Anda di halaman 1dari 23

CARA PENYARINGAN AIR DI PDAM

D
I
S
U
S
U
N
OLEH

AHIRAWATI (2104015)

DOSEN : SRIWAHYUNI S.K.M. M.K.M

INSTITUT KESEHATAN SUMATERA UTARA


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
TAHUN PELAJARAN
2023
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Air merupakan salah satu komponen yang dibutuhkan kehidupan manusia. Menurut
Kodoatie (2008) “air merupakan sumber kehidupan. Semua makhluk membutuhkan air.
Untuk kepentingan manusia, makhluk hidup dan kepentingan lainnya, ketersediaan air dari
segi kualitas maupun kuantitas mutlak diperlukan”. Air di Indonesia sangat melimpah, hal ini
karena Indonesia merupakan negara kepulauan. Akan tetapi, hal ini tidak dimanfaatkan
dengan baik oleh masyarakat Indonesia. Sebaliknya, masyarakat kebanyakan
menyalahgunakan kelebihan ini dengan mencemarinya.

Pada Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2005 tentang Pengembangan Sistem


Penyediaan Air Minum (SPAM) disebutkan bahwa pemerintah kabupaten/kota mempunyai
tanggung jawab untuk memenuhi kebutuhan air bersih masyarakat sesuai dengan standar
pelayanan minimum yang ditetapkan. Air bersih adalah salah satu jenis sumber daya berbasis
air yang bermutu baik dan bisa dimanfaatkan oleh manusia untuk dikonsumsi atau dalam
melakukan aktivitas mereka sehari-hari.

Pemanfaatan air sebagai air bersih dan air minum, tidak dapat dilakukan secara
langsung, akan tetapi memerlukan proses pengolahan terlebih dahulu. Pengolahan dilakukan
agar air tersebut dapat memenuhi standar sebagai air bersih maupun air minum. Faktor
kualitas air baku sangat menentukan efisiensi pengolahan. Faktor-faktor kualitas air baku
dapat meliputi warna, kekeruhan, pH, kandungan logam, kandungan zat-zat kimia, dan lain
lainnya. Untuk melakukan proses pengolahan tersebut dibutuhkan suatu instalasi yang sesuai
dengan kualitas dan kuantitas yang diinginkan.

PDAM merupakan Badan Usaha Milik Daerah yang masuk dalam kategori
penyelenggara pelayanan yang bersifat profit dengan tugasnya memberikan pelayanan air
bersih kepada warga masyarakat pada suatu daerah. Dalam penyelenggaraan pelayanan
publik, diperlukan suatu standar pelayanan sebagai pedoman dan acuan penilaian kualitas
pelayanan.

PDAM sebagai perusahaan daerah yang berfungsi untuk menyediakan kebutuhan air
minum untuk masyarakat kodya Padang, sumber air yang di gunakan adalah :
1. Air tanah
2. Air sungai

Untuk air tanah digunakan sumur bor, yang air nya sudah bersih, sedangkan untuk
sumber air dari sungai, PDAM mengambil air nya dari Batang Kuranji, dan penglahannya
dilakukan di gunung pangilun Proses pengolahan untuk sumber air sungai dilakukan dengan
tiga tahap:

1. Tahap pengendapan alami (natural sedimentation)

2. Tahap penjernihan (clarification)

3. Tahap penyaringan (filtration). Proses penyaringan dilakukan dengan secara sidementasi

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, dalam makalah ini akan dibahas beberapa masalah
sebagai berikut:

1. Apakah sumber/bahan baku air yang digunakan?

2. Bagaimana baku mutu kualitas air bersih?

3. Apa saja karakteristik air bersih?

4. Bagaimana proses pengolahan air bersih?

1.3 Tujuan

Adapun tujuan penulisan makalah ini sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui sumber/bahan baku air yang digunakan

2. Untuk mengetahui baku mutu kualitas air bersih

3. Untuk mengetahui karakteristik air bersih

4. Untuk mengetahui proses pengolahan air bersih


BAB II

TINJAUANPUSTAKA

2.1 METODA PENGOLAHAN AIR

Berbagai teknik pengolahan air buangan untuk menyisihkan bahan polutannya telah
dicoba dan dikembangkan selama ini. Teknik-teknik pengolahan air buangan yang telah
dikembangkan tersebut secara umum terbagi menjadi 3 metode pengolahan :

- Pengolahan secara fisika

- Pengolahan secara kimia

- Pengolahan secara biologi

Untuk suatu jenis air buangan tertentu, ketiga metode pengolahan tersebut dapat
diaplikasikan secara sendiri-sendiri atau secara kombinasi.

2.1.1 PENGOLAHAN SECARA FISIKA

Pada umumnya, sebelum dilakukan pengolahan lanjutan terhadap air buangan,


diinginkan agar bahan-bahan tersuspensi berukuran besar dan yang mudah mengendap atau
bahan-bahan yang terapung disisihkan terlebih dahulu. Penyaringan (screening) merupakan
cara yang efisien dan murah untuk menyisihkan bahan tersuspensi yang berukuran besar.
Bahan tersuspensi yang mudah mengendap dapat disisihkan secara mudah dengan proses
pengendapan . Parameter desain yang utama untuk proses pengendapan ini adalah kecepatan
mengendap partikel dan waktu detensi hidrolis di dalam bak pengendap.

Proses flotasi banyak digunakan untuk menyisihkan bahanbahan yang mengapung


seperti minyak dan lemak agar tidak mengganggu proses pengolahan berikutnya . Flotasi juga
dapat digunakan sebagai cara penyisihan bahan-bahan tersuspensi (clarification) atau
pemekatan lumpur endapan (sludge thickening) dengan memberikan aliran udara ke atas (air
flotation).

Proses filtrasi di dalam pengolahan air buangan , biasanya dilakukan untuk


mendahului proses adsorbsi atau proses reverse osmosisnya , akan dilaksanakan untuk
menyisihkan sebanyak mungkin partikel tersuspensi dari dalam air agar tidak mengganggu
proses adsorbsi atau menyumbat membran yang dipergunakan dalam proses osmosa.
Proses adsorbsi, biasanya dengan karbon aktif, dilakukan untuk menyisihkan senyawa
aromatik (misalnya : fenol ) dan senyawa organik terlarut lainnya, terutama jika diinginkan
untuk menggunakan kembali air buangan tersebut.

Teknologi membran (reverse osmosis) biasanya diaplikasikan untuk unit-unit


pengolahan kecil, terutama jika pengolahan ditujukan untuk menggunakan kembali air yang
diolah. Biaya instalasi dan operasinya sangat mahal.

2.1.2 PENGOLAHAN SECARA KIMIA

Pengolahan air buangan secara kimia biasanya dilakukan untuk menghilangkan


partikel-partikel yang tidak mudah mengendap (koloid), logam-logam berat, senyawa fosfor,
dan zat organik beracun; dengan membubuhkan bahan kimia tertentu yang diperlukan.
Penyisihan bahanbahan tersebut pada prinsipnya berlangsung melalui perubahan sifat bahan-
bahan tersebut, yaitu dari tak dapat diendapkan menjadi mudah diendapkan (flokulasi-
koagulasi), baik dengan atau tanpa reaksi oksidasireduksi, dan juga berlangsung sebagai hasil
reaksi oksidasi.

Pengendapan bahan tersuspensi yang tak mudah larut dilakukan dengan


membubuhkan elektrolit yang mempunyai muatan yang berlawanan dengan muatan
koloidnya agar terjadi netralisasi muatan koloid tersebut, sehingga akhirnya dapat
diendapkan. Penyisihan logam berat dan senyawa fosfor dilakukan dengan membubuhkan
larutan alkali (air kapur misalnya) sehingga terbentuk endapan hidroksida logam-logam
tersebut atau endapan hidroksiapatit. Endapan logam tersebut akan lebih stabil jika pH air >
10,5 dan untuk hidroksiapatit pada pH
> 9,5. Khusus untuk krom heksavalen , sebelum diendapkan sebagai krom hidroksida [Cr(
OH)3], terlebih dahulu direduksi menjadi krom trivalent dengan membubuhkan reduktor
(FeSO4, SO2, atau Na2S2O5).

Penyisihan bahan-bahan organik beracun seperti fenol dan sianida pada konsentrasi
rendah dapat dilakukan dengan mengoksidasinya dengan klor (Cl), 2kalsium permanganat,
aerasi, ozon hidrogen peroksida.

Pada dasarnya kita dapat memperoleh efisiensi tinggi dengan pengolahan secara kimia
tetapi biaya pengolahan menjadi mahal karena memerlukan bahan kimia.
2.1.3 PENGOLAHAN SECARA BIOLOGI

Semua air buangan yang biodegradable dapat diolah secara biologi. Sebagai
pengolahan sekunder, pengolahan secara biologi dipandang sebagai pengolahan yang paling
murah efisien.

Dalam beberapa dasawarsa telah berkembang berbagai metode pengolahan biologi


dengan segala modifikasinya.

Pada dasarnya, reaktor pengolahan secara biologi dapat dibedakan atas dua jenis, yaitu:
1. Reaktor pertumbuhan tersuspensi (suspended growth reaktor);

2. Reaktor pertumbuhan lekat (attached growth reaktor).

Di dalam reaktor pertumbuhan tersuspensi, mikroorganisme tumbuh dan berkembang


dalam keadaan tersuspensi. Proses lumpur aktif yang banyak dikenal berlangsung dalam
reaktor jenis ini . Proses lumpur aktif terus berkembang dengan berbagai modifikasinya ,
antara lain: oxidation ditch dan kontak-stabilisasi.

Dibandingkan dengan proses lumpur aktif konvensional , oxidation ditch mempunyai


beberapa kelebihan , yaitu efisiensi penurunan BOD dapat mencapai 85%-90%
(dibandingkan 80%-85%) dan lumpur yang dihasilkan lebih sedikit . Selain efisiensi yang
lebih tinggi (90%- 95%), kontak stabilisasi mempunyai kelebihan yang lain, yaitu waktu
detensi hidrolis total lebih pendek (4- 6 jam). Proses kontak-stabilisasi dapat pula
menyisihkan BOD tersuspensi melalui proses absorbsi di dalam tangki kontak sehingga tidak
diperlukan penyisihan BOD tersuspensi dengan pengolahan pendahuluan.

Kolam oksidasi dan lagoon, baik yang diaerasi maupun yang tidak, juga termasuk
dalam jenis reaktor pertumbuhan tersuspensi. Untuk iklim tropis seperti Indonesia, waktu
detensi hidrolis selama 12-18 hari di dalam kolam oksidasi maupun dalam lagoon yang tidak
diaerasi, cukup untuk mencapai kualitas efluen yang dapat memenuhi standar yang
ditetapkan. Di dalam lagoon yang diaerasi cukup dengan waktu detensi 3-5 hari saja.

Di dalam reaktor pertumbuhan lekat, mikroorganisme tumbuh di atas media


pendukung dengan membentuk lapisan film untuk melekatkan dirinya. Berbagai modifikasi
telah banyak dikembangkan selama ini , antara lain:

a. trickling filter

b. cakram biologi
c. filter terendam

d. reaktor fludisasi Seluruh modifikasi ini dapat menghasilkan efisiensi penurunan BOD
sekitar 80%-90%. Ditinjau dari segi lingkungan dimana berlangsung proses penguraian
secara biologi , proses ini dapat dibedakan menjadi dua jenis:

a. Proses aerob, yang berlangsung dengan hadirnya oksigen ;

b. Proses anaerob, yang berlangsung tanpa adanya oksigen . Apabila BOD air buangan
tidak melebihi 400 mg/l, proses aerob masih dapat dianggap lebih ekonomis dari anaerob.
Pada BOD lebih tinggi dari 4000 mg/l, proses anaerob menjadi lebih ekonomis.

2.2 KARAKTERISTIK AIR

2.2.1 KARAKTERISTIK FISIK AIR

1. Kekeruhan

Kekeruhan air dapat ditimbulkan oleh adanya bahan-bahan anorganik dan organik
yang terkandung dalam air seperti lumpur dan bahan yang dihasilkan oleh buangan industri.

2. Temperatur

Kenaikan temperatur air menyebabkan penurunan kadar oksigen terlarut. Kadar


oksigen terlarut yang terlalu rendah akan menimbulkan bau yang tidak sedap akibat degradasi
anaerobic yang mungkin saja terjadi.

3. Warna

Warna air dapat ditimbulkan oleh kehadiran organisme, bahan-bahan tersuspensi yang
berwarna dan oleh ekstrak senyawa-senyawa organik serta tumbuh-tumbuhan.

4. Solid (Zat padat)

Kandungan zat padat menimbulkan bau busuk, juga dapat meyebabkan turunnya
kadar oksigen terlarut. Zat padat dapat menghalangi penetrasi sinar matahari kedalam air.

5. Bau dan rasa

Bau dan rasa dapat dihasilkan oleh adanya organisme dalam air seperti alga serta oleh
adanya gas seperti H2S yang terbentuk dalam kondisi anaerobik, dan oleh adanya senyawa-
senyawa organik tertentu.
2.2.2 KARAKTERISTIK KIMIA AIR

1. pH

Pembatasan pH dilakukan karena akan mempengaruhi rasa, korosifitas air dan


efisiensi klorinasi. Beberapa senyawa asam dan basa lebih toksid dalam bentuk molekuler,
dimana disosiasi senyawa-senyawa tersebut dipengaruhi oleh pH.

2. DO (Dissolved Oxygent)

DO adalah jumlah oksigen terlarut dalam air yang berasal dari fotosintesa dan
absorbsi atmosfer/udara. Semakin banyak jumlah DO maka kualitas air semakin baik. Satuan
DO biasanya dinyatakan dalam persentase saturasi.

3. BOD (Biological Oxygent Demand)

BOD adalah banyaknya oksigen yang dibutuhkan oleh mikroorgasnisme untuk


menguraikan bahan-bahan organik (zat pencerna) yang terdapat di dalam air buangan secara
biologi. BOD dan COD digunakan untuk memonitoring kapasitas self purification badan air
penerima.

Reaksi:
Zat Organik + m.o + O2 → CO2 + m.o + sisa material organik (CHONSP)

4. COD (Chemical Oxygent Demand) COD adalah banyaknya oksigen yang di butuhkan
untuk mengoksidasi bahan-bahan organik secara kimia.

Reaksi + 95 % terurai

Zat Organik + O2 ——————→ CO2 + H2O

5. Kesadahan

Kesadahan air yang tinggi akan mempengaruhi efektifitas pemakaian sabun, namun
sebaliknya dapat memberikan rasa yang segar. Di dalam pemakaian untuk industri (air ketel,
air pendingin, atau pemanas) adanya kesadahan dalam air tidaklah dikehendaki. Kesadahan
yang tinggi bisa disebabkan oleh adanya kadar residu terlarut yang tinggi dalam air.

6. Senyawa-senyawa kimia yang beracun

Kehadiran unsur arsen (As) pada dosis yang rendah sudah merupakan racun terhadap
manusia sehingga perlu pembatasan yang agak ketat (± 0,05 mg/l).
Kehadiran besi (Fe) dalam air bersih akan menyebabkan timbulnya rasa dan bau
ligam, menimbulkan warna koloid merah (karat) akibat oksidasi oleh oksigen terlarut yang
dapat menjadi racun bagi manusia.

2.3 TAHAPAN PENGOLAHAN AIR BERSIH

Pengolahan air adalah cara untuk memisahkan zat-zat pengotor dari air mentah. Secara garis
besar kelompok zat pengotor air tersebut terbagi :

- Padatan tersuspensi (suspended solid),

- Padatan terlarut (dissolved solid),

Untuk produksi air bersih upaya pengolahan dititik beratkan pada penyisihan padatan
tersuspensi dari air mentah. Proses penyisihan padatan tersuspensi dari air mentah terdiri dari
3 tahapan :

- Tahap pengendapan alami (natural sedimentation),

- Tahap penjernihan (clarification) dan tahap penyaringan (filtration).

- Tahap Penjernihan (clarifying process) atau tahap pengendapan padatan tersuspensi


dengan bantuan zat kimia tertentu. Ada tiga tahap proses penjernihan yaitu:

o Tahap koagulasi (coagulation step)

Tahap koagulasi Adalah Tahap penetralan muatan atau penyediaan jembatan dari
padatan terdispersi dengan penambahan zat kimia tertentu (coagulant aid). Pada tahap ini
dikehendaki pencampuran yang baik (rapid mixing) untuk menjamin kontak yang maksimal
antara padatan tersuspensi dengan zat kimia yang ditambahkan.

o Tahap flokulasi (floculation step)

Tahap flokulasi adalah tahap penggabungan dari padatan padatan tersuspensi untuk
membentuk flok (aglomerat). Pada tahap ini dibutuhkan zona yang relatif tenang agar
penggabungan dari padatanpadatan terdispersi dapat berlangsung dengan baik

o Tahap sedimetasi (sedimentation step).

Sementara tahap sedimentasi adalah tahap pengendapan flokflok ke dasar klarifier.


Agar proses pengendapan ini berjalan dengan baik maka tahap ini harus berlangsung pada
zona yang sangat tenang.
Pada alat penjernih konvensional (conventional clarifier) masing-masing tahap
penjernihan tersebut diatas dilaksanakan pada tempat terpisah sementara pada alat penjernih
moderen (modern clarifier) ketiga tahap penjernihan diatas dilaksanakan dalam satu alat yang
terintegrasi. Salah satu contoh ganerasi modern clarifier adalah vertical tube clarifier yang
merupakan clarifier yang dilengkapi dengan sekelompok tube yang dimaksudkan untuk :

1. Membantu proses pembentukan flok

2. Memperbesar hambatan flok untuk naik ke zona jernih (memperkecil proses sedimentasi
BAB III

PROSES PENGOLAHAN AIR MINUM PADA PDAM

3.1. PROSES PENGOLAHAN

Sumber air yang diolah menjadi air bersih pada pada PDAM Padang adalah air dari Batang
kuranji. Dimana proses pengolahan air ini memelalui beberapa tahap proses yang bertujuan
untuk memisahkan zat-zat pengotor yang berupa larutan tersuspensi dengan air mentah, yaitu:

Gambar Air Batang kuranji.

1. Screening

Screening berfungsi untuk memisahkan air dari sampahsampah dalam ukuran besar
yang terbawa oleh aliran air. Screening ini berupa saringan dari batang baja (round bar) yang
dipasang pada saluran masuk bak pengumpul air

Gambar Saringan pada saluran masuk


2. Pengendapan alami (natural sedimentation)

Pada tahapan ini terjadi proses pengendapan lumpur secara grafitasi, dimana air
dialirkan dengan tenang, sehingga lumpur yang mempunyai berat jenis tinggi dari berat dari
air akan mengendap. Hal ini bertujuan agar

a. Memisahkan zat-zat pengotor yang mempunyai BJ lebih berat dari BJ air

b. Memudahkan kerja Pompa

Gambar Pengendapan alami

3. Tangki sedimentasi

Tangki sedimentasi berfungsi untuk mengendapkan kotoran-kotoran berupa lumpur


dan pasir. Pada tangki sedimentasi terdapat waktu tinggal. Ke dalam tangki sedimentasi ini
diinjeksikan klorin yang berfungsi sebagai oksidator dan desinfektan. Sebagai oksidator
klorin digunakan untuk menghilangkan bau dan rasa pada air.

Dari tangki ini air yang sudah terpisah dari pasir dan lumpur di pompakan ke klarifier.

Gambar Pompa dan instalsi pipa ke tempat pengolahan


4. Klarifier (clearator)

Klarifer yang digunakan adalah modern clarifier, dimana kogulasi, flokulasi dan
sidimentasi terjadi pada satu tempat Air yang dipompakan dari tangki pengendapan sebelum
masuk ke klarifier di masukan larutan alum (Al2(SO4)3

Gambar Bak tawas – kapur dan saluran injeksi ke pipa air

Klarifier berfungsi sebagai tempat pembentukan flok dengan penambahan larutan


Alum (Al2(SO4)3 sebagai bahan. Pada klarifier terdapat mesin agitator yang berfungsi
sebagai alat untuk mempercepat pembentukan flok. Pada klarifier terjadi pemisahan antara air
bersih dan air kotor. Air bersih ini kemudian disalurkan dengan menggunakan pipa yang
besar untuk kemudian dipompakan ke filter. Klarifier terbuat dari beton yang berbentuk bulat
yang dilengkapi dengan penyaring dan sekat.

Dari inlet pipa klarifier, air masuk ke dalam primary reaction zone. Di dalam prymari
reaction zone dan secondary reaction zone,air dan bahan kimia (Koagulan yaitu tawas)
diaduk dengan alat agitataor blade agar tercampur homogen. Maka koloid akan membentuk
butiran- butiran flokulasi.

Air yang telah bercampur dengan koagulan membentuk ikatan flokulasi, masuk
melalui return floc zone dialirkan ke clarification zone. Sedimen yang mengendap dalam
concentrator dibuang. Hal ini berlangsung secara otomatis yang akan terbuka setiap satu jam
sekali dalam waktu 1 menit. Air yang masuk ke dalam clarification zone sudah tidak
dipengaruhi oleh gaya putaran oleh agitator, sehingga lumpurnya mengendap. Air yang
berada dalam clarification zone adalah air yang sudah jernih.
Gambar modern clarifier
5. Sand Filter

Penyaring yang digunakan adalah rapid sand fliter (filter saringan cepat). Sand filter
jenis ini berupa bak yang berisi pasir kwarsa yang berfungsi untuk menyaring flok halus dan
kotoran lain yang lolos dari klarifier (clearator). jumlah bak penyaringan 12 unit dengan
kemapuan kapasitas saringan 500 l/dt.

Media penyaring biasanya lebih dari satu lapisan, yaitu pasir kwarsa dan batu dengan
mesh tertentu. Air mengalir ke bawah melalui media tersebut.Zat-zat padat yang tidak larut
akan melekat pada media, sedangkan air yang jernih akan terkumpul di bagian dasar dan
mengalir keluar melalui suatu pipa menuju reservoir.

Gambar Bak saringan pasir

6. Reservoir

Reservoir berfungsi sebagai tempat penampungan air bersih yang telah disaring
melalui filter, Air yang dalam reservoar ini sebelum disalurkan ke konsumen di berikan
larutan kaporit untuk membunuh bakteri yang terkandung dalam air tersebut.
3.2 ZAT KIMIA

Zat kimia yang digunakan untuk mengikat zat pengotor tersuspensi yang terlarut
dalam air adalah:

1. Tawas

Tawas merupakan bahan koagulan yang paling banyak digunakan karena bahan ini
paling ekonomis, mudah diperoleh di pasaran serta mudah penyimpanannya. Jumlah
pemakaian tawas tergantung kepada turbidity (kekeruhan) air baku. Semakin tinggi turbidity
air baku maka semakin besar jumlah tawas yang dibutuhkan. Pemakain tawas juga tidak
terlepas dari sifat-sifat kimia yang dikandung oleh air baku tersebut.

Dengan demikian makin banyak dosis tawas yang ditambahkan maka pH akan
semakin turun, karena dihasilkan asam sulfat sehingga perlu dicari dosis tawas yang efektif
antara pH 5,8-7,4. Apabila alkalinitas alami dari air tidak seimbang dengan dosis tawas perlu
ditambahkan alkalinitas, biasanya ditambahkan larutan kapur (Ca(OH)2) atau soda abu
(Na2CO3).

2. Kapur

Pengaruh penambahan kapur (Ca(OH)2 akan menaikkan pH dan bereaksi dengan


bikarbonat membentuk endapan CaCO3. Bila kapur yang ditambahkan cukup banyak
sehingga pH = 10,5 maka akan membentuk endapan Mg(OH)2. Kelebihan ion Ca pada pH
tinggi dapat diendapkan dengan penambahan soda abu.

3. Klorin

Klorin banyak digunakan dalam pengolahan air bersih dan air limbah sebagai
oksidator dan desinfektan. Sebagai oksidator, klorin digunakan untuk menghilangkan bau dan
rasa pada pengolahan air bersih. Untuk mengoksidasi Fe(II) dan Mn(II) yang banyak
terkandung dalam air tanah menjadi Fe(III) dan Mn(III). Yang dimaksud dengan klorin tidak
hanya Cl2 saja akan tetapi termasuk pula asam hipoklorit (HOCl) dan ion hipoklorit (Ocl -),
juga beberapa jenis kloramin seperti monokloramin (NH2Cl) dan dikloramin (NHCl2)
termasuk di dalamnya. Klorin dapat diperoleh dari gas Cl2 atau dari garam-garam NaOCl dan
Ca(OCl)2. Kloramin terbentuk karena adanya reaksi antara amoniak (NH3) baik anorganik
maupun organik aminoak di dalam air dengan klorin.
Bentuk desinfektan yang ditambahkan akan mempengaruhi kualitas yang didesinfeksi.
Penambahan klorin dalam bentuk gas akan menyebabkan turunnya pH air, karena terjadi
pembentukan asam kuat. Akan tetapi penambahan klorin dalam bentuk natrium hipoklorit
akan menaikkan alkalinity air tersebut sehingga pH akan lebih besar. Sedangkan kalsium
hipoklorit akan menaikkan pH dan kesadahan total air yang didesinfeksi.

3.3 Pemeriksaan Mutu Air

A. Jar test

Jar test adalah suatu percobaan yang berfungsi untuk menentukan dosis optimal dari
koagulan (biasanya tawas/alum) yang digunakan pada proses pengolahan air bersih.
Kekeruhan air dapat dihilangkan melalui pembubuhan koagulan. Umumnya koagulan
tersebut berupa Al 2(SO4)3, namun dapat pula berupa garam FeCl3 atau sesuatu
polyelektrolit organis. Selain pembubuhan koagulan diperlukan pengadukan sampai
terbentuk flok. Flok-flok ini mengumpulkan partikel-partikel kecil dan koloid yang tumbuh
dan akhirnya bersamasama mengendap.

Cara kerja :

1) Diambil sampel air baku kira-kira 4 liter

2) Dicek dan dicatat turbidity serta pH awal dari air sampel

3) Disediakan 6 buah beaker glass dan masing-masing diisi dengan 500 ml air sampel

4) Ke dalam masing-masing beaker glass tersebut diinjeksikan alum dengan konsentrasi 1


% dan dengan dosis tawas tertentu untuk tiap beaker glass. Penentuan dosis yang
ditambahkan diambil dari tabel estimasi alum untuk turbidity tertentu (range atas dan range
bawah)

5) Meletakkan beaker glass pada alat flokulator

6) Diaduk dengan kecepatan 140 rpm selama 5 menit

7) Kemudian pengadukan dilakukan dengan kecepatan 40 rpm selama 10 menit

8) Didiamkan selama 15 menit sampai 30 menit

9) Dicek dan dicatat turbidity untuk masing-masing beaker glass


B. Comperator

a. Comperator pH

1) Sampel dimasukkan dalam tabung reaksi sebanyak 10 ml

2) Sampel ditetesi dengan indikator Bromthymol Blue (BTB) sebanyak 4- 6 tetes, diaduk

3) Kemudian dinasukkan di sebelah kiri bagian dalam comperator

4) Dibandingkan warna sampel dengan warna standart pada comperator dengan memutar
roda standart comperator, apabila warna tersebut telah sama lalu dibaca nilainya.

b. Comperator Klor

1) Dimasukkan sampel ke dalam tabung sebanyak 10 ml

2) Ditetesi dengan indikator otolidine reagent sebanyak 4-6 tetes, lalu diaduk

3) Tempatkan sampel pada sebelah kanan bagian dalam comperator

4) Nilai sisa klor dihitung dengan membandingkan warna sampel dengan warna standart
yang sama

C. Turbidity

Turbidity merupakan alat untuk mengukur tingkat kekeruhan air.

Cara kerjanya :

1) Dihidupkan turbidimeter, kemudian dimasukkan sampel ke dalam tabung yang telah


tersedia pada alat tersebut

2) Skala diaduk sesuai dengan nilai sampel standart

3) Lalu sampel standart dikeluarkan dan dimasukkan sampel yang akan diteliti, lalu dibaca
nilai kekeruhannya

D. Analisa Kesadahan

Kesadahan adalah air yang mengandung garam-garam mineral seperti garam kalsium
dan magnesium. Kesadahan dalam air terutama disebabkan oleh ion-ion Ca2+, Mg2+, Mn2+,
Fe2+, dan semua kation yang bermuatan dua.
a. Kesadahan Ca :

1) Ke dalam erlenmeyer dimasukkan air sampel sebanyak 100 ml

2) Ditambahkan NaOH 4 N sebanyak 1 cc dan indikator murexid secukupnya

3) Kemudian dilakukan titrasi dengan titriplex sehingga terjadi perubahan warna dari
merah menjadi ungu

4) Dicatat volume titriplex yang terpakai

5) Dihitung kesadahan Ca

b. Kesadahan Mg

1) Ke dalam erlenmeyer dimasukkan air sampel sebanyak 100 ml

2) Lalu ditambahkan Ammonium Buffer sebanyak 2 cc dan indikator EBT secukupnya

3) Kemudian dilakukan titrasi dengan titriplex sehingga terjadi perubahan warna dari
ungu menjadi biru

4) Dicatat volume titriplex yang terpakai

5) Hitung kesadahan Mg

E. Analisa Alkalinitas

Alkalinity adalah kapasitas air untuk menentukan asam tanpa penurunan nilai pH
larutan. Alkalinity dalam air yaitu : ion karbonat (CO32-), ion bikarbonat (HCO3), ion borat
(BO32-), ion fosfat (PO43-), dan ion silikat (SiO42-).

Alkalinity ditetapkan melalui titrasi asam basa. Asam kuat seperti H2SO4 dan HCl
dapat menetralkan zat-zat alkalinity yang merupakan zat basa sampai titik akhir titrasi yaitu
kira-kira pH 8,3 dan 4,5.
Tabel Beberapa macam indikator yang digunakan

Indikator
No. yang Keadaan Basa Keadaan Asam
digunakan
1 Phenolpthalein Merah lembayung Tidak berwana
2 Metil orange Kuning orange Merah
3 Metil red + brom Biru kehijauan
- Biru muda atau kelabu
4 Kresol hijau
- kelabu kemerahan atau biru merah muda

DIAGRAM PROSES PENGOLAHAN AIR MINUM PDAM PADANG


BAB IV

PENUTUP

4.1 KESIMPULAN

1. Dalam proses pengolahan air minum dilakukan beberapa tahapan, yaitu :

A. Proses penyaringan air

B. Proses pengendapan lumpur dan kotoran

C. Proses klarifikasi (koagulasi, flokulasi, dan sedimentasi)

D. Proses penyaringan (sand filter)

E. Proses desinfeksi (penambahan kapur dan kaporit)

2. Bahan-bahan kimia yang digunakan adalah larutan tawas (alum), liquid klorine, dan
larutan kapur

3. Analisa-analisa ynag dilakukan pada air bersih, adalah :

A. jar test

B. Comperator

C. Turbidity

D. Pemeriksaan zat-zat organik

E. Analisa kesadahan

F. Analisa alkalinity
DAFTAR PUSTAKA

1. Data survey, PDAM Padang

2. Eva Fathul Karamah, Pralakuan Koagulasi Dalam Proses Pengolahan Air Dengan
Membran, Teknik Kimia, Departemen Teknik Gas & PetrokimiaFakultas Teknik
Universitas Indonesia, Depok 16424, Indonesia

3. Kodoatie, Robert J. dan Roestam Sjarief. 2008. Pengelolaan Sumber Daya Air Terpadu
Edisi Revisi. Andi.Yogyakarta.

4. Farida Hanum, ST , Proses Pengolahan Air Sungai Untuk Keperluan Air Minum, Fakultas
Teknik Program Studi Teknik Kimia Universitas Sumatera Utara

5. Ir. Nusa Idaman Said, M.Eng., Teknologi Pengolahan Air Bersih Dengan Proses Saringan
Pasir Lambat

6. Pasymi, Perancangan Incline Tube Clarifier, Teknik Kimia Universitas Bung Hatta

7. Teknologi pengolahan limbah cair

Anda mungkin juga menyukai