. Standar kesadahan total adalah 500 mg/l, jika melebihi akan dapat
menimbulkan beberapa resiko seperti : a) mengurangi efektivitas sabun, b)
terbentuknya lapisan kerak putih pada alat dapur, c) kemungkinan terjadi ledakan
pada boiler, d) sumbatan pada pipa air.
4
4. pH. Adalah nilai tingkat keasaman atau basa dari air. Nilai pH yang normal antara 6
– 8. apabila nilah pH kurang dari 6 disebut asam dan sebaliknya jika melebihi 8
disebut basa.
5. Nitrit (NO2) dan Nitrat (NO3). Kadar maksimun yang diperbolehkan untuk Nitrat
dan Nitrit dibagi menjadi 4 kelas air. Nitrat untuk Kelas 1 – 2 kadar maksimumnya
10 mg/l sedangkan untuk kelas 3 – 4 kadar maksimumnya 20 mg/l. Nitrit untuk
Kelas 1 – 3 kadar maksimumnya 0,06 mg/l sedangkan untuk kelas 4 tidak
dipersyaratkan.
6. Timbal (Pb). Logam berat yang dapat menjadi penyebab pencemaran air salah
satunya adalah logam timbal (Pb). Air sumur yang tercemar logam timbal (Pb)
dapat menimbulkan adanya risiko bagi kesehatan apabila dikonsumsi. Daya racun
timbal yang akut pada perairan alami menyebabkan hambatan perkembangan
mental pada anak, kerusakan pada ginjal, sistem reproduksi, hati, dan otak, serta
sistem syaraf pusat, dan bisa menyebabkan kematian.
Syarat Mikrobiologi
Bakteri coli. Bakteri coliform metupakan grup bakteri Gram negatif berbentuk
batang dan beberapa galur dari bakteri tersebut, terutama Escherichia coil diketahui
dapat mengakibatkan diare pada manusia dan hewan. Dapat juga menyebabkan
kematian. Menurut dua standar nasional yang mengatur kualitas air minum, yaitu
SNI 01 3553 - 1996 (Standar Nasional Indonesia) dari Departemen Perindustrian
dan Perdagangan, serta Peraturan Menteri Kesehatan No 907/Menkes/SK/VII/2002,
air minum harus memenuhi persyaratan tingkat kontaminasi nol untuk keberadaan
bakteri coliform ini.
5
dalam keadaan tercemar maupun tidak. Secara umum baku mutu air mempunyai manfaat
sebagai berikut:
1. Untuk menginformasikan atau menilai bahwa lingkungan telah rusak atau tercemar
ataukah tidak.
2. Untuk mengetahui terjadinya pencemaran atau perusakan pada suatu lingkungan.
3. Memberikan ketetapan batas tercemarnya suatu lingkungan
4. Untuk mencegah dan mengendalikan pencemaran lingkungan.
Itulah beberapa fungsi dari baku mutu lingkungan. Ya, memang baku mutu lingkungan ini
ini mempunyai fungsi utama untuk menetapkan tingkat atau batas pencemaran yang ada di
ligkungan. Setelah kondisi suatu lingkungan melebihi batas yang diperbolehkan, maka hal
ini mengindikasikan bahwa lingkungan tersebut tercemar dan harus segera dilakukan
penanganan.
6
karena kealpaan dengan denda dari Rp. 100.000.000,- sampai dengan Rp. 750.000.000,-
disamping pidana penjara.
Adapun pengaturan lebih lanjut tentang sanksi ini diatur dalam Pasal 41 – 48 UU
No.23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan hidup. Alternatif penerapan sanksi
lainnya adalah sanksi perdata, yaitu berupa ganti rugi kepada penderita dan biaya
pemulihan kepada negara (Pollu-ter pays principle). Prinsip ini meru-pakan bentuk
kebijaksanaan lingkungan dan jalan keluar bagi kasus pencemaran pada umumnya di
negara maju. Artinya meskipun telah dilakukan pembayaran ganti rugi terhadap penderita,
pelaku pencemaran air tetap tidak terbebas dari kewajiban untuk membayar biaya
pemulihan lingkungan yang telah rusak atau tercemar kepada negara. Karena negara
memiliki fasilitas untuk melaku-kan pemulihan.
BAB III
PENUTUP
III.a. Kesimpulan
Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa baku mutu aliran merupakan
persyaratan mutu air bagi sumber air seperti sungai, danau, maupun air tanah yang disusun
dengan memperhatikan pemanfaatan air tersebut, termasuk kemampuan mengencerkan dan
juga kemampuan membersihkan diri terhadap beban pencemaran dan juga faktor ekonomis.
Permasalahan yang dalam penerapan baku mutu di wilayah Kepulauan Riau yaitu pemda
Kepulauan Riau belum memiliki standar baku mutu sendiri sehingga mengacu pada standar
bakumutu air minum nasional permenkes no. 492 tahun 2010, sehingga kurang sesui
dengan wilayah kepulauan kepri yang memilik karakter wilayah kepulauan. Masalaha yang
kedua asyarakat dan pengusaha kurang mematuhi tentang aturan tengtang baku mutu air
sehingga perlunya aturan hukum mengenai perlindungan terhadap pencemaran air.
III.b. Saran
Dari pemaparan permasalahan penerapan standar bakumutu diatas penulis
memberikan saran agar pemerintah provinsi Kepulauan Riau menyusun standar bakumutu
sendisi sehingga sesuai dengan kondisi wilayah Kepulauan Riau. Yang kedua dalam hal
7
penegakan peraturan dan sangsi terhadap pelanggaran pencemaran lingkungan harus lebih
ditegakkan lagi, sehingga memberikan efek jera dan dapat melindungi sumber daya air dari
pencemaran.
DAFTAR PUSTAKA
Anonymus, 2010. Peraturan Menteri Kesehatan No. 492 tahun 2010, Tentang Standar
Bakumutu Air Minum nasional.
Bhadrecha, M.H., Khatri, N., Tyagi, S., 2016. Rapid integrated water quality evaluation of
Mahisagar river using benthic macroinvertebrates, 188, 254.
Garno, Y.S. 2003: Dinamika Kualitas dan Kelayakan Air Waduk Sei Harapan untuk bahan
baku air minum.
Gleick, P.H., 1993. In; Gleick, P.H. (Ed), Water in Crisis A Guide to the World’s Fresh
Water Resources. Oxford University Press, Inc, New York, pp.1 – 15.
Hamlat, A., Guidoum, A., Koulala, I., 2016. Status and trends of water quality in the Tafna
catchment: a comparative study using water quality indices. Journal of Water
Reuse and Desalination 7, 228-245. 10.2166/wrd.2016.155.