Anda di halaman 1dari 22

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................ i


DAFTAR ISI....................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah........................................................................................... 3
C. Tujuan Peneletian............................................................................................ 3
D. Manfaat Penelitian ......................................................................................... 4
E. Keaslian Penelitian ......................................................................................... 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.......................................................................... 5
A. Telaah Pustaka................................................................................................. 5
B. Kerangka Teori ............................................................................................... 10
C. Hipotesis Penelitian..........................................................................................11
BAB III METODE PENELITIAN .......................................................................11
A. Rancangan Penelitian...................................................................................... 11
B. Populasi dan Sampel........................................................................................ 12
C. Waktu dan Tempat Penelitian.......................................................................... 13
D. Definisi Operasional.........................................................................................13
E. Instrumen Penelitian…………………………………………………………..14
F. Prosedur Intervansi……………………………………………………………15
G. Teknik Pengumpulan Data……………………………………………………15
H. Teknik Analisi Data…………………………………………………………..16
I. Jalannya Penelitian………………………………………………………….....17
J. Etika Peneliian…………………………………………………………………19
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………21
BAB 1
PENDAHULUAN

A.     Latar Belakang
Kualitas lingkungan yang sehat dan tidak tercemar salah satunya dapat
dilihat dari kualitas air yang digunakan manusia sebagai pokok penunjang
aktivitas dalam kehidupan manusia. Air merupakan media lingkungan yang tidak
dapat dipisahkan dari manusia dalam kehidupannya. Namun seiring
perkembangan teknologi pencemaran terhadap lingkungan air terjadi secara besar-
besaran yang menyebabkan kualitas air semakin menurun (Soemirat, 2011).   
Dalam pengembangan penyediaan air bagi masyarakat, sumber-sumber air
dicari untuk diolah yang salah satu sumber air tersebut adalah air
permukaan. Keberadaan air tidak lepas dari siklus hidrologi. Dengan adanya
siklus tersebut maka air akan bersentuhan dengan senyawa sehingga air
terkontaminasi dengan bahan lain. Jadi tidak ada air yang benar-benar murni.
Pertumbuhan penduduk yang begitu pesat telah meningkatkan aktivitas manusia
untuk memenuhi kebutuhan disegala sektor. Peningkatan ini mengakibatkan
peningkatan intensitas pencemaran terhadap sumber daya air yang tersedia.
Ditambah lagi perubahan teknologi baru yang dapat mencemari lingkungan
seperti detergen, pupuk, pestisida dan lain-lain. Semakin menambah rusak sumber
daya air permukaan yang tersedia (sumantri, 2013).
Berdasarkan data bulan November tahun 2013, TSS sungai palaran 56,563
mg/l, gelatik  didapatkan 128 mg/l, S. Parman 124  mg/l, karang mumus
171,6  Mg/l, Mahakam 127.4 mg/l. Pada tahun 2013 di temukan nilai tersuspensi
solid, Coliform, BOD COD pada seluruh daerah aliran sungai yang ada wilayah
samarinda dari palaran, gunung lingai, Mahakam, karang asam, gelatik, termasuk
kategori D yaitu tercemar berat (BLH Kota Samarinda, 2014).
Daerah aliran sungai mahakam loa janan ilir yang airnya banyak
digunakan masyarakat sebagai keperluan sehari – hari seperti konsumsi air
minum, mencuci beras, mencuci pakaian dan budidaya ikan yang dikonsumsi.
Pemanfaatan air sungai oleh masyarakat menyebabkan masalah kesehatan
tersendiri oleh masyarakat seperti tingginya penderita penyakit dermatitis, diare
dan gastristis yang ada hubungannnya dengan air (Puskesmas Loa Janan, 2014) .
Dalam penyediaan air bersih bagi masyarakat sesuai dengan kualitas yang
aman untuk diminum dan kuantitas yang cukup untuk kehidupan harus memenuhi
syarat - syarat kualitas air sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia No. 416/MENKES/PER/IX1990 tentang Pengawasan dan Persyaratan
Kualitas Air. Untuk mencapai standar kualitas yang ada, air harus diolah sesuai
dengan karakteristik air tersebut.
Tingginya tingkat pencemaran air  menyebabkan menurunnya kualitas air
sehingga tidak dapat dimanfaatkan sesuai dengan peruntukannya, sehingga perlu
dilakukan pengendalian dan pengolahan air bersih salah satunya adalah dengan
menggunakan koagulan penjernih air.
Banyak cara-cara pengolahan yang dapat diterapkan untuk mengolah
sumber-sumber air khususnya sumber air permukaan. Dalam pengolahan air
permukaan, salah satunya adalah proses kimia yang berupa koagulasi. Beberapa
hal yang harus diperhatikan mengenai koagulasi adalah pengetahuan teori
koagulasi, jenis koagulasi, jenis partikel dan kualitas air baku (sugiarto, 2007).
Koagulan penjernih air yang banyak digunakan masyarakat pada
umumnya adalah tawas dan PAC. Dalam proses pengolahan air atau yang lebih
tepatnya adalah penjernihan air diperlukan koagulan untuk memisahkan zat padat
penyebab kekeruhan seperti koloid dan padatan tersuspensi (suspended solid).
Tawas merupakan koagulan penjernih air yang relatif murah dipasaran dan mudah
didapatkan, penggunaan tawas sebagai penjerih air juga digunakan dalam menjaga
tingkat kejernihan air kolam renang, seiring perkembangan IPTEK yang menuntut
serba mudah, cepat, efektif dan ekonomis penggunaan Poly Aluminium
clorida (PAC) diharapkan dapat menggantikan koagulan alum (tawas) yang
tentunya dengan penelitian dan uji percobaan dalam penggunaannya (Cahyana,
2012).
 PAC sebagai koagulan penjernih air  masih sangat sedikit kita temukan
dikalangan masyarakat terutama penjernih air minum, padahal PAC memiliki
kecepatan yang baik dalam membentuk flok akibat partikel penyebab kekeruhan
air dan dosis yang berlebihan tidak mempengaruhi tingkat kekeruhan air berbeda
halnya dengan tawas yang jika penggunaan dosisnya berlebih maka air akan
semakin keruh (Raharjo, 2000).
Namun penggunaan koagulan tawas pada air tidak hanya untuk penjernih
air, banyak masyarakat menggunakan koagulan untuk merendam ikan agar ikan
yang dihasilkan lebih kenyal dan putih, selain itu tawas juga digunakan untuk
pengolahan manisan lidah buaya, campuran pembuatan bihun agar tidak rapuh
dan menghitamkan kacang hijau pengisi bakpao. Terlebih lagi sering dilakukan
oleh banyak orang adalah mencampurkan koagulan kedalam air tanpa takaran
semestinya, hanya mengandalkan prinsip semakin banyak koagulan yang
dicampurkan maka akan semakin jernih (Oktania, 2005).
 penggunaan koagulan yang marak digunakan oleh masyarakat belum
sesuai sehingga muncul persoalan dimasyarakat. Air yang dihasilkan oleh
koagulan bisa mengandung kromium dan merkuri yang berasal air bahan
bakunya, bauksit. Keduanya termasuk zat berbahaya sehingga perlu dilakukan
pengujian mengenai dosis yang tepat dalam menggunakan koagulan (Cahyana,
2012)
Berdasarkan uraian tersebut di atas maka perlu dilakukan pengujian
penggunaan koagulan dengan berbagai dosis untuk melihat kualitas air daerah
aliran sungai. Untuk itu penulis melakukan penelitian yang berkaitan Efektifitas
Tawas dan PAC Terhadap  Kualitas Air.
B.    Rumusan Masalah
Dari latar belakang permasalahan  diatas maka di tarik suatu rumusan
masalah yaitu : ” Apakah ada Perbedaan Tawas dan PAC Terhadap
Perubahan  Kualitas Air ?
C.    Tujuan penelitian
1.  Tujuan Umum
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektifitas penggunaan tawas dan
PAC terhadap perubahan  kualitas air   di Samarinda.
2. Tujuan Khusus
1.   Analisis univariat pre – posttest tawas dan PAC
1)    Mengidentifikasi parameter kualitas air (pH dan TSS)  sebelum dan
sesudah diberikan tawas.
2)    Mengidentifikasi parameter kualitas air (pH dan TSS) sebelum dan
sesudah diberikan PAC.
2.    Analisis Bivariat
a)    Mengetahui perubahan kualitas air (pH dan TSS) Sebelum dan
sesudah diberikan tawas
b)    Mengetahui perubahan kualitas air (pH dan TSS) Sebelum dan
sesudah diberikan PAC
c)    Mengetahui perbedaan perubahan kualitas air (pH dan TSS) Pada
tawas dan PAC
D.    Manfaat penelitian
1.    Bagi peneliti
Memberi pengalaman dalam melaksanakan penelitian di Masyarakat serta
Menambah wawasan dan pengetahuan dalam mengembangkan ilmu pengetahuan
yang dimiliki khususnya tentang penggunaan tawas dan PAC dalam menurunkan
kekeruhan air di Kota Samarinda.
2.    Bagi Instansi Terkait
Sebagai bahan masukan dalam upaya peningkatan dan pengawasan
kualitas air tahun 2015.
3.    Bagi Masyarakat
Memberikan informasi dan pedoman untuk mendapatkan kualitas air yang
baik.
4.    Bagi Institusi Stikes Muhammadiyah Samarinda
Sebagai bahan masukan dan Menambah wawasan khususnya bagi
mahasiswa dalam hal menggunakan koagulan untuk menurunkan kekeruhan air.
E.     Keaslian Penelitian
Tabel 1.1 Keaslian Penelitian
Peneliti Tujuan VariabelDesain Subjek Lokasi
penelitian
peneliti penelitia
an n
Maringgas Untuk mengetahui Kualitas Eksperi Air dan Sungai
sinaga evaluasi kualitas air air dan men beban ciunjung
(2006) dan beban pencemar beban semu pencema ( bogor)
pencemar r
Firra Mengetahui  Air baku Eksperi tawas Surabaya
Rosariawari kemampuan tawas dan dan men dan PAC
dan pac sebagai koagulan saluran
M.Mirwan pematusan
(2000)
Alexon Optimalisasi Air Eksperi Tawas   Medan
samosir penambahan tawas dan gambut ment
(2009) tanah diatome sebagai
penyumbang elektrolit
dalam proses
elektrokoogulasi
Dyah Untuk menganalisis Kualitas Eksperi Indeks Kabupaten
agustiningsih kualitas air sungai air sungai ment pencema Kendal
blukar serta ran
merumuskan strategi
prioritas pengendalian
pencemaran sungai
Komalasari Memperbaiki unit kerja Air Eksperi Koagula Jakarta
penggunaan koagulan limbah ment n
pada pengolahan air
limbah dan modifikasi
kolam.
Hamzah Mengetahui  efektivitas Kualitas eksperi Tawas Samarinda
(2015) tawas dan pac terhadap Air sungai ment dan PAC
perubahannya terhadap
kualitas air (pH dan
TSS).

Hal yang membedakan dengan penelitian sebelumnya adalah lokasi penelitian,


variabel bebas peneltian, kualitas air yang akan diteliti, dosis efektif koagulan
yang digunakan serta waktu pengendapan yang paling efektif.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A.   Telaah Pustaka
1.    Parameter kualitas air
Parameter fisik air yang diperlukan sebagai standart acuan air bersih, adalah
Daya Hantar Listrik, Kekeruhan, Salinitas, Warna, Jumlah Zat Padat Terlarut
(TDS), Jumlah Total Suspended Solid (TSS), Suhu dan pH. Dalam penelitian ini
peneliti hanya menguji parameter  air dari segi  pH dan TSS.
a)    Kekeruhan
                  Kekeruhan adalah jumlah dari partikel-partikel tersuspensi seperti
garam, tanah liat, bahan organik, plankton dan organisme-organisme mikroskopik
dalam air dimana biasanya dipengaruhi pada keadaan yang tak tentu oleh aliran.
Kekeruhan juga diartikan sebagai ukuran yang menggunakan efek cahaya sebagai
dasar untuk mengukur keadaan air sungai, kekeruhan ini disebabkan oleh benda
tercampur atau benda koloid dalam air (Sumantri,2013).
                  Kekeruhan menggambarkan sifat optik air yang ditentukan
berdasarkan banyaknya cahaya yang diserap dan dipancarkan dan cahaya. Sumber
Pencemaran Pada daerah pemukiman kekeruhan disebabkan oleh buangan
penduduk dan industri baik yang terus diolah maupun yang belum mengalami
pengolahan (Sumantri, 2013).
b)    Derajat Keasaman (pH)
Menunjukkan kekuatan antara asam dan basa dalam air dan suatu kadar
konsentrasi ion hidrogen dalam larutan nilai pH menggambarkan kekuatan bahan
pelarut dari air, karena itu penunjukannya mungkin dari reaksi kimia pada batuan
– batuan dan tanah-tanah. Pertumbuhan organisme perairan dapat berlangsung
dengan baik pada kisaran  pH 6,5 – 5, namun untuk air bersih memiliki pH = 7
artinya tidak asam maupun basa  (Soemirat, 2011).
Semakin tinggi nilai pH semakin tinggi pula nilai alkalinitas dan semakin
rendah kadar karbondioksida  bebas. Larutan yang bersifat asam akan bersifat
korosif. Nilai pH sangat mempengaruhi proses biokimiawi perairan, misalnya
proses nitrifikasi akan berakhir jika kadar pH rendah. Sumber Penccmaran
Keberadaan karbonat, hidroksida dan bikarbonat bertambah pada dasar perairan,
sementara keberadaan mineral bebas asam dan asam karbonik bertambah dalam
keasaman. Perairan asam tidak lebih umum daripada perairan alkali Sumber
pembuangan air asam dan sampah-sampah industri yang sudah tidak dinetralkan
akan bersamaan dengan pengurangan pH dari air (Soemirat, 2011)
2.    Pengertian Koagulan
Koagulan yang digunakan untuk penelitian ini adalah Tawas dan PAC.
Kemampuan Tawas dan PAC akan dibandingkan untuk menurunkan kekeruhan
pada air. Adapun karakteristik koagulan tawas dan PAC akan dijelaskan dibawah
ini.
a)    Tawas atau alum, Al2(SO4)3.14H2O (Dalam bentuk batuan, serbuk, cairan)
Massa jenis alum adalah 480 kg/m3, dengan kadar air 11 – 17 %. Dosis alum
dapat dikurangi dengan cara : penurunan kekeruhan air baku, filtrasi langsung
untuk kekeruhan <50 mg/L, penambahan polimer, dan penyesuaian pH optimum
(6.0 – 8.0) (Reynolds, 1982).
Dua faktor yang penting dalam proses koagulasi terutama pada saat
penambahan koagulan adalah faktor pH dan dosis koagulan. Dosis optimum
koagulan dan pH harus ditentukan dengan test di laboratorium. Range pH optimal
alum adalah antara 5.5 – 6.5 dengan proses koagulasi yang memadai rangenya
dapat antara pH 5.0 – 8.0 pada beberapa kondisi (Reynolds, 1982).
b)    PAC
Menurut  Raharjo dalam Setianingsih (2000), PAC adalah polimer
alumunium yang merupakan jenis koagulan baru sebagai hasil riset dan
pengembangan teknologi pengolahan air. Sebagai unsur dasarnya adalah
alumunium dan alumunium ini berhubungan dengan unsur lain membentuk unit
yang berulang dalam suatu ikatan rantai molekul yang cukup panjang. Dengan
demikian PAC menggabungkan netralisasi dan kemampuan menjembatani
partikel-partikel koloid sehingga koagulasi berlangsung lebih efisien. PAC
memiliki rantai polimer yang panjang, muatan listrik positif yang tinggi dan
memiliki berat molekul yang besar, PAC memiliki koefisien yang tinggi sehingga
dapat memperkecil flok dalam air yang dijernihkan meski dalam dosis yang
berlebihan. PAC lebih cepat membentuk flok daripada koagulan biasa, sebab PAC
memiliki muatan listrik positif yang tinggi sehingga PAC dapat dengan mudah
menetralkan muatan listrik pada permukaan koloid dan dapat mengatasi serta
mengurangi gaya tolak menolak elektrostatis antar partikel sampai sekecil
mungkin, sehingga memungkinkan partikel-partikel koloid tersebut saling
mendekat (gaya tarik menarik kovalen) dan membentuk gumpalan / massa yang
lebih besar (Raharjo, 2000).
Segi positif penggunaan PAC adalah rentang pH untuk PAC adalah 6 – 9.
Daya koagulasi PAC lebih baik dan flok yang dihasilkan relatif lebih
besar.Konsumsi PAC lebih sedikit sehingga biaya penjernihan air persatuan waktu
lebih kecil. Akibat langsung dari proses penjernihan keseluruhan yang lebih
singkat adalah kapasitas penjernihan air (dari instalasi yang sudah ada) akan
meningkat. Sedangkan segi negatif penggunaan PAC adalah penyimpanan PAC
cair memerlukan kondisi temperature maksimal 40°C. PAC tidak keruh bila
pemakaiannya berlebih, sedangkan koagulan utama (seperti alumunium sulfat,
besi klorida dan ferro sulfat) bila dosis berlebihan bagi air akan keruh, akibat dari
flok yang berlebihan. Maka pengunaan PAC dibidang penjernihan air lebih
praktis. PAC lebih cepat membentuk flok daripada koagulan biasa. PAC
merupakan kelas dari Aluminium Chloride, yang telah dikenal dalam
persenyawaan kimia organik kompleks dengan ion hidroksil (-OH) serta ion - ion
aluminium bertaraf Chlorinasi yang berlainan sebagai bentuk polynuclear. Rumus
umum PAC adalah (Al2( OH)nCl6-n )m.  PAC digunakan sebagai koagulan dan
flokulan dalam suatu proses pengolahan air. Aplikasi PAC pada dasarnya dibagi
menjadi 2 bagian, yaitu : Pada pemerosesan air permukaan untuk keperluan air
bersih, air minum dan air untuk proses industri (PDAM, industri kertas, industri
textile, industri baja, industri kayu, dll) (Raharjo, 2000).
3.    Proses Koagulasi Flokulasi
Koagulasi-flokulasi adalah sarana untuk pemisahan suspended solid (SS)
dan partikel koloid. SS merupakan produk mineral-mineral alam seperti tanah liat,
lumpur dan sebagainya atau berasal dari organik (penguraian tanaman atau
hewan). Adapun koloid merupakan SS dengan ukuran lebih kecil, partikel ini
tidak dapat mengendap secara alami, mempunyai diameter kurang dari 1 mm dan
penyebab terjadinya warna dan kekeruhan. Koagulasi didefinisikan sebagai proses
destabilisasi partikel koloid dan partikel tersuspensi termasuk bakteri dan virus
melalui penetralan muatan elektrinya untuk mengurangi gaya tolak menolak antar
partikel, dan bahan yang digunakan untuk penetralan disebut koagulan (Sumantri,
2013).
Sedangkan flokulasi didefinisikan sebagai proses penggabungan partikel-
partikel yang tidak stabil setelah proses koagulasi melalui proses pengadukan
(stirring) lambat sehingga terbentuk gumpalan atau flok yang dapat diendapkan
atau disaring pada proses pengolahan selanjutnya ( Sumantri, 2013).
4.    Mekanisme Proses Koagulasi – Flokulasi
Tahapan proses koagulasi – flokulasi adalah sebagai berikut:
a)    Penambahan Koagulan Sebagaimana diketahui, didalam larutan koloid selalu ada
2 gaya kekuatan yang berlawanan, yaitu gaya tarik menarik Van Der Waals dan
gaya tolak-menolak yang biasa disebut zeta potensial. Pada jarak yang yang sama,
gaya tolak–menolak selalu lebih besar dari gaya tarik – menarik. Hal inilah yang
menyebabkan penggumpalan antar partikel tidak akan terjadi. Untuk mengatasi
hal tersebut diperlukan zat kimia yang disebut koagulan (Raharjo, 2000).
b)    Destabilisasi Partikel Koloid
Didalam air partikel-partikel koloid yang bermuatan listrik sejenis (sama
negatifnya) saling tolak-menolak sehingga tidak bisa saling tarik-menarik dan
partikel tetap berada ditempatnya, ini disebut kondisi stabil. Kondisi partikel yang
stabil tidak memungkinkan terbentuknya flok. Jika di dalam air tersebut diberikan
ion logam yang bermuatan positif, maka muatan positif dapat mengurangi gaya
tolak-menolak antar sesama koloid (gaya repulsion) dan dapat menyebabkan
masuknya koloid dalam prespitat hidroksida. Sehingga akan terjadi kondisi
destabilisasi dari partikel. Kondisi partikel koloid yang tidak stabil
memungkinkan terbentuknya flok supaya bisa mengendap (Raharjo, 2000).
3)    Proses Flokulasi
Koloid-koloid yang tidak stabil cenderung untuk menggumpal. Kecepatan
penggumpalan ditentukan oleh banyaknya tumbukan dan benturan yang terjadi
antara partikel - partikel koloid. Pada proses flokulasi ini, tumbukan antar partikel
dapat terjadi melalui beberapa cara, yaitu
(a)  Tumbukan akibat gerakan zig-zag partikel secara acak dan Tumbukan yang
diakibatkan oleh gerakan zig-zag partikel secara acak dikenal dengan flokulasi
perikenetik atau disebut gerak brown yang mengakibatkan penggabungan antar
flok (Sumantri, 2013).
(b)  Tumbukan akibat pengaruh gerakan media
Tumbukan akibat pengaruh gerakan media dikenal dengan flokulasi ortokinetik.
Gradien kecepatan pada gerakan media mengakibatkan partikel-partikel yang
terbawa media akan mempunyai kecepatan yang berbeda sehingga terjadi
tumbukan antar partikel (flok). Perbedaan kecepatan media sesungguhnya
merupakan faktor penentu dalam proses flokulasi. (Sumantri, 2013).
4)    Pencampuran
Air yang telah diberi alum atau koagulan dimasukkan dalam bak pencampur dan
diputar sedemikian rupa selama beberapa menit sehingga terjadi diseminasi alum
didalam air (Sumantri, 2013).
5)    Sedimentasi
Sedimentasi adalah pengendapan flokulat bersama dengan zat yang terlarut dalam
air beserta bakteri. Waktu yang diperlukan berkisar antara 2-6 jam dan paling
tidak 95% flokulat itu harus telah diendapkan sebelum air dialirkan kedalam bak
pengaduk air (Sumantri, 2013). 
B.   Kerangka Teori
Menurunnya kualitas air sungai disebabkan oleh beberapa aktivitas seperti
industri tambang batu bara, kayu lapis, aktivitas rumah tangga yang memiliki
limbah yang selanjutnya masuk atau dimasukkan kedalam media lingkungan (air
sungai). Kegiatan ini sangat merugikan sehingga untuk meningkatkan kualitas air
sungai yang telah menurun peneliti memberikan perlakuan terhadap tawas dan
PAC terhadap sampel air sungai. Pemberian perlakuan terhadap sampel air
tersebut bertujuan untuk mengetahui perubahan kualitas air setelah diberikan
tawas dan PAC, yang meliputi unsure masukan (input), yang terdiri dari tawas dan
PAC, unsur proses terdiri dari penambahan tawas dan PAC dengan menggunakan
alat jartest sehingga terjadi perubahan kualitas air (output).
C.   Hipotesis Atau Pertanyaan Penelitian
1.    Analisis bivariat
a)    Ada perbedaan kualitas air  (pH dan TSS) sebelum dan setelah diberikan
tawas
b)    Ada perbedaan perubahan kualitas air (pH dan TSS) sebelum dan setelah
diberikan PAC
c)    Ada perbedaan perubahan kualitas air (pH dan TSS) antara pemberian tawas
dan pemberian PAC
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A.   Rancangan Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian  eksperiment murni  (true

eksperiment) dengan rancangan   secara Acak dengan Tes Awal dan Tes Akhir 

dengan Kelompok Kontrol (The Randomized Pretest - Posttest Control Goup

Design). Rancangan ini merupakan rancangan paling efektif dan terkuat  dalam

mengontrol ancaman-ancaman terhadap validitas. Rancangan ini melengkapi

kelompok kontrol maupun pengukuran perubahan, tetapi juga menyertakan tes

awal untuk menilai perbedaan antara dua kelompok. Rancangan ini dapat

digambarkan sebagai berikut.


Pretest                 Perlakuan            Postte
st
 
01                        X (Tawas)              02
01                        X (PAC)                 02
01                            -                           02

  Penelitian ini menggunakan tiga kelompok, kelompok pertama yang


diberi perlakuan tawas,  kelompok kedua yang diberikan PAC, dan kelompok
ketiga yang menggunakan kelompok pembanding (kontrol) tanpa diberikan
perlakuan. Ketiga kelompok tersebut dilakukan pengukuran kualitas air (pH dan
TSS).
B.   Populasi dan Sampel
1.    Populasi
Populasi penelitian adalah seluruh air permukaan daerah aliran sungai loa
janan sebagai kelompok eksperimen. Alasan peneliti memilih daerah aliran sungai
Loa Janan Ilir  sebagai tempat penelitian karena jumlah penduduk yang
menggunakan air daerah aliran sungai loa janan ilir lebih banyak dibandingkan
dengan daerah aliran sungai yang lain, selain itu karena daerah aliran sungai loa
janan merupakan daerah aliran sungai yang secara langsung merupakan tempsat
keramba ikan yang ikannya dikonsumsi oleh masyarakat, dikarenakan pula sungai
loa janan tempat pembuangan air limbah oleh perusahaan batu bara, kayu lapis
dan domestik rumah tangga.
2.    Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi tersebut (Sugiono, 2010). sampel yang digunakan dalam penelitian ini
adalah 12  titik sampel daerah aliran sungai loa janan yang kemudian akan dirata-
ratakan setiap kualitas air yang akan diteliti.
Adapun kriteria sampel yang akan digunakan dalam penelitian ini yang
memenuhi persyaratan (kriteria inklusi sebagai berikut :
a.    Dua belas   (12) titik daerah aliran sungai loa janan ilir
b.    Daerah pemukiman penduduk
c.    Air sungai digunakan untuk keperluan sehari-hari.
Sedangkan kriteria ekslusi adalah air sumur, air PDAM serta air sungai
yang telah dimasak,  daerah aliran sungai loa janan ilir.
Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian adalah systematic
random sampling yaitu pengambilan sampel yang didasarkan secara acak hanya
unsur pertama, selanjutnya diambil secara sistematik sesuai langkah yang sudah
ditetapkan. Syarat penarikan sampel secara sistematis ini adalah tersedianya
kerangka sampling, populasinya mempunyai pola – pola yang beraturan seperti,
blok – blok rumah.
C.   Waktu dan Tempat Penelitian
1.    Waktu
Adapun waktu pelaksanaan penelitian ini bulan februari tahun 2015.
2.    Tempat
Adapun lokasi penelitian yakni daerah aliran sungai Kecamatan Loa Janan Ilir.

D.   Definisi Operasional
Tabel 3.1 Definisi Operasional
Definisi
No Variabel Alat ukur Hasil ukur Skala
operasional
1 Efektif Kemampuan Neraca        PH = Rasio
Tawas tawas  untuk        TSS =
menjernihkan
air  dengan
parameter indicator
:
1.     PH
2.     Bergantung pada
Dosis optimum
3.     Waktu
pengendapan
4.     Kadar karbonat
5.     Murah dan
terjangkau.
6.     Jenis padatan,
serbuk dan liquid.
2 Efektif Pac Kemampuan PAC Neraca        PH = Rasio
(poli untuk        TSS =
aluminium menjernihkan air         
chloride) dengan parameter
indicator
1.     PH dengan range
lebih luas
2.     Cepat membentuk
flok
3.     Flok lebih padat
4.     Efisien  dan
hemat
5.     Tidak bergantung
dosis optimum.
6.     Sifat clorinasi
3 TSS Ukuran mengenai TSS meter TSS = 50 Rasio
kualitas air yang Mg/L
dilihat dari adanya
partikel – partikel
tersuspensi
sehingga terjadi
kekeruhan air
5 pH Derajat asam Kertas  PH = 7 Rasio
basanya air sungai lakmus/ pH
akibat adanya meter
bahan partike
tersuspensi di
dalam air sehingga
merubah kualitas
pH air.

E.   Instrumen Penelitian
Instrument adalah alat pengumpul data penelitian sehingga harus dapat
dipercaya, benar dan dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah. Instrument
penelitian harus memenuhi kriteria valid dan reliable. Instrument yang digunakan
dalam penelitian ini  adalah alat – alat laboritorium yang sudah dikalibrasi dan
telah diakui oleh Komite Akreditasi Nasional.  Alat dan bahan yang digunakan
adalah sebagai berikut :
1.    Alat
a)    Jartest
b)    pH meter
c)    TSS meter
d)    Ember
e)    Alat tulis untuk mencatat pada lembar observasi
2.    Bahan
a)    Air sampel
b)    Tawas
c)    PAC
Lembar observasi dalam penelitian ini terdiri dari lembar hasil pengukuran
sebelum dan sesudah dilakukan perlakuan koagulan hal ini digunakan untuk
memperoleh gambaran umum mengenai kualitas air daerah aliran Sungai Loa
Janan Ilir, lembar observasi yang digunakan dibagi menjadi beberapa sub yaitu :
a)    Lembar observasi Sub A mengenai kualitas air sungai sebelum dilakukan
perlakuan dengan tawas dan PAC.
b)    Lembar observasi Sub B mengenai kualitas air setelah diberikan perlakuan tawas
dan PAC.
c)    Lembar observasi sub C mengenai kualitas air untuk kelompok control.
F.   Prosedur Intervensi            
1.    Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
2.    Mengecek atau mengukur pH dan TSS awal dari air sampel.
3.    Disediakan 6 buah beaker glass dan masing-masing diisi dengan  air sampel 1000
ml.
4.    Masukkan koagulan ke dalam masing – masing gelas yang telah berisi air
sampel  dengan dosis 100 ml tawas dan pac yang sudah dicampurkan dengan
aquades  dalam konsentrasi 20 %.
5.    Meletakkan beaker glass pada alat flokulator.
6.    Hidupkan pengaduk dan saklar lampu kemudian setting dengan kecepatan 100
rpm selama 1 menit (pengadukan cepat).
7.    Setelah jaretst berbunyi yang menandakan waktu telah selesai 1 menit,
Kemudian setting kembali dengan kecepatan 20 rpm selama 15 menit
(pengadukan lambat).
8.    Didiamkan selama 15 menit sampai 30 menit lalu amati flok yang terbentuk.
9.    Pilih gelas yang paling bening airnya.
10. Dicek dan dicatat pH ,TSS dan dosis optimum setiap koagulan (tawas dan PAC).
G.      Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah   sebagai berikut :
1.    Data Primer 
Data primer adalah sumber data yang langsung memberikan data kepada
pengumpul data (Sugiono,2010). Data primer dalam penelitian ini di peroleh dari
pengukuran kualitas  air (pH dan TSS) yang telah dilakukan di daerah sungai Loa
Janan Ilir.
2.    Data Sekunder  
Data Sekunder adalah data yang diperoleh secara tidak langsung
(Arikunto,2010).  Data sekunder dalam penelitian ini di peroleh dari data Badan
Lingkungan Hidup Kota Samarinda bidang pengendalian pencemaran yaitu
mengenai status kualitas air sungai Wilayah Kota Samarinda.
H.    Teknik Analisis Data
1.    Pengolahan data
a.      Coding
Coding adalah usaha memberi kode – kode tertentu pada jawaban responden
apabila yang digunakan adalah analisis kualitatif kode yang diberikan adalah
angka. Jika angka itu berlaku sebagai skala pengukuran, angka itu disebut skor
(Wasis, 2008).
Adapun langkah dalam tahap pengkodean adalah :
1)    Pembuatan daftar variabel yang ada dalam lembar observasi
2)    Pemindahan hasil pengisian lembar observasi kedalam daftar kode yang ada
dalam lembar observasi.
3)    Pembuatan daftar coding yaitu memindahkan hasil pengisian daftar koding
lembar observasi ke dalam lembar tersendiri yang siap untuk
dimasukkan  didalam program pemasukkan data komputer.
Data akan diolah dengan menggunakan perangkat lunak komputer.
Selanjutnya data yang sudah diolah kemudian  disusun dan disajikan dalam
bentuk tabel  disertai dengan narasi.
b.      Tabulating
Mengelompokkan data sesuai dengan tujuan penelitian kemudian dimasukkan
dalam tabel yang sudah disiapkan (Notoatmodjo, 2005).
c.    Entry data
Proses pemindahan data ke dalam komputer agar diperoleh data masukkan yang
siap diolah sistem dengan menggunakan perangkat lunak pengolahan data
statistik.
2.    Analisis data
Data akan diolah dengan menggunakan perangkat lunak komputer.
Selanjutnya data yang sudah diolah disusun dan disajikan dalam bentuk tabel
disertai dengan narasi, analisis data meliputi: 
a.    Analisis univariat
Analisis yang dilakukan terhadap tiap variable dari hasil penelitian. Pada
umumnya dalam analisis ini hanya menghasilkan distribusi dan prsentase dari tiap
variabel (Notoatmodjo, 2010). Variabel dalam penelitian ini adalah variabel
dependent kualitas air dan variabel independent tawas dan PAC. Analisis data
univariat yang digunakan menggunakan mean median, standar deviasi dan varian.
Persamaan rata-rata (mean) di atas merupakan teknik pejelasan kelompok
didasarkan atas nilai rata-rata dari  variabe tersebut. Rata-rata ini didapat dengan
menjumlahkan  data kualitas air  seluruh sampel  dalam setiap kelompok,
kemudian dibagi dengan jumlah sampel yang ada pada kelompok tersebut.
Salah satu teknik statistik yang digunakan oleh peneliti untuk menjelaskan
homogenitas kelompok yaitu dengan variansi. Variansi merupakan jumlah kuadrat
semua deviasi nilai – nilai titik sampel terhadap rata- rata kelompok.
b.    Analisis bivariat
Analisis bivariat dilakukan terhadap dua variabel yang diduga
berhubungan atau berkorelasi. Analisis bivariat digunakan untuk membuktikan
hipotesis dua variabel. Dalam penelitian ini digunakan dua uji statistic.
Pertama adalah uji parametric  dependent t-test atau disebut juga paired
t-test dengan syarat data berdistribusi normal tetapi jika data tidak berdistribusi
normal maka menggunakan uji wilcoxon test.
Paired t-test digunakan untuk membandingkan mean dari satu sampel
yang berpasangan (paired).

I.   Jalannya Penelitian
1. Tahap persiapan  
Pada tahap ini kegiatan yang dilakukan adalah :
a.    Menentukan judul penelitian
b.    Membuat proposal penelitian, mengadakan konsultasi dengan pembimbing,
menetapkan lokasi penelitian, melakukan survey awal untuk penjajakan serta
melaksanakan seminar proposal.
c.    Mengurus surat izin penelitian
d.    Melakukan koordinasi dan penjelasan penelitian maksut dan tujuan penelitian
kepada tokoh masyarakat setempat yang ada dikecamatan Loa Janan Ilir,
samarinda untuk mendapatkan persetujuan, dukungan serta kerja sama.
Selanjutnya menyepakati tempat, waktu dan subjek yang akan mendukung
pelaksanaan kegiatan penelitian.
e.    Menyiapkan perlengkapan yang diperlukan untuk pelaksanaan penelitian seperti
pengaturan tempat dan alat – alat laboritorium.
1)    Tahap pelaksanaan
Pada tahap ini kegiatan yang dilakukan adalah :
a.    Melakukan perkenalan dan pendekatan dengan masyarakat dikecamatan loa janan
ilir, memberikan penjelasan tentang kegiatan penelitian pada tokoh masyarakat
agar kegiatan penelitian dapat berjalan dengan lancar sesuai dengan rencana yang
dibuat oleh peneliti.
b.    Penetapan kelompok, subjek ditetapkan menjadi 3 kelompok yaitu satu kelompok
eksperiment dengan perlakuan tawas dan satu kelompok diberikan perlakuan PAC
serta satu kelompok pembanding (kontrol).
c.    Kemudian pada masing - masing kelompok dilakukan uji kualitas air (pH dan
TSS). Pengukuran kualitas air ini bertujuan  untuk mengetahui kualitas air
berdasarkan parameter yang telah ditetapkan sebelum diberikan perlakuan tawas
dan PAC.
d.    Selanjutnya untuk kelompok eksperimen setelah dilakukan pengukuran kualitas
air, dilanjutkan dengan intervensi tawas dan pac untuk mengetahui perubahan
terhadap kualitas air.
2)    Akhir penelitian
a.    Pengolahan data melalui proses editing, coding entry dan cleaning data yang
sudah dibersihkan selanjutnya dianalisis secara statistik.
b.    Penyusunan laporan dan penyajian hasil penelitian.
c.    Pengumpulan proposal hasil skripsi kepada pihak akademik.
J.    Etika Penelitian
Etika dalam penelitian menunjuk pada prinsip - prinsip yang  diterapkan
dalam kegiatan penelitian, dari penyusunan proposal penelitian sampai dengan
hasil publikasi hasil penelitian. Peneliti dalam menjalankan penelitian hendaknya
memegang teguh sikap ilmiah (scientific, attitude) serta berpegang teguh pada
etika penelitian, meskipun penelitian yang dilakukan tidak akan merugikan atau
membahayakan subjek penelitian. Secara garis besar, dalam melaksanakan sebuah
penelitian ada empat prinsip yang harus dipegang teguh oleh peneliti,
diungkapkan oleh Milton 1999 dalam (Notoatmodjo, 2012), yakni.
1)    Menghormati harkat dan martabat manusia.
Sebagai ungkapan, peneliti menghormati harkat dan martabat subjek
penelitian, peneliti seyogyanya mempersiapkan formulir persetujuan objek yang
mencakup.
a.    Penjelasan manfaat penelitian
b.    Penjelasan kemungkinan risiko dan ketidaknyamanan yang ditimbulkan.
c.    Penjelasan manfaat yang didapatkan.
d.    Persetujuan peneliti dapat menjawab setiap pertanyaan yang diajukan subjek
berkaitan dengan prosedur penelitian.
e.    Jaminan anonimitas dan keberhasilan terhadap identitas dan informasi yang
diberikan oleh responden
2)    Menghormati privasi dan kerahasiaan subjek penelitian
Setiap orang mempunyai hak – hak dasar individu termasuk privasi dan
kebebasan individu dalam memberikan informasi. Setiap orang berhak untuk tidak
memberikan apa yang diketahuinya kepada orang lain. Oleh sebab itu peneliti
tidak boleh menampilkan informasi mengenai identitas subjek. Peneliti
seyogyanya cukup memberikan coding sebagai pengganti identitas responden
(Notoatmodjo, 2012).
3)    Keadilan dan inklusivitas/keterbukaan
Prinsip keterbukaan dan adil perlu dijaga oleh peneliti dengan kejujuran ,
keterbukaan dan kehati-hatian. Untuk itu, lingkungan penelitian perlu
dikondisikan sehingga memenuhi prinsip keterbukaan yakni dengan menjelaskan
prosedur penelitian. Prinsip keadilan ini menjamin bahwa semua subjek penelitian
memperoleh perlakuan dan keuntungan yang sama, tanpa membedakan jender,
agama, etnis dan sebagainya (Notoatmojdo, 2012).
4)    Memperhitungkan manfaat dan kerugian yang ditimbulkan
Sebuah penelitian hendaknya memperoleh manfaat semaksimal mungkin
bagi masyarakat pada umumnya, dan subjek penelitian pada khususnya.
KATA PENGANTAR

Puji syukur dipanjatkan ke hadirat Allah SWT


yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal
penelitian dengan judul “EFEKTIFITAS TAWAS DAN POLY
ALUMINIUM CHLORIDE  TERHADAP PERUBAHAN KUALITAS AIR (pH
dan TSS)”.

Diajukannya proposal ini untuk memenuhi tugas


yang diberikan oleh dosen Fakultas MIPA Universitas
Hasanuddin untuk memperoleh nilai yang baik.
Tentunya penyelesaian proposal ini berjalan dengan
lancar berkat bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena
itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan
ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu dalam menyelesaikan proposal ini. Jika
terdapat kesalahan pada proposal ini diharapkan para
pembaca dapat memberikan kritik dan saran.
Samarinda, 2015

Hamzah

Anda mungkin juga menyukai