D
I
S
U
S
U
N
OLEH
AHIRAWATI (2104015)
PENDAHULUAN
Air merupakan salah satu komponen yang dibutuhkan kehidupan manusia. Menurut
Kodoatie (2008) “air merupakan sumber kehidupan. Semua makhluk membutuhkan air.
Untuk kepentingan manusia, makhluk hidup dan kepentingan lainnya, ketersediaan air dari
segi kualitas maupun kuantitas mutlak diperlukan”. Air di Indonesia sangat melimpah, hal ini
karena Indonesia merupakan negara kepulauan. Akan tetapi, hal ini tidak dimanfaatkan
dengan baik oleh masyarakat Indonesia. Sebaliknya, masyarakat kebanyakan
menyalahgunakan kelebihan ini dengan mencemarinya.
Pemanfaatan air sebagai air bersih dan air minum, tidak dapat dilakukan secara
langsung, akan tetapi memerlukan proses pengolahan terlebih dahulu. Pengolahan dilakukan
agar air tersebut dapat memenuhi standar sebagai air bersih maupun air minum. Faktor
kualitas air baku sangat menentukan efisiensi pengolahan. Faktor-faktor kualitas air baku
dapat meliputi warna, kekeruhan, pH, kandungan logam, kandungan zat-zat kimia, dan lain
lainnya. Untuk melakukan proses pengolahan tersebut dibutuhkan suatu instalasi yang sesuai
dengan kualitas dan kuantitas yang diinginkan.
PDAM merupakan Badan Usaha Milik Daerah yang masuk dalam kategori
penyelenggara pelayanan yang bersifat profit dengan tugasnya memberikan pelayanan air
bersih kepada warga masyarakat pada suatu daerah. Dalam penyelenggaraan pelayanan
publik, diperlukan suatu standar pelayanan sebagai pedoman dan acuan penilaian kualitas
pelayanan.
PDAM sebagai perusahaan daerah yang berfungsi untuk menyediakan kebutuhan air
minum untuk masyarakat kodya Padang, sumber air yang di gunakan adalah :
1. Air tanah
2. Air sungai
Untuk air tanah digunakan sumur bor, yang air nya sudah bersih, sedangkan untuk
sumber air dari sungai, PDAM mengambil air nya dari Batang Kuranji, dan penglahannya
dilakukan di gunung pangilun Proses pengolahan untuk sumber air sungai dilakukan dengan
tiga tahap:
Berdasarkan latar belakang di atas, dalam makalah ini akan dibahas beberapa masalah
sebagai berikut:
1.3 Tujuan
TINJAUANPUSTAKA
Berbagai teknik pengolahan air buangan untuk menyisihkan bahan polutannya telah
dicoba dan dikembangkan selama ini. Teknik-teknik pengolahan air buangan yang telah
dikembangkan tersebut secara umum terbagi menjadi 3 metode pengolahan :
Untuk suatu jenis air buangan tertentu, ketiga metode pengolahan tersebut dapat
diaplikasikan secara sendiri-sendiri atau secara kombinasi.
Penyisihan bahan-bahan organik beracun seperti fenol dan sianida pada konsentrasi
rendah dapat dilakukan dengan mengoksidasinya dengan klor (Cl), 2kalsium permanganat,
aerasi, ozon hidrogen peroksida.
Pada dasarnya kita dapat memperoleh efisiensi tinggi dengan pengolahan secara kimia
tetapi biaya pengolahan menjadi mahal karena memerlukan bahan kimia.
2.1.3 PENGOLAHAN SECARA BIOLOGI
Semua air buangan yang biodegradable dapat diolah secara biologi. Sebagai
pengolahan sekunder, pengolahan secara biologi dipandang sebagai pengolahan yang paling
murah efisien.
Pada dasarnya, reaktor pengolahan secara biologi dapat dibedakan atas dua jenis, yaitu:
1. Reaktor pertumbuhan tersuspensi (suspended growth reaktor);
Kolam oksidasi dan lagoon, baik yang diaerasi maupun yang tidak, juga termasuk
dalam jenis reaktor pertumbuhan tersuspensi. Untuk iklim tropis seperti Indonesia, waktu
detensi hidrolis selama 12-18 hari di dalam kolam oksidasi maupun dalam lagoon yang tidak
diaerasi, cukup untuk mencapai kualitas efluen yang dapat memenuhi standar yang
ditetapkan. Di dalam lagoon yang diaerasi cukup dengan waktu detensi 3-5 hari saja.
a. trickling filter
b. cakram biologi
c. filter terendam
d. reaktor fludisasi Seluruh modifikasi ini dapat menghasilkan efisiensi penurunan BOD
sekitar 80%-90%. Ditinjau dari segi lingkungan dimana berlangsung proses penguraian
secara biologi , proses ini dapat dibedakan menjadi dua jenis:
b. Proses anaerob, yang berlangsung tanpa adanya oksigen . Apabila BOD air buangan
tidak melebihi 400 mg/l, proses aerob masih dapat dianggap lebih ekonomis dari anaerob.
Pada BOD lebih tinggi dari 4000 mg/l, proses anaerob menjadi lebih ekonomis.
1. Kekeruhan
Kekeruhan air dapat ditimbulkan oleh adanya bahan-bahan anorganik dan organik
yang terkandung dalam air seperti lumpur dan bahan yang dihasilkan oleh buangan industri.
2. Temperatur
3. Warna
Warna air dapat ditimbulkan oleh kehadiran organisme, bahan-bahan tersuspensi yang
berwarna dan oleh ekstrak senyawa-senyawa organik serta tumbuh-tumbuhan.
Kandungan zat padat menimbulkan bau busuk, juga dapat meyebabkan turunnya
kadar oksigen terlarut. Zat padat dapat menghalangi penetrasi sinar matahari kedalam air.
Bau dan rasa dapat dihasilkan oleh adanya organisme dalam air seperti alga serta oleh
adanya gas seperti H2S yang terbentuk dalam kondisi anaerobik, dan oleh adanya senyawa-
senyawa organik tertentu.
2.2.2 KARAKTERISTIK KIMIA AIR
1. pH
2. DO (Dissolved Oxygent)
DO adalah jumlah oksigen terlarut dalam air yang berasal dari fotosintesa dan
absorbsi atmosfer/udara. Semakin banyak jumlah DO maka kualitas air semakin baik. Satuan
DO biasanya dinyatakan dalam persentase saturasi.
Reaksi:
Zat Organik + m.o + O2 → CO2 + m.o + sisa material organik (CHONSP)
4. COD (Chemical Oxygent Demand) COD adalah banyaknya oksigen yang di butuhkan
untuk mengoksidasi bahan-bahan organik secara kimia.
Reaksi + 95 % terurai
5. Kesadahan
Kesadahan air yang tinggi akan mempengaruhi efektifitas pemakaian sabun, namun
sebaliknya dapat memberikan rasa yang segar. Di dalam pemakaian untuk industri (air ketel,
air pendingin, atau pemanas) adanya kesadahan dalam air tidaklah dikehendaki. Kesadahan
yang tinggi bisa disebabkan oleh adanya kadar residu terlarut yang tinggi dalam air.
Kehadiran unsur arsen (As) pada dosis yang rendah sudah merupakan racun terhadap
manusia sehingga perlu pembatasan yang agak ketat (± 0,05 mg/l).
Kehadiran besi (Fe) dalam air bersih akan menyebabkan timbulnya rasa dan bau
ligam, menimbulkan warna koloid merah (karat) akibat oksidasi oleh oksigen terlarut yang
dapat menjadi racun bagi manusia.
Pengolahan air adalah cara untuk memisahkan zat-zat pengotor dari air mentah. Secara garis
besar kelompok zat pengotor air tersebut terbagi :
Untuk produksi air bersih upaya pengolahan dititik beratkan pada penyisihan padatan
tersuspensi dari air mentah. Proses penyisihan padatan tersuspensi dari air mentah terdiri dari
3 tahapan :
Tahap koagulasi Adalah Tahap penetralan muatan atau penyediaan jembatan dari
padatan terdispersi dengan penambahan zat kimia tertentu (coagulant aid). Pada tahap ini
dikehendaki pencampuran yang baik (rapid mixing) untuk menjamin kontak yang maksimal
antara padatan tersuspensi dengan zat kimia yang ditambahkan.
Tahap flokulasi adalah tahap penggabungan dari padatan padatan tersuspensi untuk
membentuk flok (aglomerat). Pada tahap ini dibutuhkan zona yang relatif tenang agar
penggabungan dari padatanpadatan terdispersi dapat berlangsung dengan baik
2. Memperbesar hambatan flok untuk naik ke zona jernih (memperkecil proses sedimentasi
BAB III
Sumber air yang diolah menjadi air bersih pada pada PDAM Padang adalah air dari Batang
kuranji. Dimana proses pengolahan air ini memelalui beberapa tahap proses yang bertujuan
untuk memisahkan zat-zat pengotor yang berupa larutan tersuspensi dengan air mentah, yaitu:
1. Screening
Screening berfungsi untuk memisahkan air dari sampahsampah dalam ukuran besar
yang terbawa oleh aliran air. Screening ini berupa saringan dari batang baja (round bar) yang
dipasang pada saluran masuk bak pengumpul air
Pada tahapan ini terjadi proses pengendapan lumpur secara grafitasi, dimana air
dialirkan dengan tenang, sehingga lumpur yang mempunyai berat jenis tinggi dari berat dari
air akan mengendap. Hal ini bertujuan agar
3. Tangki sedimentasi
Dari tangki ini air yang sudah terpisah dari pasir dan lumpur di pompakan ke klarifier.
Klarifer yang digunakan adalah modern clarifier, dimana kogulasi, flokulasi dan
sidimentasi terjadi pada satu tempat Air yang dipompakan dari tangki pengendapan sebelum
masuk ke klarifier di masukan larutan alum (Al2(SO4)3
Dari inlet pipa klarifier, air masuk ke dalam primary reaction zone. Di dalam prymari
reaction zone dan secondary reaction zone,air dan bahan kimia (Koagulan yaitu tawas)
diaduk dengan alat agitataor blade agar tercampur homogen. Maka koloid akan membentuk
butiran- butiran flokulasi.
Air yang telah bercampur dengan koagulan membentuk ikatan flokulasi, masuk
melalui return floc zone dialirkan ke clarification zone. Sedimen yang mengendap dalam
concentrator dibuang. Hal ini berlangsung secara otomatis yang akan terbuka setiap satu jam
sekali dalam waktu 1 menit. Air yang masuk ke dalam clarification zone sudah tidak
dipengaruhi oleh gaya putaran oleh agitator, sehingga lumpurnya mengendap. Air yang
berada dalam clarification zone adalah air yang sudah jernih.
Gambar modern clarifier
5. Sand Filter
Penyaring yang digunakan adalah rapid sand fliter (filter saringan cepat). Sand filter
jenis ini berupa bak yang berisi pasir kwarsa yang berfungsi untuk menyaring flok halus dan
kotoran lain yang lolos dari klarifier (clearator). jumlah bak penyaringan 12 unit dengan
kemapuan kapasitas saringan 500 l/dt.
Media penyaring biasanya lebih dari satu lapisan, yaitu pasir kwarsa dan batu dengan
mesh tertentu. Air mengalir ke bawah melalui media tersebut.Zat-zat padat yang tidak larut
akan melekat pada media, sedangkan air yang jernih akan terkumpul di bagian dasar dan
mengalir keluar melalui suatu pipa menuju reservoir.
6. Reservoir
Reservoir berfungsi sebagai tempat penampungan air bersih yang telah disaring
melalui filter, Air yang dalam reservoar ini sebelum disalurkan ke konsumen di berikan
larutan kaporit untuk membunuh bakteri yang terkandung dalam air tersebut.
3.2 ZAT KIMIA
Zat kimia yang digunakan untuk mengikat zat pengotor tersuspensi yang terlarut
dalam air adalah:
1. Tawas
Tawas merupakan bahan koagulan yang paling banyak digunakan karena bahan ini
paling ekonomis, mudah diperoleh di pasaran serta mudah penyimpanannya. Jumlah
pemakaian tawas tergantung kepada turbidity (kekeruhan) air baku. Semakin tinggi turbidity
air baku maka semakin besar jumlah tawas yang dibutuhkan. Pemakain tawas juga tidak
terlepas dari sifat-sifat kimia yang dikandung oleh air baku tersebut.
Dengan demikian makin banyak dosis tawas yang ditambahkan maka pH akan
semakin turun, karena dihasilkan asam sulfat sehingga perlu dicari dosis tawas yang efektif
antara pH 5,8-7,4. Apabila alkalinitas alami dari air tidak seimbang dengan dosis tawas perlu
ditambahkan alkalinitas, biasanya ditambahkan larutan kapur (Ca(OH)2) atau soda abu
(Na2CO3).
2. Kapur
3. Klorin
Klorin banyak digunakan dalam pengolahan air bersih dan air limbah sebagai
oksidator dan desinfektan. Sebagai oksidator, klorin digunakan untuk menghilangkan bau dan
rasa pada pengolahan air bersih. Untuk mengoksidasi Fe(II) dan Mn(II) yang banyak
terkandung dalam air tanah menjadi Fe(III) dan Mn(III). Yang dimaksud dengan klorin tidak
hanya Cl2 saja akan tetapi termasuk pula asam hipoklorit (HOCl) dan ion hipoklorit (Ocl -),
juga beberapa jenis kloramin seperti monokloramin (NH2Cl) dan dikloramin (NHCl2)
termasuk di dalamnya. Klorin dapat diperoleh dari gas Cl2 atau dari garam-garam NaOCl dan
Ca(OCl)2. Kloramin terbentuk karena adanya reaksi antara amoniak (NH3) baik anorganik
maupun organik aminoak di dalam air dengan klorin.
Bentuk desinfektan yang ditambahkan akan mempengaruhi kualitas yang didesinfeksi.
Penambahan klorin dalam bentuk gas akan menyebabkan turunnya pH air, karena terjadi
pembentukan asam kuat. Akan tetapi penambahan klorin dalam bentuk natrium hipoklorit
akan menaikkan alkalinity air tersebut sehingga pH akan lebih besar. Sedangkan kalsium
hipoklorit akan menaikkan pH dan kesadahan total air yang didesinfeksi.
A. Jar test
Jar test adalah suatu percobaan yang berfungsi untuk menentukan dosis optimal dari
koagulan (biasanya tawas/alum) yang digunakan pada proses pengolahan air bersih.
Kekeruhan air dapat dihilangkan melalui pembubuhan koagulan. Umumnya koagulan
tersebut berupa Al 2(SO4)3, namun dapat pula berupa garam FeCl3 atau sesuatu
polyelektrolit organis. Selain pembubuhan koagulan diperlukan pengadukan sampai
terbentuk flok. Flok-flok ini mengumpulkan partikel-partikel kecil dan koloid yang tumbuh
dan akhirnya bersamasama mengendap.
Cara kerja :
3) Disediakan 6 buah beaker glass dan masing-masing diisi dengan 500 ml air sampel
a. Comperator pH
2) Sampel ditetesi dengan indikator Bromthymol Blue (BTB) sebanyak 4- 6 tetes, diaduk
4) Dibandingkan warna sampel dengan warna standart pada comperator dengan memutar
roda standart comperator, apabila warna tersebut telah sama lalu dibaca nilainya.
b. Comperator Klor
2) Ditetesi dengan indikator otolidine reagent sebanyak 4-6 tetes, lalu diaduk
4) Nilai sisa klor dihitung dengan membandingkan warna sampel dengan warna standart
yang sama
C. Turbidity
Cara kerjanya :
3) Lalu sampel standart dikeluarkan dan dimasukkan sampel yang akan diteliti, lalu dibaca
nilai kekeruhannya
D. Analisa Kesadahan
Kesadahan adalah air yang mengandung garam-garam mineral seperti garam kalsium
dan magnesium. Kesadahan dalam air terutama disebabkan oleh ion-ion Ca2+, Mg2+, Mn2+,
Fe2+, dan semua kation yang bermuatan dua.
a. Kesadahan Ca :
3) Kemudian dilakukan titrasi dengan titriplex sehingga terjadi perubahan warna dari
merah menjadi ungu
5) Dihitung kesadahan Ca
b. Kesadahan Mg
3) Kemudian dilakukan titrasi dengan titriplex sehingga terjadi perubahan warna dari
ungu menjadi biru
5) Hitung kesadahan Mg
E. Analisa Alkalinitas
Alkalinity adalah kapasitas air untuk menentukan asam tanpa penurunan nilai pH
larutan. Alkalinity dalam air yaitu : ion karbonat (CO32-), ion bikarbonat (HCO3), ion borat
(BO32-), ion fosfat (PO43-), dan ion silikat (SiO42-).
Alkalinity ditetapkan melalui titrasi asam basa. Asam kuat seperti H2SO4 dan HCl
dapat menetralkan zat-zat alkalinity yang merupakan zat basa sampai titik akhir titrasi yaitu
kira-kira pH 8,3 dan 4,5.
Tabel Beberapa macam indikator yang digunakan
Indikator
No. yang Keadaan Basa Keadaan Asam
digunakan
1 Phenolpthalein Merah lembayung Tidak berwana
2 Metil orange Kuning orange Merah
3 Metil red + brom Biru kehijauan
- Biru muda atau kelabu
4 Kresol hijau
- kelabu kemerahan atau biru merah muda
PENUTUP
4.1 KESIMPULAN
2. Bahan-bahan kimia yang digunakan adalah larutan tawas (alum), liquid klorine, dan
larutan kapur
A. jar test
B. Comperator
C. Turbidity
E. Analisa kesadahan
F. Analisa alkalinity
DAFTAR PUSTAKA
2. Eva Fathul Karamah, Pralakuan Koagulasi Dalam Proses Pengolahan Air Dengan
Membran, Teknik Kimia, Departemen Teknik Gas & PetrokimiaFakultas Teknik
Universitas Indonesia, Depok 16424, Indonesia
3. Kodoatie, Robert J. dan Roestam Sjarief. 2008. Pengelolaan Sumber Daya Air Terpadu
Edisi Revisi. Andi.Yogyakarta.
4. Farida Hanum, ST , Proses Pengolahan Air Sungai Untuk Keperluan Air Minum, Fakultas
Teknik Program Studi Teknik Kimia Universitas Sumatera Utara
5. Ir. Nusa Idaman Said, M.Eng., Teknologi Pengolahan Air Bersih Dengan Proses Saringan
Pasir Lambat
6. Pasymi, Perancangan Incline Tube Clarifier, Teknik Kimia Universitas Bung Hatta