PENDAHULUAN
1
1.3 Tujuan Penelitian
1. mengetahui menganalisis tahapan water treatment
2. mengetahui mengamati ketahapan yang terjadi pada clarifier di water treatment
1.4 Manfaat Penelitian
1. Mengetahui proses-proses yang dapat dipakai dalam water treatment
2. Mengetahui teknologi water treatment serta aplikasi dalam pabrik dankehidupan
sehari-hari
3. Mengetahui prinsip kerja dan manfaat bahan kimia dalam proses clanrifier di
water treatment
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
8
b. Flokulasi
Proses Flokulasi dilakukan dengan tujuan untuk membentuk dan memperbesar
floc atau pengotor yang diendapkan. Dalam prosesnya dilakukan pengadukan lambat
dan aliran air harus tenang. Selain itu dapat di tambahkan senyawa kimia untuk
mengikat flok-flok sehingga efisiensi proses meningkat.
c. Sedimentasi
Proses sedimentasi ini bertujuan untuk mengendapkan partikel-partikel floc
dengan menggunakan prinsip berat jenis. Partikel-partikel floc tersebut akan turun
secara gravitasi dikarenakan berat jenis partikel koloid lebih besar dari partikel air.
d. filtrasi
Proses filtrasi ini adalah suatu cara klasik dalam memisahkan/ menghilangkan
kotoran terlarut. Pada proses ini dapat dilakukan dengan menggunakan teknologi
membran atau dengan menggunakan media lainnya seperti pasir. Dalam teknologi
membran proses filtrasi membran ada beberapa jenis, yaitu: Multi Media Filter, UF
(Ultrafiltration) System, NF (Nanofiltration) System, MF (Microfiltration) System, RO
(Reverse Osmosis) System.
e. Desinfeksi
setelah melewati proses filtrasi dan air bersih dari pengotor, ada kemungkinan
masih terdapat kuman dan bakteri yang hidup, sehingga diperlukan penambahan
senyawa kimia dalam Water Treatment Plant (WTP) atau Instalasi Pengolahan Air
(IPA) yang dapat mematikan kuman, biasanya berupa penambahan chlor, ozonosasi,
UV, pemabasan dll sebelum masuk ke konstruksi terakhir yaitu reservoir.
8
2.2 Prinsip Kerja Alat Clanrifier
Clarifier adalah alat /tempat untuk menjernihkan air baku yang keruh (mis: air
sungai, air tanah) dengan cara melakukan pengendapan, untuk mempercepat
pengendapan lazimnya ditambahkan chemical koagulan dan flokulan agar terjadi
proses koagulasi dan flokulasi pada air.
Prinsip kerja alat clarifier dapat dijelaskan pada gambar 1 yaitu umpan akan
masuk ke bagian tegah alat clarifier padatan secara gravitasi akan keluar melewati
bagian bawah clarifier sementara air akan keluar lewat bagian atas clarifier. Kemudian
diperoleh air jernih pada permukaan dan disalurkan ke outlet air di bagian atas clarifier
kemudian disalurkan ke sungai. Sebagai mana gambar dibawah ini:
8
sistem electrodeionization untuk menghasilkan air murni, juga menggunakan sistem
pretreatment dengan tangki clarifier.
8
2.4 Jenis Bahan Kimia
Adapun bahan kimia yang digunakan untuk water treadment yaitu:
1. Tawas (A12O3)
Tawas merupakan bahan koogulan yang paling banyak digunakan karena bahan
ini paling ekonomis, mudah diperoleh di pasaran serta mudah. Jumlah pemakaian tawas
100 kg/shift. Pemakaian tawas ini tergantung kekeruhan (turbidity) air baku Tawas
dapat digunakan sebagai penjernih air sebab tawas yang dilarutkan mampu mengikat
kotoran-kotoran dan mengendapkan kotoran dalam air sehingga menjadikan air menjadi
bersih.
2. Kapur Ca OH2
Kapur merupakan bahan kimia yang digunakan pada proses pengolahan air
kotor menjadi air bersih (water treatment). Jumlah kapur yang digunakan 50 kg/shift.
Penggunaan kapur ini relatif tergantung pH, apabila pH turun maka akan ditambahkan
kapur untuk menaikan pH. Stasiun water trement dan lab saling berkoordinasi untuk
menjaga pH agar tetap normal berkisar antara 6,5 - 8,5. Dalam air. Jumlah garan yang
dipakai pada proses ini 50 kg/chift. Penggunaan garam ini relatif tergantung hardnes.
3. Garam (NaCl)
Garam yang digunakan dalam proses pengolahan air sebagai bahan pelarut yang
melarutkan kandungan mineral dalam air. Jumlah garan yang dipakai pada proses ini 50
kg/chift. Penggunaan garam ini relatif tergantung hardnes.
4. Kuriflock
Kuriflock ini berfungsi mengikat partikel-partikel kecil dan koloid yang tumbuh
dan mengendapkan kotoran dalam air. Jumlah kuriflock vang dipakai pada proses ini 3
kg/shift.
8
BAB III
METODELOGI
Studi Literatur
Pengumpulan Data
Kajian Ilmiah
Kesimpulan
8
Setelah didapatkan hasil tersebut, maka selanjutnya adalah mengubah bentuk
aliran pipa dengan cara mendesain ulang serta menghitungnya. Tahap berikutnya
adalah proses manufaktur sesuai desain yang telah dihasilkan kemudian dilakukan
pengujian. Jika hasil analisisnya sesuai dengan targetnya, maka dapat diambil
kesimpulan dan jika tidak, maka dilakukan studi literature kembali, dengan mencari
penyebab hasil analisis yang tidak sesuai.
8
BAB IV
PEMBAHASAN
8
mengalami pembersihan secara teratur dengan metode backwashing. Dengan
dibersihkan secara rutin, proses penyaringan jadi bisa tetap efektif.
Proses pemberian disinfektan. Selesai disaring, hasil air yang sudah tidak lagi
memiliki partikel tersebut kemudian akan diberi defenfekta. Proses desinfeksi ini
umumya dilakukan sebelum air memasuki sistem distrabusi. Pemberian desinfektan ini
memiliki tujuan untuk untuk memusnahkan bakteri, virus, dan parasite di dalam air
yang bisa menyebabkan penyakit. Selain menggunakan desinfektan, proses ini juga
diganti dengan menggunakan klorin dengan fungsi yang juga sama untuk membasmi
kuman.
Proses penyaringan lumpur. Kemudian ada juga proses penyaringan lumpur.
Sesuai namanya, proses ini terjadi ketika padatan yang sebelumnya di hilangkan dari air
pada proses pengendapan dan penyaringan diahlikan ke danau pengeringan.
Proses fluoridasi. Fluoridasi air dilakukan dengan cara memberikan fluoride
secara terkontrol ketempat persediaan air untuk masyarakat proses ini dilakukan dengan
tujuan untuk mencegah kerusakan pada gigi.
Proses pengoreksian Ph. Sebelum air di distribusikan ke masyarakat melalui
saluran pipa, perlu dilakukan pengoreksian pH terlebih dahulu. Proses pengoreksian pH
dilakukan dengan tujuan untuk menstabilkan air agar efek korosi bisa di minimalisir.
Umumnya pengokreksian atau penyesuaian pH ini dilakukan dengan cara
mencampurkan senyawa kapur ke dalam air yang disaring.
8
Proses injeksi bahan kimia setelah melewati tahap pertama, air tersebut
kemudian akan dialirkan oleh pompa menuju unit pengolahan Clarifier. Pada saat
proses tersebut akan dilakukan injeksi kimia agar proses pengendapan kotoran pada air
dapat berjalan dengan baik. Bahan kimia yang diperlukan dalam proses ini antara lain;
Koagulasi adalah sebuah proses injeksi kimia koagulan yang dapat digunakan
untuk memecah koloid atau membuat koloid organic dalam air menjadi tidak stabil.
Untuk melakukan proses ini dibutuhkan bahan kimia koagulan berupa tawas, ferro
sulfat dan polyaluminium chloride.
Floakulasi proses selanjutnya yang akan dilewati adalah floakulasi yaitu proses
yang menggabungkan partikel lebih kecil menjadi partikel yang lebih besar dengan
menggunakan bahan kimia yang disebut polimer. Polimer sendiri memiliki karakter
seperti lem, dimana flok kecil yang terbentuk nantinya akan saling menempel antara
satu dengan yang lain. Akhirnya dapat memiliki massa jenis yang lebih berat. Proses
pengendapan pun akan terjadi lebih cepat dan maksimal.
Proses pengadukan setelah melalui proses koagulasi selanjutnya akan dilakukan
pengadukan cepat dengan menggunakan static mixer dan agitator. Untuk proses ini cara
kerja praktis Clarifier mengutamakan kehati-hati agar airnya lebih bersih. Berbeda saat
melalui tahap flokulasi selanjutnya akan dilakukan proses pengadukan lambat dengan
menggunakan wadah flokulasi atau pipa pengadukan dengan ukuran lambat. Untuk
dosis polimernya antara 2 ppm hingga 10 ppm.
Proses reaksi bahan kimia pada saat air telah tercampur dengan bahan kimia,
tinggal menunggu waktu reaksi agar bahan kimia tersebut dapat bereaksi dengan air
limbah tersebut. Waktu tersebut sering diberi istilah ‘waktu tinggal’. Penentuan waktu
ini sangat penting karena menentukan desain Clarifier Lamella. Apabila waktu yang
dibutuhkan kurang, maka proses kimia dan sedimentasi tidak akan bekerja dengan
maksimal. Sebaliknya apabila waktu yang dibutuhkan terlalu lama, akibatnya akan
terjadi pemborosan tempat dan biaya. Hal seperti ini tentunya akan menimbulkan
kerugian saat pengolahan air limbah tersebut.
Proses sedimentasi/pengendapan adalah proses pengendapan yang terjadi karena
adanya gaya tekanan gravitasi. Pada proses ini sebuah flok ukuran besar akan jatuh ke
bawah sehingga akan akan mengalir ke atas karena adanya tekanan tersebut. Terdapat
8
faktor yang akan mempengaruhi sistem pengolahan air yang menggunakan Clarifier
Lamella yaitu gaya gravitasi. Alat yang dipasang secara miring dan adanya gaya
gravitasi akan menyebabkan partikel besar atau flok ukuran besar ikut masuk ke dalam
tangki dan memungkinkan terjadinya sedimentasi. Pada saat proses sedimentasi inilah,
Clarifier Lamella akan menggunakan sekat yang berbentuk lamella untuk menghasilkan
tekanan gaya yang lebih besar. Jadi, saat menggunakan alat tersebut ukuran bak
pengendapan dapat dibuat lebih kecil dibandingkan dengan bak pengendapan
konvensional.
Proses pembuangan lumpur sedimentasi pada cara kerja alat Clarifier Lamella
akan menyebabkan akumulasi lumpur atau flok. Akumulasi ini harus selalu dikontrol
secara berkala untuk memastikan bahwa lumpur tersebut tidak akan naik dan terbawa
dalam saluran air bersih. Blow down atau pengurasan lumpur pada alat Clarifier harus
dilakukan secara rutin baik secara manual atau otomatis. Cara manual dapat dilakukan
dengan membuat valve pembuangan yang menggunakan Ball Valve.
Pembukaan pada valve juga harus dilakukan secara berkala antara 1-4 jam
hingga semua lumpur yang mengendap dapat terbuang. Proses pengurasan secara
otomatis adalah dengan memberikan valve otomatis yang dikontrol dengan
menggunakan timer atau smart relay.
Proses filtrasi apabila telah melewati proses sedimentasi, air yang keluar dari
saluran air bersih alat kerja Clarifier Lamella biasanya telah memiliki tingkat kejernihan
yang baik. Namun, masih ada beberapa kotoran kecil yang ikut terbawa. Untuk itu
dibutuhkan proses filtrasi menggunakan multimedia filter. Yaitu, filtrasi yang
menggunakan Sand Filter dan Carbon Filter agar air tersaring sempurna. Cara Kerja alat
Clarifier Lamella wajib melakukan proses ini.
Proses sterilisasi terakhir yang harus dilakukan adalah melakukan sterilisasi
pada air tersebut agar layak digunakan lebih lanjut. Proses ini menggunakan Ozone
(03), Klorin, Chlorine Dioxide dan Ultraviolet. Tujuan dilakukan proses ini adalah
untuk mencegah timbul dan berkembangnya bakteri yang dapat menyebabkan
terjadinya biofilm.
8
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
1. Tahapan water treatmen yang bisa dilakukan dalam proses pengolahan air bersih
terdiri dari proses penambahan tawas (koagulasi), proses pengendapan, proses
penyaringan, proses pemberian disinfektan, proses penyaringan lumpur, proses
fluoridasi dan proses pengoreksian Ph
2. Dalam mengamati ketahapan yang terjadi pada clarifier di water treatment terdiri
dari proses penampungan awal, proses injeksi bahan kimia, koagulasi, proses
pengadukan, proses reaksi bahan kimia, proses sedimentasi/pengendapan, proses
pembuangan lumpur, proses filtrasi dan proses sterilisasi
5.2. Saran
1. Meningkatkan pengetahuan dan kompetensi operator WWTP dengan
memberikan pelatihan dan seminar terkait Pengolahan Limbah agar SDM yang
bersangkutan memiliki peningkatan secara keilmuan maupun praktek lapangan.
2. Menganalisa terkait kemungkinan perencaaan instalasi water-recycle untuk
mengurangi tingkat kebutuhan air yang dibeli dari kawasan dan untuk
meningkatkan efisiensi dari segi biaya dan sumber daya dari lingkungan.
8
8